Anda di halaman 1dari 4

MENULIS ARTIKEL RISET ILMIAH

Artikel riset ilmiah memberikan sebuah metode bagi ilmuwan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil
risetnya. Artikel jenis ini memerlukan format baku, di mana peneliti menyajikan risetnya dengan cara
yang runtut dan logis. Urutan tersebut tidak berarti harus persis sama dengan urutan yang dilakukan
peneliti ketika melakukan penelitiannya.
Format baku artikel riset ilmiah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Judul
Abstrak
Penulis
Pendahuluan
Subjek (materi) dan metode
Hasil-hasil (dengan Tabel dan Gambar)
Diskusi (Pembahasan)
Ucapan terima kasih
Referensi

JUDUL
1. Judul hendaknya cukup spesifik menggambarkan isi artikel, tetapi jangan terlalu teknis
sehingga hanya bisa dipahami oleh pembaca tertentu. Judul harus sesuai dengan sasaran
pembaca
2. Judul biasanya menggambarkan materi riset: Efek Merokok Terhadap Prestasi Belajar
3. Kadang-kadang sebuah judul lebih efektif jika menggambarkan kesimpulan riset: Mahasiswa
Yang Merokok Memiliki Prestasi Lebih Rendah.
PENULIS
1. Orang yang mengerjakan riset dan menulis artikel lazimnya ditulis pada urutan pertama
dalam daftar penulis sebuah artikel riset.
2. Untuk artikel yang dipublikasikan, orang lain yang banyak memberikan kontribusi kepada
karya riset tersebut juga dimasukkan dalam daftar penulis. Perlu ditanyakan dulu kesediaan
orang yang bersangkutan untuk dimasukkan dalam daftar penulis.
ABSTRAK
1. Abstrak (atau Ringkasan) diterbitkan bersama dengan artikel riset untuk memberikan
kepada pembaca suatu pandangan awal (preview) tentang apa yang akan disajikan.
Abstrak bisa juga diterbitkan terpisah dalam sumber-sumber bibliografi, misalnya Abstrak
Kedokteran. Abstrak memungkinkan ilmuwan/ pembaca memindai secara selayang pandang
sejumlah besar kepustakaan, sebelum memutuskan artikel yang akan dibaca dengan lebih
mendalam. Abstrak jangan terlalu teknis dibandingkan dengan artikel. Jika terlalu terlalu
teknis ada kemungkinan pembaca akan merasa cukup membaca abstraknya saja dan tidak
membaca artikelnya sendiri.
2. Abstrak artikel riset di bidang ilmu sosial biasanya disajikan dalam satu paragraf. Abstrak
artikel riset di bidang kedokteran lazimnya lebih terstruktur, terdiri atas empat paragraf yang
meliputi Latar Belakang, Subjek dan Metode, Hasil-Hasil, dan Kesimpulan. Latar belakang

Prof. Bhisma Murti, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

berisi satu atau dua kalimat latar belakang riset, diakhiri dengan sebuah kalimat tentang
tujuan riset. Subjek dan Metode mendeskripsikan desain riset, sampel dan teknik sampling,
variabel-variabel penelitian, metode pengukuran variabel, metode analisis data. Hasil-hasil
mendeskripsikan temuan-temuan inti riset. Kesimpulan berisi sebuah atau dua kalimat
kesimpulan hasil riset, dan sebuah kalimat saran. Abstrak lazimnya terdiri atas 250-350 kata.
3. Penulis hendaknya tidak menggunakan singkatan dan sitasi (kutipan) di dalam abstrak.
Abstrak hendaknya bisa berdiri sendiri (stand alone) tanpa perlu catatan kaki.
PENDAHULUAN
Pendahuluan, atau Latar Belakang, berisi masalah yang melatari dilakukannya riset. Penulis
menyebutkan masalah penelitian (pertanyaan penelitian) yang ingin dicari jawabannya secara
sistematis melalui riset. Berikan alasan kepada pembaca mengapa masalah tersebut penting atau
menarik untuk diteliti. Penulis perlu memberikan ringkasan tinjauan pustaka yang relevan dengan
masalah yang diteliti. Pendahuluan biasanya terdiri atas 3-4 paragraf. Akhiri pendahuluan dengan
sebuah kalimat tentang ringkasan pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian.
SUBJEK DAN METODE
1. Subjek (Materi) dan Metode berisi deskripsi tentang desain riset, sampel dan teknik
sampling, variabel-variabel penelitian, metode pengukuran variabel, metode analisis data.
Sebagai contoh, penulis menyebutkan apakah riset tersebut observasional atau
eksperimental. Jika observasional, apakah studi potong lintang, studi kasus kontrol, atau
studi kohor. Jika eksperimental, apakah randomized controlled trial (RCT) ataukah
eksperimen kuasi. Pada bagian ini penulis menyebutkan protokol penelitian, mulai dari
sampel penelitian dan teknik sampling, apakah purposif, random, atau kombinasi kedua
teknik sampling. Selanjutnya penulis menyebutkan variabel-variabel utama penelitian,
meliputi variabel dependen, variabel independen, dan variabel perancu (confounding
factor). Berikan definisi operasional variabel-variabel itu. Jelaskan metode untuk mengukur
variabel dan unit pengukurannya. Jelaskan metode analisis data, model analisis hubungan/
pengaruh variabel, ukuran hubungan/ pengaruh, dan uji statistik yang digunakan.
2. Jika protokol penelitian cukup rumit, ada baiknya penulis mengikhtisarkannya dalam
diagram, tabel, atau diagram alir, tentang metode yang digunakan.
3. Jangan letakkan hasil-hasil di bagian ini. Tetapi penulis bisa memasukkan hasil-hasil studi
awal (preliminary results) yang digunakan untuk merancang studi atau eksperimen utama
yang hasilnya tengah dilaporkan dalam artikel itu.
4. Pada bagian subjek dan metode, sebutkan juga aspek etika. Jika riset menyangkut subjek
manusia, sebutkankan apakah subjek telah memberikan persetujuan untuk ikut serta di
dalam riset. Jika menggunajan subjek hewan, sebutkan langkah yang diambil untuk
mengurangi nyeri.
HASIL-HASIL
1. Bagian ini berisi hasil-hasil yang telah didapat penulis dalam risetnya. Gunakan grafik dan
tabel jika sesuai, tetapi berikan pula ringkasan temuan-temuan utama dalam bentuk teks.
Jangan membahas hasil-hasil atau berspekulasi di bagian ini tentang mengapa menemukan
hasil-hasil seperti itu. Pembahasan hasil letakkan pada bagian Pembahasan.
2. Penulis tidak perlu memasukkan semua data hasil riset ke dalam bagian ini, karena artikel
riset ilmiah bukan buku harian.

Prof. Bhisma Murti, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

3. Gunakan metode untuk memeragakan data dengan tepat. Jangan mencoba memanipulasi
data, baik dalam angka, gambar, maupun kata-kata, sedemikian sehingga pembaca
memperoleh persepsi atau penafsiran tentang hasil-hasil yang lebih baik daripada hasil-hasil
riset yang sesungguhnya.
TABEL DAN GRAFIK
1. Jika menyajikan data dalam tabel atau grafik, pastikan terdapat judul yang menerangkan apa
yang ada di dalam tabel dan grafik. Untuk tabel, pastikan pemberikan label pada sumbu x
dan sumbu y.
2. Grafik kadang lebih komunikatif dan menarik daripada tabel angka atau kata-kata. Tetapi
jangan gunakan tabel atau grafik hanya sekedar untuk mendapatkan kesan hebat tentang
sebuah temuan jika temuan itu cukup dinyatakan dalam sebuah kalimat.
DISKUSI
1. Dalam bagian Diskusi (atau Pembahasan), soroti hasil-hasil utama riset. Pastikan untuk tidak
sekedar mengulangi apa yang sudah ditulis pada bagian Hasil-Hasil. Pada bagian ini penulis
menjelaskan sejauh mana hasil-hasil riset telah menjawab masalah/ pertanyaan penelitian
yang dikemukakan pada awal riset. Bahas apakah hasil-hasil riset yang dilakukan mendukung
hipotesis. Bahas apakah hasil-hasil konsisten dengan laporan hasil penelitian lainnya. Hasil
riset tidak harus mendukung hipotesis yang dikemukakan. Jika hasilnya tidak mendukung
hipotesis atau tidak konsisten dengan hasil riset lainnya, jelaskan mengapa. Berikan
penjelasan kemungkinan interpretasi data dengan cara lain. Jelaskan apakah riset lebih
lanjut perlu dilakukan untuk menjawab masalah baru atau yang tersisa dari riset yang
dilakukan sekarang. Jelaskan posisi temuan-temuan riset sekarang di dalam gambaran besar
tentang masalah penelitian itu bagi ilmu pengetahuan. Akhiri bagian pembahasan dengan
satu atau dua kalimat ringkas sebagai kesimpulan penulis.
2. Jangan sekali-kali melakukan plagiarisme. Penting untuk selalu menyebutkan nama penulis
yang menjadi sumber rujukan tentang pernyataan yang dikutip oleh penulis. Ada beberapa
cara mengutip. Contoh:

Menurut Barker (1997), paparan lingkungan yang buruk (misalnya, kekurangan gizi) pada
periode kritis pertumbuhan dan perkembangan di dalam uterus memiliki efek jangka
panjang terhadap terjadinya penyakit kronis di usia dewasa melalui pemrograman
struktur atau fungsi organ, jaringan, atau sistem tubuh.

Sebagai alternatif:
Paparan lingkungan yang buruk (misalnya, kekurangan gizi) pada periode kritis
pertumbuhan dan perkembangan di dalam uterus memiliki efek jangka panjang
terhadap terjadinya penyakit kronis di usia dewasa melalui pemrograman struktur
atau fungsi organ, jaringan, atau sistem tubuh (Barker, 1997).
UCAPAN TERIMAKASIH
Bagian ini bersifat opsional. Penulis bisa menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu atau memberikan kontribusi bagi riset ini, misalnya membahas protokol
penelitian, memberikan komentar terhadap naskah artikel, dan sebagainya.

Prof. Bhisma Murti, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

REFERENSI
Jurnal kedokteran umumnya menggunakan sistem referensi Vancouver dan Harvard.
1. Vancouver referensi berdasarkan urutan letak kutipan di dalam artikel
Contoh: 1. Barker DJP. Maternal nutrition, fetal nutrition, and disease in later life. Nutrition
(1997), 13: 807
2. Harvard referensi berdasarkan urutan kronologis abjad inisial nama belakang penulis
Contoh: Barker DJP. (1997). Maternal nutrition, fetal nutrition, and disease in later life.
Nutrition, 13: 807

BEBERAPA PRINSIP MENULIS ARTIKEL ILMIAH


1. Edit naskah artikel anda!!!
Edit, edit, dan edit. Revisi, revisi, dan revisi. Edit dan revisi naskah artikel tiga-empat kali
atau lebih. Artikel yang baik merupakan hasil dari beberapa kali edit dan revisi, bukan
dari tulisan yang sekali jadi.
2. Tulislah dengan akurat
Pilih dan gunakan kata-kata yang akurat untuk gagasan spesifik yang dikemukakan.
Penulis bisa menggunakan sinonim agar pembaca tidak jemu. Tetapi demi akurasi,
penulis bisa mengulangi kata yang sama.
Pastikan penulis menggunakan kata yang sesuai dengan maksud yang diinginkannya
Hindari kata-kata yang lazim tetapi membingungkan atau tidak baku
3. Tulislah dengan jelas
Tulislah dengan level yang sesuai dengan pembaca
Gunakan kalimat aktif. Kalimat aktif lebih jelas dan singkat daripada kalimat pasif
Gunakan kata-kata atau istilah yang lebih pendek
Gunakan kalimat-kalimat pendek
Sebuah kalimat yang terdiri atas lebih dari 40 kata perlu dibuat menjadi dua kalimat.
Cek tata-bahasa, ejaan, dan tanda baca (punktuasi). Pastikan berulang kali bahwa tata
bahas yang digunakan baku, tidak terdapat kesalahan ejaan, dan menempatkan tanda
baca dengan benar

Prof. Bhisma Murti, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai