Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA KELAS VII MTsN LANGSA

Oleh :
(Fitri Agustina)
ABSTRAK
Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Komunikasi Matematik Siswa.

Penelitian ini mengkaji kecerdasan emosional dan pengaruhnya dengan komunikasi


matematik siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Untuk mengetahui tingkat
kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa. (2) Untuk mengetahui tingkat
kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa. (3) Untuk mengetahui
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas
VII MTsN Langsa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui
survei lapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah 261 siswa dengan sampel sebanyak
70 siswa yang terdiri dari 7 kelas. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket kecerdasan emosional yang berjumlah 20 pertanyaan dan tes kemampuan
komunikasi berbentuk uraian dengan jumlah 6 pertanyaan, data yang terkumpul dianalisis
dengan menggunakan uji regresi linear sederhana.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
signifikan = 0,05 sehingga dapat disimpulkan

Fh itung=29,014> F tabel=2,313
Fh itung > F tabel

pada taraf

dan dinyatakan Ha diterima

yaitu terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik


siswa kelas VII MTsN Langsa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa (1) Tingkat
kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa dengan perolehan skor rata-rata sebesar
73,5 pada interval 70,95 76,05, termasuk dalam kategori cukup tinggi. (2) Tingkat
kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa dengan perolehan skor rata-rata sebesar
83,36 pada interval 79,66 87,05, juga termasuk dalam kategori cukup tinggi. (3) Terdapat
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII
MTsN Langsa.

PENDAHULUAN
Matematika
merupakan
mata
pembelajaran yang sangat penting
untuk dipelajari karena matematika
mempunyai aplikasi yang banyak dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak masalah
dalam
kehidupan
yang
dapat
diselesaikan
dengan
matematika.
Matematika bukanlah pengetahuan
yang berdiri sendiri, tetapi adanya
matematika
membantu
dalam
memahami
dan
menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan
alam. Oleh karena itu, matematika
diajarkan dari jenjang pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi. Dalam
pembelajaran di sekolah, matematika
adalah ilmu yang bersifat abstrak dan
tidak nyata karena terdiri atas simbolsimbol.1
Setiap
pembelajaran
matematika siswa dituntut untuk dapat
menguasai materi-materi tersebut. Salah
satu cara untuk mengetahui bahwa
siswa telah menguasai matematika yaitu
dengan melihat komunikasi matematik
siswa. Melalui belajar matematika,
siswa dapat mendapatkan kesempatan
untuk
mengembangkan
berpikir
sistematis, logis dan kritis dalam
mengkomunikasikan gagasan atau
dalam pemecahan masalah, penalaran
dan berkomunikasi (doing math).
Komunikasi merupakan bagian penting
dalam setiap kegiatan manusia karena
setiap saat orang melakukan kegiatan
1

Erman
Pembelajaran

komunikasi dan untuk peserta didik


mengungkapkan gagasan dari proses
menyelesaikan
suatu
masalah
matematika diperlukan kemampuan
komunikasi yang cukup baik.
Greenes
dan
Schulman,
mengatakan komunikasi matematik
merupakan: (1) kekuatan sentral bagi
siswa dalam merumuskan konsep dan
strategi
matematik,
(2)
modal
keberhasilan bagi siswa terhadap
pendekatan dan penyelesaian dalam
eksplorasi dan investigasi matematik,
(3) wadah bagi siswa dalam
berkomonikasi dengan temannya untuk
memperoleh
informasi,
membagi
fikiran dan penemuan, curah pendapat,
menilai dan mempertajam ide.2
Peressini dan Bassett (Sumiati
dan Asra),3 berpendapat bahwa tanpa
komunikasi dalam matematika, kita
hanya
akan
sedikit
memiliki
keterangan, data, dan fakta tentang
pemahaman siswa dalam melakukan
proses dan aplikasi matematika.
Pendapat ini menyiratkan makna bahwa
dengan komunikasi matematik, guru
tertolong untuk dapat lebih memahami
kemampuan
siswa
pada
saat
menginterpretasi dan mengungkapkan
pemahamannya tentang ide matematika
yang sedang atau telah mereka pelajari
selama proses pembelajaran. Sedangkan
untuk terciptanya situasi pembelajaran
2

Kontenporer

(Bandung:JICA-Universitas

Pendidikan

Indonesia(upi),2001) Hal.17

Irianto

Ansari,

Komunikasi

Matematik (Konsep dan Aplikasi), Yayasan

Suherman.dkk,Strategi
Matematika

Bansu

Pena Banda Aceh, 2009,hal 9


3

Sumiati

dan

Asra.

(2007).

pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Metode

yang lebih memberikan suasana


kondusif yang dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam komunikasi
matematik,
siswa
sebaiknya
diorganisasikan
dalam
kelompokkelompok kecil.
Menurut Nana Sudjana, terdapat
tiga pola komunikasi yang dapat
digunakan untuk mengembangkan
interaksi antara guru dengan siswa
antara lain :4
(a) Komunikasi
sebagai
aksi
atau
komunikasi
satu
arah.
Dalam
komunikasi ini guru berperan sebagai
pemberi aksi dan siswa sebagai
penerima aksi. Guru aktif siswa pasif.
Komunikasi jenis ini kurang banyak
menghidupkan kegiatan belajar siswa.
(b) Komunikasi sebagai interaksi atau
komunikasi dua arah. Komunikasi jenis
ini guru dan siswa dapat berperan sama,
yakni pemberi aksi dan penerima aksi.
Keduanya dapat saling memberi dan
saling menerima.
(c) Komunikasi sebagai transaksi atau
komunikasi
banyak
arah.
Dalam
komunikasi ini tidak hanya melibatkan
interaksi dinamis antara guru dengan
siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya. Pola komunikasi ini mengarah
kepada proses pembelajaran yang
mengembangkan kegiatan siswa yang
optimal, sehingga menumbuhkan siswa
belajar aktif.
Mengenai
indikator
dari
komunikasi matematik, Bansu Irianto
Ansari
dalam
Satriawati
mengelompokkan
ke
dalam
tiga
5
kelompok berikut:
(1)Written Text, yaitu memberikan jawaban
dengan menggunakan bahasa sendiri,
membuat model situasi atau persoalan
menggunakan bahasa lisan, tulisan,
konkrit, grafik dan aljabar, menjelaskan,
4

Ibid, hal 8

5 Ibid hal 5

mendiskusikan, dan menulis tentang


matematika,
membuat
konjektur,
menyusun argumen, dan generalisasi.
Pada kemampuan ini siswa dituntut
untuk dapat menuliskan penjelasan dari
jawaban
permasalahannya
secara
matematik, masuk akal, jelas serta
tersusun secara logis dan sistematis.
(2) Drawing, yaitu merefleksikan bendabenda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam
ide-ide
matematika;
dan
mengubah sebuah ide matematika ke
dalam gambar atau diagram. Pada
kemampuan ini, siswa dituntut untuk
dapat melukiskan gambar, diagram, dan
tabel secara lengkap dan benar; juga
siswa dituntut dapat mengubah suatu ide
matematik dalam bentuk gambar ke
dalam bahasa matematik.
(3) Mathematical
Expression,
yaitu
mengekspresikan konsep matematika
dengan menyatakan peristiwa seharihari dalam bahasa atau simbol
matematika. Pada kemampuan ini,
siswa diharapkan mampu untuk
memodelkan permasalahan matematis
secara benar, kemudian melakukan
perhitungan atau mendapatkan solusi
secara lengkap dan benar.
Di samping kemampuan yang
termasuk dalam aspek kognitif yang perlu
mendapatkan
perhatian
dalam
pembelajaran matematika, begitu juga
dalam
aspek
non-kognitif,
yaitu
kecerdasan
emosional
(emotional
inteligence). Menurut Zohar dan Marshall
dalam Effendi, kecerdasan itu terdiri atas 3
macam, yaitu Intelli-genci Quatient (IQ),
Emotional Qua-tient (EQ), dan Spiritual
Quatient (SQ).6 Namun dalam hal ini,
peneliti ingin mengkaji tentang kecerdasan
emosional siswa. Menurut Goleman,
kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya
6

A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ,


AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ.
(Bandung: Alfabeta. 2005), hal.82

dengan inteligensi, menjaga keselarasan


emosi dan pengungkapannya melalui
keterampilan
kesadaran
diri,
dan
pengendalian diri.
Menurutnya, kecerdasan intelektual
(IQ), hanya menyumbang 20% bagi
kesuksesan, sedangkan 80% adalah
sumbangan faktor kekuatan kekuatan
lain, diantaranya kecerdasan emosional
atau Emotional Quatient (EQ) yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri,
mengatasi frustasi, mengontrol desakan
hati, mengatur suasana hati (mood),
berempati serta kemampuan bekerja sama
dan mampu membaur dengan lingkungan
disekitarnya.7
Menurut
Goleman,
kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life
with intelligence); menjaga keselarasan
emosi dan pengungkapannnya (the
appropriateness of emotion and its
expression)
melalui
keterampilan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi
diri, empati, dan keterampilan sosial.
Ciri ciri perilaku kecerdasan emosional
yaitu :
1) Percaya diri
Keberanian yang datang dari diri sendiri
dan kepastian tentang kemampuan,
nilai-nilai dan tujuan diri, penguasaan
seseorang terhadap tubuh dan perilakunya
terhadap dunia sekitarnya.
2) Rasa ingin tau yang besar
Perasaan bahwa menyelidiki segala
sesuatu yang bersifat positif dan
menimbulkan kesenangan terhadap
dirinya sendiri.
3) Tekun dan bersungguh sungguh
Keinginan dan kemampuan untuk
berhasil
dan
untuk
bertindak
berdasarkan niat dan ketekunan.

4) Kontrol diri
Kemampuan untuk mengontrol diri dan
menyesuaikan aktifitas secara benar.
Mengelola emosi, agar perasaan dapat
terungkap dengan tepat, hal ini merupakan
kecakapan yang sangat bergantung pada
kesadaran diri.
5) Kemampuan berhubungan dengan orang
lain
Kemampuan untuk melibatkan diri dengan
orang lain dengan saling memahami.
6) Kemampuan berkomonikasi
Kemampuan
untuk
bertukar
fikiran,perasaan dengan orang lain,
mengkomonikasikan pendapat dan
gagasannya
terhadap
orang
disekitarnya.
7) Kemampuan bekerjasama
Kemampuan untuk bersama sama
mencari solusi tentang masalah yang
muncul.
Adapun indikator
kecerdasan
emosional antara lain:8
a. Kesadaran diri (self awareness), yaitu
kemampuan mengobservasi dan mengenali
perasaan yang dimiliki diri sendiri dan
mampu menerima kelemahan kelemahan
yang ada pada dirinya untuk dijadikan
sebagai panduan untuk mengambil
keputusan terhadap dii sendiri, sekaligus
menjadi tolak ukur atas kemampuan diri
dan kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri atau mengelola emosi
(managing emotions), yaitu kemampuan
mengelola emosi termasuk yang tidak
menyenangkan secara akurat, terhadap
kata

hati

dan

sanggup

menunda

kesenangan sebelum tercapainya suatu


sasaran. Disamping itu, pada saat dia
mendapat tekanan emosi, dia mampu

Goleman, Daniel (2009). Emotional Intelligence, Jakarta.


PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hamzah B. Uno, M.pd.Orientasi Baru Dalam Psikologi


Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2008. Hal 94.

untuk pulih dan keluar dari tekanan

berhubungan dengan

orang lain

dan

tersebut.

mampu membaca dengan cermat situasi


dan jaringan sosial yang ada. Seseorang

c. Empati

(empathy),

yaitu

kemampuan

untuk menerapkan diri pada sudut pandang


orang

lain

sekaligus

menghargainya.

Mampu merasakan apa yang dirasakan


oleh orang lain dan memahami cara
pandang dan cara berpikir orang lain
menunjukkan

seseorang

itu

memiliki

empati. Seseorang yang mampu merasakan


kesulitan yang dihadapi temannya dan
membantunya untuk mengatasi kesulitan
tersebut, berarti dia telah berempati.
Disamping

itu,

dia

yang mampu menahan sikap individualis,


mampu

berempati,

mengembangkan sikap tenggang rasa,


solidaritas dana mau bekerja sama dengan
orang

lain,

menunjukkan

memahami cara pandang dan cara

bahwa

dia

memiliki keterampilan sosial. Adanya


keterampilan sosial ini sangat memungkin
bagi mereka untuk lancar berkomunikasi
dengan baik dan mampu mengembangkan
sikap

kepemimpinan,

menyelesaikan

mampu

mampu

suatu

mampu

perselisihan

dan

bekerjasama dengan orang lain dalam


suatu tim.

berpikir baik temannya, dengan tidak


METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti
akan menggunakan jenis penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan
metode regresi yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menyelidiki seberapa
besar pengaruh variabel x dan variabel
y berdasarkan koofisien regresi.9
Penelitian dilaksanakan di MTsN
Langsa, yang beralamat di JL. Jenderal
A. Yani, Gp. Baroh Langsa Lama,
Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa.
Tujuan penelitian ini untuk (1) Untuk
mengetahui
tingkat
kecerdasan
emosional siswa kelas VII MTsN
Langsa. (2) Untuk mengetahui tingkat
kemampuan komunikasi matematik
siswa kelas VII MTsN Langsa. (3)
Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan
emosional
terhadap
kemampuan

terlalu cepat menyalahkan teman yang


memiliki

cara

pandang

dan

cara

berpikir yang berbeda dengannya. Hal


ini akan menumbuhkan rasa saling
percaya di antara dia dengan temannya,
dan mampu menyelaraskan dirinya
dengan bermacam-macam orang yang
memiliki cara pandang dan cara pikir
yang berbeda.
d. Keterampilan sosial

meliputi

terampil

dalam berkomunikasi dan menjaga relasi


(handling relationship), yaitu kemampuan
berinteraksi dan menjaga hubungan yang
sehat dengan orang lain. Seseorang yang
memiliki

keterampilan

sosial

mampu

menangani emosi dengan baik ketika

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2004). Hal.8

komunikasi matematik siswa kelas VII


MTsN Langsa.
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas kelas VII di
MTsN Langsa semester II tahun
pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 7
lokal dengan jumlah siswa seluruhnya
261 orang siswa. siswa dan sampel
dipilih
secara
acak
dengan
menggunakan teknik simple random
sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh kelas VII yang
berjumlah 70 siswa.
Data dalam penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan metode
pengumpulan data berupa tes dan
angket.
Tes
digunakan
untuk
mengetahui komunikasi matematik
siswa, sedangkan angket digunakan
untuk
mengetahui
kecerdasan
emosional
siswa.
Penelitian
ini
menggunakan metode analisis data
kuantitatif. pengujian statistik dalam
teknik analisis yang sesuai.
Dalam penelitian ini Untuk
mengetahui signifikan atau
tidak
signifikan pengaruhnya antar variabel
maka dihitung dengan menggunakan
normalitas, dan linearitas dari masingmasing kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif, penjelasan selanjutnya dapat
dijelaskan di bawah ini :
Hasil pengujian hipotesis pada
taraf signifikan =0,05
dengan
derajat
dk =n2=68

kebebasan
diperoleh Fhitung = 29,01,

Ftabel = 2,313.
Dari perolehan tersebut, ternyata Fhitung >
Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan.
Karena Fhitung > Ftabel maka tolak Ho dan

terima Ha. Dengan demikian terdapat


pengaruh
yang
signifikan
antara
kecerdasan emosional siswa terhadap
kemampuan komunikasi matematik siswa.
Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
disimpulkan bahwa (1) Tingkat kecerdasan
emosional siswa kelas VII MTsN Langsa
dengan perolehan skor rata-rata sebesar
73,5 pada interval 70,95 76,05, termasuk
dalam kategori cukup tinggi. (2) Tingkat
kecerdasan emosional siswa kelas VII
MTsN Langsa dengan perolehan skor ratarata sebesar 83,36 pada interval 79,66
87,05, juga termasuk dalam kategori
cukup tinggi. (3) Terdapat pengaruh
kecerdasan emosional terhadap terhadap
kemampuan komunikasi matematik siswa
kelas VII MTsN Langsa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Fenelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ,
dan succesful Intel-ligence atas IQ. 2005
(Bandung: Alfabeta)
B. Uswah Wardiana. 2004. Psikologi Umum,
(Jakarta: PT Bina Ilmu)
Bansu Irianto Ansari. , 2009 . Komunikasi
Matematik (Konsep dan Aplikasi),
Yayasan Pena
Banda Aceh
Daniel Goleman, Emotional Intelligence
(Kecerdasan Emosional). 1996. terj.
T.hermaya,
(Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama)
Eman
Suherman.
2003.
Evaluasi
Pembelajaran Matematika Turmudi.
(Bandung:JICA)

M. Manullang. 1996. Penelitian Hasil


Belajar. (Medan: IKIP Medan)
Hamzah B. Uno. 2008. Orientasi Baru
Dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Isaken, Scott G,. 2012. On the Conceptual
Foundation of Creative Problem
Solving : A Response to MagyariBeck,
Journal
Creatifity
and
Innovation
Management
(http://personal.stevens.edu/~ysakam
ot/creativity/creative%20problemsolving.pdf)
Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam
Pembelajaran Matematika, Jurnal
MIPA UNHALU

National Council of Teacher of


Mathematics. (2000). Principles
and
standards
for
school
mathematics. Reston, VA: NCTM
Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, bandung:
remaja Rosdakarya.
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian
Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti
Pemula. Bandung : Alfabeta
Shaddiq, Fadjar. 2009. Kemahiran
Matematika.
Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
S. Margono. 2007.Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta)

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian


Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Utari.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan
Krativitas Anak Berbakat. Bandung :
Rineka Cipta
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok
Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
(Jakarta:
Ghalia Indonesia)

S.
(2005). Pembelajaran
Matematika untuk Mendukung
Pelaksanaan Kurikulum Tahun
2002 Sekolah Menengah. Makalah
pada
Seminar
Pendidikan
Matematika di FMIPA Universitas
Negeri Gorontalo, Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai