PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi gagal ginjal kronik
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu kronik dan akut.
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung beberapa tahun).(5) Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi
ginjal yang menahun bersifat persisten dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal adalah
penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat. (6,2)
Gagal ginjal kronis adalah destruksi jaringan dan fungsi ginjal yang progresif yang
disertai dengan retensi cairan dan nitrogen.(4) Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses
patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.(1)
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu
1. Atas dasar derajat(stage)
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG ( Laju Filtrasi
Glomerulus), yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault
sebagai berikut(1)
LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 umur) X berat badan
72 X kreatinin plasma (mg/dl)
Tabel 1
Tabel Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat
Penjelasan
LFG (ml/mn/1,73m2)
1
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90
2
Kerusakan ginjal dengan LFG ringan
60-89
3
Kerusakan ginjal dengan LFG sedang
30-59
4
Kerusakan ginjal dengan LFG berat
15-29
5
Gagal ginjal
<15 atau dialysis
2. Atas dasar diagnosis etiologi
Tabel 2
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Atas Dasar Diagnosis Etilogi
Penyakit
Penyakit glomerular
Penyakit vascular
Penyakit tubulointerstitial
Penyakit kistik
(ginjal polikistik)
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses
maladapatasi dan akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif,
walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktifivitas
aksis rennin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivasi jangka panjang
aksis rennin-angiotensi-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor. Pada
stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal,
pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara
perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai
dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.(1)
Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses konservasi zat terlarut dan air
menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada makanan dapat mengubah keseimbangan
yang rawan tersebut, karena makin rendah LFG semakin besar perubahan kecepatan
ekskresi per nefron. Hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencekan urine
menyebabkan berat jenis urine tetap pada nilai 1,010 atau 285 mOsm (yaitu sama
dengan konsentrasi plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia. (5)
Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan, tapi sudah
terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%,
mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia, pningkatan
tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan
lai sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih,
infeksisaluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan
keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit
antara lain natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal.
Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.(1)
2.5 Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. (5) Gagal ginjal kronik merupakan
akibat sejumlah penyakit yang progresif: pielonefritis kronik, glomerulnefritis kronik,
hipertensi ginjal, obstruksi traktus urinarius penyakit metabolic seperti diabetes, gout,
amiloidosis, sindrom hiperkalsemia, penyakit autoimun, penyakit ginjal polikistik,
nefropati akibat obat( misalnya analgesic).(4) Etiologi penyakit ginjal kronik sangat
bervariasi abatara satu negara dengan negara lain.(1)
Tabel 3 menunjukkan penyebab utama dan insiden penyakit ginjal kronik di Amerika
Serikat. Sedangkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat
penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia seperti pada Tabel 4.
Tabel 3
Penyebab Utama Penyakit Ginjal Kronik di Amerika Serikat (1995-1999)
Penyebab
Insiden
Diabetes Mellitus
44%
5
-tipe 1 (7%)
-tipe 2 ( 37%)
Hipertensi dan penyakit pembuluh darah 27%
besar
Glomerulonefritis
10%
Nefritis interstitialis
4%
3%
2%
Idiopatik
4%
Penyakit lain
4%
Tabel 4
Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di Indonesia TH.2000
Penyebab
Insiden
Glomerulonefritis
46,39%
Diebetes Mellitus
18,65%
12,85%
Hipertensi
8,46%
Sebab lain
13,65%
Glomerulonefritis kronis(1,4,8)
Nefropati diabetic
Hipertensi
Perkiraan prevalensi gagal ginjal kronis akibat hipertensi primer sangat
beragam mulai dari 0,002 sapai 20% dari semua kasus gagal ginjal,
mencerminkan fakta bahwa diagnosis penyakit ginjal akibat hipertensi
bergantung pada penyingkiran sebab lain. Banyak kasus mungkin memiliki
penyakit ginjal yag tidak terdiagnosis. Gagal ginjal akibat hipertensi jauh lebih
sering pada orang kulit hitam daripada orang kulit putih, dan pada populasi
kulit hitam terdapat kelompokan familial penyakit ginjal akibat hipertensi,
menunjukkan adanya kerentanan genetic terhadap kerusakan ginjal hipertensif.
Penyakit renovaskular
6
Penyakit ginjal herediter
Sindrom Alport
Nefritis herediter yang terkait kromosom X-berhubungan dengan tuli
sensorineurall dan lesi pada mata. Ditandai dengan penipisan dan pemisahan
membrane basal glomerulus. Terdapat kelainan kolagen tipe IV
9. Reproduksi
: Penurunan libido, impotensi, amenore, infertilitas,
ginekomastia, galaktore
10. Saraf
: Letargi, malaise, anoreksia, tremor, mengantuk,
kebingungan, flap, mioklnus, kejang, koma
11. Tulang
: Hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D
12. Sendi
: Gout, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang
13. Hematologi
: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami
pendarahan
14. Endokrin
: Multipel
15. Farmakologi
: Obat-obat yang diekresi oleh ginjal
2.7 Diagnosa
Dalam penilaian pasien gagal ginjal penting untuk mencoba menetapkan kemungkinan
penyebab, durasi, dan apakah telah terjadi komplikasi yang membahayakan jiwa, seperti
edema paru. Gagal ginjal bisa ditemuka secara kebetulan bila fungsi ginjal dinilai dengan
pengukuran ureum atau kreatinin(1,2,9), adanya hipertensi(1,9), atau gejala gagal ginjal.
1. Anamnesis(9)
Apakah pasien mengalami gejala gagal ginjal (misalnya mual, muntah,
sesak napas, atau edema perifer)?
Adakah rasa gatal, cegukan, neuropati perifer, lelah, malaise (2,4,9) ,
keluaran air berkurang, poliuria, atau hematuria nokturia?
Adakah enuresis di masa anak-anak?
Adakah gejala penyerta : hemoptisis, ruam, nyeri punggung, demam,
dan penurunan berat badan akibat neuropati?
Apakah pasien sedang menjalani pengobatan untuk gagal ginjal
(misalnya : hemodialisis, dialysis peritoneal, transplantasi ginjal)?
a. Riwayat penyakit terdahulu
Apakah pernah didiagnosis penyakit ginjal sebelumnya?
Pernahkah ada hipertensi atau proteinuria?
Adakah komplikasi penyakit ginjal : hipertensi, penyakit tulang
ginjal, atau penyakit jantung?
Adakah prosedur untuk memungkinkan dialysis?
b. Obat-obatan
Tanyakan mengenai :
Obat apa pun yang bisa menyebabkan gagal ginjal (misalnya
OAINS, inhibitor angiotensin converting enzyme atau antibiotic)?
Setiap terapi tertentu untuk gagl ginjal (misalnya eritropoetin)?
Setiap obat yang bisa terakumulasi dan menyebabkan toksisitas
pada gagal ginjal (misalnya digoksin)?
c. Riwayat keluarga
Adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (misalnya penyakit ginjal
polikistik, nefropati refluks)?
d. Riwayat social
Adakah gejala atau terapi seperti dialysis yang mengganggu kehidupan?
2. Diagnosis(2)
A. Keluhan Pokok
8
Anoreksi
Gatal-gatal
Kulit mudah lecet(2,6)
Insomnia
Impotensi(2,6)
Amenore
Malaise(2,4)
Kelemahan otot-otot
Nokturi
Poliuri
Konsentrasi menurun
Bingung
Sefalgi
Nafsu seks menurun(2,6)
B. Tanda penting
Foetor uremik
Urea frost (kristalisasi urea pada kulit)
Edema
Lidah kering dan berselaput(2,6)
Stomatitis
Cegukan (hiccup)
Gastritis erosive
Anemis(2,6)
Hipertensi(2,4,6)
Disritmi
C. Pemeriksaan laboratorium
Ureum, kreatinin naik(1,2)
klirens kreatinin menurun
Asam urat naik
Rasio kalium/ natrium (K naik, Na turun)
Dislipidemi
Asam guanidinosuksinat plasma naik
D. Pemeriksaan khusus
IVP
USG
Biopsi ginjal
Pendekatan Diagnostik(1)
1. Gambaran Klinis
e. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus,
infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi (1,2,4,6),
hiperurikemi, Lupus Eritematous Sistemik, dan lain sebagainya
f. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi (1,6), anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus,
uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma
9
Apakah pasien tampak sakit?Komplikasi gagal ginjal yang
membahayakan jiwa di antaranya adalah edema paru, asidosis, dan
hiperkalemia
Adakah sianosis?
Pemeriksaan penunjang
2.10
Osteomalasia(8)
Terdapat penurunan bikarbonat plasma (15-25 mmol/liter), penurunan pH, dan
peningkatan anion gap. Konsentrasi natrium biasanya normal namun dapat
meningkat atau menurun akibat masukan cairan inadekuat atau berlebihan.
Terdapat peningkatan konsentrasi fosfat plasma dan peningkatan kalsium
plasma. Kemudian fosfatase alkali meningkat. Dapat ditemukan peningkatan
parathormon pada hipertiroidisme.(6)
Dislipidemi(2)
Pemeriksaan hematologi
Ditemukan anemia normositik normokrom dan terdapat sel Burr pada uremia
berat. Leukosit dan trombosit masih dalam batas normal .(6) Kehilangan darah
melalui traktus gastrointestinal, defisiensi Fe, vitamin B12, asam folat,
penurunan usia eritrosit, hiperparatiroidisme, dan toksisitas aluminium juga
bisa menyebabkan anemia, dan harus dipertimbangkan jika tidak ada respon
terhadap eritropoetin.(8)
IVP(2)
USG(2)
USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan penyebab
gagal ginjal, misalnya ada kista atau obstruksi pelvis ginjal. (6) Ultrasonografi
ginjal menunjukkan obstruksi atau parut ginjal, dan memperlihatkan ukuran
ginjal.(8)
Rontgen polos(8)
Pemeriksaan rontgen atau ultrasound untuk ukuran ginjal. (4)Memperlihatkan
gambaran garis pinggir ginjal, dan menyingkirkan kemungkinan kalsifikasi
traktus renalis.(8)
Biopsi ginjal(2)
Jika ukuran ginjal normal, dan sebab penyakit ginjal tidak diketahui, biopsy
ginjal harus dipertimbangkan.(8)Biopsi ginjal untuk pemeriksaan histologik dan
prognosis.(4)
A.
Terapi umum
Istirahat
Diet
Edema
Hipertensi
Medikamentosa
Obat pertama :
Obat alternative :
Transfusi darah
Dialysis
LFG(ml/mnt/1,73m2)
Rencana tatalaksana
90
risiko kardiovaskuler
2
60-89
30-59
15-29
<15
Pengobatan (4)
Konsultasi ke psikiater
Fosfat g/kg/hari
>60
Tidak dianjurkan
Tidak dibatasi
14
25-60
0,6-0,8/kg/hari,
termasuk 10g
0,35gr/kg/hr niali biologi
tinggi
5-25
0,6-0,8/kg/hari,
termasuk 10g
0,35gr/kg/hr niali biologi
tinggi atau tambahan 0,3 g
asam amino esensial atau
asam keton
2.11
Komplikasi
Komplikasi Hematologis
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh produksi eritorpoetin yang tidak
adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoetin subkutan atau
intravena. Hal ini hanya bekerja bila kadar besi, folat dan vitamin B12 adekuat dan
pasien dalam keadaan baik. Sangat jarang terjadi, antibody dapat terbentuk melawan
eritropoetin yang diberikan sehingga terjadi anemia aplastik. (3) Kadar eritropoetin
dalam sirkulasi rendah. Eritropoetin rekombinan parenteral meningkatkan kadar
hemoglobin, memperbaiki toleransi terhadap aktivitas fisik, dan mengurangi kebutuan
transfuse darah.(8)
Walaupun waktu pembekuan darah normal, namun fungsi trombosit terganggu dan
waktu pendarahan (waktu yang diperlukan suatu pendarahan akibat luka untuk
berhenti) memanjang.Waktu pendarahan dapat membaik dengan dialysis yang efisien,
koreksi anemia dengan eritropoetin, dan pemberian estrogen terkonjugasi. Vasopresin
sintetik meningkatkan kadar factor von willebrand dan memperpendek waktu
pendarahan sementara.(3)
Penyakit tulang
Hipokalsemia akibat penurunan sintesis 1,25-(OH)2D3, hiperfosfatemia, dan
resistensi terhadap kerja PTH di perifer, semuanya turut menyebabkan penyakit
tulang renal. Terapinya dengan pembatasan fosfat makanan atau dengan atau tanpa
pengikat fosfat dan penguat derivate I-hidroksilasi vitaminD dosis rendah sedini
mungkin.(8)
Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab mortalitas tertinggi pada pasien gagal
ginjal kronis.(3,8) Kejadiannya mungkin mencerminkan peningkatan insidensi
hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik,
termasuk hipertrofi ventrikel kiri.(8) Pada pasien yang tidak menyandang diabetes,
hipertensi mungkin merupakan factor resiko yang paling penting. Sebagian besar
hipertensi pada penyakit ginjal kronik disebabkan hipervolemia akibat retensi
natrium dan air.(3) Di antara semua itu, hipertensi mungkin merupakan penyakit
15
yang paling dapat diterapi.(8) Hipertensi yang tidak member respon terhadapa
pengurangan volume tubuh seringkali berkaitan dengan produksi rennin yang
berlebihan.(3)
Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan air akibat
hilangnya
nefron.
Namun
demikian,
beberapa
pasien
tetap
mempertahankansebagian filtrasi,naun kehilangan fungsi tubulus, sehingga
mengekskresi urin yang sangat encer, ang dapat menyebabkan dehidrasi.(3)
Disfungsi seksual
Menurunnya libido dan impotensi sering terjadi. Hiperprolaktinemia ditemukan
setidaknya sepertiga jumlah pasien, menyebabkan efek inhibisi sekresi
gonadotropin. Kadar prolaktin bisa diturunkan dengan pemberian bromokriptin,
walaupun sering timbul efek samping (mual, muntah, mengantuk, hipotensi
postural).(8)
Kulit
Gatal merupakan keluhan kulit yang paling sering terjadi. Keluhan ini sering
timbul pada hiperparatiroidisem sekunder atau tersier serta dapat disebabkan oleh
deposit kalsium fosfat pada jaringan.(3)
Gastrointestinal
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus petikum tidak lebih sering tejadi pada
pasien gagal ginjal kronik dibandingkan populasi normal. Namun demikian, gejala
mual, muntah, anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis
serta angiodisplasia lebih tinggi, keduanya dapat menyebabkan perdarahan.
Insidensi penkreatitis juga lebih tinggi. Gangguan pengecap dapat berkaitan
dengan bau napas yang menyerupai urin.(3)
Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan libido, impotensi,
dan penurunan jumlah serat motilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi
kehilangan
libido,
berkurangnya
ovulasi,
dan
infertilitas.
Siklus
hormonpertumbuhan yang abnormal adapat turut berkontribusi dalam
menyebabkan retardasi pertumbuhan pada anak dan kehilangan massa otot pada
orang dewasa.(3)
Neurologis dan psikiatrik
Gagal ginjal yang tidak dapat diobati dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan
kesadaran, dan bahakan koma, seringkali dengan tanda iritasi neurologis. Aktivitas
Na+/K+ATPase terganggu pada uremia dan terjadi perubahan yang tergantung
hormone paratiroid pada transport kalsium membrane yang dapat berkontribusi
dalam menyebabkan neurotransmisi yang abnormal.
Neuropati perifer dapat terjadi. Mnisfestasi yang khas adalah neuropati
sensorimotorik distal, dengan kehilangan sensorik berpola glove and stocking, dan
kelemahan serta kehilangan massa otot distal. Biasanya terjadi simetris, namun
dapat juga terjadi mononeuropati terisolasi serta mengnai saraf cranial. Neropati
autonomic juga dapat terjadi. Miopati dapat disebabkan oleh defisensi vitaminD.
Hipokalsemia, hipofosfatemia, dan kelebihan PTH. Gangguan tidur sering terjadi.
Kaki yang tidak bisa diam atau kram oto dapat juga terjadi dan kadang merespons
16
terhadap pemberian kuinin sulfat. Gangguan psikiatrik seperti depresi dan ansietas
sering terjsdi dan terdapat peningkatan risiko bunuh diri.(3)
Imunologis
Fungsi imunologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan infeksi sering terjadi.
Uremia menekan fungsi sebagian besar sel imun dan dialysis dapat mengaaktivasi
efektor imun, seperti komplemen, dengan tidak tepat.(3)
Lipid
Hiperlipideia sering terjadi, terutama hipertrigliseridemia akibat penurunan
katabolisme trigliserida. Kadar lipid lebih tinggi pada apsien yang menjalani
dialysis peritoneal daripada pasien yang menjalani hemodialisis, mungkin akibat
hilangnya protein plasma regulator seperti apolipoprotein A-1 di sepanjang
membrane peritoneal.(3)
2.12 Pencegahan
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid yang
memperburuk keadaan pasien.
Dua cara penting utuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus ini adalah pembatasan
asupan protein dan terapi farmakologis
Mengatasi hiperfosfatemia
Pembatasan asupan fosfat. Pemberian diet rendah fosfat sejala dengan diet pada
pasien dengan diet pada pasien dengan gagal ginjal kronik secara umum yaitu tinggi
kalori, rendah protein, dan rendah garam, Karena fosfat sebagian besar terkandung
dalam daging dan produk hewan. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hari.
Pembatasan asupan fosfat yang trelalu ketat tidak dianjurkan, untuk menghindari
terjadinya malnutrisi
Pemberian pengikat fosfat. Pengikat fosfat yang bnayak dipakai adalah garam,
kalsium, aluminium hidroksida, garam magnesium. Garam-garam ini diberikan secara
oral, untuk menghambat absorbsi fosfat yang berasal dari makanan.
Pemberian calcium mimetic agent
Pembatasan asupan air pada pasienpenyakit ginjal kronik, sangta perlu dilakukan. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edem dan komplikasi kardiovaskular. Air
yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui
urin maupun insensible water loss.
Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium. Pembatasan
kalium dilakukan, karena hiperkalemia dapat mengakibatkan aritmia jantung yang
fatal. Pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan edema.
Jumlah garam natrium yang diberikan, disesuaikan dengan tingginya tekanan darah
dan deajat edema yang terjadi.(1)
2.13 Prognosis
Sangat bervariasi sesuai proses yang mendasarinya dan respons terhadap
pengobatan.(4)
Membaik pada tahun-tahun terakhir dengan tersedianya alat dialysis di rumah
sakit maupun pada berobat jalan.(4)
Kurang baik.(2)
18