Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan sains
dan teknologi, sehingga matematika dipandang sebagai suatu ilmu yang terstruktur dan
terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, serta ilmu tentang cara berpikir untuk memahami
dunia sekitar. Dalam proses pembelajaran matematika harus menekankan kepada siswa
sebagai insan yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Tugas dan peran guru
bukan lagi sebagai pemberi informasi ( transfer of knowledge), tetapi sebagai pendorong
siswa belajar ( stimulation of learning ) agar dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan
melalui berbagai aktifitas. Melalui belajar matematika, siswa dapat mendapatkan kesempatan
untuk mengembangkan berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan
gagasan atau dalam pemecahan masalah, penalaran dan berkomunikasi (doing math).
Komunikasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan manusia karena setiap saat
orang melakukan kegiatan komunikasi dan untuk peserta didik mengungkapkan gagasan dari
proses menyelesaikan suatu masalah matematika diperlukan kemampuan komunikasi yang
cukup baik.
Sullivan mengatakan bahwa peran dan tugas guru sekarang adalah memberi kesempatan
belajar maksimal pada siswa dengan jalan (1) melibatkannya secara aktif dalam eksplorasi
matematika; (2) mengkontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah ada pada
mereka; (3) mendorong agar mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi;

(4) mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal; (5) memberi
kebebasan berkomonikasi untuk menjelaskan dan mendengar ide temannya.1
Baroody , menyatakan bahwa ada dua alasan mengapa komunikasi dalam matematika
siswa peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran matematika. pertama
mathematics as languange, artinya matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan
pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai
alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat.
Kedua, mathematics learningas social activity, artinya matematika sebagai aktivitas sosial
dalam pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga
komunikasi antara guru dan siswa,2
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), komunikasi
matematik siswa merupakan bahwa (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis
melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, (2)
Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik
secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) Kemampuan dalam
menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk
menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.3
Greenes dan Schulman, mengatakan komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan
bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam

eksplorasi

dan investigasi

1 Bansu Irianto Ansari, Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Yayasan Pena Banda Aceh, 2009, hal
3

2 Ibid, hal 4
3 Ibid, hal 10
2

matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomonikasi dengan temannya untuk memperoleh
informasi, membagi fikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide.4
Berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan komunikasi
matematik adalah kecakapan untuk menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan,
demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami,
menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual,
mengkontruksikan

dan

menghubungkan

bermacam-macam

representasi

ide

dan

hubungannya. Kemampuan komunikasi matematik siswa memegang peran penting serta


perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran matematika, karena membantu individu dalam
mengembangkan gagasan dan menyajikan hasil pemecahan masalahnya diperlukan
kemampuan komonikasi matematik yang cukup baik.
Menurut Zohar dan Marshall dalam Effendi, kecerdasan itu terdiri atas 3 macam,
yaitu Intelli-genci Quatient (IQ), Emotional Qua-tient (EQ), dan Spiritual Quatient (SQ). 5
Namun dalam hal ini, peneliti ingin mengkaji tentang kecerdasan emosional siswa. Di
samping kemampuan yang termasuk dalam aspek kognitif yang perlu mendapatkan perhatian
dalam pembelajaran matematika, begitu juga dalam aspek non-kognitif, yaitu kecerdasan
emosional (emotional inteligence).
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya
melalui keterampilan kesadaran diri, dan pengendalian diri. Menurutnya, kecerdasan
intelektual (IQ), hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah
sumbangan faktor kekuatan kekuatan lain, diantaranya kecerdasan emosional atau
Emotional Quatient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,

4 Ibid, hal 9
5 A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ. (Bandung:
Alfabeta. 2005), hal.82
3

mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja
sama dan mampu membaur dengan lingkungan disekitarnya.6
Effendi menyatakan kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat
diperlukan untuk berprestasi. Emosi yang cerdas akan mempengaruhi tindakan anak dalam
mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri
sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat mengetahui dan
mengendalikan perasaan mereka sendiri dengan baik, memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk bahagia dalam kehidupan serta memiliki fikiran yang jernih. Oleh karena
itu,pembelajaran matematika harus dapat dikelola sedemikian hingga mampu mewujudkan
intelektual dan emosional yang seimbang.
Setiap siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berbeda, sehingga
mempengaruhi pada kemampuan komonikasi matematiknya. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VII
MTsN Langsa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa?
2. Bagaimana tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII
MTsN Langsa?
3. Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi
matematik siswa kelas VII MTsN Langsa?

C. Batasan Masalah

6 Goleman, Daniel (2009). Emotional Intelligence, Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
4

Agar lebih terarah dan tidak terjadi kesalahan penafsiran, selain itu juga untuk
mendapat hasil yang diinginkan maka peneliti melakukan pembatasan masalah sebagai
berikut:

1. Penelitian yang dilakukan untuk mengukur Indikator kecerdasan emosional meliputi:


Kesadaran diri, pengaturan diri, Turut merasakan (empati), dan keterampilan sosial.
2.

Penelitian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa


yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu: Written Text, Drawing dan Mathematical
Expression.

3. Penelitian dilaksanakan pada kelas VII MTsN Langsa.


4. Materi yang diajarkan adalah pokok bahasan bangun datar segi empat meliputi persegi
panjang, persegi dan jajargenjang.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN
Langsa.
2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII
MTsN Langsa.
3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan
komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai masukan bagi para
guru matematika khususnya di MTsN Langsa dalam upaya pengembangan dan peningkatan
kualitas pengajaran agar senantiasa memperhatikan kecerdasan emosional siswa guna
meningkatkan komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran di sekolah.

F. Definisi Operasional
1. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan yang mengekspresikan ideide matematika secara lisan dan tulisan, membaca presentasi tulisan matematika
dengan pemahaman, menanyakan penjelasan dan mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan matematika yang telah dipelajari, mampu dalam menggunakan
istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan
ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model situasi.
2. Kecerdasan Emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi
frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.

G. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Kecerdasan emosional berpengaruh
terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa Kelas VII MTsN Langsa.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi
1. Defenisi Komunikasi
Dalam proses pembelajaran matematika sangat diperlukan komunikasi antara guru dan
siswa. Tiadanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa, mustahil proses pembelajaran
akan berhasil. Selain itu, komunikasi dalam matematika merupakan alat untuk mengukur
pemahaman dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa. Komunikasi secara
umum dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan pesan yang berlangsung
dalam suatu komunitas dan konteks budaya. Menurut Abdulhak, komunikasi dimaknai
sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui
saluran tertentu untuk tujuan tertentu.7 Dalam setiap peristiwa komunikasi terkandung
sejumlah unsur diantaranya pesan yang disampaikan, pihak-pihak yang terlibat dalam
peristiwa komunikasi tersebut, serta cara pengalihan/ penyampaian pesan serta teknologi
yang dijadikan sarana. Pesan-pesan itu dapat berbentuk lisan maupun tulisan, dapat bersifat
verbal maupun non verbal, dalam arti bahwa simbol-simbol yang disepakati tidak diucapkan
tetapi disampaikan melalui cara/alat selain kata-kata dan mempunyai makna yang dipahami
oleh keduanya.
Untuk mencapai interaksi dalam belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas
antara guru dengan siswa. Sering dijumpai kegagalan pembelajaran disebabkan lemahnya
7 Bansu Irianto Ansari, Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Yayasan Pena Banda Aceh, 2009, hal
8

komunikasi antara guru dan siswa. Jika para siswa hanya pasif dalam pembelajaran akan
mengakibatkan guru tidak dapat menetahui tingkat kesukaran yang dihadapi masing-masing
siswa, untuk itulah guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana, terdapat tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi antara guru dengan siswa antara lain :8
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Dalam komunikasi ini guru
berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif siswa
pasif. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan belajar siswa.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Komunikasi jenis ini guru
dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya
dapat saling memberi dan saling menerima.
3. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah. Dalam komunikasi ini
tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yang satu dengan
siswa yang lainnya. Pola komunikasi ini mengarah kepada proses pembelajaran yang
mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar
aktif.

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akan selalu terjadi komunikasi antara siswa dan
guru, siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Keberhasilan program
pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh bentuk komunikasi yang digunakan guru pada
saat berinteraksi dengan siswa. Dalam pembelajaran komunikasi satu arah, guru dipandang
sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Komunikasi rasional sudah
melibatkan peran aktif antara guru dan siswa, walaupun peran guru tetap dominan, misalkan
dalam belajar siswa mengalami kesulitan, maka itu dikembalikan pada guru. Sedangkan,
komunikasi konvergen dalam pembelajaran ditunjukkan untuk meningkatkan kualitas dan
efektivitas pembelajaran. Perbedaannya dengan komunikasi sebelumnya, pada komunikasi
konvergen apabila siswa mengalami kesulitan atau masalah, maka permasalahan dipecahkan
8 Ibid, hal 8
8

bersama-sama dilingkungan peserta belajar, sehingga tercipta saling pengertian, memahami


diantara mereka dan permasalahan diharapkan dapat terselesaikan. 9
Ansari menggambarkan pengertian komunikasi matematik secara garis besar terdiri dari
komunikasi matematik lisan dan tulisan. Komunikasi matematik lisan dapat diartikan sebagai
suatu peristiwa saling interaksi (dialog) yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas atau
kelompok kecil, dan terjadi pengalihan pesan berisi tentang materi matematika yang sedang
dipelajari baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa itu sendiri.

Sedangkan

komunikasi matematik tulisan adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam


menggunakan kosa-katanya, notasi, dan struktur matematik baik dalam bentuk penalaran,
koneksi, maupun dalam problem solving.10
Jika dicermati pengertian ini, maka komunikasi dalam matematika dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa saling berhubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan
kelas, di mana terjadi pengalihan pesan.

Pesan yang dialihkan berisi tentang materi

matematika yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di
lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat dilakukan
secara tertulis maupun lisan. Oleh karena itu, dengan adanya diskusi dalam kelompok,
percakapan yang mengungkapkan ide-ide matematika akan membantu siswa dalam
mengasah pikirannya sehingga akan memahami matematika lebih baik. Proses komunikasi
juga membantu siswa mengembangkan bahasanya sendiri untuk mengekspresikan ide-ide
matematika, dan membantu membangun pengertian dan keakuratan ide serta membuatnya
dapat disampaikan kepada orang lain.

9 Ibid, hal 9
10 Ibid, hal 11
9

2. Aspek Aspek Komunikasi


Menurut Baroody terdapat lima aspek komunikasi yaitu: representasi, mendengarkan
(listening), membaca (reading), diskusi, dan menulis (writing).11
a. Representasi adalah (1) bentuk baru sebagai hasil transisi dari suatu Masalah,
atau ide, (2) translasi suatu diagram atau model fisik kedalam simbol atau katakata.
b. Mendengarkan merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Baroody
(Ansari), mengatakan mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman
dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkonstruksi lebih lengkap
pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif.
c. Membaca adalah aktivitas memahami suatu teks secara aktif untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Guthrie (Ansari),
mengembangkan lima langkah untuk membantu pembaca agar dapat mencari
informasi yang diperlukan dalam suatu teks atau dokumen kelima langkah
tersebut adalah (1). Merumuskan tujuan bahwa bahwa penelusuran suatu teks
untuk menemukan sesuatu, (2) Menentukan bagaimana informasi yang terdapat
dalam suatu dokumen dapat ditemukan secara mudah, (3) Menyarikan
informasi yang dikemukakan didalam teks, (4) Mengintegrasikan dengan apa
yang telah diketahui sebelumnya, (5) Jika langkah ini tidak memuaskan tujuan
maka kembali ke langkah (2).
d. Diskusi merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran
siswa. Baroody mengemukakan beberapa kelebihan dari diskusi kelas yaitu: (1)
Dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran
menggunakan strategi, (2) Membantu siswa mengkonstruksi pemahaman
matematik, menginformasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak
memecahkan masalah secara sendiri-sendiri,tetapi membangun bersama pakar
lain dalam satu tim, dan (3) Membantu siswa menganalisis dan memecahkan
masalah secara bijaksana.
e. Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk
mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Menulis bagi siswa memiliki
kegunaan dan keuntungan yaitu: (1) Agar siswa dapat merangkum pelajaran
dengan bahasa meraka sendiri, (2) Agar siswa dapat membuat pertanyaan
sendiri yang berguna untuk merefleksikan pada fokus yang tidak mereka
pahami, (3) Agar siswa dapat menjelaskan prosedur penyelesaian dan
bagaimana menghindari suatu kesalahan, (4) Agar siswa dapat menjelaskan
istilah yang muncul dalam bahasa mereka sendiri dan (5) Agar siswa dapat
menulis laporan yang dapat membantu pemahaman siswa.

11 Ibid, hal 11-16.


10

B. Kemampuan Komunikasi Matematik


1. Defenisi Komunikasi Matematik
Komunikasi merupakan bagian yang hakiki dari kehidupan manusia. Demikian pula
dalam kehidupan di sekolah. Komunikasi memegang peranan penting dalam matematika.
Setiap orang yang berkepentingan dengan matematika akan memerlukan komunikasi dalam
perbendaharaan informasi yang lebih banyak. NCTM, menyatakan bahwa komunikasi
merupakan bagian yang esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Tanpa
komunikasi yang baik, maka perkembangan matematika akan terhambat. Fakta ini menjadi
tantangan

bagi

masyarakat

pendidikan

matematika

dalam

usaha

mereka

untuk

mengkomunikasikan apa yang sudah mereka evaluasi, percaya, dan mengenal siswa
sedemikian hingga para siswa menjadi terdidik secara metematik. Komunikasi menjadi
sesuatu yang utama dalam mengajar, menilai, dan dalam pembelajaran matematika.
Menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan
bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi
matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh
informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide. 12
Adapun kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematika menurut UtariSumarmo, diantaranya adalah:13
a. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
simbol, ide, atau model matematika
12 Ibid, hal 10
13 Utari. S. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002
Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo,
Gorontalo.

11

b.
c.
d.
e.
f.

Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
Membuat konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi
Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa
sendiri.

Peressini dan Bassett (Sumiati dan Asra),14 berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam
matematika, kita hanya akan sedikit memiliki keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman
siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Pendapat ini menyiratkan makna
bahwa dengan komunikasi matematik, guru tertolong untuk dapat lebih memahami
kemampuan siswa pada saat menginterpretasi dan mengungkapkan pemahamannya tentang
ide matematika yang sedang atau telah mereka pelajari selama proses pembelajaran.
Sedangkan untuk terciptanya situasi pembelajaran yang lebih memberikan suasana kondusif
yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam komunikasi matematik, siswa
sebaiknya diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kecil.
Komunikasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Kita dapat membagi
komunikasi ke dalam:
a. Komunikasi verbal (komunikasi dengan menggunakan kata-kata)
Komunikasi verbal dibagi 2 yaitu komunikasi verbal lisan dan komunikasi verbal tulisan.
b. Komunikasi nonverbal (komunikasi tanpa menggunakan kata-kata atau pesan-pesan yang
dinyatakan lewat sarana yang bukan sarana linguistik).

Baroody dalam Ansari juga menjelaskan bahwa ada dua alasan penting, mengapa
komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh kembangkan di kalangan siswa. Pertama,
mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir ( a tool
to aid thinking), matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan
14 Sumiati dan Asra. (2007). Metode pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

12

masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga
untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics
learning as social activity: artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran,
matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan
siswa.15
National Cuoncil Teacher of
matematika

sebagai

alat

komunikasi

Mathematic (NCTM ), mengemukakan bahwa


(mathematics

as

comunication)

merupakan

pengembangan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan ide matematik sehingga siswa
dapat : (1) Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan
hubungannya, (2) Merumuskan defenisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh
melalui investigasi (penemuan), (3) Mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan,
(4) Membaca wacana matematika dengan pemahaman, (5) Menjelaskan dan mengajukan
pertanyaan terhadap matematika yang dipelajari , dan (6) Menghargai keindahan dan
kekuatan notasi matematik serta peranannya dalam mengembangkan ide/gagasan
matematik.16
Berdasarkan uraian diatas maka kemampuan komunikasi matematika yang akan
diukur dalam penelitian ini adalah keahlian siswa menggunakan matematika sebagai alat
komunikasi (bahasa matematika) secara tertulis, yang akan dilihat dari aspek: (a) Menyatakan
gambar ke dalam model matematika, (b) Menyatakan ide-ide matematika dalam bentuk
gambar, (c) Menyatakan ide matematika ke dalam model matematika.

2. Indikator Komunikasi Matematik

15 Bansu Irianto Ansari, Komunikasi Matematik......,hal. 4


16 Ibid, hal 10
13

Mengenai indikator dari komunikasi matematik, Bansu Irianto Ansari dalam


Satriawati mengelompokkan ke dalam tiga kelompok berikut:17
1) Written Text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat
model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan, tulisan, konkrit, grafik dan
aljabar, menjelaskan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat
konjektur, menyusun argumen, dan generalisasi. Pada kemampuan ini siswa dituntut
untuk dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik,
masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. Contoh : panjang salah salah
satu sisi sejajar trapesium adalah 3 kali panjang sisi sejajar lainnya. Tinggi trapesium 6
cm dan luasnya adalah 48 cm2. Berapakah masing-masing panjang sisi sejajar trapesium?
2) Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide
matematika; dan mengubah sebuah ide matematika ke dalam gambar atau diagram. Pada
kemampuan ini, siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara
lengkap dan benar; juga siswa dituntut dapat mengubah suatu ide matematik dalam
bentuk gambar ke dalam bahasa matematik. Contoh : Bangun PQRS adalah sebuah
trapesium sama kaki dengan PS = QR dan PQ//SR. Diketahui titik P (-4, 6), Q (4, 6),
tinggi trapesium 6 satuan panjang dan PQ = 2 RS.
a. Gambarlah trapesiumPQRS sesuai dengan pernyataan di atas!
b. Tentukan dimana letak koordianat R dan S!
3) Mathematical

Expression,

yaitu

mengekspresikan

konsep

matematika

dengan

menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. Pada


kemampuan ini, siswa diharapkan mampu untuk memodelkan permasalahan matematis
secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap
dan benar.
17 Ibid hal 5
14

Contoh : Andi mempunyai taman bunga berbentuk persegi panjang panjang dan di dalam
taman itu dibuat kolam berbentuk belah ketupat. Panjang taman 2 m lebih pendek dari
lebarnya, sedangkan lebarnya 3 kali lebih panjang dari diagonal yang paling panjang
kolam. Panjang diagonal kolam berturut-turut 3 m dan 2 m.

a. Tulislah bentuk aljabar yang menyatakan luas taman bunga


b. Jika luas taman seluruhnya 54 m2. Tentukan luas taman bunga!

C. Kecerdasan Emosional
1. Defenisi Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan memahami dunia,
berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan
dengan tantangan serta kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan
yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. 18

Menurut beberapa ahli, defenisi kecerdasan adalah sebagai berikut :19


1. Gregory, Kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan masalah atau
menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu.
2. C. P. Chaplin, Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara tepat dan efektif.
3. Anita E. Woolfolk: Kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan
yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada
umumnya.
4. Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai : (1) kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi dalam kehidupan manusia; (2) kemampuan untuk menghasilkan masalah
18 Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional), terj. T.hermaya, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 7
19 Ibid, hal 8
15

masalah baru untuk di selesaikan; (3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
menawarkan suatu yang berharga.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah yang terjadi kemampuan untuk memahami masalah serta
melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.

Terdapat beberapa faktor faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:


1. Faktor bawaan atau biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau
kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
2. Faktor minat dan pembawaan yang khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu.
3. Faktor pembentukan atau lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi.
4. Faktor kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
5. Faktor kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metode metode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia memiliki kebebasan memilih metode, dan bebas
pula memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

2. Defenisi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti menggerakkan,
bergerak menjauh.20 Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara psikologi
20 Ibid, hal. 9
16

terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berprilaku menangis. Semua emosi pada
dasarnnya adalah dorongan untuk bertindak, jadi berbagai macam emosi itu mendorong
individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Emosi
berkaitan dengan perubahan psikologis dan berbagai fikiran. Jadi, emosi merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.

Berikut ini pendapat dari para ahli mengenai pengertian emosi, antara lain:
a. Menurut Goleman, Emosi merupakan kekuatan pribadi (personal power) yang
memungkinkan manusia mampu berpikir secara keseluruhan, mampu mengenali emosi
sendiri dan emosi orang lain serta tahu cara mengekspresikannya dengan tepat.21
b. William james menyatakan bahwa yang dimaksud emosi adalah kecenderungan untuk
memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.22
c. Chaplin dalam dictionary of Psychology mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang
terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
sifatnya dari perubahan perilaku.23
Berdasarkan uaraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan
yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Orang yang sukses dalam pekerjaan tidak hanya
memiliki intelegensi yang tinggi, namun secara emosional mereka juga baik. Orang yang
cerdas secara emosi akan bersikap tegas dan mampu mengendalikan perilaku sehingga
terbebas dari perilaku-perilaku negatif.

3. Kecerdasan Emosional
21 Ibid., hal. 411
22 Uswah Wardiana, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 165
23 Ali, Psikologi Remaja, hal. 62
17

Menurut Saphiro, istilah kecerdasan emosi pertama kali dicetuskan pada tahun
1990 oleh Peter Salovey dan John Mayer. Menurut Zohar dan Marshall dalam Effendi,
kecerdasan itu terdiri atas 3 macam, yaitu Intelli-genci Quatient (IQ), Emotional Qua-tient
(EQ), dan Spiritual Quatient (SQ).24 Namun dalam hal ini, peneliti ingin mengkaji tentang
kecerdasan emosional siswa. Di samping kemampuan yang termasuk dalam aspek kognitif
yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran matematika, antara lain dalam aspek
non-kognitif, yaitu kecerdasan emosional (emotional inteligence). EQ (emotional quotient)
atau kecerdasan emosional adalah kemampuan diri dalam mengelola perasaan atau mental
yang membantu seseorang untuk dirinya sendiri dan pada orang lain dalam membangun
hubungan harmonis ke dalam (intrapersonal) dan luar (interpersonal).
Menurut Steven J dan Howard E.Book, kecerdasan emosional adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu fikiran,
memahami perasaan dan maknanya, mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga
membantu perkembangan emosi dan intelektual.25
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannnya (the appropriateness of emotion and its
expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan
keterampilan sosial. EQ adalah kecerdasan yang mampu mengaktifkan bakat, akal, dan logika
secara baik sehingga Goleman meyakini bahwa keberhasilan seseorang itu 20% ditunjang
oleh kecerdasan intelektual dan 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosional (EQ). 26

24 A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ. (Bandung:
Alfabeta. 2005), hal.82
25 Hamzah B. Uno, M.pd.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
2008. Hal 69.
18

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa


kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang dapat
melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada
orang lain (empati), kemampuan pengendalian diri, semangat dan memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan untuk membina hubungan (kerja sama) dengan orang lain. tidak dipengaruhi
oleh keturunan namun merupakan konsep yang bermakna dan merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Ciri ciri perilaku kecerdasan emosional yaitu :


1) Percaya diri
Keberanian yang datang dari diri sendiri dan kepastian tentang kemampuan,
nilai-nilai dan tujuan diri, penguasaan seseorang terhadap tubuh dan perilakunya terhadap
dunia sekitarnya.
2) Rasa ingin tau yang besar
Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu yang bersifat positif dan menimbulkan
kesenangan terhadap dirinya sendiri.
3) Tekun dan bersungguh sungguh
Keinginan dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak berdasarkan niat dan
ketekunan.
4) Kontrol diri
Kemampuan untuk mengontrol diri dan menyesuaikan aktifitas secara benar. Mengelola
emosi, agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat
bergantung pada kesadaran diri.
5) Kemampuan berhubungan dengan orang lain
Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain dengan saling memahami.
6) Kemampuan berkomonikasi
Kemampuan untuk bertukar fikiran,perasaan dengan orang lain, mengkomonikasikan
pendapat dan gagasannya terhadap orang disekitarnya.
7) Kemampuan bekerjasama
Kemampuan untuk bersama sama mencari solusi tentang masalah yang muncul.
26 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1999, hal. 513
19

4. Faktor Kecerdasan Emosional


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu menurut
Goleman dan Patton, yaitu:27
a. Hubungan dengan teman kelompok.
Dalam membangun citra diri sosial diperlukan adanya hubungan dengan
teman sekelompok. Saling menghargai, memberikan dukungan dan umpan
balik diantara sesama, hal ini dapat mempengaruhi dalam pola pembentukan
emosi seseorang.
b. Jenis kelamin
Pria dan wanita mempunyai kemampuan yang sama dalam hal meningkatkan
kecerdasan emosional.tetapi rata-rata wanita mungkin dapat lebih tinggi
dibanding kaum pria dalam beberapa ketrampilan emosi (namun ada juga pria
yang lebih baik disbanding kebanyakan wanita), walaupun secara statistik ada
perbedaan yang nyata diantara kedua kelompok tersebut.
c. Usia
Kecerdasan emosional tersebut sangat bermanfaat bagi semua golongan umur di
semua strata kehidupan, diantaranya dapat membuat orang tidak depresi, tidak cepat
putus asa, tidak membuat implusif dan agresif, tidak cepat puas, tidak egois, selalu
terbuka pada kritikan, terampil dalam melakukan hubungan sosial, tidak mudah marah
dan lain sebagainya, dan ini semua tentu akan berdampak positif untuk menghilangkan
sosial problem, sebagai dampak negatif globalisasi yang saat ini banyak terjadi di
masyarakat.

5. Indikator Kecerdasan Emosional


Adapun indikator kecerdasan emosional antara lain:28
a. Kesadaran diri (self awareness), yaitu kemampuan mengobservasi dan mengenali
perasaan yang dimiliki diri sendiri dan mampu menerima kelemahan kelemahan
yang ada pada dirinya untuk dijadikan sebagai panduan untuk mengambil keputusan
terhadap dii sendiri, sekaligus menjadi tolak ukur atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri atau mengelola emosi (managing emotions), yaitu kemampuan
mengelola emosi termasuk yang tidak menyenangkan secara akurat, terhadap kata hati
27 Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional), terj. T.hermaya, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 12
28 Hamzah B. Uno, M.pd.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
2008. Hal 94.
20

dan sanggup menunda kesenangan sebelum tercapainya suatu sasaran. Disamping itu,
pada saat dia mendapat tekanan emosi, dia mampu untuk pulih dan keluar dari
tekanan tersebut.
c. Empati (empathy), yaitu kemampuan untuk menerapkan diri pada sudut pandang
orang lain sekaligus menghargainya. Mampu merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain dan memahami cara pandang dan cara berpikir orang lain menunjukkan
seseorang itu memiliki empati. Seseorang yang mampu merasakan kesulitan yang
dihadapi temannya dan membantunya untuk mengatasi kesulitan tersebut, berarti dia
telah berempati. Disamping itu, dia mampu memahami cara pandang dan cara
berpikir baik temannya, dengan tidak terlalu cepat menyalahkan teman yang
memiliki cara pandang dan cara berpikir yang berbeda dengannya. Hal ini akan
menumbuhkan rasa saling percaya di antara dia dengan temannya, dan mampu
menyelaraskan dirinya dengan bermacam-macam orang yang memiliki cara pandang
dan cara pikir yang berbeda.
d. Keterampilan sosial meliputi terampil dalam berkomunikasi dan menjaga relasi
(handling relationship), yaitu kemampuan berinteraksi dan menjaga hubungan yang
sehat dengan orang lain. Seseorang yang memiliki keterampilan sosial mampu
menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan mampu
membaca dengan cermat situasi dan jaringan sosial yang ada. Seseorang yang mampu
menahan sikap individualis, mampu berempati, mampu mengembangkan sikap
tenggang rasa, solidaritas dana mau bekerja sama dengan orang lain, menunjukkan
bahwa dia memiliki keterampilan sosial. Adanya keterampilan sosial ini sangat
memungkin bagi mereka untuk lancar berkomunikasi dengan baik dan mampu
mengembangkan sikap kepemimpinan, mampu menyelesaikan suatu perselisihan dan
bekerjasama dengan orang lain dalam suatu tim.

D. Keterkaitan antara Tingkat Kecerdasan Emosional dengan Komunikasi Matematik


Siswa SMP
Kemampuan komunikasi matematik siswa memegang peran penting dalam
pembelajaran matematika, karena membantu individu dalam mengembangkan gagasan dan
menyajikan hasil pemecahan masalahnya diperlukan kemampuan komunikasi matematik
yang cukup baik. Di samping kemampuan yang termasuk dalam aspek kognitif yang perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam pembelajaran matematika, begitu juga dalam aspek
non-kognitif, yaitu kecerdasan emosional (emotional inteligence). Kecerdasan emosional

21

suatu kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi, dengan adanya emosi yang cerdas
maka akan mempengaruhi tindakan peserta didik dalam mengatasi masalah, mengendalikan
diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri sendiri serta mampu menerima, menilai,
mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya. Dengan adanya
komunikasi yang baik maka kecerdasan emosional nya juga akan baik sehingga individu
mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain dengan
efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berkemungkinan
besar ia akan mampu berkomunikasi dengan baik. Sedangkan individu yang tidak dapat
menahan kendali atas emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak
kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas tugas nya dan apabila tidak
memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga peserta didik tersebut tidak mampu
mempresentasikan tugas tugasnya dengan baik pula. Pengendalian emosi sangat penting
dalam kehidupan manusia karena melalui emosi yang terkendali maka bentrokan antara satu
dengan yang lain sangat jarang sekali terjadi. Jika seseorang itu dapat mengenal,
mengendalikan emosinya dan dapat mengkomunikasikan emosi itu kearah yang benar dan
bermanfaat, maka seseorang tersebut akan cerdas dalam mengelola emosinya. Oleh karena
itu komunikasi dan kecerdasan emosional sangat berkaitan dalam kegiatan proses
pembelajaran matematika.

E. Penelitian yang Relevan


Dalam penelitian ini peneliti memberikan suatu kesimpulan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu berkaitan dengan kecerdasan emosional dan
komunikasi matematik sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti saat ini. Untuk
menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama

22

dari seseorang baik dalam bentuk buku ataupun bentuk tulisan yang lainnya maka penulis
akan memaparkan beberapa kajian antara lain :
Imam Firmansyah dalam penelitiannya yan berjudul Pengaruh tingkat kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat menyatakan bahwa terdapat
pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
Gulinda Binasih dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara kecerdasan
emosi dengan hasil belajar matematika ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika pada materi pecahan di SMP Negeri
Donan 5 Cilacap tahun ajaran 2011/2012.
Aidatul Fauziyah dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kreativitas Dan
Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Garis
Singgung Lingkaran terdapat pengaruh yang signifikan kreativitas dan kecerdasan emosional
terhadap hasil belajar matematika pada materi garis singgung lingkaran siswa kelas VIII
MTsN Karangrejo tahun ajaran 2013/2014.
Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu terlihat bahwa terdapat pengaruh
antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa , sedangkan penelitian yang peneliti
kaji adalah kecerdasan emosional terhadap komunikasi matematik siswa MTsN Langsa tahun
ajaran 2014/2015.

23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTsN Langsa, yang beralamat di JL. Jenderal A. Yani, Gp.
Baroh Langsa Lama, Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa. Waktu penelitian dilaksanakan
pada februari 2015.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi

24

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan.29 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
siswa kelas VII di MTsN Langsa semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 7
lokal dengan jumlah siswa seluruhnya 261 orang siswa.

2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi yang diambil melalui cara cara
tertentuyang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkapyang dianggap bisa
mewakili populasi.30 Mengingat jumlah populasi yang sangat besar maka untuk menentukan
banyak sampel (ukuran sampel) suatu populasi, peneliti menggunakan teknik sampel Taro
Yamane. Pengambilan sampel harus sesuai dengan kriteria tersebut, karena akan berpengaruh
pada variabel yang akan diteliti. Penentuan jumlah sampel dapat dihitung dari populasi
tertentu yang sudah diketahui jumlahnya dengan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10%.
Menurut rumus Yamane adalah sebagai berikut: 31
n=

N
Nd 2 + 1

Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi

29 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 118
30 M. Iqbal Hasan,Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002), hal.60
31 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung : Alfabeta, Cet
ke-7, 2011).hal.65

25

d : Margin of Error Maximum, yaitu tingkat kesalahan maksimum yang masih bisa ditolerir
(ditentukan 10 %).

Cara mencari sampelnya yaitu :


n =

N.d 2 + 1

261

261

261.(0.1)2 + 1

= 261 = 70,29

261.(0,01) + 1

3,61

n = 70 responden
Jadi, jumlah sampel sebesar 70 responden. Setelah diketahui jumlah sampel dari
seluruh kelas VII, kemudian dicari sampel dari setiap kelasnya menggunakan rumus alokasi
propotional sebagai berikut:32
ni = Ni . n
N
Dimana:
ni = jumlah sampel menurut stratum.
n = jumlah sampel seluruhnya.
Ni = jumlah populasi menurut stratum.
N = jumlah populasi seluruhnya.
Cara mencari sampelnya yaitu :
1. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 39.
ni = Ni . n
N
ni = 39 .70
261
ni = 10,45 10 responden
2. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 38.
32 Ibid, hal.66
26

ni = Ni . n
N
ni = 38 .70
261
ni = 10,19 10 responden
3. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 37.
ni = Ni . n
N
ni = 37 .70
261
ni = 9,92 10 responden
4. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 36.
ni = Ni . n
N
ni = 36 .70
261
ni = 9,655 10 responden
Jadi, jumlah seluruh sampel adalah 70 orang siswa. Untuk kelas yang
memiliki jumlah siswa 39 orang maka sampelnya hanya 10 orang siswa, dan
seterusnya. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.1 : Jumlah sampel siswa kelas VII MTsN Langsa
No

Kelas

Jumlah Siswa

Jumlah Sampel

VII1

36

10

VII2

38

10

27

VII3

38

10

VII4

37

10

VII5

37

10

VII6

39

10

VII7

36

10

261

70

Jumlah

Penentuan siapa yang akan dijadikan sampel di setiap kelas dilakukan dengan
menggunakan tehnik Simple Random Sampling. Simple Random Sampling

yaitu tehnik

untuk mendapatkan sample yang langsung dilakukan pada unit sampling tanpa
memperhatikan tingkatan dalam populasi tersebut.33 Untuk memperoleh sampel dari populasi,
peneliti menggunakan tehnik dengan cara undian. Terlebih dahulu peneliti menulis nomor
absen dalam kertas gulungan kecil dan kemudian dimasukkan didalam kotak. Selanjutnya
diambil 9 atau 10 gulungan kertas tersebut yang berada didalam kotak dan dibuka. Dengan
demikian, peneliti hanya menyebarkan angket dan soal tes kepada siswa yang mewakili
setiap kelas yang nomor absennya terambil dari gulungan tersebut untuk menjadi sampel
dalam penelitian.

C. Metode dan Variabel Penelitian


1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
dengan metode deskriptif melalui survei lapangan dengan uji regresi. Dimana dari
metode deskriptif data dihimpun, disusun dengan sistematis, faktual, dan cermat,
namun tidak dijelaskan hubungan diantara dua variabel dan tidak melakukan uji

33 Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005, hal. 123.
28

hipotesis atau prediksi. Pada jenis pendekatan regresi, pengaruh

antara variabel

diteliti dan dijelaskan.34 Jadi, jenis regresi ini mencari pengaruh antara variabel
variabel yang di teliti.

2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu:
a. Variabel bebas : Kecerdasan Emosional siswa (X)
b. Variabel terikat : Komunikasi Matematik siswa(Y)

D. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa peristiwa atau keteranganketerangan atau karakteristik karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan
menunjang atau mendukung penelitian.35
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :36
1.

Tes

34 M. Iqbal Hasan,Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia


Indonesia, 2002), hal..23
35 Ibid,, hal.83
36 Ibid, hal. 83
29

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Tes ini dilakukan peneliti sebagai alat untuk mengukur kemampuan
komunikasi

matematik

siswa.

Instrumen

tes

kemampuan

komunikasi

matematik

dikembangkan dari materi atau bahan ajar pada pokok bahasan segi empat. Indikator yang
digunakan pada penelitian ini adalah indikator komunikasi matematik yaitu: Written Text,
Drawing, dan Mathematical Expression.
2. Angket
adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab
secara tertulis pula oleh responden. Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seorang siswa. Indikator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah indikator kecerdasan emosional yaitu : Kesadaran diri, pengaturan diri,
turut merasakan (empati), dan keterampilan sosial.37 Dan berdasarkan bentuknya, angket
yang digunakan dengan rating-scale atau biasanya menggunakan bentuk skala likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena social.

2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran,
dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. 38 Instrumen dalam
penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi matematik dan angket kcerdasan emosional
siswa yang akan dijawab oleh 70 orang siswa yang menjadi sampel penelitian.
a. Instrumen tes Kemampuan Komunikasi Matematik
37 Hamzah B. Uno, M.pd.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran....., hal. 94
38 Ibid, hal. 76
30

Instrument tes kemampuan komunikasi matematik dikembangkan dari materi atau


bahan ajar pada pokok bahasan segi empat. Instrumen tes terdiri dari 6 item soal bentuk
uraian. Alokasi waktu untuk menyelesaikan soal ini ialah 40 menit.
Tes kemampuan komunikasi akan diukur melalui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal soal yang mengandung indikator kemampuan komunikasi matematik.
Sedangkan untuk melihat kemampuan komunikasi matematik siswa yang akan diukur sesuai
dengan kisi-kisi kemampuan komunikasi matematik dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kemampuan komunikasi matematik


Indikator

Indikator

Komunikasi

Materi

Menyatakan
gambar
ke Menghitung luas, keliling
dalam
ide
matematika persegi & persegi panjang
(Written Text)
Menyatakan ide-ide
matematika dalam bentuk
gambar (Drawing)

Menghitung luas & keliling


jajar genjang

Menyatakan ide matematika Menyelesaikan soal cerita


ke dalam model matematika
(Mathematical Expression)

C3

Nomor
Soal

Jumlah

1,2&3

4&5

31

b. Instrumen Angket Pengaruh Kecerdasan Emosional


Menurut Riduwan Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada respons
(responden) sesuai dengan permintaan pengguna.

39

Jadi setelah kisi kisi angket dibuat,

maka kemudian membuat item item pertanyaan disertai dengan alternatif jawaban yang
kemudian disusun sebagai pedoman pengisian angket. Dalam penelitian ini, angket
kecerdasan emosional disusun sebanyak 20 soal dan cara menjawab soal tersebut dengan
memberikan cheklist atau daftar cek pada angket dengan alternatif jawaban untuk soal positif,
selalu diberikan point 5, sering diberikan point 4, kadang kadang diberikan point 3, jarang
diberikan point 2, dan tidak pernah diberikan point 1. Sedangkan untuk soal negatif, selalu
diberikan point 1, sering diberikan point 2, kadang kadang diberikan point 3, jarang
diberikan point 4, dan tidak pernah diberikan point 5.40

Skor Skala Kecerdasan Emosional


Skala
Selalu
Sering
Kadang kadang
Jarang
Tidak pernah

Positif
5
4
3
2
1

Negatif
1
2
3
4
5

Instrumen kecerdasan emosional dikembangkan melalui angket, dapat dilihat pada


tabel 3.3
Tabel 3.3. Kisi-kisi Kecerdasan emosional

No

No angket

Indikator Kecerdasan Emosional

39 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian 2 Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti


Pemula... ... ... ... ... ..., hal. 71
40 Ibid, hal. 87
32

Jumlah

Kesadaran Diri

1,2,3

4 dan 5

Pengaturan Diri

6,7,8

9 dan 10

Turut merasakan empati

11,12,13

14 dan 15

Keterampilan sosial

16,17,18

19 dan 20

Jumlah

20

c. Uji Coba Instrumen


Sebelum instrumen penelitian digunakan, terlebih dahulu di validasi isi semua
perangkat tes dan dianalisis oleh para pembimbing. Validitas isi ditetapkan
berdasarkan kesesuaian antara kisi-kisi soal dengan butir soal. Untuk instrumen
yang validitas isinya memadai diujicobakan kepada 10 orang siswa yang berada di
luar dari sampel dan populasi penelitian untuk mengetahui apakah soal-soal dapat
dipahami dengan baik. Setelah dilakukan revisi semua perangkat tes diujicobakan
kepada siswa kelas VII MTsN Langsa. Uji coba tes dilakukan untuk melihat
validitas butir soal, reabilitas tes, daya pembeda butir soal, dan tingkat kesukaran
butir soal. Data hasil uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan program
komputer microsoft excel.
a. Validitas Instrumen

33

Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi
yang sebenarnya. Untuk menghitung validitas digunakan rumus Pearson Product Moment41,
n ( XY ) ( X )( Y )

rxy

{n X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 }

Keterangan:
rxy

X
Y
N

= Korelasi Produk Moment

= Jumlah skor item

= Jumlah skor total (seluruh item)


= Jumlah responden
0,05

Distribusi (tabel r) untuk

dan derajat kebebasan (dk = n 2) Kaidah keputusan:

Jika rhitung > rtabel berarti valid, sebaliknya jika rhitung < rtabel berarti tidak valid. Sementara
itu interprestasi besarnya koefesien validitas sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interprestasi Koefesien Validitas Instrumen


Koefesien Validitas (r xy )

Interprestasi

0,80<r xy 1,00

Sangat tinggi

0,60<r xy 0,80

Tinggi

0,40<r xy 0,60

Cukup

0,20<r xy 0,40

Rendah

41 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, (bandung : Alfabeta, Cet
ke-6, 2010). Hal. 98

34

0,00<r xy 0,20

Sangat rendah

r xy 0,00

Tidak valid

Berdasarkan hasil pengujian validitas tes kemampuan komunikasi matematik siswa


pada lampiran 7 diperoleh:
Tabel 3.5 Hasil perhitungan validitas Instrumen tes komunikasi
matematik siswa
No soal

r hitung

r tabel

1
2
3
4
5
6

3,567
1,153
6,831
3,634
2,176
1,699

0,306
0,306
0,306
0,306
0,306
0,306

Berdasarkan hasil validitas instrumen yang dilakukan oleh peneliti


dengan menggunakan Product Moment maka diperoleh keseluruhan soal
yang menjadi instrumen tes dinyatakan valid (lampiran 7) sesuai dengan
kriteria t hitung > t tabel. Dengan demikian tes secara keseluruhan dinyatakan valid
dan memenuhi syarat sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini.

b. Reliable Instrumen
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan
memberikan hasil yang relative sama dengan siswa yang sama pula. 42 Untuk
mengetahui reliabilitas instrumen peneliti menggunakan rumus alpha43, yaitu :

42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, bandung: remaja Rosdakarya, 1989,
hal.149
43 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru .....Hal. 115
35

( )(

r 11 =

s
n
1 2 i
n1
st

Keterangan :
K

: Banyak butir soal


S 2i

St

: jumlah varians skor tiap-tiap item

: Varians skor total


0,05

Distribusi (Tabel r) untuk

dan derajat kebebasan (dk = n - 1) Kaidah keputusan:

Jika r11 > rtabel berarti reliabel, sebaliknya jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel, tolak ukur
untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford dalam
Suherman sebagai berikut:44
Tabel 3.6 Interprestasi Koefisien Reliabilitas Instrumen
Kriteria
r 11 <
0, 20

Interpretasi
Sangat rendah

0, 20

r 11 <0,40

Rendah

0,40

r 11 <0,70

Sedang

0,70

r 11 <0,90

Tinggi

0,90

r 11

Sangat tinggi

1,00

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas pada lampiran 8 untuk tes kemampuan


komunikasi matematik siswa dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh nilai r11 = 0,984
nilai rtabel untuk dk = n 1 = 30 1 = 29 adalah 0,306, karena r11 > rtabel, maka tes tersebut
reliabel dengan kategori tinggi.

44 Eman Suherman, Evaluasi Pembelajaran Matematika Turmudi. (Bandung:JICA,2003), hal.139.


36

c. Taraf kesukaran
Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.
Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus:45
P

B
JS

Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B

: Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS

: Jumlah seluruh siswa peserta tes46


Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan

dengan menggunakan kriteria menurut Guilford dalam Suherman sesuai


tabel berikut: 47
Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran (IK)
Koefisien Indeks
Kesukaran (IK)
IK = 0,00
0,00 < IK 0,30
0,30 < IK 0,70
0,70 < IK 1,00
IK = 1,00

Interpretasi
Terlalu Sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Terlalu Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran pada lampiran 9 kemampuan


komunikasi matematik siswa pada lampiran 9 diperoleh:

45 Suharsimi Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Hal. 207
46 Ibid, hal. 208
47 Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:JICA UPI.Hal 170
37

No
1
2
3
4
5
6

Tabel 3.8 Hasil perhitungan tingkat kesukaran


Instrumen tes kemampuan komunikasi matematik siswa
Nomor Item
Tingkat kesukaran
Keterangan
0,73
1
Soal Mudah
0,53
2
Soal Sedang
0,53
3
Soal Sedang
0,1
4
Soal Sukar
0,53
5
Soal Sedang
0,5
6
Soal Sedang

d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang (berkemampuan rendah).48
Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:

B A BB

JA JB

Keterangan:
D

: Indeks diskriminsi

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA

: Banyaknya peserta kelompok atas

JB

: Banyaknya peserta kelompok bawah


Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda soal yang digunakan

menurut Guilford dalam Suherman adalah sebagai berikut:

49

48 Ibid, hal. 211


49 Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI. Hal.161.

38

Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal


Daya Pembeda Soal
DP 0
0,00 DP 0,20
0,20 DP 0,40
0,40 DP 0,70
0,70 DP 1,00

Interpretasi
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik

Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal pada lampiran 10


diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.10 Hasil perhitungan daya pembeda soal
instrumen tes kemampuan komunikasi matematik siswa
No
1
2
3
4
5
6

Nomor Item
1
2
3
4
5
6

Daya Pembeda
0,26
0,46
0,13
0,40
0,42
0,67

Keterangan
Cukup
Baik
Jelek
Baik
Baik
Baik

d. Langkah langkah Penelitian


Dalam prosedur penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap persiapan dan
pelaksanaan penelitian.
1. Persiapan penelitian
Kegiatan persiapan penelitian antara lain dilakukan sebagai berikut :
a. Menyusun proposal penelitian
b. Pengajuan surat izin penelitian dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) ZCK
Langsa yang akan dilaksanakan di MTsN Langsa
c. Konsultasi dengan pembimbing I dan II untuk langkah-langkah penelitian serta
menetapkan metodologi penelitian yang akan digunakan.
d. Menyusun Instrumen soal berdasarkan kisi-kisi soal dan angket
e. Melakukan validasi isi dengan dosen yang ahli dibagiannya

39

f. Konsultasi dengan pihak sekolah dalam hal ini yaitu Kepala MTsN Langsa dan guru mata
pelajaran matematika.
g. Menentukan sampel penelitian yang akan dilibatkan pada penelitian yang akan dilakukan.

2. Pelaksanaan penelitian
Kegiatan pelaksanaan penelitian antara lain :
a. Melaksanakan penelitian
b. Melakukan uji coba (validasi konstruct).
c. Menghitung validitas dan reabilitas instrument.
d. Memberikan pretes, pretes dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai, pretes yang
diujikan pada masing-masing kelas adalah materi tes yang telah disusun sesuai dengan
penyusunan persiapan pembelajaran segi empat
e. Menyebarkan angket kepada responden
f. Melaksanakan postes, setelah selesai mengadakan pembelajaran diadakan postes, hasil tes
merupakan data yang akan diolah untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematikyang telah ditempuh oleh siswa
g. Menganalisis data yang terkumpul, data penelitian yang telah terkumpul kemudian
dianalisis, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional
dengan komunikasi matematik siswa.
3. Membuat kesimpulan laporan akhir penelitian

e. Tehnik Analisis data


Untuk melihat bagaimana tingkat kecendrungan kecerdasan emosional ( variabel X )
dan tingkat kemampuan komunikasi matematik ( variabel Y ) siswa kelas VII di MTsN

40

Langsa, akan dianalisis dengan menghitung rata rata serta simpangan baku. Adapun rumus
nilai rata rata dan simpangan baku untuk variabel X adalah sebagai berikut:
M = x
n

SD =

, dan

( xM )
n1

Keterangan:
M : Mean (rata rata) hasil jawaban angket dan tes
X : Hasil jawaban angket
N : Jumlah responden
SD : Standar Deviasi
Untuk mencari nilai rata rata dan simpangan baku untuk variabel Y adalah sebagai
berikut:
M = y
n

SD =

, dan

( yM )
n1

Keterangan:
M : Mean (rata rata) hasil jawaban tes
Y : Hasil jawaban tes
N : Jumlah responden
SD : Standar Deviasi

41

Selanjutnya untuk mengetahui kriteria tingkat kecerdasan emosional pada angket dan
tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa digunakan kriteria yang dikemukakan oleh
M. Manullang sebagai berikut :50

Tabel 3.11 Penentu Kriteria Angket


No
1
2
3

Rentang Norma
X > M + 1,5 SD
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD
M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD

Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi

4
5

M - 1,5 SD < X < M - 1,5 SD


X < M - 1,5 SD

Rendah
Sangat Rendah

1. Pengujian Persyaratan Analisis Data


Untuk mengetahui hasil perolehan analisis data, maka perlu dilakukan pengujian
persyaratan analisis data sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan
uji normalitas dengan menggunakan metode Chi Kuadrat, dengan langkah langkah
sebagai berikut :51

Langkah 1: Mencari skor terbesar dan terkecil


50 M. Manullang, Penelitian Hasil Belajar, (Medan: IKIP Medan, 1996) hal. 45
51 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian..., Hal. 121

42

Langkah 2: Mencari nilai Rentangan (R) dengan rumus:


R = Skor terbesar Skor terkecil
Langkah 3: Mencari banyaknya kelas (BK) dengan rumus:
BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Sturgess
Langkah 4: Mencari nilai panjang kelas (i) dengan rumus: i = R
BK
Langkah 5: Membuat Tabulasi dengan tabel penolong
Langkah 6: Mencari rata rata ( Mean) dengan rumus: x = f.xi
n
Langkah 7 : Mencari simpangan baku (standar deviasi ) dengan rumus:

S=

n ( f . X i ) ( f . Xi )
n (n1)

Langkah 8 : Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara :


1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5
dan kemudian angka skor skor kanan kelas interval ditambah 0,5
2) Mencari nilai Z Score untuk batas kelas interval dengan rumus :
Z = Batas Kelas x
s
3) Mencari luas 0 Z dari tabel kurva normal 0 Z dengan menggunakan angka angka
untuk batas kelas, sehingga diperoleh :
4) Mencari luas tiap kelas interval denan cara mengurangkan angka angka 0 Z yaitu
angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga
dan begitu seterusnya. Kecuali untuk angka yang berbeda pada garis paling tengah
ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) denan cara mengalikan luas tiap interval
dengan jumlah responden ( n = 70)
Langkah 9 : Mencari Chi Kuadrat hitung (X2 hitung )
k
X2hitung = i=1 (fo fe)2
Fe
43

Langka 10 : Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel


Jika X2 hitung X2 tabel , artinya distribusi data tidak normal dan
Jika X2 hitung X2 tabel , artinya data berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas Regresi
Agar persamaan regresi linear dapat digunakan dalam menganalisa data, maka
diperlukan pengujian linearitas persamaan regresi Y atau X. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah variabel X dan Y berpola linear secara statistik. Uji yang digunakan
adalah Uji F :52 F = RJKTC
RJKE
Keterangan :
RJKTC : Rata rata jumlah kuadrat Tuna Cocok
RJKE : Rata rata jumlah kuadrat Error
Kriteria Pengujian dengan = 0,05, jika Fhitung Ftabel maka data berpola linear.
2. Pengolahan Data
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antar kecerdasan emosional
(X) dengan komunikasi matematik siswa (Y) kelas VII di MTsN Langsa dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan rumus analisis sederhana.
Langkah langkah yang digunakan untuk menjawab regresi sederhana yaitu :53
Langkah 1: Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

52 Ibid, hal. 128


53 Ibid hal 148 - 149
44

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dan komunikasi


matematik siswa.
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional dan komunikasi
matematik siswa.
Langkah 2: Mencari angka statistik x; y; x2; y2; xy; a; b.
Langkah 2: Mencari jumlah kuadrat regresi (jkreg [a]) dengan rumus:

jkreg (a) =

( Y ) 2
n

Langkah 3: Mencari jumlah kuadrat regresi (jkreg [b|a]) dengan rumus:

XY ( X )( Y )
n

jkreg [b|a] = b.

Langkah 4: Mencari jumlah kuadrat residu (jkres) dengan rumus:

jkres =

JK Re g [b a ] JK Re g [ a ]

Langkah 5: Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (rjkreg [a]) dengan rumus:
rjk reg[a] = jkreg[a]
Langkah 6: Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (rjkreg [b|a] dengan rumus:
rjk reg[b|a] = jkreg[b|a]
Langkah 7: Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (jkres) dengan rumus:

45

rjk res =

JK Re s
n2

Langkah 8: Menguji signifikansi dengan rumus:

RJK Re g ( b a )
RJK Re s
fhitung =
Langkah 9: Menentukan keputusan pengujian
Jika fhitung f tabel, maka tolak ho artinya signifikan dan
Jika fhitung f tabel, terima ho artinya tidak signifikan
dengan taraf signifikan : a = 0,01 atau a = 0,05
Langkah 10 : Mencari nilai f tabel menggunakan tabel f dengan rumus:
f tabel = f {1-) (dk reg [b|a], (dk res)}
Langkah 11: Membandingkan fhitung dengan ftabel
Tabel 3.12 Ringkasan Anava Variabel X dan Y untuk Uji Linearitas

Sumber
Variansi (SV)

Derajat

Jumlah

kebebasa

Kuadrat

n (dk)

(JK)

Rata-rata
Jumlah
Kuadrat

FHitung

FTabel

(RJK)

Total

Y2

Signifika

Regresi (a)

JKReg (a)

RJKReg (a)

Regresi (b|a)

JKReg (b|a)

RJKReg (b|a)

n
Linear
Keterangan:

Residu

n-2

JKRes

RJKRes

Perbandingan FHitung

Tuna Cocok

k-2

JKTC

RJKTC

dengan FTabel

Kesalahan

n-k

JKE

RJKE

Signifikan dan
Linearitas

(Error)
46

BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini
bertujuan (1) Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa.
(2) Untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN
Langsa. (3) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan
komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.

A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di MTsN langsa pada tanggal 9 Februari 2015. Data dalam penelitian
ini diperoleh peneliti melalui beberapa metode, yaitu metode tes, dan metode angket. Untuk
mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa, peneliti menggunakan metode angket.
Metode tes digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik
siswa di kelas VII1 VII7 MTsN Langsa. adapun data atau nilai yang diperoleh

47

dari pemberian tes dan angket tentang kedua variabel tersebut terdapat
pada lampiran 5.
1. Deskripsi data
Setelah data dari setiap variabel terkumpul, selanjutnya digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian. Berikut ini uraian mengenai data yang diperoleh:
a. Data Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa
Untuk melihat tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa
menggunakan perhitungan rentang norma yang dikemukakan oleh M. Manullang.54
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 14) diperoleh rata rata = 73,5, dan standar deviasi
= 5,096, berdasarkan nilai tersebut maka dapat dibuat lima kriteria tingkat kecerdasan
emosional siswa yang hasilnya adalah sesuai tabel berikut:
Tabel 4.1
Data tingkat Kecerdasan Emosional Siswa MTsN Langsa
No

Rentang Norma

1
2
3
4
5

X > M + 1,5 SD
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD
M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD
M - 1,5 SD < X < M - 1,5 SD
X < M - 1,5 SD

Rentang Skor

Jlh

> 81,14
3 org
76,05 81,14 22 org
70,95 76,05 31 org
65,86 70,95 11 org
< 65,86
3 org

Persen
tase

Kriteria

4%
31%
45%
16%
4%

Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat Rendah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 3 orang (4%) siswa yang sangat
tinggi skor tingkat kecerdasan emosional, terdapat 22 orang (31%) siswa yang tinggi skor
tingkat kecerdasan emosional, terdapat 31 orang (45%) siswa yang cukup tinggi skor tingkat
kecerdasan emosional, terdapat 11 orang (16%) siswa yang rendah skor tingkat kecerdasan
emosional, dan terdapat 3 orang (4%) siswa yang sangat rendah skor tingkat kecerdasan
emosionalnya. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosional
siswa kelas VII MTsN Langsa termasuk cukup tinggi.
54 M. Manullang, Penelitian Hasil Belajar, (Medan: IKIP Medan, 1996) hal. 45
48

b. Data Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa


Untuk melihat tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa
menggunakan perhitungan rentang norma yang dikemukakan oleh M. Manullang.55
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 15) diperoleh rata rata = 83,36, dan standar
deviasi = 7,39, berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dibuat lima kriteria tingkat
kemampuan komunikasi matematik siswa (lampiran 15) yang hasilnya adalah sesuai tabel
berikut:

Tabel 4.2
Data Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa MTsN Langsa
No

Rentang Norma

1
2
3
4
5

X > M + 1,5 SD
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD
M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD
M - 1,5 SD < X < M - 1,5 SD
X < M - 1,5 SD

Rentang Skor

Jlh

> 94,44
5 org
87,05 94,44 17 org
79,66 87,05 32 org
72,27 79,66 9 org
< 72,27
7 org

Persen
tase

Kriteria

7%
24%
46%
13%
10%

Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat Rendah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 5 orang (7%) siswa yang sangat
tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 17 orang (24%) siswa yang
sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 32 orang (46%) siswa
yang sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 9 orang (13%)
siswa yang sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 7 orang
(10%) siswa yang sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, Namun
secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas
VII MTsN Langsa termasuk cukup tinggi.

55 Ibid, hal. 45
49

c. Rekapitulasi

Data Tingkat Kecerdasan Emosional (Variabel X) Dan Tingkat

Kemampuan Komunikasi Matematik (Variabel Y)


Berdasarkan data dari hasil penelitian variabel X dan variabel Y (lampiran 6), maka
berikut ini akan ditampilkan rekapitulasi data hasil penelitian tersebut untuk melihat
bagaimana hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data X dan Y


No

Kecerdasan emosional (X)

1.

Sangat Tinggi

2.

Tinggi

3.

Cukup Tinggi

4.

Rendah

5.

Sangat Rendah

Komunikasi Matematik (Y)


Sangat tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
Sangat Rendah

Jumlah

d.

Analisis Data

50

Frekuensi
2 orang
1 orang
3 orang
11 orang
8 orang
5 orang
22 orang
4 orang
2 orang
5 orang
4 orang
3 orang
70 orang

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis regresi linear sederhana.
Namun sebelum itu terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data sebagai berikut:
1) Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data kecerdasan emosional (variabel X) dan data kemampuan
komunikasi matematik (variabel Y) diuji dengan menggunakan metode Chi-Kuadrat. 56 Dalam
penelitian ini pengujian normalitas digunakan sebagai syarat untuk melakukan uji regresi.
Secara ringkas hasil perhitungan normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Data
Analisis
Data Variabel X
Data Variabel Y

2 Hitung
1,96
9,70

2 Tabel
12,592
12,952

Keterangan
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada taraf signifikan = 0,05 diperoleh X 2hitung
< X2tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel X (kecerdasan emosional) dan
data pada variabel Y (komunikasi matematik) berdistribusi normal (Lampiran 16 dan 17).
2) Uji Linearitas Regresi
Uji linearitas regresi digunakan untuk menguji apakah persamaan regresi
tersebut benar benar berpola linear atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan pada
( lampiran 19), diperoleh bahwa persamaan regresi : Y = 44,764+ 0,52(X), dapat
dilihat pada( lampiran 18), berikut ditampilkan ringkasan ANAVA variabel X dan Y:

Tabel 4.5 Ringkasan Anava Variabel X dan Y untuk Uji Linearitas

Sumber
Variansi (SV)
Total
Regresi (a)

Derajat

Jumlah

kebebasa

Kuadrat

n (dk)

(JK)

70

486526

482562,06

Rata-rata
Jumlah

FHitung

Kuadrat
(RJK)
482562,06

Sig

= 29,014

Linear = 0,39

FTabel

2,31
3
1,77

56 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, (bandung :
Alfabeta, Cet ke-6, 2010).Hal. 121
51

Regresi (b|a)

1185,5116

1185,5116

Keterangan:

Residu

68

2778,43

40,859265

Perbandingan FHitung dengan

Tuna Cocok

18

340,523

18,917944

Linearitas ,ternyata:

Kesalahan

50

2437,907

48,75814

29,014 > 2,313 signifikan

FTabel Signifikan dan

0,39

(Error)

< 1,77 pola linear

Langkah 13: Menentukan keputusan pengujian


Jika FHitung < FTabel, artinya data berpola linear dan
Jika FHitung > FTabel, artinya data berpola tidak linear

Langkah 14: Mencari FTabel dengan rumus:


Ftabel =F (1 ) (dk TC , dk E )
F( 10,05 )(dk=k2,dk=nk)
F( 10,05 )(dk=202, dk =7020)
F( 0,95)(dk=18,dk =50)
Ftabel

dk = 18 sebagai angka pembilang


dk = 50 sebagai angka penyebut.

Ftabel =1,77
Langkah 15: Membandingkan FHitung dengan FTabel
Ternyata FHitung < FTabel atau 0,39 < 1,77 , maka data berpola linear

E. Uji hipotesis
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan linear, kemudian dicari nilai regresi
nya untuk mengetahui pengaruh antara variabel X dan variabel Y dan untuk membuktikan
52

diterima dan ditolaknya hipotesis yang diajukuan maka digunakan analisis regresi sederhana.
Dalam menganlisisnya penulis menggunakan variabel X untuk nilai angket kecerdasan
emosional dan variabel Y untuk nilai tes komunikasi matematik siswa kelas VII tahun
pelajaran 2014/2015 di MTsN Langsa. Hasil regresi antara variabel X dan variabel Y dapat
dilihat pada (lampiran 19),berdasarkan pada (lampiran 19) diperoleh:
Fhitung = 29,01, Ftabel = 2,313.
Dalam kriteria pengujian hipotesis adalah:
Jika Fhitung Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan
Fhitung Ftabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan
Dari perolehan tersebut, ternyata Fhitung > Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan. Karena Fhitung
> Ftabel maka tolak Ho dan terima Ha. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan
antara kecerdasan emosional siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.

C. Pembahasan
Berdasarkan data yang telah diperiksa dan di analisa, maka dapat dinyatakan bahwa
seluruh data berdistribusi normal dan linear, yaitu nilai angket kecerdasan emosional dan juga
nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.
Dari kedua variabel yang diteliti, keduanya menunjukkan nilai chi square hitung lebih
rendah dibandingkan nilai chi square tabel dan F hitung yang lebih rendah dibandingkan Ftabel.
53

Dengan demikian penelitian ini telah memenuhi syarat normalitas dan linearitas untuk
penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan data yang telah dianalisis pada lampiran 19 diketahui pula bahwa nilai
koefisien regresi kecerdasan emosional dan tes komunikasi matematik F hitung sebesar 29,014
dan Ftabel sebesar 2,313, dari uji statistik didapatkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari Ftabel.
Hal ini mengindikasikan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kecerdasan
emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki tugas untuk melaksanakan
pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur
berdasarkan kualitas sumber daya manusia yang ada didalamnya. Oleh karena itu seorang
siswa harus memiliki kecerdasan emosional dan komunikasi matematik yang tinggi agar
dapat meningkatkan kualitas bangsa, karena untuk mencapai suatu keberhasilan tidak hanya
diperlukan IQ yang tinggi, kecerdasan emosional dan komunikasi matematik siswa juga ikut
berperan sesuai dengan pendapat Daniel Golema kecerdasan intelektual (IQ), menyumbang
hanya sekitar 20%, sedangkan sisanya 80% ditentukan oleh serumpun faktor kekuatan
kekuatan lain, diantaranya kecerdasan emosional atau Emotional Quatient (EQ) .
Siswa, guru, dan orang tua dapat terus memperbaiki faktor faktor yang dapat
meningkatkan seseorang siswa mampu memandang dirinya secara positif serta dapat
mengontrol emosinya dengan baik, sehingga proses belajarpun berjalan lancar. Pokok
permasalahan dari rendahnya kecerdasan emosional dan komunikasi siswa adalah pola asuh
orang tua dalam menanamkan pengajaran agama yang baik dalam keluarga seperti
kepribadian yang dimiliki oleh Rasulullah, interaksi yang kurang baik dalam keluarga
sehingga mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh pergaulan yang mempengaruhi
kepribadian emosionalnya.
Tugas seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada siswa,
mereka juga mempunyai kewajiban untuk mendidik siswa menjadi siswa yang memiliki
sikap dan kepribadian yang baik, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, karena

54

kecerdasan emosional dan komunikasi matematik siswa dapat menentukan kesuksesan


seseorang yang diperlukan dalam dunia pendidikan dan dunia kerja nantinya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian dilakukan di MTsN langsa pada tanggal 9 Februari 2014-2015.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari Bab IV, diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa dengan skor rata-rata
sebesar 73,5 termasuk kategori cukup tinggi.
b. Tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa dengan
skor rata-rata sebesar 83,36 termasuk kategori cukup tinggi.
55

c.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X dan Y, ini ditunjukkan


dengan Fhitung = 29,01 dan FTabel= 2,313 pada taraf signifikan () = 5% yaitu Fhitung > Ftabel.

B. Saran saran
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk beberapa pihak, diantaranya:
1. Pihak sekolah , agar lebih memperhatikan siswa agar tidak hanya memberikan ilmu,
melainkan juga membimbing, mengingatkan serta menanamkan sifat kepribadian
yang baik kedalam diri siswa agar tidak hanya memiliki IQ yang tinggi, mereka juga
memiliki sikap dan kepribadian yang baik, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME
2. Pihak guru, diharapkan untuk menanamkan hal hal yang positif yang dapat
membuat sisiwa memandang dirinya secara positif sehingga mereka dapat
menggunakan kemampuan mereka dengan baik dan membimbing mereka agara dapat
menyampaikan ide atau gagasannya secara baik, mempunyai keyakinan dalam hidup
serta tidak mudah putus asa apabila mereka mengalami kegagalan.
3. Pihak orang tua, diharapkan dapat menanamkan pengajaran agama dan pengetahuan
yang baik seperti kepribadian yang dimiliki oleh Rasulullah.

56

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Fenelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ. 2005
(Bandung: Alfabeta)
B. Uswah Wardiana. 2004. Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bina Ilmu)
Bansu Irianto Ansari. , 2009 . Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Yayasan Pena
Banda Aceh
Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional). 1996. terj. T.hermaya,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Eman Suherman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika Turmudi. (Bandung:JICA)
M. Manullang. 1996. Penelitian Hasil Belajar. (Medan: IKIP Medan)
Hamzah B. Uno. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
57

Isaken, Scott G,. 2012. On the Conceptual Foundation of Creative Problem Solving : A
Response to Magyari-Beck, Journal Creatifity and Innovation Management
(http://personal.stevens.edu/~ysakamot/creativity/creative%20problem-solving.pdf)
Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal MIPA UNHALU
Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Krativitas Anak Berbakat. Bandung : Rineka Cipta
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia Indonesia)

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and


standards for school mathematics. Reston, VA: NCTM
Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar
Rosdakarya.

Mengajar, bandung: remaja

Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula.
Bandung : Alfabeta
Shaddiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
S. Margono. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta)

Utari.

S.
(2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung
Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah
pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo, Gorontalo

58

59

60

61

Tes
Kemampuan komunikasi Matematis

Satuan Pendidikan
Nama Sekolah
Nama Siswa
Kelas
Semester
Tahun Pelajaran
Mata Pelajaran

:
:
:
:
:
:
:

............................................
.............................................
VII (Tujuh)
I I(Dua)
2014/2015
Matematika

A. Petunjuk:
Di bawah ini terdapat beberapa tugas yang harus dikerjakan, kegiatan
yang harus dilakukan pada setiap bagian tugas itu adalah:
1.

Tulislah nama, kelas dan sekolahmu pada lembar jawaban yang


telah disediakan.

2.

Kerjakan soal berikut menurut caramu sendiri pada lembar


jawaban yang telah disediakan.

3.

Selesaikan soal berikut ini dengan terlebih dahulu membaca


dengan

teliti

setiap

permasalahan,

kemudian

mulailah

menyelesaikannya.
4.

Lembar soal ini harus tetap bersih dan diserahkan kembali kepada
guru

5.

Selamat bekerja!

Soal
1.

62

a. Tuliskan informasi yang kamu peroleh dari gambar di atas!


b. Tentukan keliling dan luas denah lapangan sepak bola berdasarkan informasi yang
diketahui pada gambar di atas?
2.

Ibu Ani memasang renda pada taplak meja yang berbentuk persegi. Jika panjang sisi
sisinya adalah 80 cm dan harga renda 1 m adalah Rp 3000. Berapakah keliling dan luas
taplak mejatersebut?
3.
Pak Ali mempunyai sebidang kebun pisang
berbentuk persegi panjang dengan panjang
30 m dan lebar 20 m. Ia ingin membuat
pagar dari kawat . Berapakah panjang
kawat yang diperlukan pak Ali untuk
membuat pagar dan berapakah luas kebun pisang ?

4. Pak Anton berencana akan membeli pekarangan tanah. Di salah satu daerah, per meter
persegi tanah dijual Rp 1.000.000,00. Dan pada daerah tersebut Pak Anton tertarik pada salah

63

satu tanah yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran (8 12) m2. Berapa rupiahkah
yang harus disediakan Pak Anton untuk membeli tanah tersebut?
5. Sebuah jajar genjang diketahui memiliki luas 350 cm2. Apabila panjang alas dari
jajargenjang tersebut adalah 7x dan tingginya adalah 5x, maka tentukanlah nilai x, panjang
alas, serta tinggi dari jajar genjang tersebut.
6.
Jika Di ketahui alasnya a = 5 cm dan tinggi t = 4 cm dan panjang sisi AD adalah 5 cm
Hitunglah!
a. Luas Jajar Genjang
b. Keliling Jajar Genjang

Lampiran 4

INSTRUMEN PENELITIAN
No Soal

Jawaban

64

Skor

1.

a.

Diketahui : panjang 15 m

lebar 6m
Ditanya : berapakah luas dan keliling denah
lapangan sepak bola?

b.
Luas denah lapangan sepak bola
= p xl
a. Tuliskan
informasi yang
kamu peroleh
dari gambar di
atas!
b. Tentukan
keliling dan
luas denah
lapangan sepak
bola
berdasarkan
informasi yang
diketahui pada
gambar di atas?

2.

3.

Ibu Ani memasang


renda pada taplak
meja yang
berbentuk persegi.
Jika panjang sisi
sisinya adalah 80
cm, berapakah
renda yang
diperlukan oleh Ibu
Ani?

= 15 m x 6 m
= 90 m2
Jadi luas denah lapangan sepak bola adalah
90m2
Keliling denah = 2p + 2l
= 2(15) + 2(6)
= 30+ 12
= 42 m
Jadi keliling denah lapangan sepak bola Ali=

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

42 m

Dik : s = 80 cm
Dit : berapakah renda yang diperlukan oleh buk
Ani?
K = 4s
= 4 x 80 cm
= 320 cm.
Maka, renda yang diperlukan oleh Ibu Ani adalah
320 cm.

Pak Ali mempunyai Dik : p = 30 m


L = 20 m
sebidang kebun
Dit : panjang kawat yang diperlukan pak Ali dan
pisang berbentuk
Luas kebun pisang ?
persegi panjang
Maka :
dengan panjang 30

Panjang kawat yang diperlukan pak Ali


m dan lebar 20 m. Ia
adalah : 2(p + l)
ingin membuat
= 2 (30 m + 20m)
pagar dari kawat .
= 2 (50m)
= 100 m.
Berapakah panjang
Maka
panjang
kawat yang diperlukan pak Ali adalah
kawat yang
100
m.
diperlukan pak Ali

Luas kebun pisang pak Ali adalah :


untuk membuat
L=pxl
pagar dan
= 30m x 20m
berapakah luas
= 600 m2
kebun pisang ?
Ma luas kebun pisang pak Ali adalah 600 m2

65

1
1
1
1
1

1
1
1

1
1
1
1

1
1
1

4.

5.

6.

Dik : Tanah per


meter perseginya
adalah Rp
1.000.000,00

3. Dik : Tanah per meter perseginya adalah Rp


1.000.000,00
p = 12 m
l=8m
Dit : Berapa uang yang harus disediakan pak Anton?
Dit : Berapa uang
Jawab : L = p x l
yang harus
= 12 x 8
disediakan pak
= 96 m2
Anton?
Jika per meter seharga Rp 1.000.000,00, maka
96 m x 1000.000,00 = 96.000.000,00
Jadi, uang yang harus disediakan pak Anton adalah
Rp 96.000.000,00.
Sebuah jajar genjang
diketahui memiliki
luas 350 cm2.
Apabila panjang alas
dari jajargenjang
tersebut adalah 7x
dan tingginya adalah
5x, maka tentukanlah
nilai x, panjang alas,
serta tinggi dari jajar
genjang tersebut.

Jika
Di
ketahui
alasnya a = 5 cm dan
tinggi t = 4 cm dan
panjang sisi AD
adalah
5
cm
Hitunglah!
a. Luas Jajar Genjang
b. Keliling Jajar
Genjang

Dik : L = 350 cm2


Panjang a = 7x
Tinggi jajaran genjang = 5x
Dit : Nilai x, Panjang alas, Tinggi jajaran
genjang?
Jawab : L = a x t
350 cm2 = (7x) x (5x)
350 cm2 = 35x
x = 350/5
x = 10 cm
Setelah nilai x diketahui, maka panjang alas dan
tinggi jajar genjang dapat diketahui:
Panjang alas jajar genjang = 7x
Panjang alas jajar genjang = 7 x 10 cm
Panjang alas jajar genjang = 70 cm
Tinggi jajar genjang = 2x
Tinggi jajar genjang = 2 x 10 cm
Tinggi jajar genjang = 20 cm
Dik : a = 5cm
t = 4 cm
panjang sisi AD = 5cm
Dit : a. Luas jajaran genjang
b. Keliling jajaran genjang
Jawab :
Luas = alas x tinggi
=5x4
= 20 cm2
Keliling = AB + BC + CD + DA
=5+5+5+5
= 20 cm
jadi luasnya adalah 20 cm2 dan Kelilingnya
adalah 20

Jumlah

1
1
1
1
1
1
1
3

1
1
1
3
1
1
2
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

65

66

Lampiran 5

Rekapitulasi Nilai Variabel X (Kecerdasan Emosional) Dan Y (Komunikasi Matematik)


N
o

Responden

1
2
3
4
5
6
7
8
9

responden 1
responden 2
responden 3
responden 4
responden 5
responden 6
responden 7
responden 8
responden 9
responden
10
responden
11
responden
12
responden
13
responden
14
responden
15
responden
16
responden
17
responden
18
responden
19
responden
20
responden
21
responden
22
responden
23
responden

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Skor
Variabel
X
68
67
76
76
75
80
71
75
71

Kriteria

Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Cukup tinggi
Cukup tinggi
Cukup tinggi

75

Nilai
Variabel
Y
69
68
79
91
81
92
75
91
93

Sangat rendah
Sangat rendah
Cukup tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi

87
Cukup tinggi

75

Tinggi
87

Tinggi
77

Tinggi
90

Rendah
69

Rendah
78

Tinggi
76

Cukup tinggi
82

Tinggi
79

Tinggi
87

Tinggi
77

Tinggi
88

Tinggi
79

Tinggi
90

Cukup tinggi
74

Cukup tinggi
82

Sangat rendah
64

Sangat rendah
66

Cukup tinggi
73

Cukup tinggi
84

Cukup tinggi
74

Cukup tinggi
80

Cukup tinggi
72

Cukup tinggi
81

Tinggi
80
72

Kriteria

Cukup tinggi
67

Cukup tinggi
85
80

Cukup tinggi

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

24
responden
25
responden
26
responden
27
responden
28
responden
29
responden
30
responden
31
responden
32
responden
33
responden
34
responden
35
responden
36
responden
37
responden
38
responden
39
responden
40
responden
41
responden
42
responden
43
responden
44
responden
45
responden
46
responden

Rendah
68

Cukup tinggi
81

Tinggi
80

Sangat tinggi
95

Cukup tinggi
70

Cukup tinggi
81

Rendah
65

Sangat rendah
68

Cukup tinggi
71

Cukup tinggi
82

Cukup tinggi
71

Cukup tinggi
83

Sangat tinggi
84

Sangat tinggi
96

Tinggi
79

Tinggi
88

Cukup tinggi
70

Cukup tinggi
82

Cukup Tinggi
75

Cukup tinggi
86

Tinggi
77

Tinggi
90

Sangat rendah
60

Sangat rendah
66

Tinggi
78

Tinggi
89

Cukup tinggi
71

Cukup tinggi
84

Tinggi
79

Cukup tinggi
86

Tinggi
77

Tinggi
88

Rendah
67

Sangat rendah
71

Cukup tinggi
70

Rendah
74

Cukup tinggi
70

Cukup tinggi
83

Rendah
68

Rendah
73

Cukup tinggi
74

Tinggi
91

Cukup tinggi
71
73

Cukup tinggi
68

Rendah
77
77

Rendah

48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

47
responden
48
responden
49
responden
50
responden
51
responden
52
responden
53
responden
54
responden
55
responden
56
responden
57
responden
58
responden
59
responden
60
responden
61
responden
62
responden
63
responden
64
responden
65
responden
66
responden
67
responden
68
responden
69
responden

Tinggi
80

Sangat tinggi
95

Tinggi
80

Sangat tinggi
95

Sangat rendah
64

Sangat rendah
66

Tinggi
77

Cukup tinggi
86

Cukup tinggi
74

Cukup tinggi
81

Cukup tinggi
71

Cukup tinggi
82

Tinggi
77

Tinggi
88

Cukup tinggi
75

Cukup tinggi
86

Rendah
69

Rendah
76

Cukup tinggi
73

Cukup tinggi
82

Rendah
69

Rendah
76

Sangat tinggi
87

Sangat tinggi
99

Tinggi
78

Cukup tinggi
86

Cukup tinggi
75

Cukup tinggi
84

Tinggi
76

Cukup tinggi
83

Cukup tinggi
72

Cukup tinggi
82

Sangat tinggi
83

Tinggi
94

Cukup tinggi
71

Cukup tinggi
83

Rendah
68

Cukup tinggi
80

Cukup tinggi
71

Cukup tinggi
85

Rendah
67

Rendah
76

Cukup tinggi
73
78

Tinggi
69

Cukup tinggi
84
86

Cukup tinggi

70

70

71

72

Anda mungkin juga menyukai