Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERATURAN DAN PERWASITAN TENIS MEJA

Disusun oleh :
NAMA

: NURHAYATI

NIM

: 2124140232

JURUSAN PJKR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS

KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis
tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu
penulis ucapkan terima kasih.

Banjar, November 2015


Penulis

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR
i

DAFTAR

ISI
ii

BAB

PENDAHULUAN

1
A. Latar

Belakang

1
B. Rumusan

Masalah

2
C. Tujuan
2
BAB

II

PEMBAHASAN

3
A. Pengertian

Tenis

Meja

3
B. Peraturan

Tenis

Meja

C. Perwasitan

Tenis

Meja

15
BAB

III

PENUTUP

19
A. Kesimpulan
19
B. Saran
19
DAFTAR

PUSTAKA
20

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modernisasi dan perkembangan teknologi yang semakin
pesat, semua kegiatan aktivitas manusia menjadi sangat mudah untuk
dilakukan terutama bagi kehidupan kehidupan di perkotaan. Dengan segala
sarana dan fasilitas yang memadai membuat semua pekerjaan manusia
menjadi lebih mudah dan cepat untuk diselesaikan.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, manusia
terkadang melupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupannya yaitu
kesehatan untuk tubuhnya sendiri. Dengan terlalu padatnya jadwal kerja yang
dimiliki, membuat manusia tidak pernah merawat kesehatan tubunya. Untuk
menjaga tubuh agar tetap bugar manusia dapat melakukan olahraga.
Olahraga adalah suatu aktivitas untuk melatih tubuh seseorang baik
secara jasmani maupun secara rohani. Terdapat slogan yang menyebutkan
Men sana in corpora sano yaitu di dalam badan yang sehat terdapat jiwa
yang sehat yang berarti dalam upaya meningkatkan ketahanan tubuh tidak
hanya dibutuhkan badan yang sehat, namun juga jiwa yang sehat. Olahraga
sebenarnya tidak memerlukan waktu yang cukup lama dan tidak
mengeluarkan biaya yang mahal tapi tetap saja banyak orang yang
memandang olahraga dengan sebelah mata dan belum memahami betapa
pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Salah satu jenis olahraga yang
dapat dilakukan oleh manusia adalah permainan tenis meja.
Tenis meja, atau ping pong (sebuah merek dagang), adalah suatu
olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua
pasangan (untuk ganda) yang berlawanan. Permainan tenis meja di Indonesia
baru dikenal pada tahun 1930. Pada masa itu hanya dilakukan di balai-balai
pertemuan orang-orang Belanda sebagi suatu permainan rekreasi.Hanya
golongan tertentu saja dari golongan pribumi yang boleh ikut latihan, antara
lain keluarga pamong yang menjadi anggota dari balai pertemuan
1

tersebut.Sebelum perang dunia ke II pecah, tepatnya tahun 1939, tokoh-tokoh


pertenismejaan

mendirikan

PPPSI

(Persatuan

Ping

Pong

Seluruh

Indonesia).Pada tahun 1958 dalam kongresnya di Surakarta PPPSI mengalami


perubahan nama menjadi PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia).
Tahun 1960 PTMSI telah menjadi anggota federasi tenis meja Asia,
yaitu TTFA (Table Tennis Federation of Asia). Perkembangan tenis meja di
Indonesia sejak berdirinya PPPSI hingga sekarang bisa dikatakan cukup pesat.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perkumpulan-perkumpulan tenis meja
yang berdiri, serta banyaknya pertandingan tenis meja yang dilakukan,
misalnya dalam arena : PORDA, PON, POMDA, POSENI di tingkat SD,
SMP, SMA serta pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh
perkumpulan-perkumpulan tenis meja, instansi pemerintah atau swasta atau
karang taruna dll.Indonesia selalu di undang dalam kejuaraan-kejuaraan dunia
resmi setelah Indonesia terdaftar sebagai anggota ITTF pada tahun
1961.Selain kegiatan-kegiatan pertandingan tersebut, hal lain yang patut
dicatat dalam perkembangan pertenismejaan nasional adalah berdirinya
Silatama (Sirkuit Laga Tenis Meja Utama) yang dimulai pada awal tahun
1983, yang diiselenggarakan setiap 3 bulan sekali serta Silataruna yang
kegiatannya dimulai sejak 1986 setiap 6 bulan sekali.
Dalam perkembangan yang sangat pesat, para pengemar olahraga
tennis meja dituntut untuk mempelajari dan menganalisa kepesatannya lebih
mendalam hingga ke detil-detilnya. Dengan demikian, kita akan mengetahui
cara-cara terbaru yang akan membawa para pemain meningkatkan mutu teknik
bermain dan bertanding yang akan menuju kea rah keberhasilan. Kita tentu
sependapat bahwa tingkat kesempurnaan hanya akan terwujud melalui system
latihan yang penuh disiplin disertai keteguhan hati dalam meraih kesuksesan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penyusun
bahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah peraturan tenis meja?
2. Bagaimanakah perwasitan tenis meja?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang peraturan tenis meja.
2. Untuk mengetahui tentang perwasitan tenis meja.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tenis Meja
Tenis Meja adalah salah satu jenis cabang olahraga yang populer di
Dunia. Di indonesia olahraga ini sudah tidak asing lagi. Olahraga ini dulunya
sering disebut Ping-pong. Permainan ini belum dapat diketahui secara pasti
dari mana asalnya, siapa penemunya dan kapan ditemukan. Permainan ini
mulai dikenal mulai kenal oleh masyarakat sekitar tahun 1890.kemudian
mengalami pasang surut. Baru pada tahun 1920-an, permainan tennis meja
mulai berkembang lagi dengan munculnya klub-klub tennis meja di seluruh
dunia, terutama di Eropa. Di Indonesia Olahraga ini sudah cukup populer
dikalangan masyarakat. Berbagai event sudah banyak digelar baik di level
perkampungan, regional maupun nasional. Di level nasional olahraga ini
selalu dipertandingkan dalam kejuaran multievent sperti PON dan di level
provinsi juga dipertandingkan pada PORPROV. Tetapi banyak dikalangan
masyarakat banyak yang asal-asalan dalam bermain tenis meja tanpa
mengetahui teknik dasar yang benar.
Dalam bermain tenis meja setiap pemain harus menguasai berbagai
jenis pukulan yang ada. Terdapat banyak jenis pukulan dalam permainan tenis
meja seperti pukulan Drive, Chop, dan masih banyak lagi. Dalam bermain
tenis meja hendaknya mngetahui berbagai pukulan tersebut. Selain berbagai
jenis pukulan juga ada teknik block, juga ada teknik servis. Agar permainan
baik dan tidak asal-asalan harus menguasai teknik dasar secara keseluruhan.
Mulai bagaimana teknik servis, teknik blocking, sampai berbagai jenis
pukulan. Semua itu harus dikuasai karena itu adalah suatu kesatuan yang utuh
dalam bermaian tenis meja.
Setelah mengetahui teknik dasar yang benar diharapkan pemain dapat
bermain dengan baik dan dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam bermain tenis meja. Diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan teknik dan pola yang sudah ada. Dengan latihan yang rutin
4

dan berulang-ulang dapat meningkatkan teknik sehingga lebih sempurna


dalam bermain tenis meja.
Tenis Meja adalah salah satu jenis cabang olahraga yang populer di
Dunia. Permainan ini belum dapat diketahui secara pasti dari mana asalnya,
siapa penemunya dan kapan ditemukan. Permainan ini mulai dikenal mulai
kenal oleh masyarakat sekitar tahun 1890. Supaya dapat bermain dengan baik
diharapkan pemain harus mengerti dan mengetahui teknik dasar bermain tenis
meja tersebut. Ada banyak teknik yang harus dikuasai oleh pemain misalnya
pukulan, servis dan sebagainya. Dalam bermain tenis meja hendaknya
mengetahui berbagai pukulan. banyak jenis pukulan dalam permainan ini
seperti pukulan Drive, Chop, dan masih banyak lagi.

B. Peraturan Tenis Meja


Peraturan atau aturan di dalam olah raga Tenis Meja adalah sebagai
berikut :
1. Peraturan Perlengkapan Tenis Meja
Meja
a. Permukaan meja atau meja tempat bermain harus berbentuk segi empat
dengan panjang 2,74m dan lebar 1,525m, dan harus datar dengan
ketinggian 76 cm di atas lantai.
b. Permukaan meja tidak termasuk sisi permukaan meja.
c. Permukaan meja boleh terbuat dari bahan apa saja namun harus
menghasilkan pantulan sekitar 23 cm dari bola yang dijatuhkan dari
ketinggian 30 cm.
d. Seluruh permukaan meja harus berwarna gelap dan pudar dengan garis
putih selebar 2 cm pada tiap sisi panjang meja 2,74 m dan tiap lebar
meja 1,525 m.
e. Permukaan meja dibagi dalam 2 bagian yang sama secara vertikal oleh
net paralel dengan garis akhir dan harus melewati lebar permukaan
masing-masing bagian meja.
f. Untuk ganda, setiap bagian meja harus dibagi dalam 2 bagian yang
sama dengan garis tengah berwarna putih selebar 3 mm, paralel dengan

garis lurus sepanjang kedua bagian meja, garis tengah tersebut harus
dianggap menjadi 2 bagian kiri dan kanan.
Net
a. Perangkat net harus terdiri dari net, perpanjangannya dan ke dua tiang
penyangga, termasuk kedua penjepit yang dilekatkan ke meja.
b. Net harus terpajang dengan bantuan tali yang melekat pada ke dua sisi
atas tiang setinggi 15,25 cm, batas perpanjangan ke dua tiang di setiap
sisi akhir lebar meja adalah 15,25 cm.
c. Ketinggian sisi atas net secara keseluruhan harus 15,25 cm di atas
permukaan meja.
d. Dasar net sepanjang lebar meja harus rapat dengan permukaan meja
dan perpanjangan ujung net harus serapat mungkin dengan tiang
penyangga.
Bola
a. Bola harus bulat dengan diameter 40 mm.
b. Berat bola harus 2,7 gram.
c. Bola harus terbuat dari bahan selulosa (celluloid) atau sejenis bahan
plastik, berwarna putih atau oranye, dan tidak mengkilap.
Bet
a. Ukuran, berat dan bentuk raket tidak ditentukan, tetapi daun raket
harus datar dan kaku.
b. Daun raket minimal 85 % terbuat dari kayu diukur dari ketebalannya;
lapisan perekat di dalam kayu dapat diperkuat dengan bahan yang
berserat seperti serat karbon (carbon fibre) atau serat kaca (glass fibre)
atau bahan kertas yang dipadatkan, namun bahan tersebut tidak boleh
lebih dari 7,5 % dari sum ketebalan atau berukuran 0,35 mm, yang
lebih tipis yang dipakai sebagai acuan.
c. Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus ditutupi
oleh karet licin/halus maupun bintik, bila menggunakan karet bintik
yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka ketebalan karet termasuk
lapisan lem perekat tidak boleh lebih dari 2.0 mm, atau jika
menggunakan karet lapis (karet + spons) dengan bintik di dalamnya
menghadap keluar atau ke dalam maka ketebalannya tidak boleh lebih
dari 4.0 mm sudah termasuk dengan lem perekat.
d. Karet bintik biasa adalah lapisan tunggal karet yang bukan seluler
(cellular), sintetik atau alami, dengan bintik yang menyebar
6

dipermukaannya secara merata dengan kepadatan tidak kurang dari 10


per-cm2 dan tidak lebih dari 30 per-cm2.
e. Karet lapis (sandwich rubber) adalah lapisan tunggal karet seluler
(biasa disebut spons) yang ditutupi/ditumpuk dengan satu lapisan luar
karet bintik biasa (biasa disebut topsheet), ketebalan dari karet bintik
tidak lebih dari 2 mm.
f. Karet penutup daun raket tidak melebihi daun raket itu sendiri, kecuali
pada bagian yang terdekat dari pegangan raket dan yang ditutupi oleh
jari-jari dapat ditutupi oleh bahan lain atau tidak ditutupi.
g. Daun raket, lapisan yang ada di dalam dan lapisan yang menutupinya
baik karet atau lemnya pada sisi yang digunakan untuk memukul bola
harus tiada sambungan dan ketebalannya juga merata.
h. Permukaan karet yang menutup daun raket di satu sisi harus berwarna
merah menyala di satu sisi dan hitam di sisi lain (tidak sama dengan
warna sebelahnya), atau permukaan daun raket yang dibiarkan polos
tanpa penutup harus berwarna pudar.
i. Karet penutup raket yang digunakan harus tanpa perlakuan bahan
kimia, merubah karakterisktik karet secara fisik, atau hal lainnya.
j. Apabila terjadi sedikit kekurangan/ penyimpangan pada warna dan
kesinambungan permukaan akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh
kejadian yang tidak disengaja dapat diijinkan sepanjang tidak merubah
karakteristik dari permukaan karet.
k. Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar raketnya
selama permainan berlangsung, seorang pemain harus menunjukkan
raketnya pada lawannya dan pada wasit dan harus mengijinkan wasit
dan lawannya untuk memeriksa/ mencobanya.
2. Istilah Kata Tenis Meja
a. Suatu reli (rally) adalah suatu periode selama bola dalam permainan.
b. Bola dalam permainan mulai dari saat terakhir diam di telapak tangan
bebas sebelum bola dilambungkan pada saat servis hingga reli
diputuskan sebagai suatu consent to atau poin.
c. Suatu permit adalah suatu reli yang hasilnya tidak dinilai/dihitung.
d. Suatu poin adalah hasil suatu reli yang hasilnya dinilai/dihitung.
e. Tangan raket adalah tangan yang memegang raket.

f. Tangan bebas adalah tangan yang tidak memegang raket; lengan bebas
adalah lengan dari tangan bebas.
g. Seorang pemain memukul bola jika dia menyentuhnya dengan raket
yang dipegangnya atau bagian tangan dibawah pergelangan tangan
yang memegang raket ketika bola masih dalam permainan.
h. Seorang pemain yang menyentuh bola jika dia, atau apa saja yang
dipakai atau dibawanya, mengenai bola dalam permainan ketika bola
masih berada/melintas di atas permukaan meja dan belum melewati
garis akhir, belum menyentuh bagian mejanya sejak dipukul oleh
lawannya.
i. Pelaku Servis/Pemain yang melakukan servis(server) adalah pemain
yang memukul bola pertama kalinya dalam suatu reli.
j. Penerima bola (receiver) adalah pemain yang memukul bola yang
kedua pada suatu reli.
k. Wasit adalah seseorang yang ditunjuk untuk mengawasi permainan.
l. Pembantu wasit adalah seseorang yang ditunjuk untuk membantu wasit
dengan keputusan-keputusan tertentu.
m. Sesuatu yang dipakai atau dibawa oleh seorang pemain adalah segala
sesuatu yang dipakai atau dibawa, kecuali bola, pada saat reli dimulai.
n. Bola sudah harus dinyatakan melewati atau mengelilingi net jika telah
melalui bagian mana saja selain antara net dan tiangnya dan antara net
dan permukaan meja.
o. Garis akhir adalah juga perpanjangan kedua arah sisi ujung meja.
3. Peraturan Servis
a. Servis dimulai dengan bola diam berada di atas permukaan telapak
tangan yang terbuka dari tangan bebas pelaku servis (siap untuk
dilambungkan).
b. Pelaku servis harus melambungkan bola secara vertikal ke atas, tanpa
putaran, sehingga bola naik minimal 16 cm dari permukaan telapak
tangan bebas, kemudian turun tanpa menyentuh apapun sebelum
dipukul.
c. Pada saat bola turun, pelaku servis harus memukulnya sehingga
menyentuh mejanya terlebih dahulu dan setelah melewati net atau
mengelilingi net kemudian menyentuh meja dari penerima; pada

permainan ganda, bola harus menyentuh bagian kanan dari masingmasing meja pelaku servis dan penerima secara berurutan.
d. Dari mulai servis hingga bola dipukul, bola harus berada di atas
perpanjangan permukaan meja permainan (di belakang batas akhir
meja) pelaku servis, dan bola tidak boleh dihalangi dari pandangan
penerima oleh pelaku servis atau pasangan gandanya atau apa saja
yang mereka bawa atau pakai.
e. Segera setelah bola dilambungkan, lengan dan tangan bebas pelaku
servis harus disingkirkan/ditarik dari ruang antara bola dan net.
Catatan: Ruang antara bola dan net (net dan tiang penyangga)
ditentukan oleh bola yang dilambungkan.
f. Menjadi tanggung jawab pemain untuk melakukan servis agar wasit
atau pembantu wasit dapat diyakinkan bahwa servisnya sesuai
peraturan dan demikian juga untuk memutuskan bahwa servisnya tidak
benar.
g. Jika wasit atau pembantu wasit ragu atas keabsahan suatu servis, maka
pada

kesempatan

pertama

pada

pertandingan

tersebut,

dapat

menghentikan pemainan dan memperingatkan pelaku servis; tetapi


untuk servis yang meragukan berikutnya yang dilakukan oleh pemain
atau pasangannya harus dinyatakan tidak benar/sah.
h. Pengecualian, wasit dapat melonggarkan persyaratan servis yang baik
jika diyakini bahwa rintangan tersebut disebabkan oleh kemampuan
fisik yang tidak comfortable (cacat).
4. Pengembalian Bola
Bola, setelah diservis atau dikembalikan, harus dipukul sehingga
melewati/mengelilingi net dan menyentuh meja lawan, baik secara
langsung maupun setelah menyentuh perangkat net.
5. Tatacara Permainan Tenis meja
a. Pada permainan tunggal, pelaku servis harus melakukan servis terlebih
dahulu, kemudian penerima harus melakukan pengembalian dan
setelah itu pelaku servis dan penerima secara bergantian melakukan
pengembalian.

b. Pada permainan ganda, pelaku servis harus melakukan servis terlebih


dahulu, selanjutnya penerima melakukan pengembalian, kemudian,
pasangan pelaku servis melakukan pengembalian, pasangan penerima
kemudian melakukan pengembalian dan akhirnya setiap pemain
melakukan pengembalian sesuai gilirannya.
c. Ketika pemain cacat yang duduk di kursi roda bermain ganda, pelaku
servis melakukan servis terlebih dahulu kemudian dikembalikan oleh
penerima, tetapi setelah itu, siapa saja dari mereka boleh melakukan
pengembalian. Namun demikian, apabila kursi roda (bagian mana saja
dari kursi roda) melewati garis tengah meja, maka wasit menyatakan
poin untuk lawannya.
6. Sistem Pertandingan Satu Let
a. Reli dinyatakan agree to:
b. Jika pada saat servis, bola melewati net dan menyentuhnya, kemudian
bola masuk atau dipukul oleh penerima atau pasangannya;
c. Jika servis dilakukan pada saat penerima atau pasangannya belum siap,
dan baik penerima atau pasangannya tidak berusaha memukul bola/
mengembalikan;
d. Jika gagal melakukan servis atau pengembalian atau jika sesuai dengan
peraturan bahwa hal tersebut disebabkan gangguan di luar kontrol
pemain;
e. Jika permainan dihentikan oleh wasit atau pembantu wasit;
f. Jika penerima pada pemain cacat yang menggunakan kursi roda dan
pada saat servis, apakah servisnya benar atau tidak
g. Setelah mengenai meja penerima (pantulan bola) mengarah ke net.
h. berhenti di bagian meja penerima.
i. pada salah satu bagian sisi meja, bola keluar setelah mengenai bagian
j.
k.
l.
m.
n.

samping meja penerima.


Permainan dapat dihentikan
Untuk mengoreksi kesalahan urutan servis, penerima, atau tempat;
Untuk memulai sistem percepatan waktu;
Untuk menghukum dan memperingati pemain atau penasihat;
Karena kondisi permainan terganggu dan mempengaruhi hasil reli.

7. Sistem Poin Pada Tenis Meja


a. Selain reli dinyatakan set a limit, pemain dinyatakan mendapat poin
b. Jika lawannya gagal melakukan servis yang benar;

10

c. Jika lawannya gagal melakukan pengembalian yang benar;


d. Jika, setelah melakukan servis atau pengembalian, bola menyentuh apa
saja selain net sebelum dipukul oleh lawannya;
e. Jika bola melewati meja atau berada di luar permukaan meja, tanpa
menyentuh meja;
f. Jika lawannya menyentuh bola;
g. Jika lawannya dengan sengaja memukul bola dua kali secara beruntun;
h. Jika lawannya memukul bola dengan sisi daun raket yang tidak dilapisi
karet atau tidak sesuai dengan ketentuan sebelumnya.
i. Jika lawannya, atau apa saja yang dipakainya menggerakkan
permukaan meja;
j. Jika lawannya atau apa saja yang dipakai menyentuh net;
k. Jika tangan bebas lawannya menyentuh permukaan meja;
l. Jika, dalam permainan ganda, setelah pelaku servis pertama melakukan
servis ke penerima dengan benar, kemudian lawannya memukul bola
di luar dari urutannya;
m. Seperti yang dijelaskan dalam sistem percepatan waktu (2.15.04).
n. Jika pemain atau pasangan cacat yang menggunakan kursi roda dan
o. Lawannya tidak tidak berada pada posisi duduk yang minimal pada
kursi rodanya, belakang paha tidak menempel, ketika bola dipukul;
p. Lawannya menyentuh bola dengan tangan mana saja sebelum
memukul bola;
q. Kaki lawannya menyentuh lantai semasa (bola) dalam permainan.
r. Seperti yang dijelaskan pada urutan permainan (2.08.03).
8. Satu Game/ Set
Suatu game dinyatakan dimenangkan oleh seorang pemain/ pasangan yang
pertama mendapat poin 21, kecuali kedua pemain atau pasangan sama
mendapatkan poin 20, pada situasi ini, salah satu pemain atau pasangan
harus mendapat selisih kemenangan 2 (dua) poin atas lawannya.
Sistem satu pertandingan
Suatu pertandingan terdiri dari game/set ganjil terbaik.

11

9. Memilih Servis, Menerima Bola, dan Tempat


a. Hak untuk memilih urutan servis, menerima bola, atau tempat harus
diputuskan oleh undian dan pemenangnya dapat memilih servis, atau
menerima bola, atau memilih tempat terlebih dahulu;
b. Bila salah satu pemain/pasangan telah memilih servis atau menerima
atau memilih tempat, maka lawannya harus memilih yang lainnya;
c. Setelah mencapai 2 (dua) poin, penerima/pasangan yang harus menjadi
pelaku servis, dan seterusnya secara bergantian hingga game selesai,
kecuali kedua pemain/pasangan telah sama-sama mencapai poin 10
atau sistem percepatan waktu diberlakukan, maka urutan servis dan
menerima tetap sama tetapi tiap pemain harus melakukan servis 1 kali
secara bergantian;
d. Pada setiap game/set dalam pertandingan ganda, pasangan yang berhak
melakukan servis terlebih dahulu harus menentukan siapa dari mereka
yang melakukan servis pertama dan penerima bola juga harus
menentukan siapa yang terlebih dahulu menerima bola; pada game/set
berikutnya, pemain yang melakukan servis (server) pertama ditentukan
oleh pasangan tersebut dan penerima adalah pemain yang melakukan
servis kepadanya pada game sebelumnya;
e. Dalam ganda, tiap pindah servis, penerima sebelumnya menjadi pelaku
servis dan pasangan yang melakukan servis sebelumnya menjadi
penerima servis.
f. Pemain/pasangan yang melakukan servis pertama pada suatu game/set
menjadi penerima pada game/set berikutnya dan untuk game
terakhir/penentuan pada pertandingan ganda, pasangan yang menerima
bola kemudian harus merubah urutan yang menerima apabila salah
satu pasangan telah mencapai poin 5;
g. Pemain/pasangan yang memulai pada suatu sisi (tempat) dalam suatu
game akan pindah tempat pada game berikutnya dan pada game/set
penentuan, pemain/pasangan, harus tukar tempat jika salah satunya
telah mendapat skor/poin 5.
10. Kesalahan Urutan Servis, Penerima, Tempat Dalam Bermain Tenis
Meja

12

a. Jika pemain melakukan kesalahan urutan servis (server maupun heir),


permainan harus segera dihentikan oleh wasit dan dilanjutkan sesuai
dengan urutan yang sebenarnya siapa yang seharusnya melakukan
servis dan menerima bola pada skor/angka yang telah dicapai, sesuai
dengan urutan pada saat mulai pertandingan dan, dalam permainan
ganda, sesuai dengan urutan pemain yang telah ditetapkan untuk
melakukan servis pertama dalam game/set tersebut sejak kesalahannya
ditemukan.
b. Jika para pemain tidak bertukar tempat pada saat mereka seharusnya
melakukannya, wasit harus menghentikan permainan dan dilanjutkan
sesuai dengan pemain yang sebenarnya pada skor yang telah diraih,
disesuaikan dengan urutan yang telah ditetapkan pada saat
pertandingan dimulai.
c. Dalam keadaan apapun, semua poin yang telah diraih sebelum
kesalahan ditemukan harus dihitung.
11. Sistem Percepatan Waktu (Expedite System)
a. Kecuali seperti yang dijelaskan pada aturan selanjutnya, sistem
percepatan waktu harus diberlakukan setelah 10 menit permainan
dalam satu game atau kapan saja diminta oleh kedua pemain atau
pasangan.
b. Sistem percepatan waktu tidak lagi berlaku dalam satu game jika skor
yang sudah diraih berjumlah 18 (delapan belas).
c. Jika bola masih dalam permainan ketika batas waktu telah habis,
permainan harus diberhentikan oleh wasit dan dilanjutkan dengan
mengulang servis oleh pemain yang melakukan servis pada saat
permainan berlangsung; jika bola tidak dalam permainan (bola mati)
dan sistem percepatan waktu harus diberlakukan, permainan
dilanjutkan dengan pelaku servis adalah yang menerima bola pada reli
sebelumnya.
d. Setelah itu, setiap pemain harus melakukan servis 1 kali secara
bergantian hingga game berakhir, dan jika pemain/pasangan yang
menerima telah melakukan 13 kali pengembalian, penerima mendapat
satu poin.
13

e. Pemberlakuan sistem perccepatan waktu harus tidak merubah urutan


servis dan penerima pada pertandingan tersebut, seperti yang diuraikan
pada 2.13.06.
f. Sekali diterapkan, sistem percepatan waktu harus terus diberlakukan
hingga pertandingan selesai

C. Perwasitan Tenis Meja


Filosofi wasit tenis meja adalah sebagai pengatur dan penengah
jalannya suatu game atau pertandingan mulai dari pertandingan itu dimulai
sampai selesai agar pertandingan itu berjalan dengan lancar.
1. Perlengkapan wasit tenis meja
Kartu kuning
Kartu merah
Karu putih
Koin
2. Petugas dan pembantu wasit
Referee
Referee adalah seseorang mengatur jalanya suatu kompetisi. Referee
mempunyai kedudukan diatas wasit.

Pembantu wasit
Pembantu wasit adalah seseorang yang membantu wasit dalam
memimpin suatu pertandingan atau bisa juga menjadi pencatat score.
Pembantu wasit duduk di sebelah meja dan berhadapan dengan wasit.

Pencatat pukulan
Pencatat pukulan adalah seseorang yang mencatat pukulan.

3. Wewenang dan tanggungjawab petugas


Wewenang dan tanggung jawab referee
a. memimpin undian;
b. penjadwalan pertandingan dengan waktu dan meja pertandingan;
c. ketentuan (keseragaman) untuk wasit/petugas pertandingan;

14

d. memimpin pertemuan dengan para wasit/petugas pertandingan


sebelum pertandingan dimulai;
e. mengecek keabsahan pemain untuk pertandingan yang diikuti;
f. memutuskan apakah permainan dapat ditunda bila terjadi sesuatu
yang darurat;
g. memutuskan apakan pemain dapat meninggalkan arena selama
pertandingan masih berlangsung;
h. memutuskan apakah waktu pemanasan dapat diperpanjang;
i. memutuskan apakah pemain yang bertanding dapat memakai
trainingspak;
j. memutuskan interpretasi pertanyaan yang timbul tentang ketentuan
dan peraturan pertandingan termasuk pakaian yang digunakan,
peralatan, dan kondisi pertandingan;
k. memutuskan waktu dan tempat pemain untuk melakukan
pemanasan selama penundaan darurat permainan;
l. mengambil tindakan disiplin terhadap pelanggaran ketentuan dan
sikap atau hal lain yang melanggar peraturan.
Bila tugas referee didelegasikan kepada orang lain, dengan
persetujuan panitia penyelenggara, harus diumumkan kepada peserta,
dan selayaknya kepada kapten tim.
Referee yang telah ditentukan atau wakilnya harus ada
sepanjang pertandingan.
Apabila Referee menganggap perlu, ia dapat mengganti wasit,
asisten wasit kapan saja, tetapi ia tidak boleh mengubah keputusan
yang dibuat oleh wasit yang diganti yang menjadi wewenangnya.
Referee harus mengawasi pemain sejak saat tiba di arena
tempat pertandingan hingga keluar dari tempat tersebut.

Wewenang dan tanggung jawab wasit


a. memeriksa keabsahan peralatan dan kondisi tempat pertandingan
dan melaporkan kepada referee apabila terdapat kekurangan/
kerusakan.
b. mengambil bola secara acak seperti pada 3.4.2.1.1-2;

15

c. melakukan undian untuk menentukan yang servis, penerima bola,


atau tempat;
d. memutuskan apakah persyaratan servis dapat diperlonggar bagi
pemain yang cacat fisik;
e. mengontrol urutan servis, penerima bola, tempat, dan mengoreksi
kesalahan yang terjadi;
f. memutuskan setiap reli sebagai suatu poin atau let.
g. mengucapkan poin/skor sehubungan dengan prosedur yang
ditentukan;
h. memperkenalkan sistem percepatan waktu pada saatnya;
i. menjaga kelangsungan permainan;
j. mengambil tindakan bagi pelanggar ketentuan coaching/nasihat
atau ketentuan sikap;
k. Melakukan undian untuk menentukan pemain/pasangan/tim yang
harus mengganti pakaian bila terjadi kesamaan warna pakaian dan
kedua pihak tidak ada yang mengalah untuk mengganti pakaian.
l. Memastikan bahwa hanya orang yang berhak yang boleh berada di
arena/area pertandingan.

Wewenang dan tanggung jawab pembantu wasit


a. memutuskan apakah bola menyentuh atau tidak sisi atas meja yang
terdekat dengannya.
b. Memberitahukan wasit atas perlakuan yang berhubungan dengan
c.
d.
e.
f.
g.

nasihat dan sikap (pemain/pemberi nasihat)


Baik wasit maupun pembantunya dapat :
memutuskan apakah servis pemain tidak sah;
memutuskan apakah bola menyentuh net pada saat servis;
memutuskan apakah pemain menyentuh bola;
memutuskan apakah kondisi permainan terganggu dan dapat

mempengaruhi hasil suatu reli;


h. memastikan waktu pemanasan, interval antara game/set, dan
lamanya pertandingan.
Baik pembantu wasit maupun salah satu petugas lain dapat
bertugas sebagai pencatat pukulan, menghitung pukulan penerima bola
atau pasangannya ketika sistem percepatan waktu diberlakukan
Keputusan yang dibuat oleh pembantu wasit atau pencatat pukulan

16

sehubungan dengan yang dijabarkan pada 3.3.2.5-6 tidak dapat diubah


oleh wasit hingga keluar arena setelah pertandingan selesai.

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap olahraga mestinya memiliki peraturan-peraturan tertentu, begitu
juga dengan permainan tenis meja. Peraturan permainan tenis terbilang cukup
rumit bila belum terbiasa bermain tenis meja, karena sangat berbeda dengan
peraturan olahraga-olahraga permainan lainnya.
Salah satu hal yang menjadi pembeda dari peraturan permainan tenis
meja adalah perhitungan poinnya, dimana bola berpindah servis setiap poin
memiliki jumlah genap.
Filosofi wasit tenis meja adalah sebagai pengatur dan penengah
jalannya suatu game atau pertandingan mulai dari pertandingan itu dimulai
sampai selesai agar pertandingan itu berjalan dengan lancar.
Baik pembantu wasit maupun salah satu petugas lain dapat bertugas
sebagai pencatat pukulan, menghitung pukulan penerima bola atau
pasangannya ketika sistem percepatan waktu diberlakukan Keputusan yang
dibuat oleh pembantu wasit atau pencatat pukulan sehubungan dengan yang
dijabarkan pada 3.3.2.5-6 tidak dapat diubah oleh wasit hingga keluar arena
setelah pertandingan selesai.
B. Saran
Supaya pertumbuhan dan perkembangan olahraga Tenis Meja
berjalan dengan normal, maka sebagai olahragawan, harus memotivasi dan
merangsang masyarakat umum (masyarakat/ siswa ) dalam pertumbuhan dan
perkembangan untuk mencintai olahraga supaya keingintahuan tentang dunia
olahraga bertambah. Supaya generasi yang akan datang lebih optimal dalam
bidang olahraga sehingga dalam era globalisasi ini bangsa kita tidak tertinggal
perkembangannya dalam berbagai bidang terutama dalam bidang olahraga.

18

DAFTAR PUSTAKA

Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies:


Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The
Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49).
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996.
Hlm. 9-11.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.
Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan
Abad ke-21n (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
Trilling, B. dan Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in the
Knowledge Age or "We're Wired, Webbed, and Windowed, Now What"?
Educational Technology may-June 1999. Hlm. 5-18.
http://makalah7u.blogspot.com/2011/03/makalah-tenis-meja.html
http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2012/05/teknik-dasar-bermain-tenis-meja.html

19

Anda mungkin juga menyukai