Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN AKTIVITAS

FUNGSIONAL CERVICAL AKIBAT NYERI LEHER (NECK PAIN)


DI KONI MAKASSAR

LAPORAN KASUS

FARAHDINA BACHTIAR
C131 09 002

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Nyeri leher (neck pain) merupakan keluhan yang sangat umum, dimana
70% populasi pasti pernah mengalami nyeri leher, sehingga nyeri leher
merupakan kasus muskuloskeletal terbesar kedua setelah nyeri punggung bawah
(Low Back Pain).
Nyeri muskuloskeletal di leher merupakan masalah kesehatan pada
masyarakat modern. Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal
pada leher di masyarakat selama 1 tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih
tinggi pada wanita. Nyeri muskuloskeletal di leher adalah rasa nyeri yang meliputi
kelainan saraf, tendon, otot dan ligamen di sekitar leher. Pekerjaan dapat
mengakibatkan nyeri leher, terutama selama bekerja dengan posisi tubuh yang
salah sehingga membuat leher berada dalam posisi tertentu dalam jangka waktu
lama.
Nyeri leher akan mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja dan
melakukan activity daily living (ADL), sehingga menjadi alasan individu datang
ke tempat pelayanan kesehatan profesional. Sebuah penelitian tentang prevalensi
nyeri leher di Swedia menunjukkan bahwa 43% populasi dilaporkan pernah
mengalami nyeri leher, lebih sering terjadi pada wanita (48%) dibandingkan pria
(38%). Nyeri leher kronis, didefinisikan sebagai nyeri berlanjut lebih dari 6 bulan,
lebih banyak terjadi pada wanita (22%) dibandingkan pria (16%).

Nyeri leher biasanya bersifat terus menerus dan episodik. Setidaknya 40%
dari penderita nyeri leher akan mengalami kekambuhan dan episode selanjutnya
hampir sama dengan rata-rata kekambuhan yang dilaporkan pada penelitian
jangka panjang dari pasien Low Back Pain (Mckenzie & May 2003).
Alignment merupakan dasar terjadinya gerakan yang optimal dan
kesehatan muskuloskeletal memerlukan gerakan optimal untuk mencegah atau
meminimalisasi sindroma nyeri gerak. Mayoritas sindroma nyeri gerak
muskuloskeletal, baik akut maupun kronis merupakan hasil kumulatif dari micro
trauma dari stress yang disebabkan oleh gerakan berulang dalam arah tertentu
atau dari alignment tidak ideal yang telah berlangsung lama.
Otot-otot yang ada di sekitar leher menunjang dan menggerakkannya.
Leher memiliki gerakan yang khusus dan sangat fleksibel serta berperan
menunjang berat kepala yang rata-rata 15 pounds. Selain itu, leher melindungi
saraf-saraf yang berasal dari otak dan berjalan ke seluruh tubuh. Leher merupakan
bagian tubuh yang perlindungannya lebih sedikit dibandingkan batang tubuh yang
lain, sehingga leher lebih rentan terkena trauma atau kelainan yang menyebabkan
nyeri dan gangguan gerakan terutama bila dilakukan gerakan yang mendadak dan
kuat. Bagi kebanyakan orang, nyeri leher merupakan kondisi yang sementara yang
akan hilang dengan sendirinya. Beberapa lainnya membutuhkan diagnosis dan
penanganan yang tepat untuk membebaskannya dari nyeri leher tersebut.
Penanganan nyeri leher tidak cukup dengan obat saja, tetapi juga
membutuhkan intervensi fisioterapi. Fisioterapis adalah tenaga kesehatan
profesional, pemberi pelayanan kesehatan yang bidang kajiannya bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan memulihkan kemampuan gerak dan fungsi

sepanjang daur kehidupan dalam menangani kondisi-kondisi yang bisa


menghambat aktivitas gerak dan fungsi sehari-hari (WCPT, 1999). Oleh sebab itu,
fisioterapis dapat memberikan intervensi yang sesuai dengan mempertimbangan
kondisi patofisiologi penyakit pasien.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. ANATOMI
Columna vertebralis terdiri dari 33 tulang vertebra yang membentuk kurva
dan secara struktural terbagi atas 5 regio. Dari superior ke inferior, mulai dari 7
segmen vertebra cervical, 12 segmen vertebra thoracal, 5 segmen vertebra lumbal,
5 vertebra sacral yang menyatu dan 4 vertebra coccygeus yang menyatu. Karena
terdapat perbedaan struktural dan adanya sejumlah costa, maka besarnya gerakan

yang dihasilkan juga beragam antara vertebra yang berdekatan pada regio
cervical, thoracal, dan lumbal.
Corpus vertebra terpisah oleh adanya diskus intervertebralis yang
membentuk tipe symphysis dari amphiarthrosis. Facet joint kiri dan kanan antara
processus artikular superior dan inferior adalah tipe plane/glide joint dari
diarthroses yang dilapisi oleh cartilago sendi.
Lebih jelasnya, unit fungsional dari columna vertebralis terdiri dari anterior
pillar dan posterior pillar. Anterior pillar dibentuk oleh corpus vertebra dan diskus
intervertebralis. Posterior pillar dibentuk oleh processus artikular dan facet joint,
yang merupakan mekanisme slide untuk gerakan. Juga dibentuk oleh dua arkus
vertebra, dua processus transversus, dan processus spinosus. Pada arcus vertebra,
processus transversum dan processus spinosum merupakan tempat melekatnya
otot yang menunjang dan melindungi columna vertebra.
Leher terdiri dari tujuh susunan vertebra cervical yang dimulai dari dasar kranium
dan berakhir tepat di atas vertebra torakal atau setinggi batang tubuh bagian atas. Vertebra
cervical memiliki lengkung lordosis seperti yang terdapat pada vertebra lumbalis.
Vertebra cervical lebih mudah bergerak dibandingkan vertebra lainnya.

Secara keseluruhan, vertebra cervical terdiri atas 2 segmen anatomikal dan


fungsional yang berbeda yaitu segmen superior atau suboccipital, yang terdiri dari
vertebra C1 atau atlas dan vertebra C2 atau axis dan segmen inferior memanjang
dari permukaan inferior axis ke permukaan superior Th1.
Seluruh vertebra cervical adalah sama, kecuali atlas dan axis yang berbeda
satu sama lain dan dengan vertebra cervical lainnya. Sendi-sendi pada segmen
inferior hanya memiliki 2 tipe gerakan yaitu fleksi dan ekstensi, dan lateral fleksi
yang disertai dengan rotasi. Secara fungsional, kedua segmen tersebut saling
5

melengkapi untuk menghasilkan gerakan yang sebenarnya yaitu rotasi, lateral


fleksi, fleksi dan ekstensi kepala.
Cervical spine memiliki mobilitas dan stabilitas besar karena terdiri atas
atlanto occipital (upper), atlanto axial (mid) dan intervertebral joint C2 3, sampai
dengan C6 7 (lower). Pada segmen C1 C7 memiliki diskus intervertebralis,
dimana diskus memiliki peran yang besar dalam menghasilkan gerakan yang luas.

Gambar 1. Vertebra Cervical

I.
1.

SEGMENTASI CERVICAL
Atlanto-occypital joint (C0 C1)
Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk facies
articular inferior occyput yang cembung dan facies articular atlas yang
cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi sehingga dikenal sebagai yes
joint.

2.

Atlanto-axial joint (C1 C2)


Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk oleh atlas arc
dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kiri dan kanan, sehingga
dikenal sebagai no joint.

3.

Intervertebral joint (C2 C7)


Mulai dari C2 ke bawah terbentuk intervertebral joint atau face
joint dimana terletak lebih kearah bidang transversal.

4.

Facet joint dan Uncovertebral joint


Mulai dari C2 ke bawah membentuk intervertebral joint atau facet
dimana terletak lebih pada bidang transversal. Uncovertebral (uncinate)
joint bukan merupakan sendi yang sebenarnya tetapi merupakan
pertemuan tepi lateral corpus vertebra cervical. Uncovertebral joint
hanya terdapat pada cervical spine, berfungsi sebagai stabilisasi dan
mengarahkan gerak segmental sehingga lebih dominan fleksi-ekstensi.
II.

OTOT-OTOT PADA CERVICAL SPINE


Fungsi utama otot leher adalah sebagai stabilisasi aktif dan
menahan kepala. Sebagian besar otot leher kearah tipe I atau tonik,
sering dijumpai patologi tightness (ketegangan otot yang berlebihan),
kontaktur (pemendekan otot) dan tendomyosis. Sebagian besar otot
bagian posterior lebih dominan kearah tipe serabut slow-twitch (tipe I).
a. Bagian anterior: m. sternocleidomastoid, m. longus cercivis
(descending, ascending dan longitudinal), m. rectus capitis anterior, m.
rectus capitis anterior minor, m. rectus capitis lateralis, m. scalenus
anterior, m. scalenus medius, m. scalenus posterior.
b. Bagian posterior: ms. rectus capitis major dan minor, ms. obligus
capitis superior dan inferior, m. cervical transverso spinalis, m.
interspinosus, ms. semispinalis capitis dan cervicis, ms. transversal
thoracis dan longissimus thoracis, m. levator scapula, dan m. trapezius.

Gambar 2. Otot-otot cervicalis


III.

ELEMEN-ELEMEN SARAF
Terdapat 8 pasang saraf cervical. Akar saraf pada cervical muncul di atas
corpus vertebra yang sesegmen, seperti akar saraf C1 keluar dari atas
corpus vertebra C1, akar saraf C3 keluar dari atas corpus vertebra C3.

B. NYERI LEHER
Nyeri leher didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi di daerah yang dibatasi
oleh garis nuchae di bagian atas, margo lateralis leher di bagian samping dan di
bagian bawah dibatasi oleh garis transversal imaginer melalui processus spinosus
T1 (Thoracal 1). Sedangkan nyeri leher radicular didefinisikan sebagai nyeri yang
diakibatkan karena gangguan neurologis yang ditandai dengan hilangnya fungsi
neurologis, yaitu kombinasi hilangnya fungsi sensoris, motoris, atau gangguan
refleks dalam distribusi segmental.
Berdasarkan penyebabnya, McKenzie mengklasifikasikan nyeri leher
tersebut ke dalam tiga sindroma mekanik, yaitu postural syndrome, dysfunction
syndrome dan derangement syndrome. Postural syndrome terjadi karena

kesalahan postur yang terjadi terus-menerus dalam jangka waktu panjang. Nyeri
diprovokasi oleh postur itu sendiri. Dysfunction syndrome terjadi karena kebiasaan
seseorang bergerak tidak pada ROM (Range of movement) penuh, dan apabila
terjadi dalam jangka panjang maka saat akan bergerak pada ROM penuh akan
memprovokasi nyeri. Bisa juga terjadi karena whiplash injury, akibat imobilisasi
dengan menggunakan collar dalam waktu beberapa bulan akan menimbulkan
adhesion pada jaringan yang mengalami penyembuhan sehingga gerakan ROM
penuh akan memprovokasi nyeri. Sedangkan derangement syndrome merupakan
sindroma yang terjadi karena protusi diskus intervertrebalis.

C. SPASME UPPER TRAPEZIUS


1. Pengertian
Spasme upper trapezius adalah ketegangan otot yang berlebihan pada
daerah tengkuk. Hal ini sesuai dengan pendapatan salah satu dari beberapa
ahli: Spasme trapezius adalah ketegangan yang berlebihan dari otot-otot
tengkuk. (Haryetti 1990:11)
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan spasme upper trapezius
diantaranya:
a. Trauma

Sering terjadi benturan yang berulang-ulang pada leher belakang yang


dapat menyebabkan otot kuduk menjadi tegang. Ketegangan ini terjadi
karena pada saat benturan itu terjadi sering kita refleks menggerakkan
kepala dengan tiba-tiba yang membuat otot menjadi tegang dan kaku.
Atau dapat juga setelah terjadi benturan otot-otot kuduk nyeri sehingga
kita tidak menggerakkan leher dalam waktu yang lama sehingga
menyebabkan otot menjadi kaku.
b. Aktifitas monoton
Posisi statis dalam melakukan suatu pekerjaan atau rutinitas sehari-hari
dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan kerja otot leher dan
tengkuk dalam kondisi isotonik.

c. Kepribadian atau perangai psikoneurosa


Psikoneurosa adalah suatu gangguan fungsional mental yang berada
pada batas abnormal, sehingga terjadi gangguan emosional yang dapat
menyebabkan pola sikap yang salah.
3. Patofisiologi
Ketegangan otot timbul akibat adanya kontraksi otot yang
berlangsung selama terus-menerus. Pada kondisi ini, nyeri timbul akibat
adanya iskemia muskular, kontraksi yang berkepanjangan sehingga timbul
sampah-sampah metabolik di dalam otot yang tidak dapat berjalan normal
karena pada saat yang sama terjadi vasokontriksi, akibatnya penimbunan
sampah metabolik akan terjadi iritasi yang mengakibatkan rasa pegalpegal pada otot.
Gambaran umum dari spasme upper trapezius biasanya menetap,
tanda-tanda tambahan meliputi kekakuan pada daerah temporal, occiput
tengkuk, dan punggung atas, perasaan diikat pada punggung atas yang

10

mana dalam penyebarannya akan menyerupai seperti adanya penekanan


oleh beban, terikat dan rasa tidak enak, adanya sensasi kejang (kaku) yang
jelas dirasakan pada daerah leher dan punggung atas.
4. Tanda dan gejala
Ada beberapa tanda dan gejala pada spasme upper trapezius:
a. Adanya ketegangan yang dirasakan oleh penderita di daerah tengkuk
khususnya pada m.upper trapezius
b. Adanya rasa nyeri di daerah m.upper trapezius bila digerakkan ke arah
lateral fleksi
c. Adanya keterbatasan ROM apabila digerakkan rotasi dan fleksi pada
leher.
5. Mekanisme terjadinya nyeri pada spasme upper trapezius
Otot trapezius merupakan otot yang berfungsi untuk menjaga
pergelangan bahu agar tidak turun dan rotasi kepala ke arah kontralateral.
Kerja otot akan menjadi berat ketika postur yang buruk, sehingga
ketegangan terjadi lebih lama daripada relaksasi dan otot akan cepat
mengalami kelelahan karena trauma.
Trauma pada jaringan, baik akut maupun kronis akan menimbulkan
kejadian yang berurutan, yaitu hiperalgesia sensifitas nyeri dan spasme
otot skelet, serta vasokontriksi kapiler. Akibatnya pada jaringan miofascial
terjadi penumpukan zat-zat nutrisi dan oksigen sehingga tidak dapat
mempertahankan jarak antara serabut jaringan ikat, maka timbul iskemik
pada jaringan tersebut. Saat iskemik jaringan miofasial akan menegang,
sehingga merangsang substansi P hingga menjadi peradangan kronis yang
menghasilkan zat prostaglin, bradikinin, dan serotin yang dapat
menimbulkan sensori nyeri karena irirtasi. Oleh karena adanya nyeri,

11

biasanya pasien enggan menggerakkan bagian tersebut sehingga akan


terjadi immobilisasi. Akibatnya akan terjadi kontraktur otot.

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Data Umum Pasien
Nama/Inisial

: Tn. Syr

Usia

Pekerjaan

: Pengurus PELTI

Tanggal Pemeriksaan

: 17 Oktober 2013

Agama

: Islam

tahun

B. Pemeriksaan Fisioterapi (CHARTS)


1. Chief Of Complaint
Nyeri pada leher dan pundak kanan
2. History
Pasien merasakan nyeri pada leher dan pundak kanan satu hari yang lalu,
muncul setelah pasien bangun tidur. Nyeri yang dirasakan sifatnya lokal
dan tidak menjalar. Pasien mengaku lehernya juga terasa agak tegang dan
berat. Tidak ada riwayat trauma, pasien juga belum ke dokter dan tidak
mengkonsumsi obat.
3. Assymetris
A. Inspeksi statis :
a. Ekspresi wajah pasien sedikit cemas.
b. Asimetris pada bahu.
B. Inspeksi Dinamis :
a. Pasien mampu menggerakkan lehernya
b. Pasien mengayun lengannya saat berjalan

12

C. Palpasi
a.
b.
c.
d.

Ada nyeri tekan pada m.upper trapezius


Spasme m.upper trapezius
Suhu di sekitar leher-pundak normal
Oedem (-)

d. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar


Regio

Gerakan
Fleksi
Ekstensi
Lateral fleksi kanan
Lateral fleksi kiri
Rotasi kanan
Rotasi kiri
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Protraksi
Retraksi
Elevasi
Depresi

Cervical

Shoulder

Aktif
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
nyeri
tdk nyeri
nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
sedikit nyeri

Pasif
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
nyeri
tdk nyeri
nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
sedikit nyeri

TIMT
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
tdk nyeri
sedikit nyeri

4. Restricted
1. ROM: terdapat keterbatasan pada regio cervical
2. ADL
Pasien mengalami gangguan ADL
3. Pekerjaan
Semenjak sakit, pasien terbatas melakukan pekerjaannya.
5. Tissue impairment
Jaringan yang mengalami kerusakan/gangguan adalah:

Muskulotendinogen: spasme dan nyeri tekan pada otot-otot


cervical (terutama m.upper trapezius).

6. Spesific Tests
a) VAS : 7
Kriteria penilaian (Rumus Bourjone):

13

0
: tidak nyeri
1-3
: nyeri ringan
4-6
: nyeri sedang
7-9
: nyeri berat
10
: nyeri sangat berat
Interpretasi: nyeri yang dirasakan pasien termasuk dalam klasifikasi
nyeri berat.
b) Tes Sensorik
a. Tes rasa nyeri (tajam, tumpul)
b. Tes rasa raba (halus, kasar)
c. Tes beda titik (1 titik atau 2 titik)
d. Tes suhu (panas, dingin)
e. Tes rasa posisi (lurus, bengkok)

: normal
: normal
: normal
: normal
: normal

c) Tes Panjang Otot


a. m. upper trapezius
b. m. SCM
c. m. scaleni
Hasil: nyeri dan terbatas
IP: tightness
d) Tes Kekuatan Otot (Manual Muscle Testing)
Nilai
0
1
2
3
4
5

MMT
Cervical

Shoulder
complex

Nilai Kekuatan Otot


Interpretasi
Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi
Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak ada pergerakan
Didapatkan gerakan, tetapi tidak melawan gaya gravitasi
Dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi
Dapat melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
Tidak ada kelumpuhan (normal)

Grup Otot
fleksi/ekstensi
lateral fleksi
rotasi
fleksi/ekstensi
abduksi/adduksi
eksorotasi/endorotas
i
protraksi/retraksi
elevasi/depresi

Dextra

Sinistra
4

4
4
5
5
5
5
5

4
4
5
5
5
5
5

e) Indeks Katz
14

Mandi (bathing)

( ) Sebagian/pada bagian

( ) Sebagian

tertentu dibantu

besar/seluruhnya dibantu

( ) Sebagian/pada bagian

( ) Sebagian

tertentu dibantu

besar/seluruhnya dibantu

( ) Dapat pergi ke WC

( ) Tidak dapat pergi ke

tetapi memerlukan bantuan

WC

( ) Dapat melakukan

( ) Tidak dapat melakukan

(+) Dapat mengerjakan


sendiri
Berpakaian (dressing)
(+) Seluruhnya tanpa
bantuan
Ke Toilet (going to toilet)
(+) Dapat pergi ke WC &
dpt mengerjakan sendiri
Transfer

dengan bantuan
(+ ) Tanpa bantuan
Continance (blader &

( ) Kadang-kadang

( ) Dibantu seluruhnya

bowel)

ngompol/BAB di tempat

(dgn kateter/manual)

tidur
(+) Dapat mengontrol
Makan (feeding)

( ) Makan dapat sendiri

( ) seluruhnya dibantu

kecuali Hal-hal tertentu


(+) Dapat melakukan tanpa
bantuan

Klasifikasi hasil pemeriksaan :


A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali untuk mandi & 1 fungsi lain
D : Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian & 1 fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet & 1 fungsi lain
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, transfer, & 1 fungsi lain.
f) Pemeriksaan Hamilton
NO
1

KRITERIA
Keadaan perasaan sedih

TINGKATAN
0 = tidak ada

SKOR
-0

15

(sedih,putus asa,tak

1 = Perasaan ini ada hanya bila ditanya;

berdaya,tak berguna)

2 = perasaan ini dinyatakan secara verbal


spontan;
3 = perasaan yang nyata tanpa komunikasi
verbal, misalnya ekspresi muka, bentuk,
suara, dan kecenderungan menangis;
4 = pasien menyatakan perasaan yang
sesungguhnya ini dalam komunikasi baik

Perasaan bersalah

verbal maupun nonverbal secara spontan.


0 = tidak ada

1 = Menyalahkan diri sendiri dan merasa


sebagai penyebab penderitaan orang lain;
2 = ada ide-ide bersalah atau renungan
tentang kesalahan-kesalahan masa lalu;
3 = sakit ini sebagai hukuman, waham
bersalah dan berdosa;
4 = ada suara-suara kejaran atau tuduhan
dan halusinasi penglihatan tentang hal-hal
3

Bunuh diri

yang mengancamnya
0 = tidak ada

1 = merasa hidup tak ada gunanya,


2 = mengharapkan kematian atau pikiranpikiran lain kearah itu,
3 = ada ide-ide bunuh diri atau langkah4

Gangguan pola tidur (initial

langkah ke arah itu.


0 = tidak ada

insomnia)

1 = Ada keluhan kadang-kadang sukar tidur

misalnya, lebih dari setengah jam baru tidur;


5

Gangguan pola tidur (middle

2 = ada keluhan tiap malam sukar tidur


0 = tidak ada

insomnia)

1 = pasien mengeluh gelisah dan terganggu

sepanjang malam,
2 = terjadi sepanjang malam (bangun dari
6

Gangguan pola tidur (late

tempat tidur kecuali buang air kecil)


0 = tidak ada

insomnia)

1 = bangun saat dini hari tetapi dapat tidur

lagi,
2 = bangun saat dini hari tetapi tidak dapat
7

Kerja dan kegiatan-

tidur lagi
0 = tidak ada

kegiatannya

1=berpikir tidak mampu,

16

keletihan/kelemahan yang berhubungan


dengan kegiatan kerja atau hobi;
2= hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi
3 = berkurangnya waktu untuk aktivitas
sehari-hari atau produktivitas menurun.
8

Kelambanan (lambat dalam

4 = tidak bekerja karena sakitnya


0 = normal

berpikir , berbicara gagal

1= sedikit lamban dalam wawancara;

berkonsentrasi, dan aktivitas

2 = jelas lamban dalam wawancara;

motorik menurun )

3 = sukar diwawancarai; stupor (diam sama

Kegelisahan

sekali)
0= tidak ada

1 = kegelisahan ringan;
2 = memainkan tangan jari-jari, rambut, dan
lain-lain;
3 = bergerak terus tidak dapat duduk dengan
tenang;
4 = meremas-remas tangan, menggigit-gigit
kuku, menarik-narik rambut, menggigit-gigit
10

Kecemasan (ansietas

bibir
sakit nyeri di otot-otot, kaku, dan keduten

somatik)

otot; gigi gemerutuk; suara tidak stabil;

tinitus (telinga berdenging); penglihatan


kabur; muka merah atau pucat, lemas;
perasaan ditusuk-tusuk.
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
11

Kecemasan (ansietas psikis)

4 = ketidakmampuan
0 = tidak ada

1 = ketegangan subyektif dan mudah


tersinggung;
2 = mengkhawatirkan hal-hal kecil;
3 = sikap kekhawatiaran yang tercermin di
wajah atau pembicaraannya;
12

Gejala somatik (pencernaan)

4 = ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya


0= tidak ada

1 = nafsu makan berkurang tetapi dapat


makan tanpa dorongan teman, merasa

17

perutnya penuh;
2 = sukar makan tanpa dorongan teman,
membutuhkan pencahar untuk buang air
besar atau obat-obatan untuk saluran
13

Gejala somatik (umum)

pencernaan
0 = tidak ada

1 = anggota gerak, punggung atau kepala


terasa berat;
2 = sakit punggung, kepala dan otot-otot,
14

Kotamil (genital)

hilangnya kekuatan dan kemampuan


sering buang air kecil terutama malam hari

dikala tidur; tidak haid, darah haid sedikit


sekali; tidak ada gairah seksual dingin
(firgid); ereksi hilang; impotensi
0 = tidak ada
1 = ringan
15

Hipokondriasis (keluahan

2 = berat
0 = tidak ada

somatik, fisik yang

1 = dihayati sendiri,

berpindah-pindah)

2 = preokupasi (keterpakuan) mengenai

kesehatan sendiri,
3 = sering mengeluh membutuhkan
pertolongan orang lain,
16

Kehilangan berat badan

4 = delusi hipokondriasi
0 = tidak ada

(wawancara)

1 = berat badan berkurang berhubungan

dengan penyakitnya sekarang


2 = jelas penurunan berat badan,
3 = tak terjelaskan lagi penurunan berat
17

Insight (pemahaman diri)

badan
0 = mengetahui dirinya sakit dan cemas

1 = mengetahui sakit tetapi berhubungan


dengan penyebab-penyebab iklim, makanan,
kerja berlebihan, virus, perlu istirahat, dan
lain-lain
18

Variasi harian

2 = menyangkal bahwa ia sakit


adakah perubahan atau keadaan yang

memburuk pada waktu malam atau pagi


0 = tidak ada
1 = buruk saat pagi
2 = buruk saat malam

18

19

20

Depersonalisasi (perasaan

0 = tidak ada

diri berubah) dan derealisasi

1 = ringan

(perasaan tidak nyata tidak

2 = sedang

realistis)

3 = berat

Gejala paranoid

4 = ketidakmampuan
0 = tidak ada

1 = Kecurigaan;
2 = pikiran dirinya menjadi pusat perhatian,
atau peristiwa kejadian diluar tertuju pada
dirinya (ideas refence);
21

Gejala-gejala obsesi dan

3 = waham (delusi) di kejar/diburu


0 = tidak ada

kompulsi

1 = ringan

2 = berat
Total skor

HAM-D Scoring Instructions:


Sum the scores from the first 17 items.
0-7 = Normal
8-13 = Mild Depression
14-18 = Moderate Depression
19-22 = Severe Depression
23 = Very Severe Depression

C. Diagnosis Fisioterapi
Gangguan aktivitas fungsional cervical akibat nyeri dan spasme cervical
dekstra 1 hari yang lalu.
D. Problem Fisioterapi
a. Problem Primer
Nyeri dan spasme otot-otot cervical (terutama m.upper trapezius)
b. Problem Sekunder
1. Meningkatkan RPD (rasa percaya diri)
2. Keterbatasan ROM.
c. Problem Kompleks
Gangguan ADL dan pekerjaan.

19

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan dari assessment yang telah dilakukan, tujuan dari rencana


tindakan fisioterapi yaitu sebagai berikut:
TUJUAN PENANGANAN FT
1. Tujuan Jangka Panjang
Meningkatkan kualitas hidup dengan mengoptimalkan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional pasien.
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Meningkatan rasa percaya diri.
b. Menurunkan nyeri dan spasme
c. Meningkatkan kekuatan otot-otot cervicalis.
d. Meningkatkan ROM.
e. Meningkatkan ADL.
PROGRAM FT
Berikut adalah program FT yang dapat diberikan:
NO
1.

2.

Problem
Penurunan
RPD/cemas

Modalitas
Komnunikasi
terapeutik

Relaksasi otot (Pre


eliminary exercise)

IRR

Dosis
F:1x/hari
I: selama pasien fokus
T: komunikasi antarpersonal T:
3 menit
F: 1x sehari
I: 2 mA
T: heating
T: 10 menit

20

3.

Nyeri

Electrical
Therapy
(TENS)

Spasme

Exercise

5.

Keterbatasan ROM

Exercise

6.

Gangguan ADL

Exercise

F: setiap terapi
I: 30 mA
T: lokal
T: 10 menit
F : 1x/hari
I : maximally VAS
T : NMT (SCS)
T : 2 menit
F : tiap hari
I : 3x repetisi
T : Hold rilex
T : 10 menit
F : 1x/ hari
I : 4 repetisi/gerakan
T : AROMex
T : 3 menit
F : 1x/ hari
I : maksimal diagonal ROM
ressissted 5-10 pengulangan
T: Box Exc (NMT)
T :2-3 menit

A. Evaluasi
Harian
Evaluasi
No.

Problem

Parameter

Pre

Post

Interpretasi
Terjadi

1.

2.

Nyeri dan spasme

Keterbatasan ROM

VAS

Gerak Aktif

terbatas

Peningkatan
ROM

penurunan
nyeri
Adanya
peningkatan
ROM

B. Modifikasi
Dilakukan sesuai hasil evaluasidan perubahan patofisiologi. Modifikasi juga
dapat dilakukan dengan penggunaan tapping di area cervical.
EDUKASI/HOME PROGRAM

21

a. Melakukan kompres air hangat pada leher-pundak selama 10 menit.


b. Melakukan home exercise berupa self stretching (fleksi, ekstensi, dll).
c. Menghindari posisi biomekanik yang salah serta posisi tubuh tertentu
dalam waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Aras, Djohan. 2010. Whiplash Injury, [dibawakan dalam Acara Seminar dan
Workshop : Bagaimana Berolah Raga dengan Sehat, Bugar dan Berprestasi,
20 21 Maret 2010]. Makassar.
Aras, Djohan. 2012. Aplikasi FITT Pedoman Dosis Terapi. In House Training
Fitness Therapy. Inco Soroako.
Butterworth-Heinemann edited by Porter, Stuart B. 2003. Tidy's Physiotherapy,
Thirteenth Edition. Elsevier Science.
CK. Giam-Kc The. 2004. The FITT Formula, Sport Medicine Exercise and
Fitness. A Guide for Every One. Singapore Council.
Kisner, Carolyn dan Colby, Lynn Allen. 1996. Therapeutic Exercise Foundations
And Techniques, Third Edition. F.A. Philadelphia: Davis Company.
Samara, Dian. 2007. Nyeri Muskuloskeletal pada Leher Pekerja dengan Posisi
Pekerjaan yang Statis, Universa Medicina 2007;26:137-42. Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Sudaryanto. Bahan Kuliah, Diktat Biomekanik. Makassar: Fisioterapi Politeknik
Kesehatan.
Widiastuti, M.I. 2005. Aspek Anatomi Terapan pada Pemahaman
Neuromuskuloskeletal Kepala dan Leher Sebagai Landasan Penanganan Nyeri
Kepala Tegang Primer (Diucapkan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru
Besar Anatomi FK Universitas Diponegoro). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Universitas Pembangunan Veteran. (Online), diakses dari
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FIKESD3FISIOTERAPI/0810702017/BA
B%20II.pdf., pada tanggal 26 Oktober 2013
22

Universitas Esa Unggul. Perbedaan Pengaruh Penambahan Latihan McKenzie


Cervical pada Intervensi MWD terhadap Pengurangan Nyeri pada Pasien
Cervical Derangement Syndrome. (Online), diakses dari
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-619-BAB_I.pdf.,
pada tanggal 26 Oktober 2013

23

Anda mungkin juga menyukai