SKRIPSI
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala karunia dan rahmatNya yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk dapat lulus menjadi Sarjana Teknik
di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun
Skripsi
yang
dipilih,
diambil
dari
mata
kuliah
Motor
Bakar,
yaitu
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
6. Staff Laboratorium Motor Bakar Deparetemen Teknik Mesin USU, Bang Atin
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian ini
berjalan.
7. Kakakku dan adikku tersayang (dr. Kristina Sihaloho, Lestarina Veronika
Sihaloho, S.Ked., Benny Sihaloho dan Evan Josep Sihaloho), terima kasih atas
segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan baik berupa moril dan materil
selama kuliah hingga menyelesaikan Skripsi ini.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin, terkhusus stambuk 2005 yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu,Solidarity Forever.
9. Rekan-rekan Polisi Toba, Andriko Silitonga, Ronny Z. P Situmeang, Gunawan
Simanjuntak, terima kasih atas segala kebersamaan dalam suka dan duka yang
telah kita lalui bersama.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita.
Medan,
Juli 2009
Penulis,
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR NOTASI.............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2
1.3
1.4
1.5
Bioetanol .................................................................................................. 5
2.2
2.3
2.4
2.5
2.7
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
4.2
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati
atau
Tabel 2.2 Sifat-sifat bahan bakar dari bioetanol, gasoline, dan butil eter................ 13
Tabel 2.3 Perbandingan emisi bahan pencemar dari campuran bioetanol
dan premium .......................................................................................... 17
Tabel 2.4 Perbandingan harga premium di Amerika Serikat dan Indonesia ............ 17
Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Bensin TD4A 024 4-langkah ..................................... 38
Tabel 3.2 Spesifikasi TD4A 241 Instrumen Unit ................................................... 39
Tabel 4.1 Data hasil pengujian dan perhitungan bom kalorimeter .......................... 45
Tabel 4.2 Data hasil pembacaan langsung langsung unit instrumentasi
untuk bahan bakar premium pada putaran yang bervariasi ...................... 47
Tabel 4.3 Data hasil pembacaan langsung langsung unit instrumentasi
untuk bahan bakar gasohol BE-5 pada putaran yang bervariasi ............... 48
Tabel 4.4 Data hasil pembacaan langsung langsung unit instrumentasi
untuk bahan bakar gasohol BE-10 pada putaran yang bervariasi ............. 49
Tabel 4.5 Hasil perhitungan daya .......................................................................... 53
Tabel 4.6 Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik (Sfc) ......................... 57
Tabel 4.7 Hasil perhitungan perbandingan udara dan bahan bakar (AFR) .............. 61
Tabel 4.8 Hasil perhitungan efisiensi volumetris ................................................... 64
Tabel 4.9 Hasil perhitungan efisiensi thermal brake .............................................. 67
Tabel 4.10 Kadar CO dalam emisi gas buang ........................................................ 70
Tabel 4.11 Kadar CO2 dalam gas buang ................................................................ 72
Tabel 4.12 Kadar UHC dalam gas buang ............................................................... 75
Tabel 4.11 Kadar sisa oksigen O2 dalam gas buang ............................................... 77
Tabel 4.14 Hasil uji nilai kalor atas bahan bakar (HHV) ....................................... 80
Tabel 4.15 Hasil uji performansi untuk beban 10 kg .............................................. 80
Tabel 4.13 Hasil uji performansi untuk beban 25 kg .............................................. 80
Tabel 4.13 Perbandingan kondisi performansi ....................................................... 81
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Tabel 4.13 Hasil uji emisi gas buang untuk beban 10 kg........................................ 81
Tabel 4.13 Hasil uji emisi gas buang untuk beban 25 kg........................................ 82
Tabel 4.13 Perbandingan kondisi emisi gas buang ................................................ 82
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Diagram alir pengujian emisi gas buang motor bakar bensin ........... 43
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
DAFTAR NOTASI
Simbol
Arti
Satuan
AFR
Cv
kJ/kg 0C
HHV
kJ/kg
LHV
kJ/kg
mf
kg/jam
ma
kg/jam
Putaran mesin
rpm
PG
Daya keluaran
Watt
Qin
J/kg
Qout
J/kg
konstanta gas
J/ kg.K
Sfc
g/kW.h
sg f
Spesific gravity
Torsi
N.m
Ta
Temperatur udara
Tkp
T2
tf
T1
Pa
Tekanan udara
Pa
Vs
m3
Vf
ml
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Simbol Yunani
Simbol
Arti
Satuan
Kerapatan udara
kg/m3
Efisiensi volumetrik
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu saat bahan bakar fosil yang ditambang dari perut bumi akan habis,
mengingat bahwa bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak dapat
diperbarui (unrenewable). Minyak bumi merupakan salah satu bahan bakar fosil,
dimana suplai sudah semakin berkurang. Hal ini yang membuktikan bahwa cadangan
minyak bumi sudah semakin menipis. Penggunaan bahan bakar fosil juga telah
menimbulkan dampak negatif
untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Sumber
utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada 2 macam. Pertama,
pembangkit listrik bertenaga batu bara. Kedua, pembakaran kendaraan bermotor.
Emisi gas rumah kaca harus dikurangi, jadi harus dibangun sistem industri dan
transportasi yang tidak bergantung pada bahan bakar fosil yaitu minyak bumi dan
batu bara. Maka untuk mengatasi hal ini diperlukan sumber energi alternatif yang
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sekaligus dapat mengurangi emisi
karbondioksida. Salah satu sumber energi yang dapat mengurangi pengunaan bahan
bakar fosil adalah bahan bakar nabati yaitu bioetanol [39].
Bioetanol adalah alkohol yang diproduksi dari tumbuh-tumbuhan dengan
menggunakan mikroorganisme melalui proses fermentasi. Pengenalan energi
alternatif ini juga merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar
minyak di Indonesia. Bioetanol merupakan bentuk sumber energi alternatif yang
menarik untuk dikembangkan karena kelimpahannya di Indonesia dan sifatnya yang
dapat diperbarui. Ada 3 kelompok bahan penghasil bioetanol yaitu nira bergula, pati,
dan bahan serat alias lignoselulosa. Semua bahan baku bioetanol itu mudah
didapatkan dan dikembangkan di Indonesia yang memiliki lahan luas dan subur [2].
Di Indonesia saat ini, penggunaan etanol sudah digunakan secara luas. Selain
digunakan sebagai campuran premium, etanol juga digunakan dalam dunia industri
sebagai pelarut (solven) dan juga sebagai bahan baku industri kimia yang lain seperti
pembuatan etil asetat [28].
Hampir semua industri memerlukan etanol antara lain industri makanan dan
minuman, bidang kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Data perkembangan konsumsi
etanol dunia dari tahun 1975, menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi terbesar
diakibatkan penggunaan etanol sebagai bahan bakar. Saat ini konsumsi etanol sebagai
bahan bakar terutama di Brazil, Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa dan Australia
berkisar 63-67% dari total penggunaan bahan bakar di dunia. Perlu pula dicatat
bahwa 95% dari etanol yang diproduksi di dunia sekarang ini adalah bioetanol [6].
Penggunaan premium telah menimbulkan emisi berbagai gas-gas yang
menjadi polutan berbahaya di udara. Disamping itu, bahan aditif timbal yang selama
ini digunakan sebagai peningkat angka oktan (octane enhancer) pada premium ikut
berkontribusi terhadap pencemaran udara tersebut. Penggunaan MTBE (Methyl
Tertiary Buthyl Ether) sebagai pengganti TEL (Tetra Ethyl Lead) merupakan upaya
untuk mengurangi pencemaran lingkungan, namun bahan tersebut harus diimpor, dan
penggunaannya sudah mulai dilarang di berbagai negara. Bioetanol dapat
menggantikan fungsi dari TEL (Tetra Ethyl Lead) dan MTBE (Methyl Tertiary
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Buthyl Ether) sebagai campuran pada premium. Bioetanol memiliki angka oktan 117
atau lebih tinggi dibanding bensin yang hanya 87-88, sehingga campuran
premium-bioetanol secara langsung akan meningkatkan angka oktan [42].
dengan
nilai
kalor
pembakaran
bahan
bakar
campuran
pertimbangan
terhadap
pemerintah
untuk
mengurangi
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
3. Mesin uji yang digunakan untuk mendapatkan unjuk kerja motor bakar bensin
adalah Mesin Bensin 4-langkah dengan 4-silinder (TecQuipment type.TD4A 024)
pada laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik Mesin USU.
4. Unjuk kerja mesin bensin yang dihitung adalah:
- Daya (Brake Power)
- Rasio perbandingan udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio)
- Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific Fuel Consumtion)
- Efisiensi Volumetris (Volumetric Effeciency)
- Efisiensi termal brake (Brake Thermal Effeciency)
5. Alat uji yang digunakan untuk mengetahui komposisi emisi gas buang motor
bakar bensin adalah Autologic Gas Analyzer
6. Senyawa gas buang motor bakar bensin yang diamati adalah karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO2), unburned hidrokarbon (UHC) dan oksigen (O2).
7. Pada pengujian unjuk kerja dan pengamatan komposisi emisi gas buang motor
bakar bensin, dilakukan variasi putaran dan beban yang meliputi:
- Variasi putaran : 2000-rpm, 2500-rpm, 3000-rpm, 3500-rpm , 4000-rpm
- Variasi beban : 10 kg dan 25 kg.
perhitungan
dan
analisa
terhadap
data
hasil
pengujian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dari hasil pengujian dan
saran-saran.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioetanol
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang
dilanjutkan dengan proses destilasi. Etanol merupakan kependekan dari etil alkohol
(C2H5OH); sering pula disebut grain alcohol atau alkohol. Wujud dari etanol berupa
cairan yang tidak berwarna, mudah menguap dan mempunyai bau yang khas. Berat
jenisnya adalah sebesar 0,7939 g/mL, dan titik didihnya 78,320oC pada tekanan
766 mmHg. Sifat lainnya adalah larut dalam air dan eter, serta mempunyai panas
pembakaran 7093.72 kkal. Etanol digunakan dalam beragam industri seperti sebagai
bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk minuman keras seperti sake
atau gin, bahan baku farmasi dan kosmetik, dan campuran bahan bakar kendaraan,
peningkat oktan, dan bensin alkohol (gasohol) [34].
Pemakaian etanol sebagai sumber energi dalam industri dan kendaraan akan
sangat mengurangi pembuangan gas CO2 yang mengakibatkan pemanasan
global. Cepat atau lambat sumber minyak (fosil fuel) akan habis karena depositnya
terbatas. Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
Keterbatasan itu mendorong negara industri melirik etanol (biofuel) sebagai sumber
energi altenatif. Selain terus-menerus dapat diproduksi oleh mikroorganisme, etanol
juga ramah lingkungan [3].
Beberapa keunggulan dari penggunaan etanol sebagai bahan bakar [43] yaitu:
1. Diproduksi dari tanaman yang bersifat renewable.
2. Mengandung kadar oksigen sekitar 35% sehingga dapat terbakar lebih sempurna.
3. Penggunaan gasohol dapat menurunkan emisi gas rumah kaca.
4. Pembakaran tidak menghasilkan partikel timbal dan benzena yang bersifat
karsinogenik (penyebab kanker).
5. Mengurangi emisi fine-particulates yang membahayakan kesehatan manusia.
6. Mudah larut dalam air dan tidak mencemari air permukaan dan air tanah.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Bahan Baku
Gula dalam
Bahan Baku
Jumlah Hasil
Perbandingan
Konversi
Bahan Baku
Bioetanol (liter)
dan Bioetanol
Jenis
Konsumsi (kg)
(kg)
Ubi Kayu
1000
250-300
166,6
6,5:1
Ubi Jalar
1000
150-200
125
8:1
Jagung
1000
600-700
200
5:1
Sagu
1000
120-160
90
12:1
Tetes
1000
500
250
4:1
Sumber : www.geocities.com
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Pengubahan pati menjadi gula dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
hidrolisa asam dan hidrolisa enzim. Namun, pada saat ini metode yang lebih banyak
digunakan adalah dengan hidrolisa enzim. Pada proses pengubahan pati menjadi gula
larut air yang menggunakan metode hidrolisa enzim dilakukan dengan penambahan
air dan enzim, selanjutnya dilakukan proses fermentasi gula menjadi etanol dengan
menambahkan ragi. Reaksi yang terjadi pada proses produksi
bioetanol secara
(C6H10O5)n + H2O
(pati)
N C6H12O6
enzim
(C6H12O6)n
(glukosa)
(glukosa)
2 C2H5OH + 2 CO2
ragi
(1)
(2)
(etanol)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
O
O
C
piruvat dekarboksilase
alcohol dehidrogenase
C
CH2
OH
O
NADH
CO2
NAD+
CH3
CH3
CH3
Pyruvat
Acetaldehida
Ethanol
dari 99,5% atau yang umum disebut Fuel Grade Ethanol, masalah yang timbul adalah
sulitnya memisahkan hidrogen yang terikat dalam struktur kimia alkohol dengan cara
destilasi biasa, oleh karena itu untuk mendapatkan Fuel Grade Etanol dilaksanakan
pemurnian lebih lanjut dengan cara azeotropic destilasi.
Untuk menghasilkan anhydrous alcohol, kondisi azeotrope harus dipecahkan
dengan bahan pelarut lain. Bahan pelarut yang biasa digunakan adalah benzene atau
n-hexane. Cara lain yang umum dipakai adalah desiccants process dan molecular
sieves. Pada proses desiccant, untuk mendapatkan anhydrous alcohol digunakan
bahan kimia yang sifatnya stabil yang bereaksi hanya dengan air, dan tidak bereaksi
dengan alkohol. Contohnya adalah kalsium oksida. Reaksi antara CaO dengan air
mengeluarkan panas, sehingga perlu rancangan khusus pada kolomnya. Selain itu
berbagai macam pati juga dapat dipakai sebagai dessicant. Molecular sieves adalah
kristal aluminosilikat, merupakan bahan penyaring yang tidak mengalami hidrasi
maupun dehidrasi pada struktur kristalnya. Molekul penyaring ini secara selektif
menyerap air, karena lubang kristalnya mempunyai ukuran lebih kecil dibanding
ukuran molekul alkohol, dan lebih besar dibandingkan molekul air. Alkohol yang
berbentuk cair maupun uap dilewatkan kolom yang berisi bahan penyaring, air akan
tertahan dalam bahan tersebut dan akan diperoleh alkohol murni. Biasanya proses ini
menggunakan dua kolom, kolom kedua untuk aliran uap alkohol sedangkan pada
kolom pertama setelah proses dialirkan udara atau gas panas untuk menguapkan
air [40].
Pada industri pembuatan etanol, juga akan diperoleh hasil lain, baik yang
dapat dimanfaatkan langsung maupun harus diproses lebih lanjut. Hasil samping
tersebut antara lain stillage, karbondioksida, dan minyak fusel. Stillage adalah sisa
destilasi yang tertinggal dalam kolom bagian bawah dan masih bercampur dengan air.
Stillage tersebut masih banyak mengandung bahan-bahan organik yang tidak
terfermentasikan. Stillage dari proses destilasi jumlahnya cukup besar, yaitu 10-13
kali jumlah alkohol yang dihasilkan. Mengingat bahan yang terkandung di dalamnya,
maka stillage dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, makanan ternak dan biogas.
Sedangkan gas karbondioksida yang dihasilkan selama proses fermentasi biasanya
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
diserap dan dimurnikan kemudian ditekan menjadi bentuk cair. Minyak fusel yang
pada prinsipnya merupakan campuran n-amyl, n-butyl, isobutyl, n-propyl dan isopropyl alkohol juga asam-asam, ester maupul aldehid, dapat digunakan sebagai bahan
baku kimia, bahan pelarut dan bahan bakar [41].
Sumber: www.agribisnis.deptan.go.id
Sumber: www.agribisnis.deptan.go.id
Gambar 2.3 Diagram alir proses pembuatan bioetanol dari ubi kayu.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Tabel 2.4 Sifat-sifat bahan bakar dari bioetanol, gasoline dan butil eter.
Sumber : McCormick. 2001. Technical Barriers to the Use of Ethanol in Diesel Fuel. hal 27.
Konsep ini pada awalnya berasal dari keinginan beberapa ahli untuk
mengganti octan booster (zat yang yang dapat menaikkan nilai oktan) dimana pada
awalnya octan booster yang digunakan tersebut adalah dari senyawa timbal, yang kita
kenal dengan TEL (Tetra Ethyl Lead), kemudian mengingat timbal yang digunakan
tidak begitu aman bahkan membahayakan bagi kesehatan manusia, maka muncullah
apa yang kita kenal dengan sebutan MTBE (Methyl Terthier Buthyl Ethylen), dan ada
beberapa senyawa octan booster lainnya yang berasal dari turunan senyawa aromatik,
diperoleh korelasi antara bensin murni dengan bensin yang ditambah (octan booster)
yaitu diketahui dengan penambahan 0,1 gram timbal per 1 liter gasoline mampu
menaikkan angka oktan sebesar 1,52 satuan angka oktan dan diketahui juga bahwa
timbal adalah merupakan komponen dengan harga relatif murah untuk kebutuhan
peningkatan 1 satuan angka oktan dibandingkan dengan menggunakan senyawa
lainnya. Berdasarkan sifat-sifat fisik dari metanol dan etanol, diperoleh bahwa etanol
lebih disukai dibanding metanol karena metanol lebih korosif daripada etanol serta
metanol juga dapat menyebabkan kesukaran untuk starting pada kondisi cuaca dingin
atau vapor lock ketika panas. Oktan metanol dan etanol lebih tinggi dari bensin,
sehingga dengan pencampuran bensin dengan metanol dan etanol diharapkan akan
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
menaikkan nilai oktan dari bensin dan diharapkan efisiensi mesin juga akan lebih
baik [27].
Perhitungan berikut menunjukkan bahwa kenaikan angka oktan saja belum
tentu menjamin bahwa efisiensi mesin akan lebih baik, berikut analisisnya.
Nilai kalor
: Energi yg dilepaskan pada proses pembakaran bahan bakar persatuan volume atau per-satuan massanya.
= 1 - (Qout / Qin)
Qout
Qin
= Kalor masuk ke ruang bakar (terjadi pada proses pembakaran bahan bakar).
Semakin besar nilai Qin, maka nilai efisiensi thermal semakin tinggi. Nilai kalor
semakin besar maka nilai Qin semakin besar sehingga semakin tinggi tekanan
pendorong piston di dalam ruang bakar. (nilai kalor untuk etanol = 29,7 MJ/Kg, dan
nilai kalor untuk bensin = 47,3 MJ/Kg).
Hasil perhitungan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada bahan bakar dengan nilai oktan rendah, proses penyalaan terjadi ketika
posisi piston masih agak jauh dari TMA (Titik Mati Atas) sehingga arah gerak
piston sempat beberapa saat berlawanan dengan arah tekanan gas pembakaran.
Setelah melewati TMA, maka arah gerak keduanya menjadi searah dan
melakukan kerja positif. Jadi sempat terjadi losses. Proses penyalaan ini terjadi
dengan sendirinya karena tekanan yang tinggi di ruang bakar, dikenal dengan
istilah self ignition/knocking.
2. Pada bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi, proses penyalaan bahan bakar
terjadi ketika piston sudah sangat dekat dengan posisi TMA. Karena itu tekanan
dari gas pembakaran benar-benar digunakan untuk mendorong piston melakukan
kerja positif (dalam hal ini mendorong mobil) karena arah tekanan gas dan gerak
piston searah.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Dengan demikian untuk etanol yang mempunyai nilai oktan tinggi, tekanan
hasil pembakarannya benar-benar digunakan untuk mendorong piston melakukan
kerja positif. Bioetanol dapat langsung dicampur dengan bensin pada berbagai
komposisi untuk meningkatkan efisiensi dan emisi gas buang yang lebih ramah
lingkungan [1].
terbakarnya
campuran
udara-bahan
bakar
sebelum
waktunya
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Tabel 2.5 Perbandingan emisi bahan pencemar dari campuran bioetanol dan premium
Emisi
E10
E85
Berkurang 25-30 %
Berkurang 40%
Berkurang 10%
Berkurang 14-102 %
Nitrogen Oxides
Berkurang 5%
Berkurang 30%
Berkurang 7%
Sulfur Dioxides
Beberapa pengurangan
Particulates
Beberapa pengurangan
Berkurang 20%
Aldehydes
Meningkat 30-50%
Beberapa pengurangan
Sumber: www.renewableenergypartners.org
Selain itu, pada prinsipnya emisi CO2 yang dihasilkan pada pembakaran
etanol juga akan dipergunakan oleh tumbuhan penghasil etanol tersebut. Sehingga
berbeda dengan bahan bakar fosil, pembakaran etanol tidak menciptakan sejumlah
CO2 baru ke lingkungan [37].
Sumber: Sheehan, J. 1998. Energy and Environmental Aspects of Using Corn Stover
for Fuel Ethanol, hal 17.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
2. Langkah Kompresi
Pada langkah kompresi (1 2), campuran udara dan bahan bakar yang berada
di dalam silinder dimampatkan oleh torak, dimana torak akan bergerak dari
TMB ke TMA dan kedua katup isap dan buang akan menutup, sedangkan busi
akan memercikan bunga api dan bahan bakar mulai terbakar akibatnya terjadi
proses pemasukan panas pada langkah 2-3.
3. Langkah Ekspansi
Pada langkah ekspansi (3 4), campuran udara dan bahan bakar yang dihisap
telah terbakar. Selama pembakaran, sejumlah energi dibebaskan, sehingga
suhu dan tekanan dalam silinder naik dengan cepat. Setelah mencapai TMA,
piston akan didorong oleh gas bertekanan tinggi menuju TMB. Tenaga
mekanis ini diteruskan ke poros engkol. Saat sebelum mencapai TMB, katup
buang terbuka, gas hasil pembakaran mengalir keluar dan tekanan dalam
silinder turun dengan cepat.
4. Langkah Pembuangan
Pada langkah pembuangan (4 1), torak terdorong ke bawah menuju TMB
dan naik kembali ke TMA untuk mendorong ke luar gas-gas yang telah
terbakar di dalam silinder. Selama langkah ini, katup buang membuka
sedangkan katup isap menutup.
Pada motor bensin 4-langkah, poros engkol berputar sebanyak dua putaran
penuh dalam satu siklus dan telah menghasilkan satu tenaga [13].
yang memiliki angka oktan tinggi. Angka oktan pada bahan bakar motor Otto
menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara bahan bakar
sebelum waktunya (self ignition) yang menimbulkan knocking tadi. Untuk
memperbaiki kualitas campuran bahan bakar dengan udara maka aliran udara dibuat
turbulen, sehingga diharapkan tingkat homogenitas campuran akan lebih baik.
1. Torsi dan Daya
Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur
dengan menggunakan
torquemeter yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena sifat torquemeter
yang bertindak seolaholah seperti sebuah rem dalam sebuah mesin, maka daya yang
dihasilkan poros output ini sering disebut sebagai daya rem (Brake Power) [20].
Pe =
2. .n
T ................................................................... (2.1)
60
= Torsi (N.m)
m f x 10 3
.............................................................. (2.2)
Sfc =
Pe
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
sg f .V f .10 3
tf
AFR =
ma
.
.................................................................... (2.4)
mf
C f = 3564 x Pa x
(Ta + 114)
Ta2,5
............................. (2.5)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
4. Effisiensi Volumetris
Jika sebuah mesin empat langkah dapat menghisap udara pada kondisi
isapnya sebanyak volume langkah toraknya untuk setiap langkah isapnya, maka itu
merupakan sesuatu yang ideal. Namun hal itu tidak terjadi dalam keadaan
sebenarnya, dimana massa udara yang dapat dialirkan selalu lebih sedikit dari
perhitungan teoritisnya. Penyebabnya antara lain tekanan yang hilang (losses) pada
sistem induksi dan efek pemanasan yang mengurangi kerapatan udara ketika
memasuki
silinder
mesin.
Efisiensi
volumetrik
( v )
dirumuskan
dengan
ma 2
Berat udara segar yang terisap =
. ...................... (2.7)
60 n
Berat udara sebanyak langkah torak = a . Vs ........... (2.8)
Dengan mensubstitusikan persamaan diatas, maka besarnya effisiensi
volumetris:
.
2. m a
1
.
................................................... (2.9)
v =
60.n
a .Vs
dengan : a = kerapatan udara (kg/m3)
3
Diasumsikan udara sebagai gas ideal, sehingga massa jenis udara dapat
diperoleh dari persamaan berikut:
a =
Pa
.................................... (2.10)
R.Ta
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
b =
Q = m f . LHV ..............................................................(2.12)
dimana, LHV = nilai kalor bawah bahan bakar (kJ/kg).
.
Jika daya keluaran ( Pe ) dalam satuan kW, laju aliran bahan bakar m f dalam satuan
kg/jam, maka:
b =
Pe
.
. 3600 ....................................................(2.13)
m f .LHV
2.5.3
Teori Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia, yaitu elemen tertentu dari bahan bakar
setelah dinyalakan dan digabung dengan oksigen akan menimbulkan panas sehingga
menaikkan suhu dan tekanan gas. Elemen mampu bakar (combustable) yang utama
adalah karbon (C) dan hidrogen (H), elemen mampu bakar yang lain namun
umumnya hanya sedikit terkandung dalam bahan bakar adalah sulfur (S). Oksigen
yang diperlukan untuk pembakaran diperoleh dari udara yang merupakan campuran
dari oksigen dan nitrogen. Nitrogen adalah gas lembam dan tidak berpartisipasi dalam
pembakaran. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar dipisahkan
menjadi elemen komponennya yaitu hidrogen dan karbon dan masing-masing
bergabung dengan oksigen dari udara secara terpisah. Hidrogen bergabung dengan
oksigen untuk membentuk air dan karbon bergabung dengan oksigen menjadi karbon
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
dioksida. Jika oksigen yang tersedia tidak cukup, maka sebagian dari karbon akan
bergabung dengan oksigen dalam bentuk karbon monoksida. Pembentukan karbon
monoksida hanya menghasilkan 30 % panas dibandingkan panas yang timbul oleh
pembentukan karbon dioksida [8].
T2
Cv
Tkp
Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas dapat dihitung bila diketahui
komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan Dulong [9]:
O
H2
O2
Nilai kalor bawah (Low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor bahan
bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya
kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 % yang berarti setiap satu
satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran
sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari
jumlah mol hidrogennya.
Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses
pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam
bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial
20 kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg,
sehingga besarnya
dihitung
berdasarkan
Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai
kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan
mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian
berdasarkan ASME (American Society of Mechanical Enggineers) menentukan
penggunaan nilai kalor atas (HHV), sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive
Engineers) menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV) [11].
merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada
mesin kendaraan.
Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan kedalam
silinder motor terlalu besar atau apabila butirbutir berkumpul menjadi satu, maka
akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya karbonkarbon padat atau
angus. Hal ini disebabkan karena pemanasan udara yang bertemperatur tinggi, tetapi
penguapan dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada didalam silinder
tidak dapat berlangsung sempurna, terutama pada saatsaat dimana terlalu banyak
bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya
untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang
terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan
bewarna hitam.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
2O
N2 + O
NO + N
N + O2 NO + O
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Jika harga premium di Amerika Serikat pada bulan Mei 2008 adalah sebesar
Rp 9342.50/liter, maka selisih harga premium di luar negeri dengan harga premium di
Indonesia, dimana harga premium di Indonesia sebesar Rp 4500/liter ini, adalah
Rp 4842.50/liter. Selisih antara harga premium di luar negeri dengan harga premium
di Indonesia inilah yang disebut sebagai subsidi pemerintah.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
2008
Harga Indonesia
$ /liter
Rp/liter
Rp/liter
Januari
0.82
7585.00
4500
Februari
0.81
7492.50
4500
Maret
0.87
8047.50
4500
April
0.93
8602.50
4500
Mei
1.01
9342.50
4500
Juni
1.08
9990.00
6000
Juli
1.09
10082.50
6000
Agustus
1.01
9342.50
6000
September
1.00
9250.00
6000
Oktober
0.85
9180.00
6000
November
0.58
6264.00
6000
0.49
5335.20
5500
0.46
5011.20
5500
0.45
4892.40
5000
0.45
4881.60
5000
Sumber : www.nusantara_news.com
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.2 Alat
Alat yang dipakai dalam eksperimental ini terdiri dari:
1. Mesin bensin 4-langkah 4-silinder ( TecQuipment type. TD4A 024 ) merupakan
mesin uji yang digunakan untuk mendapatkan unjuk kerja motor bakar bensin.
2. Bom kalorimeter untuk menghitung nilai kalor bahan bakar.
3. Autologic gas analyzer untuk menguji emisi gas buang.
4. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci Inggris, kunci ring, kunci L,
obeng, tang, palu, kertas amplas dan lain sebagainya.
5. Stop watch untuk menentukan waktu yang dibutuhkan mesin uji untuk
menghabiskan bahan bakar dengan volume sebanyak 50 ml.
6. Termometer untuk menghitung perubahan suhu yang terjadi antara sebelum
masuk dan setelah keluar air cooler.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
unjuk
kerja
motor
bensin
dengan
bahan
bakar
campuran
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
1
2
1.
2.
3.
4.
4
5
s
Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang dimasukkan
ke dalam tabung bom.
Kawat penyala (busur nyala), untuk menyalakan bahan bakar yang diuji.
Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai penyala, dan cawan pada
dudukannya.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Mulai
a
b
Pengujian =
5 kali
HHVrata - rata =
HHVi
i =1
( J/kg)
Selesai
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
1989
Tipe
Perbandingan kompresi
10 : 1
Kapasitas
Firing Order
1-3-4-2
Sumber: Panduan Praktikum Motor Bakar Bensin Laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik
Mesin Fakultas Teknik USU.
Mesin ini juga dilengkapi dengan TD4A 024 Instrumentation Unit dengan
spesifikasi sebagai berikut:
10 liters
Tachometre
05000 rpm
Torquemetre
080 Nm
01200 0C
Sumber: Panduan Praktikum Motor Bakar Bensin Laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik
Mesin Fakultas Teknik USU.
Pada pengujian ini, akan diteliti performansi motor bensin serta komposisi
emisi gas buang. Pengujian ini dilakukan pada 5 tingkat putaran mesin, yaitu: 2000,
2500, 3000, 3500 dan 4000 rpm serta 2 variasi beban yaitu: 10 kg dan 25 kg.
Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian
terhadap torquemetre yang terdapat pada instrumentasi mesin uji dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghubungkan unit instrumentasi mesin ke sumber arus listrik.
2. Memutar tombol span searah jarum jam sampai posisi maksimum.
3. Mengguncangkan/menggetarkan mesin pada bagian lengan beban.
4. Memutar tombol zero, hingga jarum torquemetre menunjukkan angka nol.
5. Memastikan bahwa penunjukan angka nol oleh torquemetre telah akurat dengan
mengguncangkan mesin kembali.
6. Menggantung beban sebesar 10 kg pada lengan beban.
7. Mengguncangkan/menggetarkan
mesin
sampai
posisi
jarum
torquemetre
Diagram alir pengujian performansi motor bakar bensin yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Mulai
Selesai
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Mulai
Menyambungkan
perangkat autologic gas
analyzer ke komputer
Selesai
Gambar 3.8 Diagram alir pengujian emisi gas buang motor bakar bensin.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
BAB IV
ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN
T2
Cv
Tkp
= 27.45 0C
T2
HHV(BE-5)
= 47058.944 kJ/kg
Pada pengujian pertama bahan bakar gasohol BE-10, diperoleh:
T1
= 24.56 0C
T2
= 26.25 0C
T2
Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung nilai kalor pada
pengujian kedua hingga kelima. Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor
ratarata bahan bakar digunakan persamaan berikut ini:
5
HHV(rata rata) =
HHVi
i =1
( kJ/kg )
Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan serta hasil
perhitungan untuk nilai kalor pada pengujian pertama hingga kelima dan nilai kalor
ratarata dengan menggunakan bahan bakar gasohol BE-5, gasohol BE-10, premium
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Gasohol
BE-5
Gasohol
BE-10
Premium
No.
Pengujian
1
2
3
T1(OC)
T2(OC)
27.45
28.35
25.97
28.14
29.05
26.65
HHV
(kJ/kg)
47058.944
47794.24
46323.648
4
5
1
2
3
26.95
27.87
24.56
25.53
26.67
27.64
28.55
25.24
26.2
27.36
47058.944
46323.648
46323.648
45588.352
47058.944
4
5
1
2
3
4
5
27.65
28.55
26.25
27.12
28.95
24.62
25.45
28.31
29.22
26.93
27.82
29.64
25.33
26.13
44853.056
45588.352
46323.648
47794.24
47058.944
48529.536
46323.648
46911.885
45882.470
47206.003
Perbandingan nilai kalor atas atau High Heating Value (HHV) dari
masing-masing jenis bahan bakar dapat dilihat pada gambar 4.1.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
47500
47000
HHV (kJ/kg)
Premium
BE-5
46500
BE-10
46000
45500
45000
BAHAN BAKAR
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
4.2.1 Torsi
Besarnya torsi yang dihasilkan berdasarkan hasil pembacaan unit instumentasi
dari masing-masing pengujian baik dengan menggunakan bahan bakar premium,
gasohol BE-5, gasohol BE-10 pada tiap kondisi pembebanan dan putaran dapat
dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data hasil pembacaan langsung unit instrumentasi untuk bahan bakar
premium pada putaran yang bervariasi.
Bahan Bakar Premium
BEBAN
(kg)
INSTRUMENTASI
2000
2500
3000
3500
4000
77.5
74
70
67.5
64
60
51
47
43
37
33
35
37
37
38
40
40
40
40
40
45
47
48
49
50
320
350
360
510
520
Torsi (N.m)
10
PUTARAN (rpm)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
25
Rotameter (mm)
37
40
46
52
60
Torsi (N.m)
79
75,5
72
69
66.5
56
50
41
39
36
33
35
36
37
38
32
32
32
39,5
40
46
51
52
45
46
320
310
330
500
510
Rotameter (mm)
45
48
54
56
60
Tabel 4.3 Data hasil pembacaan langsung unit instrumentasi untuk bahan bakar
gasohol BE-5 pada putaran yang bervariasi.
Bahan Bakar Gasohol BE-5
BEBAN
(kg)
INSTRUMENTASI
2000
2500
3000
3500
4000
76.5
73
69.5
66
62.5
69
58
49
40
29
28
31
35
34
38
40
40
40
40
40
49
50
51
52
52
260
360
380
300
510
Rotameter (mm)
35
39
45
52
56
Torsi (N.m)
78
74
71.5
68
65.5
64
56
46
42
36
29
31
35
35
36
40
40
40
40
40
51
52
53
54
54
250
340
350
520
530
Rotameter (mm)
37
40
47
52
55
Torsi (N.m)
10
25
PUTARAN (rpm)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Tabel 4.4 Data hasil pembacaan langsung unit instrumentasi untuk bahan bakar
gasohol BE-10 pada putaran yang bervariasi.
Bahan Bakar Gasohol BE-10
BEBAN
(kg)
INSTRUMENTASI
10
2000
2500
3000
3500
4000
Torsi (N.m)
75
72.5
68
65.5
62
56
55
47
38
33
31
32
32
36
37
40
40
40
40
40
51
52
53
54
54
290
325
375
490
525
Rotameter (mm)
36
39
45
51
59
77.5
73
70.5
67
64
63
51
48
42
38
Torsi (N.m)
25
PUTARAN (rpm)
31
32
33
35
36
40
40
40
40
40
50
51
52
52
54
280
350
380
490
500
Rotameter (mm)
34
42
44
50
58
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
90
80
70
Torsi (Nm)
60
Premium
50
BE-5
40
BE-10
30
20
10
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
90
80
70
Torsi (Nm)
60
Premium
50
BE-5
40
BE-10
30
20
10
0
2000
2500
3000
3500
Putaran (rpm)
4000
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
4.2.2 Daya
Besarnya daya yang dihasilkan dari masing-masing pengujian baik dengan
menggunakan bahan bakar premium, gasohol BE-5, gasohol BE-10 pada tiap kondisi
pembebanan dan putaran dapat dihitung berdasarkan persamaan (2.1) sebagai berikut:
Pe =
2. .n
T
60
= torsi (N.m)
Pe =
2. .2000
76.5
60
= 16.223 kW
Dengan cara yang sama untuk setiap jenis pengujian, pada putaran dan beban
yang bervariasi, maka hasil perhitungan daya untuk kondisi tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
10
25
Daya (kW)
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
16.223
16.014
15.7
2500
19.363
19.102
18.971
3000
21.980
21.823
21.352
3500
24.728
24.178
23.995
4000
26.795
26.167
25.957
2000
16.537
16.328
16.223
2500
19.756
19.363
19.102
3000
22.608
22.451
22.137
3500
25.277
24.911
24.544
4000
27.841
27.423
26.795
Daya (kW)
20
Premium
15
BE-5
10
BE-10
5
0
2000
2500
3000
3500
Putaran (rpm)
4000
30
Daya (kW)
25
20
Premium
15
BE-5
10
BE-10
5
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
besar dan sebaliknya. Daya yang dihasilkan mesin dipengaruhi oleh putaran poros
engkol yang terjadi akibat dorongan piston yang dihasilkan karena adanya
pembakaran bahan bakar dengan udara. Jika konsumsi bahan bakar dan udara
diperbesar maka akan semakin besar pula daya yang dihasilkan mesin. Semakin cepat
poros engkol berputar maka akan semakin besar daya yang dihasilkan.
m f x 10 3
Sfc =
Pe
dimana:
Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (gr/kW.h)
.
sg f .V f .10 3
tf
x 3600
dimana:
sg f = spesific gravity
Vf
tf
premium adalah 0.739 [lampiran 2]; sedangkan untuk bahan bakar yang merupakan
campuran antara bioetanol dengan premium, harga sg f -nya dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan pendekatan berikut:
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
bakar untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar gasohol BE-5, pada beban
10 kg dan putaran 2000 rpm adalah:
.
mf =
0.742 x 50.10 3
x 3600
69
= 1.936 kg/jam
Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka besar konsumsi
bahan bakar spesifiknya adalah:
1.936 x 10 3
Sfc =
16.223
= 120.880 gr/kWh
Dengan cara yang sama untuk setiap jenis pengujian, pada putaran dan beban
yang bervariasi, maka hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik
untuk
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
10
25
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
136.674
120.880
152.523
2500
134.718
120.560
128.521
3000
128.781
124.909
133.625
3500
125.120
138.109
147.069
4000
134.192
176.018
156.549
2000
143.655
127.817
131.203
2500
134.682
123.178
137.652
3000
143.526
129.333
126.201
3500
134.954
127.664
130.084
4000
132.734
135.298
131.702
200
175
Sfc (gr/kWh)
150
125
Premium
100
BE-5
75
BE-10
50
25
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
Sfc (gr/kWh)
150
125
Premium
100
BE-5
75
BE-10
50
25
0
2000
2500
3000
3500
Putaran (rpm)
4000
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
AFR =
ma
.
mf
dimana:
AFR
ma
pengujian pada tekanan udara 1013 mb dan temperatur 20 0C, maka besarnya laju
aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi berikut:
Cf
= 3564 x Pa x
= 3564 x 1 x
(Ta + 114)
Ta2,5
= 0.946531125
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Sumber: Manual Book of TD 110115 Test Bed Instrumentation for Small Engines, TQ Education and
Trainning Ltd-Product Division 2000. Hal 9.
m a = 31.864 x 0.946531125
= 30.160 kg/jam
Dengan cara perhitungan yang sama, maka diperoleh besar laju aliran massa
udara (ma) untuk masing-masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran.
Dengan diperolehnya harga laju aliran massa bahan bakar, maka dapat dihitung
besarnya rasio udara bahan bakar (AFR).
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
30.160
1.936
= 15.581
Dengan cara yang sama untuk setiap jenis pengujian, pada putaran dan beban
yang bervariasi, maka hasil perhitungan perbandingan udara-bahan bakar (AFR)
untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Hasil perhitungan perbandingan udara-bahan bakar (AFR).
Beban
(kg)
10
25
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
16.031
15.581
13.945
2500
14.452
14.5
14.137
3000
14.080
13.831
12.081
3500
12.882
10.968
10.989
4000
11.384
8.887
9.808
2000
14.962
14.968
15.688
2500
14.169
14
13.109
3000
11.951
12.984
12.724
3500
11.683
11.855
11.808
4000
11.076
10.452
10.989
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
18
16
14
AFR
12
10
Premium
BE-5
BE-10
4
2
0
2000
2500
3000
3500
Putaran (rpm)
4000
AFR
12
10
Premium
BE-5
BE-10
4
2
0
2000
2500
3000
Putaran (rpm)
3500
4000
v =
2.ma
1
.
100 %
60.n
a .Vl
dimana:
a =
Pa
R.Ta
Dengan memasukkan harga tekanan dan temperatur udara yaitu sebesar 1 atm
(10332.27 kg/m2) dan 27 0C, maka diperoleh massa jenis udara yaitu sebesar:
a =
10332.27
29.3.(27 + 273)
= 1.2 kg/m3
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
v =
1
2. 30,160
100%
.
60.2000
1,2.0,5 x10 -3
= 83.779 %
Harga efisiensi volumetris untuk masing-masing pengujian yang dihitung
dengan cara perhitungan yang sama dengan perhitungan diatas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Hasil perhitungan efisiensi volumetris.
Beban
(kg)
Putaran
(rpm)
10
25
2000
98.739
83.779
92.755
2500
83.779
74.204
76.598
3000
73.805
69.815
63.831
3500
63.261
58.132
61.552
4000
56.850
56.850
55.354
2000
98.739
86.771
92.755
2500
83.779
74.204
76.598
3000
73.805
69.815
65.826
3500
63.261
59.842
59.842
4000
56.850
53.858
53.858
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Premium
BE-5
BE-10
2000
2500
3000
Putaran (rpm)
3500
4000
80
70
60
Premium
50
BE-5
40
BE-10
30
20
10
0
2000
2500
3000
3500
Putaran (rpm)
4000
thermal
brake
(brake
thermal
eficiency,
b ) merupakan
perbandingan antara daya keluaran aktual terhadap laju panas rata-rata yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar. Efisiensi thermal brake dihitung dengan
menggunakan persamaan (2.13) berikut:
b =
Pe
. 3600
m f .LHV
dimana:
Besarnya nilai kalor bawah pembakaran bahan bakar dapat dihitung dengan
persamaan (2.15) berikut:
LHV = HHV 3240
Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar gasohol BE-5, beban 10 kg dan
putaran 2000 rpm:
LHV = 46911.885 3240
= 43671.885 kJ/kg
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Dengan diperolehnya nilai kalor bawah pembakaran bahan bakar maka dapat
dihitung besarnya efisiensi thermal brake ( b ) untuk masing-masing pengujian pada
variasi beban dan putaran.
Untuk pengujian dengan menggunakan gasohol BE-5, beban 10 kg, dan
putaran 2000 rpm:
b =
16.014
x 3600
1.936 .43671.885
= 0.682
= 68.2 %
Dengan cara yang sama untuk setiap jenis pengujian, pada putaran dan beban
yang bervariasi, maka hasil perhitungan efisiensi thermal brake untuk kondisi tersebut
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9 Hasil perhitungan efisiensi thermal brake.
Beban
(kg)
10
25
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
59.910
68.194
55.351
2500
60.780
68.375
65.688
3000
63.582
65.995
63.179
3500
65.442
59.678
57.404
4000
61.018
46.832
53.928
2000
56.998
64.493
64.345
2500
60.796
66.922
61.331
3000
57.050
63.737
66.896
3500
60.674
64.570
64.899
4000
61.688
60.927
64.102
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
80
70
60
50
Premium
40
BE-5
30
BE-10
20
10
0
2000
2500
3000
Putaran (rpm)
3500
4000
Gambar 4.13 Grafik Efisiensi Thermal Brake vs Putaran untuk beban 10 kg.
70
60
50
40
Premium
30
BE-5
BE-10
20
10
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
Gambar 4.14 Grafik Efisiensi Thermal Brake vs Putaran untuk beban 25 kg.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
10
25
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
0.061
0.054
0.044
2500
0.051
0.035
0.027
3000
0.089
0.081
0.057
3500
0.209
0.160
0.145
4000
0.321
0.234
0.195
2000
0.051
0.050
0.043
2500
0.042
0.032
0.031
3000
0.079
0.065
0.062
3500
0.218
0.166
0.154
4000
0.301
0.230
0.225
Perbandingan kadar karbon monoksida (CO) yang terdapat dalam gas buang
dari masing-masing pengujian dapat dilihat pada gambar 4.15 dan 4.16 berikut.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
0,35
0,3
CO (%)
0,25
0,2
Premium
0,15
BE-5
0,1
BE-10
0,05
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
CO (%)
0,25
0,20
Premium
0,15
BE-5
BE-10
0,10
0,05
0,00
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
10
25
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
2.18
2.11
1.74
2500
1.59
1.38
1.37
3000
3.53
3.38
2.96
3500
7.78
6.70
6.17
4000
8.68
8.26
7.84
2000
1.78
1.75
1.69
2500
1.57
1.29
1.22
3000
3.18
1.90
2.64
3500
10.22
6.49
5.96
4000
8.40
8.15
8.13
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Perbandingan kadar CO2 yang terdapat dalam gas buang tiap-tiap pengujian
dapat dilihat pada gambar berikut:
10
CO2 (%)
8
6
Premium
BE-5
BE-10
2
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
CO2 (%)
8
6
Premium
BE-5
BE-10
2
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
10
25
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
464
389
352
2500
310
189
161
3000
127
73
63
3500
176
162
94
4000
158
108
63
2000
404
395
389
2500
234
242
160
3000
181
119
102
3500
162
142
96
4000
156
104
74
350
300
250
Premium
200
BE-5
150
BE-10
100
50
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.19), kadar UHC tertinggi sebesar 464 ppm
terjadi pada premium pada putaran 2000 rpm. Untuk gasohol BE-5 dan BE-10 terjadi
pada putaran 2000 rpm sebesar 389 ppm dan 352 ppm
450
400
350
UHC (ppm)
300
250
Premium
200
BE-5
BE-10
150
100
50
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
10
25
Putaran
(rpm)
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
2000
464
389
352
2500
310
189
161
3000
127
73
63
3500
176
162
94
4000
158
108
63
2000
404
395
389
2500
234
242
160
3000
181
119
102
3500
162
142
96
4000
156
104
74
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
20
18
16
O2 (%)
14
12
10
Premium
BE-5
BE-10
4
2
0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
O2 (%)
12,5
Premium
10,0
BE-5
7,5
BE-10
5,0
2,5
0,0
2000
2500
3000
3500
4000
Putaran (rpm)
udara-
bahan bakar yang kaya atau adanya udara (oksigen) lebihan yang bertujuan untuk
menjamin kelangsungan proses pembakaran, sehingga dalam gas buang hasil
pembakaran masih mengandung O2. Sisa O2 gas buang dari pembakaran gasohol
BE-5 dan BE-10 lebih besar dari pada premium, hal ini karena adanya kandungan
oksigen yang terikat langsung pada senyawa bahan bakar bioetanol. Pengaruh
kenaikan putaran poros pada beban konstan cenderung mengurangi jumlah sisa O2
gas buang, hal ini disebabkan pada kondisi tersebut jumlah massa bahan bakar yang
terbakar relatif lebih banyak, sehingga dengan jumlah udara yang sama memerlukan
lebih banyak oksigen untuk proses pembakaran.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Dari perhitungan harga diatas, dapat dilihat harga yang paling mahal yaitu
untuk harga premium (tanpa subsidi), sedangkan harga yang paling rendah yaitu
untuk gasohol BE-10. Dengan pemakaian gasohol BE-5, permerintah menghemat
biaya bahan bakar Rp 242.125/liter, sedangkan dengan pemakaian gasohol BE-10
pemerintah telah menghemat Rp 484.25/liter.
Untuk
perbandingan
harga
bioetanol
dengan
premium
bersubsidi
Rp 4500/liter. Maka harga untuk gasohol BE-5 dan BE-10 adalah sama yaitu
Rp 4500/liter. Harga ini menunjukkan tidak adanya perubahan harga untuk semua
kadar campuran premium-bioetanol.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
HHV (kJ/kg)
Premium
47206.003
Gasohol BE-5
46911.885
Gasohol BE-10
45882.470
2. Performansi
Data-data hasil pengujian performansi berikut diambil pada kondisi
maksimum dan pada tiap putaran tertentu. Dibandingkan terhadap premium, kondisi
yang dihasilkan gasohol BE-5 dan BE-10 untuk performansi motor bensin 4-langkah
4-silinder sebagai berikut:
Tabel 4.15 Hasil uji performansi untuk beban 10 kg.
Performansi
Bahan
Bakar
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
Torsi
Daya
Sfc
Eff. Volumetris
Eff.Thermal
(N.m)
(Watt)
(gr/kW.h)
(%)
Brake (%)
77.5
26.795
136.674
16.031
98.739
65.442
(n=2000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=3500 rpm)
76.5
26.167
176.018
15.581
83.779
68.375
(n=2000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
75
25.957
156.549
14.137
92.755
65.688
(n=2000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2500 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
AFR
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
Torsi
Daya
Sfc
Eff. Volumetris
Eff.Thermal
(N.m)
(Watt)
(gr/kW.h)
(%)
Brake (%)
79
27.841
143.655
14.962
98.739
61.688
(n=2000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=4000 rpm)
68.5
27.423
135.298
14.968
86.771
66.922
(n=2000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
67
26.795
137.652
15.688
92.755
66.896
(n=2000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2500 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=3000 rpm)
AFR
PERFORMANSI
(kg)
10
25
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
Daya keluaran
Torsi
AFR
Efisiensi volumetris
Efisiensi termal
Daya keluaran
Torsi
AFR
Efisiensi volumetris
Efisiensi termal
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
CO (%)
CO2 (%)
UHC (ppm)
O2 (%)
0.321
8.68
464
18.12
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
0.234
8.26
389
18.77
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
0.195
7.84
352
18.93
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
Tabel 4.19 Hasil uji emisi gas buang untuk beban 25 kg.
Emisi Gas Buang
Bahan Bakar
Premium
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
CO (%)
CO2 (%)
UHC (ppm)
O2 (%)
0.301
10.22
404
18.50
(n=4000 rpm)
(n=3500 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
0230
8.15
395
18.62
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
0.225
8.13
389
19.19
(n=4000 rpm)
(n=4000 rpm)
(n=2000 rpm)
(n=2500 rpm)
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Gasohol BE-5
Gasohol BE-10
Oksigen (O2)
Oksigen (O2)
10
25
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pengujian ini adalah sebagai
berikut:
1. Semakin tinggi kadar bioetanol dalam campuran premium-bioetanol akan
menurunkan nilai kalor bahan bakar, karena nilai kalor bioetanol lebih rendah
dibandingkan dengan premium. Sehingga nilai kalor bahan bakar gasohol BE-5
dan BE-10 lebih rendah daripada premium.
2. Nilai kalor bahan bakar sangat mempengaruhi energi hasil pembakaran bahan
bakar. Semakin tinggi nilai kalor bahan bakar maka energi hasil pembakaran
bahan bakar akan semakin meningkat dan sebaliknya semakin rendah nilai kalor
bahan bakar maka energi hasil pembakaran bahan bakar akan semakin menurun.
Sehingga energi hasil pembakaran bahan bakar gasohol BE-5 dan BE-10 lebih
rendah daripada premium.
3. Berdasarkan hasil uji performansi motor bakar bensin, bahan bakar premium
memiliki keunggulan pada daya dan torsi yang tinggi serta konsumsi bahan bakar
spesifik yang rendah sedangkan bahan bakar gasohol BE-5 dan BE-10 memiliki
keunggulan pada efisiensi thermal brake yang tinggi.
4. Berdasarkan hasil uji emisi gas buang motor bakar bensin, bahan bakar gasohol
BE-5 dan BE-10 menghasilkan emisi gas buang yang lebih baik daripada
premium. Dimana kadar CO, CO2 dan UHC yang dihasilkan oleh mesin berbahan
bakar gasohol BE-5 dan BE-10 rendah serta kadar sisa O2 tinggi.
5. Pencampuran bioetanol dengan premium, secara teoritis dapat meningkatkan
bilangan oktan, karena bioetanol memiliki bilangan oktan yang lebih tinggi
daripada premium. Sehingga dapat menghindari terjadinya detonasi pada saat
pembakaran.
6. Penggunaan bahan bakar campuran premium-bioetanol (gasohol BE-5 dan
BE-10) dapat berdampak pada pengurangan emisi gas buang, sehingga
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengunakan variasi beban yang
lebih bervariasi untuk mengetahui karakteristik performansi dan emisi gas buang
dari mesin yang menggunakan bahan bakar campuran premium-bioetanol.
2. Karena mesin kendaran pada umumnya dirancang untuk bahan bakar bensin atau
solar maka untuk mengembangkan penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar
alternatif, perlu dilakukan penelitian tentang ketahanan bahan mesin terhadap
bahan bakar selain premium dan solar.
3. Untuk mendukung kelancaran dan akurasi hasil pengujian sebaiknya dilakukan
pemeriksaan dan kalibrasi terhadap instrumentasi dan alat ukur setiap kali
pengujian akan dilakukan.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Amri, I. 2007. Dilema Biofuel Sebagai Sumber Energi Alternatif. Edisi Pertama.
Kuala Lumpur. Hlm 7.
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
Berg,
C.
2004.
World
Fuel
Ethanol
Analysis
and
Outlook.
William.
H.
Seventh Edition.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
[26] Manual Book of TD 110115 Test Bed Instrumentation for Small Engines, TQ
Education and Trainning Ltd-Product Division 2000. Hlm 17.
[27] McCormick, R., Parish, R. & Milestone. 2001. Report: Technical Barriers to
the Use of Ethanol in Diesel Fuel, National Renewable Energy Laboratory
NREL, USA, Milestone Report NREL/MP-540-32674. Hlm 47.
[28] Musanif, Jamin. 2007. Bioetanol. http://www.agribisnis.deptan.go.id. Diakses 5
Maret 2009. Hlm 1.
[29] Musanif, Jamin. 2007. Bioetanol. http://www.agribisnis.deptan.go.id. Diakses 5
Maret 2009. Hlm 2.
[30] Nurdyastuti,
Indyah.
2005.
Teknologi
Proses
Produksi
Bioethanol.
Indyah.
2005.
Teknologi
Proses
Produksi
Bioethanol.
Indyah.
2005.
Teknologi
Proses
Produksi
Bioethanol.
Chalilullah.
1996.
Panduan
Praktikum
Bom
Kalorimeter.
Chalilullah.
1996.
Panduan
Praktikum
Bom
Kalorimeter.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
[40] Triwitono, Bambang, dkk. 2006. Kajian Tekno-Ekonomi Produksi Fuel Grade
Ethanol dari Nira Aren dan Kelapa Sebagai Sumber Energi Engine Alternatif.
http://kapetseram.s5.com/bioetanol.pdf. Diakses 5 Maret 2009. Hlm 9.
[41] Triwitono, Bambang, dkk. 2006. Kajian Tekno-Ekonomi Produksi Fuel Grade
Ethanol dari Nira Aren dan Kelapa Sebagai Sumber Energi Engine Alternatif.
http://kapetseram.s5.com/bioetanol.pdf. Diakses 5 Maret 2009. Hlm 10.
[42] Ward, O. P. & Singh, A. 2002. Bioethanol Technology: Developments and
Perspectives, Advances in Applied Microbiology. Hlm 101.
[43] Wyman, C. E. 2001. Twenty Years of Trials, Tribulations and Research
Progress in Bioethanol Technology, Appl. Biochem. Biotech. Hlm 52.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.
Ridho Daniel Sihaloho : Uji Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium
Dengan Campuran Premium-Bioetanol (Gasohol Be-5 Dan Be-10), 2009.