Anda di halaman 1dari 6

TEORI PEMBANGUNAN MYRDAL

KELAS GEOGRAFI EKONOMI

Oleh:
FATHU ROHMAH

1006678854

FATISYA ILANI YUSUF

1006773105

M. ACEP ZAHIDIN

1006678980

LAPORAN MATA KULIAH GEOGRAFI EKONOMI


PENDIDIKAN DASAR PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
2012

TEORI PEMBANGUNAN MENURUT MYRDAL


Pada tahun 1957, Karl Gunnar Myrdal (1898-1987) adalah seorang ahli
ekonomi yang berasal dari swedia yang mempublikasikan teori Cummulative
Causation melalui karyanya yang berjudul Economic Theory and Underdeveloped
Regions. Teori ini memberikan gambaran yang sederhana mengenai penjalaran
dampak industrialisasi terhadap proses sosial-ekonomi yang berjalan menurut pola
sirkulatif-kumulatif. Myrdal berpendapat bahwa apapun alasannya, ekspansi industri
yang berasal dari pusat pertumbuhan (growth centre) akan menyebabkan meluasnya
keuntungan internal dan eksternal industri bersangkutan sehingga memperkuat
pertumbuhannya, tetapi mengorbankan daerah lain.
Myrdal mengemukakan tentang sebab-sebab dari bertambah memburuknya
perbedaan pembangunan di berbagai wilayah dalam suatu negara.

Myrdal

berpendapat bahwa dalam proses pembangunan ada faktor-faktor yang akan


memperburuk perbedaan tingkat pembangunan antara berbagai daerah atau Negara.
Hal ini terjadi dikarenakan dari suatu proses sebab-akibat kumulatif yang sesuai
dengan teorinya yaitu Cummulative Caucation.
Menurut pandangan Myrdal, pembagunan di daerah yang lebih maju akan
menciptakan beberapa keadaan yang akan menimbulkan hambatan yang lebih besar
bagi daerah yang terbelakang untuk berkembang. Myrdal juga memperkenalkan
konsep backwash effect dan spread effect yaitu:
1. Back Wash Effect
Yaitu pembangunan di daerah maju akan menciptakan hambatan yg lebih besar
kepada daerah-daerah yang terbelakang.
Penyebabnya :
a.

Corak perpindahan penduduk yang masih muda dan lebih terdidik


Pada umumnya penduduk berpindah atau melakukan urbanisasi ke kota-kota
besar atau daerah yang lebih maju. Penduduk yang melakukan urbanisasi
merupakan penduduk yang potensial, yaitu tenaga kerja yang masih muda dan
produktivitas dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan penduduk yang tidak melakukan urbaniasi. Akibatnya di Desa atau
daerah miskin akan terjadi kekurangan tenaga kerja produktif. Kondisi ini
akan semakin mempersulit desa atau daerah miskin untuk berkembang.

b.

Corak aliran modal, kurangnya aliran / permintaan modal di daerah miskin.


Modal pada umumnya lebih menguntungkan ditanamkan di kota atau daerah
maju, sebab di kota banyak faktor yang mendukung, seperti tersedia lembaga
perbankan, dan kemudahan dalam melakukan transaksi. Oleh karena itu modal
lebih banyak dan lebih mudah diperoleh di kota atau daerah maju. Sebaliknya,
di desa atau daerah miskin modal sangat sedikit dan sulit diperoleh. Kondisi
ini mengakibatkan permintaan akan modal di desa atau daerah miskin sangat
rendah. Jadi ada dua penyebab timbulnya backwash effect yang disebabkan
oleh modal, yaitu: kurangnya permintaan modal di desa atau daerah miskin
dan modal lebih menguntungkan ditanamkan di kota atau didaerah yang lebih
maju.

c.

Jaringan transportasi, daerah maju yg lebih baik


Bahwa jaringan pengangkutan yangn jauh lebih baik di daerah yangn lebih
maju, sehingga mengakibatkan kegiatan produksi dan perdagangan dapat
dilaksanakan dengan lebih efisien di daerah tersebut

d.

Pola Perdagangan
Kegiatan perdagangan banyak dikukasai oleh industri-industri di kota atau
daerah yang lebih maju. Hal ini menyebabkan daerah miskin mengalami
kesulitan untuk mengembangkan pasar untuk hasil-hasil industrinya dan
memperlambat perkembangan di desa atau daerah miskin.
Backwash effect ini meliputi tentang kegiatan - kegiatan migrasi penduduk,

pola perdagangan dan pergerakan modal yang mengarah ke pusat. Migrasi penduduk
dari daerah belakang ke pusat pertumbuhan pada kenyataannya terdiri dari orang
orang muda dan menghuni daerah daerah yang kumuh. Hal yang sama terjadi pada
aliran modal ke pusat pertumbuhan karena meningkatnya pendapatan dan permintaan
meningkat. Suksesnya pertumbuhan wilayah menarik kelebihan aktivitas ekonomi
langsung atau tidak langsung yaitu melalui peningkatan dan inovasi yang logis secara
berkelanjutan.
2. Spread Effect
Yaitu perkembangan daerah yang lebih maju dapat mendorong perkembangan di
daerah yg miskin. Dengan terbentuk tambahan permintaan dari daerah kaya terhadap
hasil produksi dari daerah miskin. Dampak sebar (spread effect) menujuk pada

momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat pengembangan


ekonomi ke wilayah-wilayah lainnya. Permintaan ini terdiri dari :
a.

Timbulnya barang hasil pertanian dan kerajinan.

b.

Barang industri rumah

c.

Hasil industri barang konsumsi

Laju spread effect lebih rendah dari backwash effect, hal ini menyebabkan
jurang kesejahteraan/ ketimpangan sosial antara daerah yang kaya dengan daerah
miskin menjadi bertambah lebar.
Ketimpangan

regional berkaitan erat dengan sistem kapitalis

yang

dikendalikan oleh motif laba. Motif laba inilah yang mendorong berkembangnya
pembangunan berpusat di wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi,
sementara wilayah-wilayah lain tetap terlantar. Penyebab gejala ini, menurut Myrdal
ialah peranan bebas kekuatan pasar, yang cenderung memperlebar dibandingkan
mempersempit ketimpangan regional (Jhingan, 1993).
Akan tetapi Myrdal berpendapat juga bahwa jurang pembangunan dapat
mengecil kembali, jika daerah kaya sudah menjadi sangat berkembang, sehingga
akan timbul disekonomis ekstern (external diseconomies) terhadap berbagai
perusahaan dan industri, yang terutama ditimbulkan oleh kongesti-kongesti yang
terjadi di daerah yang lebih maju. Hal ini akan menciptakan kegiatan ekonomi di
daerah-daerah lain yang belum berkembang, sebab di daerah yang maju sudah terjadi
kejenuhan atau juga mahalnya ongkos produksi. Dalam keadaan seperti itu terjadi
pengurangan perpindahan tenaga kerja, dengan demikian perpindahan penduduk atau
urbanisasi dapat dicegah. Mereka tidak perlu pergi mencari pekerjaan di daerah yang
maju, sebab di daerahnya sendiri sudah banyak berdiri industry. Jadi dengan kata lain
akan memunculkan mekanisme pasar yang dengan sendirinya menyeimbangkan dan
menghapuskan perbedaan tingkat pembangunan antara daerah maju dengan daerah
yang relatif belum maju.
Dapat disimpulkan bahwa menurut teori Myrdal:
a. pembangunan ekonomi antar wilayah akan menimbulkan adanya
backwash

effect

yang

mendominasi

spread

effect

yang

akan

menguntungkan bagi wilayah yang lebih maju dan merugikan bagi daerah

yang kurang maju ataupun masih berkembang.


b. Daerah maju belum muncul kongesti, maka belum menyeimbangkan
tingkat perkembangan diberbagai wilayah
c. Jika muncul kongesti dan menciptakan dis-ekonomi ekternal, maka dengan
sendirinya akan menyeimbangkan tingkat perkembangan wilayah
Kritikan Pandangan Myrdal
Kelemahan Teori Myrdal terletak pada misalkan bagaimana perpindahan
tenaga kerja dari negara berkembang ke negara maju.
Bagi negara berkembang memunculkan kerugian :
a. Tidak mempengaruhi tingkat upah pada dua negara
b. Umumnya tenaga kerja yang migrasi adalah tenaga ahli
c. Mengembangkan sektor industri
d. Ekspor barang industri terbatas
e. Penanaman modal pada pasar uang internasional
Dalam realitanya migrasi antara negara memunculkan keuntungan :
a. Mengurangi pengangguran
b. Tambahan devisa
Mekanisme pasar dalam perdagangan antar negara tidak sempurna perdagangan antar
daerah, setiap negara umumnya memiliki aturan yang mengatur :
a. Aliran penduduk
b. Aliran modal
c. Aliran barang

Tinjauan Kajian
http://jnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/19736/...

Diakses

Pada

Minggu 26 Februari 2012 Pukul 11.30 WIB


http://eprints.undip.ac.id/16862/1/budiantoro__hartono.pdf, Diakses Pada Sabtu 25
Februari 2012 Pukul 17.05 WI
http://staff.ui.ac.id/internal/132172207/publikasi/konseppusatpinggiran_sebuahtinjaua
nteoritis.pdf, Diakses Pada Sabtu 25 Februari 2012 Pukul 20.05 WIB
Angelia, Yuki.2010. AnalisisKetimpangan Pembangunan Wilayah Di Provinsi Dki
Jakarta Tahun 1995-2008.Skripsi: Semarang

Anda mungkin juga menyukai