I.
PENDAHULUAN
Pelaksanaan suatu penelitian selalu berhadapan dengan objek yang diteliti atau
yang diselidiki. Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
benda-benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat
atau di dalam alam.
Dalam melakukan penelitian, kadang-kadang peneliti melakukannya terhadap
seluruh objek, tetapi sering juga peneliti hanya mengambil sebagian saja dari seluruh
objek tersebut. Meskipun penelitian hanya mengambil sebagian dari objek yang di teliti,
tetapi hasilnya dapat mewakili atau mencakup seluruh objek yang diteliti.
Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti disebut populasi penelitian,
sdangkan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini disebut sampel
penelitian.
Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik
tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini
biasanya disebut metoda sampling atau teknik sampling. Pada penelitian survei, teknik
sampling ini sangat penting dan perlu diperhitungkan dengan baik. Sebab teknik
pengambilan sampel yang tidak baik akan mempengaruhi validitas hasil penelitian
tersebut.
II.
PEMBAHASAN
II.1.
Pengertian Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yyang akan dikenai generalisasi
hasil penelitian (Suharsini Arikunto, 1997). Menurut Sutrisno Hadi (2004) populasi
adlah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dari sampel yang akan
diambil dalam suatu penelitian.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari unit analisis
yang karakteristiknya akan diduga. Populasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu populasi
finit dan populasi infinit.
Populasi finit adalah populasi yang pasti, misalnya jumlah pasien perbulan di Rumah
Sakit X. Jumlah pasiennya sudah jelas; identitasnya juga sudah jelas, yaitu pasien.
Populasi infinit merupakan populasi yang anggotanya tidak pasti. Misalnya orangorang yang mengunjungi pasien-pasien yang ada di Rumah Sakit X. jumlah orang-orang
yang mengunjungi para pasien tidak pasti karena tidak ada catatannya; identitasnya juga
tidak jelas.
2. Sampel
Sampel dapat diartikan sebagai sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diselidiki
atau diukur. Misalnya
2.2.
Penggunaan dan Keuntungan Sampling
1. Penggunaan Sampling pada bidang kesehatan
Penggunaan sampling pada bidang kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut:
1) Evaluasi status kesehatan masyarakat
2) Investigasi factor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
3) Studi mengenai administrasi layanan kesehatan
4) Evaluasi kemampuan ukuran standar kesehatan
5) Evaluasi reliabilitas dan kelengkapan registrasi angka kelahiran, kematian, dan
system pencatatan lainnya.
2. Keuntungan proses sampling
Berikut beberapa keuntungan proses sampling
1) Biaya ringan dan mudah dikerjakan
2) Proses evaluasinya cepat
3) Kualitas informasi data lebih baik karena:
a) Jumlah sampel yang kecil akan mudah dikerjan oleh personel yang terlatih;
b) Supervise yang tepat pada pengumpulan data dapat dilaksanakan;
c) Kelompok studi yang kecil memungkinkan untuk digunakannya metode dan
teknik penelitian yang lebih canggih
4) Data yang diperoleh akan lebih akurat dan komprehensif
5) Bila ada kesalahan prosedur, akan mudah diketahui dan dengan cepat dapat diulang
kembali
2.3.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses sampling
Dalam melaksanakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Relevansi informasi dari beberapa data populasi yang diperoleh bukan dari data
statistik, seperti keterang kelahiran, kematian, dan medical record
2) Data yang mungkin diperoleh hanya dari bagian suatu populasi yang diteliti, namun
sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan
3) Ada perbedaan layanan kesehatan yang diterimaoleh para individu di dalam populasi
seperti pemeriksaan X-ray, laboratorium, perbaikan gizi dan lainnya
2.4.
Ada beberapa persyaratan mengenai desain pengambilan sampel yang baik dan
representative, yaitu:
1) Sampel yang diperoleh merupakan representasi dari populasi penelitian
2) Ukuran sampel memadai dan mampu mewakili karakteristik populasi penelitian
3) Prosedur pengambilan sampel yang sederhana, praktis, dan mudah dimengerti
4) Desain sampling yang ekonomis dan efisien
2.5. Langkah-langkah Pengambilan Sampel
1) Menentukan atau menetapkan populasi
Dalam penetapan populasi, ada 4 komponen populasi yang perlu diperhatikan,
yaitu elemen ( tempat yang paling ideal untuk mencari sampel), unit sampling (orang
yang paling cocok dijadikan sampel penelitian), tempat ( lokasi pengambilan sampel),
dan waktu ( durasi waktu penelitian).
Contoh: penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan program Keluarga Berencana
di Kecamatan Tarutung tahun 2015. Maka komponennya adalah sebagai berikut:
Elemen
: Puskesmas/klinik KB
Unit sampling : Pasangan Usia Subur (PUS)
Tempat
: Kecamatan Tarutung
Waktu
: Januari sampai Desember 2015
2) Spesifikasi kerangka pengambilan sampel
Langkah ini bertujuan untuk memaparkan secara jelas dan melakukan spesifikasi
elemen populasi. Kerangka penganmbilan sampel dapat dibagi menjadi dua, yaitu
populasi target dan populasi sampling.
Contoh: penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan program KB di Kecamatan
Tarutung tahun 2015, elemen populasinya adalah Puskesmas/klinik KB dan bila
dilakukan spesifikasi sampling frame lebih lanjut, populasi target dan populasi sampling
adalah sebagai berikut:
Populasi target
: Rekam medis/kartu K4
Populasi sampling : PUS yang menggunakan metode KB
3) Menentukan unit pengambilan sampel
Unit sampling merupakan kunit dasar pada elemen populasi yang akan dijadikan
sampel. Akan tetapi, terkadang unit sampling dapat berdiri sendiri sebagai komponen
populasi atau merupakan unit samling pada elemen populasi.
Pada
ccontoh
penelitian di atas, yang menjadi unit sampling adalah pasangan usia subur yang
meggunakan metode kontrasepsi.
4) Menetapkan metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik
probabilitas dan teknik non-probabilitas.
a) Metode pengambilan noon-probabilitas
Kegiatan ini meliput memeriksa kelengkapan perangkat lunak dan perangkat keras.
Misalnya, kuesioner, pewawancara, alat transportasi, jadwal penelitian, dan lain-lain.
7) Mengambil sampel
Pada langkah ini, kita melaksanakan pemilihan sampel di lapangan sesuai dengan
protocol penelitian yang telah disiapkan.
2.6. Teknik Penarikan Sampel
Penarikan sampel dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan sampel secara acak
(probability sampling), dan pengambilan secara tidak acak (non probability sampling).
Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang penarikan sampel secara acak
(probability sampling), dan secara acak (non probability sampling).
1. Penarikan Sampel Secara Acak (Probability Sampling)
a. Acak Secara Sederhana (Simple Random Sampling)
Rancangan ini adalah rancangan yang paling sederhana. Disebut juga random
murni. Syaratnyapopulasi benar-benar homogen atau mendekati homogen, disamping
unit analisis (unit dasar) atau jumlah subjek telah teridentifikasi.
Misalnya kita akan memilih 25 sampel dari 100 subjek dalam suatu populasi.
Maka kita akan melakukan pemilihan 25 kali dengan cara random dari 100 subjek
tersebut. Teknik random ini bias memakai cara undian atau memakai tabel random atau
bilangan random yang dikenal dengan istlah random sampling number.
Cara undian bisa dilakukan seperti lotere dengan memasukkan nomor-nomor
responden ke dalam kotak, lalu dikocok dan dikeluarkan satu persatu. Bisa juga dengan
menugaskan orang mengambil kertas bernomor yang telah digulung kedalam kotak.
Orang tersebut ditutup matanya. Pengambilan dilakukan sampai 25 kali.
Kalau jumlah subjek banyak tentu akan lebih sesuai memakai bilangan random.
Contoh:
Kita kutip beberapa bilangan acak sebagai berikut.
23417
15768
14825
55216
20770
32281
14040
50021
51532
68784
11006
04336
22031
66210
31277
14376
00273
60727
40115
06546
76265
31767
42806
71547
38402
12813
23470
38571
78215
43330
15881
56784
04337
04587
17256
54715
08616
27856
75570
81543
Daftar acak ini baik kekanan maupun ke bawah terus berlanjut.
Kita mengambil contoh, misalnya sampel yang kita butuhkan adalah n=30 buah
subjek dari 367 subjek dalam populasi. Maka pertama kali seluruh populasi tersebut
diberi angka mulai dari 001, sebab jumlah populasi tertinggi dari 3 digit atau 3 angka.
Kita mencari angka-angka 001 sampai dengan angka 367 di dalam daftar bilangan
5
random tersebut. Oleh karena bilanganrandom terdiri dari 5 digit, maka kita mengambil
patokan boleh dari depan maupun belakang sebanyak 2 digit. Mencarinya boleh
kesamping kanan dalam baris, boleh juga ke bawah dalam kolom.
Misalnya saja kita mengambil 2 digit ke samping dalam baris. Maka akan tertera
angka:
234
157 148 552 207 322 140 500
515
687 110 043 220 662 312 143
dan seterusnya.
Angka yang diberi garis bawah berarti masuk dalam daftar pilihan sampel.
Demikian seterusnya sehingga diperoleh jumlah sebanyak 30 buah subjek penelitian.
Mengenai tabel acak yang lengkap ada pada lampiran.
b. Rancangan Acak Sistematik (Systematic Random Sampling)
Dari contoh diatas, yakni sampel berjumlah 25 subjek penelitian dari populasi
sebanyak 100 subjek, dapat pula dilakukan sebagai cara berikut.
Misalnya responden pertama diambil nomor 4. Maka nomor berikutnya adalah
nomor 8, yakni dari hasil perhitungan 100/25 = 4. Angka 4 ini dipakai menambah
dengan cara deret hitung. Jadi pilihan berikutnya adalah responden nomor : 8+4=12.
Berikutnya lagi nomor 16 dan seterusnya. Demikian sampai memperoleh jumlah subjek
25. Cara ini disebut rancangan acak sistematis
c. Rancangan Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Strata artinya lapisan atau susunan bertingkat, umpama kelas-kelas dalam
lembaga persekolahan. Jadi disini populasi disusun berdasarkan adanya kelompokkelompok kelas yang mempunyai sifat sama. Dengan demikian tiap kelompok relatif
homogen.
Oleh karena itu sampel diambil dari tiap strata, karena strata satu dengan lainnya
mempunyai sifat yang berbeda.
Bila jumlah dalam tiap stratum relative sama, maka digunakan rancangan
stratifikasi sederhana (simple stratified random sampling). Tetapi kalau jumlah subjek
antara strata yang satu dengan lainnya berbeda, maka dilakukan stratifikasi proporsional
atau propotional stratified random sampling.
Rancangan stratifikasi ini utamanya berguna bagi peneliti yang ingin
membandingkan karakteristik subjek yang dipengaruhi oleh sifat kelompok-kelompok
subjek tersebut. Praktiknya (2001) memberi contoh misalnya peneliti ingin mengetahui
latar belakang suku terhadap aksepbilitas mereka terhadap program keluarga berencana.
Oleh karena subjek tinggal di tempat dan lingkungan yang sama, maka variabel luar
relative terkendali atau sedikit saja pengaruhnya. Maka hasil perbandingan tersebut
cukup reliabel.
6
stratum.
Tiap
stratum
10
Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka P (proporsi= 0,50 atau
50%).
b. Presisi adalah derajat ketepatan yang diinginkan, berarti penyimpangan terhadap
populasi, biasnya 0,05 (5%0 atau 0,10 (10%).
c. Derajat kepercayaan
Rumus
n=
Z 1a/2 P (1-P)
d
Keterangan
n
= Besar sampel
Z 1a/2
Z 1a/2
= 1,96)
Perhitungan:
1- 0 ,15 )
1,96 0,15
n=
Hasil : Dibutuhkan paling sedikit 196 balita, yang dipilih secara acak sederhana
atauacak sistematis dari populasi. Dengan efek rancangan (disain efek) 2, maka akan
diperlukan jumlah sampel 392.
2. Jumlah Sampel untuk Estimasi Rata-rata
Untuk menghitung besar sampel, peneliti perlu mengetahui :
11
= Besar sampel
= Presisi
Catatan :
= Perkiraan varians
Contoh penggunaan
Sebuah penelitian bertujuan untuk mengetahui rata-rata berat badan anak Balita di
Kecamatan Cimanggis, dengan ketentuan :
a.
b.
c.
d.
1,966
=139
1
Sampel untuk Uji Hipotesis Beda 2 Proporsi (Lameshow et al., 1990 dikutip
Ariawan, 1998)
z 1 / 2 2 P(1-P) + Z1 P1(1-P1) + P2(1-P2)2
n=
(P1-P2)
Keterangan
n
= Besar sampel
P1
12
P2
2,58.
Z 1
= Nilai Z pada kekuatan uji power 1-. 80, 90, 95, 99%
tahun.
Ibu yang mempunyai anak yang berumur 1-5 tahun.
Memahami bahasa Indonesia.
Sehat jasmani dan rohani.
Mau diwawancarai.
13
b. Kriteria Ekslusi
1. Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas X kurang dari 1 tahun.
2. Ibu yang mempunyai anak yang berumur kurang dari 1 tahun dan lebih dari 5
tahun.
3. Tidak memahami bahasa Indonesia.
4. Ibu dan anak balita yang sedang sakit.
5. Tidak bersedia diwawancarai.
14
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Fajar Interpratama
Mandiri.
15