Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL GROUP PROJECT

PENGARUH KELEBIHAN UNSUR NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN


KACANG HIJAU (Vigna radiata)

Kelompok I
Rahmadiyono Widodo

13304241063

Ajeng Narulita Kusumastuti 13304244005


Dwi Astuti

13304244017

Lanna Murpi Pertiwi

13304244010

Miftakhurohmah

13304241071

Pendidikan Biologi Internasional 2013

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB I
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari kehidupan
manusia dan alam, dari pertanian sebagian besar sumber makanan untuk kehidupan manusia
diperoleh, salah satunya adalah dari golongan polong-polongan. Jenis tanaman polongpolongan ini terkenal dengan nama Leguminosae yang bersimbiosis dengan bakteri rhizobium
penambat nitrogen. Adanya asosiasi dari tumbuhan ini memungkinkan penyediaan unsur
NH4+ dan NH3 yang langsung dapat dimanfaatkan tumbuhan untuk proses hidupnya. Nitrogen
yang menjadi bahan dasar untuk fiksasi diperoleh dari atmosfer oleh bakteri Rhizobium.
Dalam kaitannya dengan tanaman, nitrogen merupakan salah satu komponen makronutrient
atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang besar.
Nitrogen berfungsi dalam melengkapi siklus hidup tanaman untuk pembuatan hormone,
sintesis asam amino, DNA, juga pertumbuhan vegetatif tanaman. Komposisi nitrogen dalam
tanah akan berpengaruh terhadap jumlah nitrogen yang diserap oleh tumbuhan, selanjutnya
akan berdampak pada pertumbuhan tanaman kacang hijau. Penambahan Nitrogen dalam tanah
untuk tanaman ini akan menyuplai langsung nitrogen dalam bentuk siap diserap oleh tanaman
sehingga proses absorbsinya lebih cepat. Proses penambatan nitrogen, serta pembentukan
bintil akar yang dilakukan oleh bakteri Rhizobium perlu dipelajari lebih lanjut apabila unsur
nitrogen pada tanah tersedia dalam jumlah banyak.
Penelitian terhadap penambahan unsur nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi makronutrien yang diberikan terhadap
pertumbuhan kacang hijau dengan metode eksperimental dan pengamatan kualitatif terhadap
organ vegetatif tanaman yang berupa akar, batang dan daun.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana pengaruh
-

penambahan

unsur

nitrogen

kecepatan

perkecambahan tanaman Kacang hijau (Vigna radiata)?


Bagaimana pengaruh kelebihan unsur nitrogen terhadap pertumbuhan organ

vegetative tanaman kacang hijau (Vigna radiata)?


C. Tujuan
- Mengetahui pengaruh penambahan unsur nitrogen
-

terhadap

terhadap

kecepatan

perkecambahan tanaman Kacang hijau (Vigna radiata)


Mengetahui pengaruh kelebihan unsur nitrogen terhadap pertumbuhan organ

vegetative tanaman kacang hijau (Vigna radiata)


BAB II
1. Tinjauan Pustaka

Suatu unsur dikatakan esensial bagi tumbuhan adalah apabila tumbuhan itu sendiri
tadak mampu menyelesaikan daur hidupnya sampai tumbuhan menghasilkan biji yang dapat
tumbuh bila unsur hara tidak tersedia dalam keadaan yang cukup, dan unsur hara tersebut
merupakansuatu penyusun molekul pada bagian tumbuhan yang esensial untuk kelangsungan
hidup tumbuhan. Unsur hara sangat penting untuk tumbuhan dimana unsur hara berperan
sebagai komponen utama yang menyusun dan membantu pertumbuhan tanaman apapun.
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan organik sebagai
hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium atau tempat
tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi
faktor-faktor iklim, bahan induk,jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pembentukan. Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa perbaikan peredaran air,
udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman,
perombakan bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam.
Tanah yang berstruktur baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan
tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman. Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya
terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan di
antara agregat yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya. Agregat tanah
sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti pukulan
butiran air hujan. Dengan demikian tahan erosi sehingga pori-pori tanah tidak gampang
tertutup oleh partikel-partikel tanah halus, sehingga infiltrasi tertahan dan run-off menjadi
besar. Struktur tanah yang jelek tentunya sebaliknya dengan keadaan diatas. Dan kegiatan
yang berupa pengolahan tanah, pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran dan pupuk
organik, lebih berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah (Sarief, 1986:
50-51).
Di dalam tanah banyak ditemukan ribuan jenis hewan dan mikroorganisme, dari yang
berukuran sangat kecil (bakteri, fungi dan protozoa/invisibee mikro-biota) hingga biota yang
berukuran sangat besar seperti cacing tanah, kutu, tikus, kaki seribu dan megafauna. Aktivitas
biologi organisme tanah terkonsentrasi di topsoil. Komponen biologi menempati tempat yang
tipis atau halus (<0.5%) dari total volume tanah dan membuat kurang dari 10% total bahan
organik tanah. Komponen hidup ini terdiri dari akar tumbuhan dan organisme tanah. Cacing
tanah sering membentuk bagian utama biomassa hewan tanah dandapat mempresentasikan

hampir 50% biomassa hewan tanah di tanah padang rumput, dan hingga 60% tanah hutan.
Cacing tanah dapat memperbaiki penyatuan bahan organik di bawah permukaan tanah,
meningkatkan jumlah air tersimpan dalam agregat tanah, memperbaiki infiltrasi air, aerasi dan
penetrasi akar dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme. Partikel tanah yang digerakkan ke
berbagai posis oleh akar, cacing tanah, baik melalui siklus kering atau basah dan melalui
kekuatan lain sehingga membentuk struktur tanah. Produksi kotoran mesofauna juga
menyumbang pembentukan struktur tanah partikel dan ruangruang yang terbentuk di antara
partikel (Lakitan, 2012).
Unsur hara esensial dibagi menjadi dua kelompok yaitu makro elemen dan mikro
elemen. Makro elemen terdiri dari tiga bagian yaitu molekul (C, H, O), ion (N, S, P) dan
kation (K, Ca, Mg) sedangkan makro elemen terdiri B, Cl, Ca, Fe, Mn, Mo, Zn. Unsur hara
yang diperoleh tanaman dari dalam tanah atau larutan hara yaitu unsur N, S, K, B, Mg, Ca,
Zn, Mo, Be, Mn, Na, Si. Nitrogen dalam jaringan tumbuhan merupakan sutu komponen
penting yang berberan sebagai unsur penyusun dari banyak senyawa-senyawa esensial yang
dibutuhkan oleh tanaman (Sarief, 1986).
Banyak macam pupuk yang dijumpai di toko pertanian yang didalamnya terkandung
unsur hara mikro maupun unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Ada dua macam
pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik pada umumnya yang
memiliki kandungan unsur hara nitrogen yaitu Urea, dan ZA. Sedangkan untuk pupuk organik
sendiri biasanya terbuat dari pupuk kandang, kompos dll. Umumnya unsur N diambil oleh
tanaman dalam bentuk amonium dan nitrat. Pengaruh unsur N pada tanaman tidak hanya pada
daun saja tetapi jika pemberian N semakin tinggi maka semakin cepat juga sintesis
karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma (Jumin, 2010).
Ciri-ciri atau syarat unsur hara makro yaitu unsur hara diperlukan dalam jumlah yang
tidak sedikit artinya dalam jumlah yang banyak, kekurangan salah satu unsur hara makro pada
tanaman dapat menmbulkan gejala disifiensi pada tanaman yang biasanya sulut atau tidak
dapat disembuhkan dengan menambahkan suatu unsur hara makro yang lainnya, dan
kelebiahan unsur hara makro dapat menyebabkan keracunan pada tanaman karena unsur hara
tidak sesuai apa yang dibutuhkan oleh tanaman.sedangkan ciri untuk unsur hara mikro adalah
unsur hara diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit, kekurangan salah satu unsur hara
mikro pada tanaman dapat menmbulkan gejala disifiensi pada tanaman yang biasanya sulut
atau tidak dapat disembuhkan dengan menambahkan suatu unsur hara mikro lainnya, dan
apabila kelebihan unsur hara mikro juga akan dapat berakibat pada keracunan tanaman
(Sarief, 1986).

Kekurangan unsur hara esensial bagi tanaman dari jumlah yang dibutuhkan tanaman,
maka dapat mnimbulkan terhalangnya atau terganggunya metabolisme tanaman yang secara
visual dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan pada laju pertumbuhannya. Gejala
fisik yang dapat terlihat dalam pengamatan yaitu terhambatnya pertubuhan akar, batang, daun
yang kerdil dan terjadi gejala klorosis serta nikrosis pada bagian organ tanaman. Meskipun
kekurangan unsur hara berakibat pada terganggunya fungsi dan pertumbuhan tanama. Gejala
yang umum ditemukan adalah gejala yang tampak pada bagian tajuk tanaman, karena mudah
diamati dan dapat memberikan manfaat bagi petani dalam melakukan pemupukan yang tepat
dan praktis (Lakitan, 2012).
Banyak unsur hara yang mudah dapat ditranslokasikan dari daun yang berumur tua
kedaun yang masih muda dan organ penampung. Unsur hara ini yang berupa antara lain
adalah nitrogen, magnesium, kalium, klor, belerang, dan fosfor. Selain itu unsur hara juga ada
beberapa macam yang tidak dapat atau sulit untuk ditranslokasikan seperti kalsium, boron dan
besi, sedangkan untuk unsur hara seperti mangan, tembaga masih tergolong dalam kategori
sedang. Perbedaan dari dua macam sifat unsur ini maka dapat diketahui bahwa gejala yang
ditimbulkan tanaman saat kekeurangan hara juga akan berbeda, dimana untuk unsur hara yang
mudah ditraslokasikan akan menunjukkan gejala yang berawal dari daun yang lebih tua dan
sebaliknya jika kekurangan unsur hara yang sulit untuk ditraslokasikan maka gejala yang
tampak terdapat pada daun yang masih muda (Lakitan, 2012).
Menurut Shellp (1987), Mattason dan Schjoerring (2002), Abdolzadeh et al (2008)
menyatakan, Nitrogen merupakan unsur hara yang berada dialam dan paling dinamis.
Ketersedian unsur N yang terdapat di tanah dipengaruhi oleh keseimbangan antara input dan
output dalam suatu sistem tanah. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan
tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak
dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya. Fungsi nitrogen bagi
tanaman adalah sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2) Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih
hijau (pada daun muda berwarna kuning).
3) Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.
4) Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
5) Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.

Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium),
akan tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium. Kekurangan unsur Nitrogen dapat
terlihat dimulai dari daunnya, warnanya yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah
menjadi kuning lengkap. Jaringan daun mati daun mati inilah yang menyebabkan daun
selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa
pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh pada pembuahan, yang dalam hal ini
perkembangan buah
tidak tidak sempurna, umumnya kecil-kecil dan cepat matang. Kandungan unsur N yang
rendah dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya
membran-sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil.Unsur N bersifat mudah
hilang dari tanah akibat proses volatilasi aatu perkolasi air tanah, mudah berubah bentuk, dan
mudah pula diserap tanaman. Menurut Shellp (1987), Delvian (2006) menyatakan kekurangan
unsuh hara N dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman sehingga dapat
menyebabkan kekerdilanyang disertai dengan berubahnya warna daun menjadi kuning dan
dapat mempengaruhi penyerapan unsur hara yang lainnya seperti P, dan K (Suwandi, 2009).
Menurut Friensen et al (1980) menyatakan, Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hilangnya suatu unsur hara mikro didalam tanah yaitu diantarannya adalah
peningkatan hasil panen, kehilangan unsur mikro yang dikarenakan akibat dari pencucian,
pengapuran, dan meningkatnya keaslian pupuk buata. Menurut Sims (1986) menyatakan
bahwa menurunnya produktifitas tanaman yaitu karena kekurangan suatu unsur hara mikro.
Salah satu contohnya adalah kekahatan unsur hara Zn. Kekahatan unsur hara Zn sering terjadi
ditemui di daerah yang memiliki tanah alkali yang ber pH tinggi, berkapur dan KTK masih
rendah. Kekahatan Zn memiliki ciri yang dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan seperti
pendeknya ruas batang, dedaunan menjadi kerdil, dan klorosis yang terdapat pada rat daun
(Juliati, 2008).
Tanaman akan dapat tumbuh dan berproduksi hingga tanaman menyelesaikan daur
hidupnya sampai sempurna. Dalam mendukung pertumbuhan tanaman, maka tanaman
membutuhkan banyak macam unsur hara esensial, yaitu tanaman biasnya membutuhkan unsur
hara sebanyak enambelas unsur hara diantaranya yaitu hara makro maupun unsur hara mikro.
Unsur hara makro selalu dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup besar
dibandingkan dengan unsur hara mikro yang hanya dibutuhkan hanya sedikit (Sumarji, 2013).
Pemupukan merupakan salah satu faktor terpnting dalam budidaya tanaman.
Pemupukan dapat mempengaruhi tanaman dalam mendukung pertumbuhan, perkembangan
dan produksifits tanaman. Pupuk yang mempunyai unsur hara N, P, K memiliki pengaruh

yang sangat nyata pada tumbuhan, unsur N dapat berpengaruh terhadap daun maupun bunga
sehingga pertumbuhan menjadi optimal dan berkeang lebih baik. Sedangkan untuk unsur K
yaitu memiliki fungsi sebagai aktivator enzim dalam translokasi gula dan fotosintesis
(Handajaningsih dan Wibisono, 2009).
Kelebihan unsur hara bagi tanaman juga tidak mempunyai kebaikan apapun akan
tetapi malah dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, yaitu dimana yang dapat
menimbulkan suatu gejala pada tanaman sepeti keracunan unsur hara yang biasa terjadi yaitu
tanaman keracunan unsur hara mikro seperti Aluminium, Seng, Fe, dan Mn. Keracunan ini
terjadi karena pengaruh dari kondisi tanah yang terlalu asam (Rukmana, 2005).
Tanaman kacang hijau termasuk family leguminosae yang terdiri dari banyak varietas.
Susunana morfologi kacang hijau terdiri dari akar, batang daun, bunga dan biji. Perakaran
tanaman kacang hijau bercabangbanyak dan embentuk nodula atau bintil-bintil akar,
semakin baanyak nodula atau bintil akar maka semakin tinggi kandungan nitrogen penyubur
tanah (rukmana, 1997).
Tanaman acing hijau berbatang tegak dengan cabang yang menyamping pada batang
utama, berbentuk bulat dan berbulu. Daun berbentuk trifolia,dan letaknya berselang-seling,
tangkai daunnya lebih panjang daru daunnya dengan warna hijau muuda sampai hijau tua
(Adrianto dan Indarto, 2004).
Kacang hijau merupakan tanaman berumur pendek biasanya berbunga 30-70 hari.
Bunganya besar berdiameter 1-2 cm, kehijau-hijauan sampai kuning cerah, steril sendiri
terletak pada ketiak yang tersusun atas 5-25 kuntum bunga panjang tansan bunga 2-20 cm
biji berwarna hijau atau kuning, seringkali coklat dan kehitam-htaman,, memliki kilap
(lustre) yang kusam atau berkilat, hulumnya pipih dan putih. Perkecambahan epigeal.
(Soomaatmaja, 1993).
Syarat tumbuh tanaman hijau bergantung pada keaaan iklim, iklim yang ideal di
daerah yang bersuhu 25-270 C dengan kelembaban udara 50-80 % curah hujan antara 50
mm- 200 mm per bulan, dan cukup mendapat sinar matahari. Jumlah curah hujan dapat
mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering
(kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Di daerah yang curah hujannya tinggi,
penanama kacang hijau menemui banyak hambatab misalnya, mudah rebah dan mudah
terserang hama penyakit. Produksi kacang hijau musim hujan biasanya lebih rendah
daripada produksi musim kemarau (Rukmana, 1997).
Biji merupakan alat untuk melanjutkan hidup species suatu tumbuhan yaitu dengan
cara mempertahankan dan memperpanjang kehidupan embryonic axis. Didalam biji terdapat
embryo serta cadangan makanan yang menunjang embryo muda untuk berkecambah sampai

erfotosintesis. Penyimpanan cadangan makanan merupakan salah satu fungsi utama biji.
Penyimpanan cadangan berhubungan erat dengan proses pemasakan dan pengisian biji.
Didalam proses pemasakan dan pengisian biji terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat optimumnya proses tersebut, faktor internal dipengaruhi oleh jenis tanaman dan
keberagaman gen antar varietas dalam species, faktor ekternal yang berorientasi pada
lingkungan dipengaruhi oleh kondisi iklim, dan kondisi lahan, serta teknik budidaya
(Marufah, 2008).
Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah),
pengujian awal (pematahan dormansi) dan kondisi perkecambahan seperti: air, suhu, media,
cahaya dan terbebas dari hama dan penyakit. Cahaya, suhu, dan kelembaban merupakan tiga
faktor utama (Utomo, 2006).
Para ahli fisiologi menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikula
menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul
dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan
kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang
optimum (Tohari, 1995).
Proses perkecambahan merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahanperubahan

morfologis, fisiologis, dan biokimia. Tahap pertama perkecambahan benih

dimulai dari proses penyerapan air oleh benih diikuti melunaknya kulit benih dan hidrasi
dari protoplasma. Setelah biji menyerap air maka biji akan menghasilkan hormon tumbuh
seperti giberellic acid (GA) yang menstimulir kegiatan enzim-enzim di dalam biji. Tahap
kedua dimulai dengan kegiatan sel-sel dan enzim serta naiknya respirasi benih. Tahap ketiga
merupakan terjadinya penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat merupakan
assimilasi dari bahan yang telah diuraikan tadi ke daerah meristematik untuk menghasilkan
energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima
merupakan pertumbuhan dari perkecambahan mulai dari proses pembelahan, pembesaran
dan pembagian sel pada titik-titik tumbuh. Proses pertumbuhan dan perkembangan embrio
diawali dari ujung-ujung titik tumbuh akar yang diikuti oleh titik tumbuh tunas. Daun yang
terbentuk belum dapat berfungsi optimal sebagai organ fotosintesis, pertumbuhan kecambah
sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Utomo, 2006).
Hal yang paling penting dalam pemilihan lokasi untuk kebun kacang hijau adalah
tanahmya subur, gembur, banyak mengandung bahan organic (humus), aerase dan
drainasenya baik, kisaran pH yang dimiliki 5.8-6.5. Fungsi pengapuran adalag untuk
meningkatkan mineralisasi nitrogen organic dalam sisa-sisa tanaman, membentu

memperbaiki kegemburan serta meningkatkan pH tanah mendekati netral (Rukmana, 1997).


Unsur hara makro tresedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6.5-7.5 atau mendekati
netral, seperti unsur hara P tersedia dalam jumlah nbanyak pada pH6.5-8 dan 9-10 (Sutedjo,
2002).
Bahan organik dapat berperan langsung sebagai unsur hara tanaman setekah
mengalami proses minralisasi dan secara tidak langsung dapat menciptakan suatu kondisi
lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan menyediakan keketersediaan hara
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Bahan organic dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, bioogi tanah yang pada giirannya akan memperbaiki pertumbuhan dan produksi
tanaman (Murbandono, 2005).
Syarat-syarat agar kacang hijau dapat tumbuh subur yaitu:
1. Tanah
a) Tekstur : Liat berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase
yang baik
b) Struktur tanah gembur
c) Keasaman tanah (pH) 5,8 7,0 optimal 6,7
2. Iklim
a) Curah hujan optimal 50 - 200 mm/bulan
b) Temperatur 25oC - 27oC dengan kelembaban udara 50 - 80% dan cukup mendapat
sinar matahari
(Tuhana dan Nova, 2004 : 98)
Jumin (2002) mengemukakan bahwa pada tanaman legume, pembentukan bintil akar
yang efektif disamping di tentukan oleh sifat genotip, juga ditentukan oleh galur Rhizobium
yang berperan. Bintil akar diklasifikasikan dalam dua kelompok yaiu kelompok efektif dan
kelompok tidak efektif. Sifat tidak berbintil dan berbintil akar sangat berguna untuk mengukur
fiksasi nitrogen dan residunya di dalam tanah terutama dalam mengatur sistem pola tanam,
agar konsumsi pupuk dapat ditekan, tetapi pertumbuhan dan produksi konsumsi pupuk dapat
ditekan, tetapi pertumbuhan dan produksi tetap tinggi. Mikroorganisme yang berperan dalam
fiksasi nitrogen dalam akar banyak spesies yang telah teridentifikasi pada beberapa pohon
tropika adalah Chyanobakteri, tetapi pada sebagian besar spesies yang melaksanakan proses
ini adalah organisme seperti Actionomycetes (bakteri berfilamen). Pada polongpolongan
yang berperan adalah spesies bakteri dari genus Rhizobium tertentu biasanya efektif hanya
pada satu spesies polongpolongan. Rhizobium memperoleh energi karbohidrat ini mula
mula dibentuk di daun selama proses fotosintesis dan kemudian diangkut melalui floem ke
bintil akar. Sukrosa merupakan karbohidrat yang paling umum dan banyak diangkut, seperti

pada polongpolongan beberapa elektron dan ATP yang diperoleh selama oksidasi dalam
bakteroid digunakan untuk mereduksi N2 menjadi NH4+. Faktor faktor yang mempengaruhi
proses fiksasi nitrogen adalah jumlah NH4+ didalam tanah yang terbentuk, populasi bakteri
nitrifikasi, reaksi tanah, aerasi, kelembaban tanah, dan suhu. Jumlah NH4+ di dalam tanah
lebih disukai organisme yang mengikat N2 dibanding bentuk bentuk lain. Ada tiga hal
penting dalam proses nitrifikasi yaitu:
-

Reaksi ini membutuhkan oksigen, oleh sebab itu proses ini berlangsung di tanah-

tanah yang aerasinya baik


Reaksi ini membebaskan H+ yang merupakan penyebab terjadinya pengasaman

tanah bila dipupuk dengan pupuk NH4


Kecepatan perubahan dipengaruhi oleh lingkungan.

Kacang Hijau
Divisi

: Spermatophyta

Anak Devisi : Angiospermae


Kelas

: Dicotyledonae

Bangsa

: Leguminosae

Suku

: Papilionaceae

Marga

: Vigna

Jenis

: Vigna radiata L.

(Tuhana dan Nova, 2004:97)


Bakteri penambat nitrogen yang terdapat didalam akar kacang-kacanganadalah jenis
bakteri Rhizobium. Bakteri ini masuk melalui rambut-rambut akar danmenetap dalam akar
tersebut dan membentuk bintil pada akar yang bersifat khas padakacang-kacangan. Belum
diketahui sepenuhnya bagaimana rhizobium masukmelalui rambut-rambut akar, terus ke
dalam badan akar dan selanjutnyamembentuk bintil-bintil akar.

Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya
dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N terhadap pertumbuhan
tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam tanaman pada umumnya
mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan bahan lainnya yang menyalurkan
energi (Buckman dan Brady, 1982). Pori tanah yang lebih besar akan meningkatkan
perkembangan akar dan kemampuan akar menyerap air dan unsur hara yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi pertumbuhan serta hasil tanaman (Buckman dan Brady, 1982).

2. Kerangka Berfikir

Tanaman
Kacang Hijau

Tumbuh dari

Biji
Yang mengalami

Perkecambahan
Eksternal

Faktor yang mempengaruhi

Internal

berupa
berupa

Keadaan
biji
Rusak

Cadangan
nutrisi
Amillu
m

Baik

Air

Klimat
berupa

pH

Suhu

Media
tanam

Nutrisi
luar

kelembab
an

Makro
dan

Mengalami

Dorma
nsi

berupa
K, Na,
Mn, B,
Zn, Cu,

C, H, O,
N, S, P,
Ca, Fe,

Diatasi dengan

Ditumbuhk
an

Berdasa sifat

Modifikasi dalam

Media
tanam

Akar
Organ Vegetatif

Mobil

Perlaku
an Biji

Dirend
am

perlakua

Dibiark
an

Defisiensi

Normal

Menjadi
Tanaman kacang
hijau

Batang

Daun

Unsur N

Perlaku
an
Pengkondisia
n
Pengamatan

Komposis
i nutrisi

Immobil

Jumlah N

Kelebih
an

3. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Ho : Adanya pengaruh kelebihan unsur nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman
kacang hijau (Vigna radiata)
Hi : Tidak adanya pengaruh kelebihan unsur nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman
kacang hijau (Vigna radiata)

BAB III
I. Variabel Penelitian
Variabel kontrol : pemberian nutrisi komplit pada
Variabel bebas : pemberian kelebihan unsur nitrogen
Variabel terikat : pertumbuhan tanaman, perkembangan tanaman, gejala yang tampak
II. Waktu Penelitian
Hari, tanggal
Tempat
III.

: Sabtu, 1 November 2014 s/d Jumat, 14 November 2014


: Green House FMIPA UNY

Alat dan Bahan


Alat:
Gelas air mineral
Timbangan digital
Gelas ukur
Pipet tetes
Gelas beker
Botol air mineral 1500 ml
Bahan:
Tanaman kacang hijau
Pasir
Makronutrien, masing-masing 1 Molar : Ca(NO3)2, KNO3, MgSO4.7H2O, KH2PO4,
NaNO3, MgCl2, NaH2PO4, CaCl2, KCl
Mikronutrien, dalam tiap liter medium dibutuhkan:
H3BO3
2,86 g
MnCl2.4H2O
1,81 g
ZnCl
0,11 g
CuCl2.2H2O
0,05 g
Na2MoO4.2H2O
0,025 g

IV.
LANGKAH KERJA
1. Pembuatan Larutan
a. Larutan Komplit
Ca(NO3)
10 ml
KNO3
10 ml
MgSO4
4 ml
KH2PO4
2 ml
Dilarutkan hingga 1 Liter
Fe EDTA
2 ml
Mikronutrien
2ml
b. Larutan Kelebihan N
Ca(NO3)
15 ml
KNO3
15 ml
MgSO4
4 ml
KH2PO4
2 ml
Dilarutkan hingga 1 Liter
Fe EDTA
2 ml
Mikronutrien
2ml
2. Pembuatan Media Tanam, Penanaman, dan Pengamatan
a. Menyiapkan pasir yang akan digunakan sebagai media tanam
b. Pasir dicuci agar terbebas dari zat-zat yang menempel pad apasir
c. Pasir ditempatkan pada botol bekas air mineral dan diberi lubang kecil di
d.
e.
f.
g.
h.
i.

samping
Pembuatan media tanam dilakukan 2 kali (botol a dan botol b)
Menyiapkan biji dan menyortirnya dengan menggunakan air biasa
Biji ditanam pada media tanam masing-masing 5 biji
Pada botol a diberi larutan komplit sebanyak 50 ml
Pada botol b diberi larutan kelebihan N sebanyak 50 ml
Dilakukan pengamatan mulai dari pertama kali kecambah muncul ke

j.
k.
l.
m.

permukaan pasir
Melakukan pengukur kualitatif terhadap parameter daun, batang, dan akar
Mengumpulkan data yang dilakukan selama 14 hari
Menganalisis data
Mengulangi langkah d hingga l sebanyak 3 kali.

Daftar Pustaka

Andriantom T.T dan Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang
Panjang, Absolut. Yogyakarta. Hal : 93.
Darmawijaya, M. I. 2002. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : UGM Press
Jumin. 2002. Proses Biokimia dan fiksasi Nitrogen
(http://www.ojimori.com/2011/06/29/proses-biokimia-dan-fisiologi-fiksasi-nitrogen/, 2011).
Murbandono, L. 2005. Membuat Kompos. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau dan Budidayanya Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius. Hal : 34-35.
Somaatmadja, s. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1 Kacang-kacangan. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Hal : 89.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta.
Saikia, S. P., and Vanita Jain. (2007). Biological nitrogen fixation with non-legumes: An achievable
target or a dogma? CURRENT SCIENCE, VOL. 92, NO. 3, 10 FEBRUARY 2007.

Anda mungkin juga menyukai