Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ANALISIS
BAHASA INDONESIA DALAM SKRIPSI MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN yang
merupakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Merupakan suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan
sebaik baiknya. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses
penyusunan makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Kalaupun akhirnya
dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya.
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa makalah ini belum
mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Denpasar, 13 November 2014
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG
Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan sesuatu semakin meningkat. Berbeda
dengan jaman dahulu (purba) dimana sesuatu yang penting saja yang akan menjadi
kebutuhan pokok manusia, manusia jaman purba berkomunikasi dengan manusia
lainnya hanya dengan menggunakan bahasa tubuh. Mereka mengisyaratkan sesuatu
dengan tubuh mereka yaitu dengan tangan ataupun dengan gerakan tubuh lainnya.
Pada jaman purba berkomunikasi memang tidak terlalu dibutuhkan karena manusia
masih melakukan aktivitasnya sendiri sendiri. Ini membuktikan bahwa manusia
jaman purba belum menjadi makhluk sosial yang sangat membutuhkan komunikasi di
setiap aktivitas yang dilakukannya. Meskipun sedikit dari mereka ada yang sudah
memahami bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain (makhluk
sosial).
Seiring berkembangnya jaman banyak perubahan yang terjadi, bahkan alat
komunikasi manusia juga berubah. Yang pada awalnya dimulai dari bahasa tubuh
berubah sedikit demi sedikit menjadi sebuah bahasa lisan yang mudah dipelajari dan
dipahami oleh manusia lain. Dan inilah awal mula kemunculan bahasa yang saat ini
digunakan. Perbedaan setiap bahasa terjadi karena perbedaan suku, ras, dan bangsa.
Misalnya di Indonesia, kita mengenal bahasa pemersatu yang digunakan adalah
Bahasa Indonesia.
Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengerti bahasanya
sendiri. Bukan berarti pada makna yang sebenarnya, akan tetapi mereka kurang
paham tentang kaidah-kaidah dan aturan tata bahasa yang ada di dalam Bahasa
Indonesia.
Baik kita sadari atau tidak, kita itulah yang terjadi.Berangkat dari polemik di
atas, makalah ini disusun.Di dalam makalah ini pembahasannya lebih kepada EYD
dan tanda baca yang keduanya merupakan indikator dari keabsahan Bahasa Indonesia
itu sendiri.

Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap
sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan
pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan
yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam
cuplikan. Namun, dalam perkembangannya, penggunaan kata analisa atau analisis
mendapat sorotan dari kalangan akademisis, terutama kalangan ahli bahasa.
Penggunaan yang seharusnya adalah kata analisis. Hal ini dikarenakan kata analisis
merupakan kata serapan dari bahasa asing (inggris) yaitu analisys. Dari akhiran -isys
bila diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi -isis. Jadi sudah seharusnya bagi kita
untuk meluruskan penggunaan setiap bahasa agar tercipta praktik kebahasaan yang
baik dan benar demi tatanan bangsa Indonesia yang semakin baik.

II.

TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Memenuhi tugas bahasa Indonesia
2. Agar mahasiswa bisa mempelajari bagaimana menganalisis ejaan, pilihan kata,
dan struktur kalimat yang benar.

III.

RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah penjelasan
tentang pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD
dalam skripsi mahasiswa Kedokteran Hewan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. EJAAN
Ejaan ialah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan
bunyi,cara memisahkan atau menggabungkan kata dan cara menggunakan tanda baca.
Dalam system ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu
dilambangkan. Lambang fonem itu dinamakan huruf . Susunan sejumlah huruf dalam
suatu bahasa disebut abjad .
Huruf hanyalah lambang fonem, merupakan gambar fonem itu. Bunyi-bunyi
bahasa yang kita ucapkan itulah yang disebut fonem dan gambar bunyi bahasa itu disebut
huruf. Fonem ialah kesatuan bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti. Untuk
membuktikan bahwa suatu bunyi bahasa itu fonem atau bukan, kita ambil kata-kata yang
hampir sebunyi seperti /lari, mari, tari, dari, cari/; kata lari mempunyai arti dan apabila
bunyi /1/ pada kata itu kita ganti dengan bunyi /m/ menjadi mari, maka arti kata berubah.
Jadi baik bunyi /1/ maupun bunyi /m/ kedua-duanya dalam bahasa Indonesia merupakan
fonem. Begitu pula kita buat dengan kata /tari, dari, sari, cari/ : karena tiap kata
mempunyai arti sendiri-sendiri, maka bunyi-bunyi /t, d, s, c/ juga merupakan fonem
dalam bahasa Indonesia. Demikianlah kita lakukan dengan semua kemungkinan bunyi
bahasa dalam bahasa Indonesia, maka akan kita dapat sejumlah fonem bahasa Indonesia.
Ada dua macam fonem, yaitu fonem vokal dan fonem konsonan. Dalam buku tata bahasa
karangan St. Muh. Zain vokal disebut huruf hidup dan konsonan disebut huruf mati.
Bagaimana kita bedakan vokal dan konsonan itu? Vokal ialah bunyi ujaran yang sungguh
sungguh bunyi yang murni. . . Konsonan ialah bunyi ujaran yang diucapkan dengan
menutup sebentar atau menyempitkan jalan udara keluar. Jadi bedanya terletak pada ada
atau tidak adanya rintangan dalam mengucapkan sehingga yang satu terdengar lebih
nyaring dari pada yang lain.Vokal vokal dalam bahasa Indonesia ialah a, e, e, i, o,
u, termasuk diftong ai, au, oi.
Selain dari pada pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga
1 ) ketetapan tentang bagaimana tentang satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata
ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan partikel-partikel dituliskan ; 2) ketetapan
tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian
tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru.
Penulisan kata
1. Kata dasar:
Kata yang berupa kata dasar, ditulis sebagai satu kesatuan

Misalnya:

Ibu percaya bahwa engkau tau


Kantor pajak penuh sesak

2. Kata turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: bergelar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan,
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:

bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan

c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi,
menyebarluaskan,

dilipatgandakan,

penghancurleburan.
d. Jika ada salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: antarkota, adipati, aerodinamika,ekstrakulikuler
Catatan:
1. Jika bentuk terikat iikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf capital, di
antara kedua unsure itu dituliskan tanda hubung (-)
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme
2. Jika kata maha sebagai unsure gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
3. Bentuk ulang
Bentuk ulang ditulis lengkap dengan menggunakan dengan tanda hubung
Misalnya : Anak-anak , buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, sia-sia,
gerak-gerak, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba, lauk-pauk, mondarmandir , ramah-tamah, sayur-mayur
4. Gabungan kata
Gabung kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis terpisah.
Misalnya : duta besar, kambing hitam, kereta api cepat, luar biasa, mata pelajaran,
meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang
empat.
5. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada.
Misalnya :

Kain itu di dalam almari


Di mana Siti sekarang ?
Ke mana saja ia selama ini?

6. Kata Depan di, ke, dan dari


Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya
7. Kata si dan sang
Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis terpisah dengan
kata dasarnya
8. Partikel
Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedangkan
partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang berarti mulai, demi,
dan tiap ditulis terpisah dari kata dasarnya
9.

Singkatan dan Akronim


akronim: kependekan yg berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain
yg ditulis dan dilafalkan sbg kata yg wajar (msl mayjen mayor jenderal, rudal
peluru kendali, dan sidak inspeksi mendadak);
singkatan: hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf
(msl DPR, KKN, yth., dsb., dan hlm.)
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau
lebih.
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,


badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
3. Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik. Tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi
tanda titik setelah masing-masing huruf.
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang
asing tidak diikuti tanda titik.

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata,
ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
huruf

10. Angka dan Lambang Bilangan


I. Angka dan Lambang Bilangan.
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka

Arab:

0,

1,

2,

3,

4,

5,

6,

7,

8,

Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M (1000) (5.000), dan

(1.000.000).

Pemakaian diatur lebih lanjut seperti berikut.

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan
isi,

(ii)

satuan

waktu

(iii)

nilai

uang,

(iv)

kuantitas.

Misalnya:
0,5 sentimeter
10 liter
Rp5.000,00
US$3.50*
2.000 rupiah
1 jam 20 menit.
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* Tanda titik di sini merupakan tanda decimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya:
Jalan Cikutra I No. 20 Hotel Indonesia, Kamar 220.
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 229 Surah Yasin: 8
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh.
Misalnya:
dua belas 12.
dua puluh dua 22.
dua ratus dua puluh dua 222.

b. Bilangan pecahan.
setengah .
tiga perempat
seperenam belas 1/16
tiga dua pertiga 3 2/3
seperseratus 1/100
satu persen 1%
satu permil 1

satu dua persepuluh 1,2


6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X.
Paku Buwono ke-10
Bab II.
Bab ke-2.
Bab kedua.
Abad XX.
Abad ke-20.
Abad kedua puluh.
Dari analisa yang kami lakukan, terdapat bebrapa kesalahan dari ejaan yang ada
dalam skripsi ini, antara lain:
1. Ejaan salah:
Nim. 1009005114
Perbaikan:
NIM. 1009005114.
2. Ejaan salah:
Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si,

Perbaikan:
Dr.drh. I Nyoman Suartha, M.Si.

3. Ejaan salah:
Dr.drh. I. G. N. B. Trilaksana, M.Kes

Perbaikan:
Dr.drh. I. G. N. B. Trilaksana, M.Kes.
4. Ejaan salah:
Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP,
Perbaikan:
Dr.drh. Nyoman Adi Suratma, M.P.
5. Ejaan salah:
hari ke 0
Perbaikan:
hari ke-0
6. Ejaan salah:
Obed Rante S.Pt
Perbaikan:
Obed Rante, S.Pt.
7. Ejaan salah:
Stepanus Tungga S.Pd
Perbaikan:
Stepanus Tungga, S.Pd.
8. Ejaan salah:
Paulina Bura S.Pd
Perbaikan:
Paulina Bura, S.Pd.
9. Ejaan salah:
Sebagai plasma nutfah asli Bali keberadaan sapi bali perlu dilestarikan.
Perbaikan:
Sebagai plasma nutfah asli Bali, keberadaan sapi bali perlu dilestarikan.

10. Ejaan salah:

Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, segala
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
Perbaikan:
Dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan untuk itu, segala
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
11. Ejaan salah:
Bapak Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr.
drh. I.G.N.B Trilaksana,

M.Kes selaku pembimbing II yang senantiasa

memberikan bimbingan, dukunganm dan pengertiannya sehingga penulis


dapat menyelesaikan skripsi ini.
Perbaikan:
Dr.drh. I Nyoman Suartha, M.Si. selaku pembimbing I dan Dr.drh. I.G.N.B
Trilaksana, M.Kes. selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan
bimbingan,

dukunganm

dan

pengertiannya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan
skripsi ini.
12. Ejaan salah:
Fungsi lain hormon progesteron adala memacu perkembangan lobus alveoli
glandula mammae untuk sekresi susu.
Perbaikan:
Fungsi lain hormon progesteron adalah memacu perkembangan lobus alveoli
glandula mammae untuk sekresi susu.

2. PILIHAN KATA
Pilihan kata (diksi) adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai
dalam suatu kalimat atau wacana dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu
dalam berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang. Diksi bukan hanya
berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan

atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapanungkapan dan sebagainya.
Diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan
oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula
sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Sedangkan kelompok kata
(frase) adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi, (Keraf, Gorys, 1985).
Dalam menganalisis skripsi ini, ditemukan beberapa kesalahan jika dilihat dari pilihan
katanya, antara lain:
1. Pilihan kata salah:
Penulis dilahirkan di Kota Makale, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi
Selatan pada tanggal 5 oktober 1992.
Perbaikan:
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Oktober 1992 di Kota Makale, Kabupaten Tana
Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Pilihan kata salah:
Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan bapak Tadung
Leme dan Ibu Damaris Sule.
Perbaikan:
Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara, pasangan bapak Tadung Leme
dan Ibu Damaris Sule.
3. Pilihan kata salah:
Sampai saat ini penelitian yang mengkhususkan standar normal sapi bali betina
pada masa reproduksi belum ada.
Perbaikan:
Sampai saat ini, penelitian yang mengkhususkan standar normal sapi bali betina
pada masa reproduksi belum ada.
4. Pilihan kata salah:
Perubahan hormonal ini mempengaruhi proses fisiologis tubuh sapi seperti
temperatur tubuh, frekuensi pulsus, frekuensi respirasi, frekuensi jantung.
Perbaikan:

Perubahan hormonal ini mempengaruhi proses fisiologis tubuh sapi seperti


temperatur tubuh, frekuensi pulsus, frekuensi respirasi, dan frekuensi jantung.
5. Pilihan kata salah:
Masa reproduksi sapi dibagi dalam beberapa tahap yaitu siklus estrus, fase
kebuntingan, menyusui (pemeliharaan anak).
Perbaikan:
Masa reproduksi sapi dibagi dalam beberapa tahap, yaitu, siklus estrus, fase
kebuntingan, dan menyusui (pemeliharaan anak).
6. Pilihan kata salah:
Adanya fase fase ini sangat dipengaruhi oleh perubahan hormon reproduksi dalam
tubuh (estrogen dan progesteron).
Perbaikan:
Adanya fase-fase ini sangat dipengaruhi oleh perubahan hormon reproduksi
dalam tubuh (estrogen dan progesteron).
7. Pilihan kata salah:
Bapak drh Samsuri, M.Kes selaku pembimbing akademis atas bimbingan, nasehat
dan motivasi yang telah diberikan.
Perbaikan:
Drh.Samsuri, M.Kes. selaku pembimbing akademis atas bimbingan, nasehat dan
motivasi yang telah diberikan.

3. STRUKTUR KALIMAT
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis,
harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur
predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat
disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang
utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?)
dan tanda seru (!).
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau
dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa

Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimatkalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan
dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola
pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar.
B. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk
setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.

1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika
kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
2.

Dua Kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh
kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut
kalimat majemu setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei
Darussalam tergolong negara berkembang.

3.

Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika
kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:

Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian


disebutkan namanama juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah terima
pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.

4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat
itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat,
atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu
suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan
dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan
waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain
diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih
dapat mengacaukan data-data komputer itu.
2.

a. Para pemain sudah lelah


b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak
kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat
ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel
besar.

Anak kalimat:

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.

Induk kalimat:

Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.

Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila,
jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum,
kendatipun, bahwa, dan sebagainya.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat
majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami
pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai.
Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
Dalam menganalisis skripsi ini, terdapat beberapa kesalahan dari struktur kalimatnya,
antara lain:
8. Struktur kalimat salah:
Masa reproduksi yang dimaksud adalah selama satu siklus etrus yang dibagi
menjadi beberapa fase yang dapat dibedakan dengan jelas yang disebut proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus
Perbaikan:
Masa reproduksi yang dimaksud adalah selama satu siklus etrus yang dibagi
menjadi beberapa fase. Fase tersebut terdiri dari proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus.
9. Struktur kalimat salah:
Sapi yang dipakai sebagai sampel adalah sapi bali betina dewasa yang sudah
penah melahirkan sebanyak 4 ekor dan yang belum pernah melahirkan (sapi dara)
sebanyak 2 ekor yang di pelihara di sentra pembibitan sapi bali di Desa Sobangan
Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.
Perbaikan:
Sapi yang dipakai sebagai sampel adalah sapi bali betina dewasa yang sudah
penah melahirkan, sebanyak 4 ekor dan yang belum pernah melahirkan (sapi

dara), sebanyak 2 ekor. Sapi yang digunakan adalah sapi yang di pelihara di sentra
pembibitan sapi bali di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
10. Struktur kalimat salah:
Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan
manusia.
Perbaikan:
Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia.
11. Struktur kalimat salah:
Selama ini pemeriksaan status praesen untuk tujuan penegakkan diagnosa suatu
penyakit atau tujuan-tujuan lain termasuk penelitian tentang sapi bali mengacu
pada referensi ras sapi lainnya yang dipublikasi di beberapa sumber.
Perbaikan:
Selama ini pemeriksaan status praesen untuk tujuan penegakkan diagnosa suatu
penyakit atau tujuan-tujuan lain, termasuk penelitian tentang sapi bali mengacu
pada referensi ras sapi lainnya yang dipublikasi di beberapa sumber.
12. Struktur kalimat salah:
Hormon FSH adalah hormon yang disekresikan oleh adenohipofisa dari hipofisa
anterior yang merupakan hormon reproduksi primer yang berfungsi untuk
menggertak

proses

reproduksi

seperti

spermatogenesis

dan

menstimuli

pertumbuhan olikel dan berfungsi di dalam pelepasan estrogen dan inhibin oleh
folikel ovarium (Bearden and Fuquay, 1992).
Perbaikan:
Hormon FSH adalah hormon yang disekresikan oleh adenohipofisa dari hipofisa
anterior. Hipofisa anterior sendiri merupakan hormon reproduksi primer yang
berfungsi untuk menggertak proses reproduksi seperti spermatogenesis,
menstimuli pertumbuhan olikel dan berfungsi di dalam pelepasan estrogen, dan
inhibin oleh folikel ovarium (Bearden and Fuquay, 1992).
13. Struktur kalimat salah:
Sekresi progesteron tergantung dari status siklus estrus kadar tertiggi hormon
progesteron nampak pada fase luteal karena korpus luteum merupakan sumber
utama dari progesterone dan kadar terendah pada fase folikel (McDonald, 2000).
Perbaikan:
Sekresi progesteron tergantung dari status siklus estrus. Kadar tertinggi hormon
progesteron nampak pada fase luteal karena korpus luteum merupakan sumber
utama dari progesterone dan kadar terendah pada fase folikel
14. Struktur kalimat salah:

Hal ini berarti bahwa indikator fisiologis seperti frekuensi denyut nadi, frekuensi
respirasi, dan suhu rectal pada ternak muda lebih tinggi dibandingkan dengan
ternak yang lebih tua.
Perbaikan:
Hal ini berarti indikator fisiologis seperti frekuensi denyut nadi, frekuensi
respirasi, dan suhu rectal pada ternak muda lebih tinggi dibandingkan dengan
ternak yang lebih tua.

BAB III
PENUTUP
II.

KESIMPULAN
Analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa
guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.
Dalam menganalisis skripsi ini, kami menemukan banyak kesalahan dalam penggunaan
bahasa indonesia baik dari ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat.
Ejaan ialah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan
bunyi,cara memisahkan atau menggabungkan kata dan cara menggunakan tanda baca.
Pilihan kata (diksi) adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
suatu kalimat atau wacana dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. (.), tanda tanya (?) Dan tanda seru (!).

III.

SARAN
Sebaiknya kita harus lebih teliti dalam menganalisa skripsi, karena ditemukan
banyak sekali keasalah dalam penulisan. Seperti pilihan kata, struktur kalimat, dan ejaan

LAMPIRAN
Pembagian tugas dalam menganalisis skripsi :
1) Menganalisis ejaan :
Martha Diana Suwaris
Endah Rahmawati
2) Menganalisis pilihan kata :
Inggrid Madani
D.S.M. Odiec Yusma
3) Menganalisis struktur klimat :
Febrianti
Fatmawati Aras

1409005041
1409005044
1409005040
1409005042
1409005043
1409005045

DAFTAR PUSTAKA
Tadung, Oktovina. 2014. STATUS PRAESEN SAPI BALI BETINA SELAMA SATU SIKLUS
ESTRUS DI SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DESA SOBANGAN KECAMATAN
MENGWI KABUPATEN BADUNG. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana.
https://docs.google.com/document/d/18Lv5yg0BsjiPL_XGVrOHEsQN_UZwNnYTKA79SrXhI
0/edit
Kategori Singkatan dan akronim bahasa Indonesia - Wiktionary bahasa Indonesia.htm
Rofiah, Siti.2014. PENTINGKAH PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN
TINGGI. Sekolah Tinggi Elektronika Dan Komputer Weleri. Weleri.
Cara Mudah Menyunting Karangan - Bimbie.com.htm

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
II.
TUJUAN
III.
RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
I.
EJAAN
II.
PILIHAN KATA
III.
STRUKTUR KALIMAT
BAB III PENUTUP
I.
II.

KESIMPULAN
SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai