BAB 1 - BAB 4 Baru
BAB 1 - BAB 4 Baru
PENDAHULUAN
(4) mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal; (5) memberi
kebebasan berkomonikasi untuk menjelaskan dan mendengar ide temannya.1
Baroody , menyatakan bahwa ada dua alasan mengapa komunikasi dalam matematika
siswa peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran matematika. pertama
mathematics as languange, artinya matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan
pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai
alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat.
Kedua, mathematics learningas social activity, artinya matematika sebagai aktivitas sosial
dalam pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga
komunikasi antara guru dan siswa,2
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), komunikasi
matematik siswa merupakan bahwa (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis
melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, (2)
Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik
secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) Kemampuan dalam
menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk
menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.3
Greenes dan Schulman, mengatakan komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan
bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam
eksplorasi
dan investigasi
1 Bansu Irianto Ansari, Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Yayasan Pena Banda Aceh, 2009, hal
3
2 Ibid, hal 4
3 Ibid, hal 10
2
matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomonikasi dengan temannya untuk memperoleh
informasi, membagi fikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide.4
Berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan komunikasi
matematik adalah kecakapan untuk menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan,
demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami,
menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual,
mengkontruksikan
dan
menghubungkan
bermacam-macam
representasi
ide
dan
4 Ibid, hal 9
5 A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ. (Bandung:
Alfabeta. 2005), hal.82
3
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja
sama dan mampu membaur dengan lingkungan disekitarnya.6
Effendi menyatakan kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat
diperlukan untuk berprestasi. Emosi yang cerdas akan mempengaruhi tindakan anak dalam
mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri
sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat mengetahui dan
mengendalikan perasaan mereka sendiri dengan baik, memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk bahagia dalam kehidupan serta memiliki fikiran yang jernih. Oleh karena
itu,pembelajaran matematika harus dapat dikelola sedemikian hingga mampu mewujudkan
intelektual dan emosional yang seimbang.
Setiap siswa memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berbeda, sehingga
mempengaruhi pada kemampuan komonikasi matematiknya. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VII
MTsN Langsa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa?
2. Bagaimana tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII
MTsN Langsa?
3. Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan komunikasi
matematik siswa kelas VII MTsN Langsa?
C. Batasan Masalah
6 Goleman, Daniel (2009). Emotional Intelligence, Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
4
Agar lebih terarah dan tidak terjadi kesalahan penafsiran, selain itu juga untuk
mendapat hasil yang diinginkan maka peneliti melakukan pembatasan masalah sebagai
berikut:
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN
Langsa.
2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII
MTsN Langsa.
3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan
komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai masukan bagi para
guru matematika khususnya di MTsN Langsa dalam upaya pengembangan dan peningkatan
kualitas pengajaran agar senantiasa memperhatikan kecerdasan emosional siswa guna
meningkatkan komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran di sekolah.
F. Definisi Operasional
1. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan yang mengekspresikan ideide matematika secara lisan dan tulisan, membaca presentasi tulisan matematika
dengan pemahaman, menanyakan penjelasan dan mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan matematika yang telah dipelajari, mampu dalam menggunakan
istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan
ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model situasi.
2. Kecerdasan Emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi
frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
G. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Kecerdasan emosional berpengaruh
terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa Kelas VII MTsN Langsa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi
1. Defenisi Komunikasi
Dalam proses pembelajaran matematika sangat diperlukan komunikasi antara guru dan
siswa. Tiadanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa, mustahil proses pembelajaran
akan berhasil. Selain itu, komunikasi dalam matematika merupakan alat untuk mengukur
pemahaman dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa. Komunikasi secara
umum dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan pesan yang berlangsung
dalam suatu komunitas dan konteks budaya. Menurut Abdulhak, komunikasi dimaknai
sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui
saluran tertentu untuk tujuan tertentu.7 Dalam setiap peristiwa komunikasi terkandung
sejumlah unsur diantaranya pesan yang disampaikan, pihak-pihak yang terlibat dalam
peristiwa komunikasi tersebut, serta cara pengalihan/ penyampaian pesan serta teknologi
yang dijadikan sarana. Pesan-pesan itu dapat berbentuk lisan maupun tulisan, dapat bersifat
verbal maupun non verbal, dalam arti bahwa simbol-simbol yang disepakati tidak diucapkan
tetapi disampaikan melalui cara/alat selain kata-kata dan mempunyai makna yang dipahami
oleh keduanya.
Untuk mencapai interaksi dalam belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas
antara guru dengan siswa. Sering dijumpai kegagalan pembelajaran disebabkan lemahnya
7 Bansu Irianto Ansari, Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Yayasan Pena Banda Aceh, 2009, hal
8
komunikasi antara guru dan siswa. Jika para siswa hanya pasif dalam pembelajaran akan
mengakibatkan guru tidak dapat menetahui tingkat kesukaran yang dihadapi masing-masing
siswa, untuk itulah guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana, terdapat tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi antara guru dengan siswa antara lain :8
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Dalam komunikasi ini guru
berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif siswa
pasif. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan belajar siswa.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Komunikasi jenis ini guru
dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya
dapat saling memberi dan saling menerima.
3. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah. Dalam komunikasi ini
tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yang satu dengan
siswa yang lainnya. Pola komunikasi ini mengarah kepada proses pembelajaran yang
mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar
aktif.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akan selalu terjadi komunikasi antara siswa dan
guru, siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Keberhasilan program
pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh bentuk komunikasi yang digunakan guru pada
saat berinteraksi dengan siswa. Dalam pembelajaran komunikasi satu arah, guru dipandang
sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Komunikasi rasional sudah
melibatkan peran aktif antara guru dan siswa, walaupun peran guru tetap dominan, misalkan
dalam belajar siswa mengalami kesulitan, maka itu dikembalikan pada guru. Sedangkan,
komunikasi konvergen dalam pembelajaran ditunjukkan untuk meningkatkan kualitas dan
efektivitas pembelajaran. Perbedaannya dengan komunikasi sebelumnya, pada komunikasi
konvergen apabila siswa mengalami kesulitan atau masalah, maka permasalahan dipecahkan
8 Ibid, hal 8
8
Sedangkan
matematika yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di
lingkungan kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat dilakukan
secara tertulis maupun lisan. Oleh karena itu, dengan adanya diskusi dalam kelompok,
percakapan yang mengungkapkan ide-ide matematika akan membantu siswa dalam
mengasah pikirannya sehingga akan memahami matematika lebih baik. Proses komunikasi
juga membantu siswa mengembangkan bahasanya sendiri untuk mengekspresikan ide-ide
matematika, dan membantu membangun pengertian dan keakuratan ide serta membuatnya
dapat disampaikan kepada orang lain.
9 Ibid, hal 9
10 Ibid, hal 11
9
bagi
masyarakat
pendidikan
matematika
dalam
usaha
mereka
untuk
mengkomunikasikan apa yang sudah mereka evaluasi, percaya, dan mengenal siswa
sedemikian hingga para siswa menjadi terdidik secara metematik. Komunikasi menjadi
sesuatu yang utama dalam mengajar, menilai, dan dalam pembelajaran matematika.
Menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan
bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi
matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh
informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide. 12
Adapun kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematika menurut UtariSumarmo, diantaranya adalah:13
a. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
simbol, ide, atau model matematika
12 Ibid, hal 10
13 Utari. S. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002
Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo,
Gorontalo.
11
b.
c.
d.
e.
f.
Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
Membuat konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi
Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa
sendiri.
Peressini dan Bassett (Sumiati dan Asra),14 berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam
matematika, kita hanya akan sedikit memiliki keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman
siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Pendapat ini menyiratkan makna
bahwa dengan komunikasi matematik, guru tertolong untuk dapat lebih memahami
kemampuan siswa pada saat menginterpretasi dan mengungkapkan pemahamannya tentang
ide matematika yang sedang atau telah mereka pelajari selama proses pembelajaran.
Sedangkan untuk terciptanya situasi pembelajaran yang lebih memberikan suasana kondusif
yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam komunikasi matematik, siswa
sebaiknya diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kecil.
Komunikasi dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Kita dapat membagi
komunikasi ke dalam:
a. Komunikasi verbal (komunikasi dengan menggunakan kata-kata)
Komunikasi verbal dibagi 2 yaitu komunikasi verbal lisan dan komunikasi verbal tulisan.
b. Komunikasi nonverbal (komunikasi tanpa menggunakan kata-kata atau pesan-pesan yang
dinyatakan lewat sarana yang bukan sarana linguistik).
Baroody dalam Ansari juga menjelaskan bahwa ada dua alasan penting, mengapa
komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh kembangkan di kalangan siswa. Pertama,
mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir ( a tool
to aid thinking), matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan
14 Sumiati dan Asra. (2007). Metode pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
12
masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga
untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics
learning as social activity: artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran,
matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan
siswa.15
National Cuoncil Teacher of
matematika
sebagai
alat
komunikasi
as
comunication)
merupakan
pengembangan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan ide matematik sehingga siswa
dapat : (1) Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan
hubungannya, (2) Merumuskan defenisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh
melalui investigasi (penemuan), (3) Mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan,
(4) Membaca wacana matematika dengan pemahaman, (5) Menjelaskan dan mengajukan
pertanyaan terhadap matematika yang dipelajari , dan (6) Menghargai keindahan dan
kekuatan notasi matematik serta peranannya dalam mengembangkan ide/gagasan
matematik.16
Berdasarkan uraian diatas maka kemampuan komunikasi matematika yang akan
diukur dalam penelitian ini adalah keahlian siswa menggunakan matematika sebagai alat
komunikasi (bahasa matematika) secara tertulis, yang akan dilihat dari aspek: (a) Menyatakan
gambar ke dalam model matematika, (b) Menyatakan ide-ide matematika dalam bentuk
gambar, (c) Menyatakan ide matematika ke dalam model matematika.
Expression,
yaitu
mengekspresikan
konsep
matematika
dengan
Contoh : Andi mempunyai taman bunga berbentuk persegi panjang panjang dan di dalam
taman itu dibuat kolam berbentuk belah ketupat. Panjang taman 2 m lebih pendek dari
lebarnya, sedangkan lebarnya 3 kali lebih panjang dari diagonal yang paling panjang
kolam. Panjang diagonal kolam berturut-turut 3 m dan 2 m.
C. Kecerdasan Emosional
1. Defenisi Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan memahami dunia,
berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan
dengan tantangan serta kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan
yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. 18
masalah baru untuk di selesaikan; (3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
menawarkan suatu yang berharga.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah yang terjadi kemampuan untuk memahami masalah serta
melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.
2. Defenisi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti menggerakkan,
bergerak menjauh.20 Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara psikologi
20 Ibid, hal. 9
16
terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berprilaku menangis. Semua emosi pada
dasarnnya adalah dorongan untuk bertindak, jadi berbagai macam emosi itu mendorong
individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Emosi
berkaitan dengan perubahan psikologis dan berbagai fikiran. Jadi, emosi merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
Berikut ini pendapat dari para ahli mengenai pengertian emosi, antara lain:
a. Menurut Goleman, Emosi merupakan kekuatan pribadi (personal power) yang
memungkinkan manusia mampu berpikir secara keseluruhan, mampu mengenali emosi
sendiri dan emosi orang lain serta tahu cara mengekspresikannya dengan tepat.21
b. William james menyatakan bahwa yang dimaksud emosi adalah kecenderungan untuk
memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.22
c. Chaplin dalam dictionary of Psychology mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang
terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
sifatnya dari perubahan perilaku.23
Berdasarkan uaraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan
yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Orang yang sukses dalam pekerjaan tidak hanya
memiliki intelegensi yang tinggi, namun secara emosional mereka juga baik. Orang yang
cerdas secara emosi akan bersikap tegas dan mampu mengendalikan perilaku sehingga
terbebas dari perilaku-perilaku negatif.
3. Kecerdasan Emosional
21 Ibid., hal. 411
22 Uswah Wardiana, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 165
23 Ali, Psikologi Remaja, hal. 62
17
Menurut Saphiro, istilah kecerdasan emosi pertama kali dicetuskan pada tahun
1990 oleh Peter Salovey dan John Mayer. Menurut Zohar dan Marshall dalam Effendi,
kecerdasan itu terdiri atas 3 macam, yaitu Intelli-genci Quatient (IQ), Emotional Qua-tient
(EQ), dan Spiritual Quatient (SQ).24 Namun dalam hal ini, peneliti ingin mengkaji tentang
kecerdasan emosional siswa. Di samping kemampuan yang termasuk dalam aspek kognitif
yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran matematika, antara lain dalam aspek
non-kognitif, yaitu kecerdasan emosional (emotional inteligence). EQ (emotional quotient)
atau kecerdasan emosional adalah kemampuan diri dalam mengelola perasaan atau mental
yang membantu seseorang untuk dirinya sendiri dan pada orang lain dalam membangun
hubungan harmonis ke dalam (intrapersonal) dan luar (interpersonal).
Menurut Steven J dan Howard E.Book, kecerdasan emosional adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu fikiran,
memahami perasaan dan maknanya, mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga
membantu perkembangan emosi dan intelektual.25
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannnya (the appropriateness of emotion and its
expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan
keterampilan sosial. EQ adalah kecerdasan yang mampu mengaktifkan bakat, akal, dan logika
secara baik sehingga Goleman meyakini bahwa keberhasilan seseorang itu 20% ditunjang
oleh kecerdasan intelektual dan 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosional (EQ). 26
24 A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ. (Bandung:
Alfabeta. 2005), hal.82
25 Hamzah B. Uno, M.pd.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
2008. Hal 69.
18
dan sanggup menunda kesenangan sebelum tercapainya suatu sasaran. Disamping itu,
pada saat dia mendapat tekanan emosi, dia mampu untuk pulih dan keluar dari
tekanan tersebut.
c. Empati (empathy), yaitu kemampuan untuk menerapkan diri pada sudut pandang
orang lain sekaligus menghargainya. Mampu merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain dan memahami cara pandang dan cara berpikir orang lain menunjukkan
seseorang itu memiliki empati. Seseorang yang mampu merasakan kesulitan yang
dihadapi temannya dan membantunya untuk mengatasi kesulitan tersebut, berarti dia
telah berempati. Disamping itu, dia mampu memahami cara pandang dan cara
berpikir baik temannya, dengan tidak terlalu cepat menyalahkan teman yang
memiliki cara pandang dan cara berpikir yang berbeda dengannya. Hal ini akan
menumbuhkan rasa saling percaya di antara dia dengan temannya, dan mampu
menyelaraskan dirinya dengan bermacam-macam orang yang memiliki cara pandang
dan cara pikir yang berbeda.
d. Keterampilan sosial meliputi terampil dalam berkomunikasi dan menjaga relasi
(handling relationship), yaitu kemampuan berinteraksi dan menjaga hubungan yang
sehat dengan orang lain. Seseorang yang memiliki keterampilan sosial mampu
menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan mampu
membaca dengan cermat situasi dan jaringan sosial yang ada. Seseorang yang mampu
menahan sikap individualis, mampu berempati, mampu mengembangkan sikap
tenggang rasa, solidaritas dana mau bekerja sama dengan orang lain, menunjukkan
bahwa dia memiliki keterampilan sosial. Adanya keterampilan sosial ini sangat
memungkin bagi mereka untuk lancar berkomunikasi dengan baik dan mampu
mengembangkan sikap kepemimpinan, mampu menyelesaikan suatu perselisihan dan
bekerjasama dengan orang lain dalam suatu tim.
21
suatu kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi, dengan adanya emosi yang cerdas
maka akan mempengaruhi tindakan peserta didik dalam mengatasi masalah, mengendalikan
diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri sendiri serta mampu menerima, menilai,
mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya. Dengan adanya
komunikasi yang baik maka kecerdasan emosional nya juga akan baik sehingga individu
mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain dengan
efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berkemungkinan
besar ia akan mampu berkomunikasi dengan baik. Sedangkan individu yang tidak dapat
menahan kendali atas emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak
kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas tugas nya dan apabila tidak
memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga peserta didik tersebut tidak mampu
mempresentasikan tugas tugasnya dengan baik pula. Pengendalian emosi sangat penting
dalam kehidupan manusia karena melalui emosi yang terkendali maka bentrokan antara satu
dengan yang lain sangat jarang sekali terjadi. Jika seseorang itu dapat mengenal,
mengendalikan emosinya dan dapat mengkomunikasikan emosi itu kearah yang benar dan
bermanfaat, maka seseorang tersebut akan cerdas dalam mengelola emosinya. Oleh karena
itu komunikasi dan kecerdasan emosional sangat berkaitan dalam kegiatan proses
pembelajaran matematika.
22
dari seseorang baik dalam bentuk buku ataupun bentuk tulisan yang lainnya maka penulis
akan memaparkan beberapa kajian antara lain :
Imam Firmansyah dalam penelitiannya yan berjudul Pengaruh tingkat kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat menyatakan bahwa terdapat
pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
Gulinda Binasih dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara kecerdasan
emosi dengan hasil belajar matematika ada hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika pada materi pecahan di SMP Negeri
Donan 5 Cilacap tahun ajaran 2011/2012.
Aidatul Fauziyah dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kreativitas Dan
Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Garis
Singgung Lingkaran terdapat pengaruh yang signifikan kreativitas dan kecerdasan emosional
terhadap hasil belajar matematika pada materi garis singgung lingkaran siswa kelas VIII
MTsN Karangrejo tahun ajaran 2013/2014.
Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu terlihat bahwa terdapat pengaruh
antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa , sedangkan penelitian yang peneliti
kaji adalah kecerdasan emosional terhadap komunikasi matematik siswa MTsN Langsa tahun
ajaran 2014/2015.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTsN Langsa, yang beralamat di JL. Jenderal A. Yani, Gp.
Baroh Langsa Lama, Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa. Waktu penelitian dilaksanakan
pada februari 2015.
24
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan.29 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
siswa kelas VII di MTsN Langsa semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 7
lokal dengan jumlah siswa seluruhnya 261 orang siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi yang diambil melalui cara cara
tertentuyang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkapyang dianggap bisa
mewakili populasi.30 Mengingat jumlah populasi yang sangat besar maka untuk menentukan
banyak sampel (ukuran sampel) suatu populasi, peneliti menggunakan teknik sampel Taro
Yamane. Pengambilan sampel harus sesuai dengan kriteria tersebut, karena akan berpengaruh
pada variabel yang akan diteliti. Penentuan jumlah sampel dapat dihitung dari populasi
tertentu yang sudah diketahui jumlahnya dengan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10%.
Menurut rumus Yamane adalah sebagai berikut: 31
n=
N
Nd 2 + 1
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
29 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 118
30 M. Iqbal Hasan,Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002), hal.60
31 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung : Alfabeta, Cet
ke-7, 2011).hal.65
25
d : Margin of Error Maximum, yaitu tingkat kesalahan maksimum yang masih bisa ditolerir
(ditentukan 10 %).
N.d 2 + 1
261
261
261.(0.1)2 + 1
= 261 = 70,29
261.(0,01) + 1
3,61
n = 70 responden
Jadi, jumlah sampel sebesar 70 responden. Setelah diketahui jumlah sampel dari
seluruh kelas VII, kemudian dicari sampel dari setiap kelasnya menggunakan rumus alokasi
propotional sebagai berikut:32
ni = Ni . n
N
Dimana:
ni = jumlah sampel menurut stratum.
n = jumlah sampel seluruhnya.
Ni = jumlah populasi menurut stratum.
N = jumlah populasi seluruhnya.
Cara mencari sampelnya yaitu :
1. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 39.
ni = Ni . n
N
ni = 39 .70
261
ni = 10,45 10 responden
2. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 38.
32 Ibid, hal.66
26
ni = Ni . n
N
ni = 38 .70
261
ni = 10,19 10 responden
3. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 37.
ni = Ni . n
N
ni = 37 .70
261
ni = 9,92 10 responden
4. Untuk kelas yang siswanya berjumlah 36.
ni = Ni . n
N
ni = 36 .70
261
ni = 9,655 10 responden
Jadi, jumlah seluruh sampel adalah 70 orang siswa. Untuk kelas yang
memiliki jumlah siswa 39 orang maka sampelnya hanya 10 orang siswa, dan
seterusnya. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.1 : Jumlah sampel siswa kelas VII MTsN Langsa
No
Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah Sampel
VII1
36
10
VII2
38
10
27
VII3
38
10
VII4
37
10
VII5
37
10
VII6
39
10
VII7
36
10
261
70
Jumlah
Penentuan siapa yang akan dijadikan sampel di setiap kelas dilakukan dengan
menggunakan tehnik Simple Random Sampling. Simple Random Sampling
yaitu tehnik
untuk mendapatkan sample yang langsung dilakukan pada unit sampling tanpa
memperhatikan tingkatan dalam populasi tersebut.33 Untuk memperoleh sampel dari populasi,
peneliti menggunakan tehnik dengan cara undian. Terlebih dahulu peneliti menulis nomor
absen dalam kertas gulungan kecil dan kemudian dimasukkan didalam kotak. Selanjutnya
diambil 9 atau 10 gulungan kertas tersebut yang berada didalam kotak dan dibuka. Dengan
demikian, peneliti hanya menyebarkan angket dan soal tes kepada siswa yang mewakili
setiap kelas yang nomor absennya terambil dari gulungan tersebut untuk menjadi sampel
dalam penelitian.
33 Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2005, hal. 123.
28
antara variabel
diteliti dan dijelaskan.34 Jadi, jenis regresi ini mencari pengaruh antara variabel
variabel yang di teliti.
2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu:
a. Variabel bebas : Kecerdasan Emosional siswa (X)
b. Variabel terikat : Komunikasi Matematik siswa(Y)
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Tes ini dilakukan peneliti sebagai alat untuk mengukur kemampuan
komunikasi
matematik
siswa.
Instrumen
tes
kemampuan
komunikasi
matematik
dikembangkan dari materi atau bahan ajar pada pokok bahasan segi empat. Indikator yang
digunakan pada penelitian ini adalah indikator komunikasi matematik yaitu: Written Text,
Drawing, dan Mathematical Expression.
2. Angket
adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab
secara tertulis pula oleh responden. Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seorang siswa. Indikator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah indikator kecerdasan emosional yaitu : Kesadaran diri, pengaturan diri,
turut merasakan (empati), dan keterampilan sosial.37 Dan berdasarkan bentuknya, angket
yang digunakan dengan rating-scale atau biasanya menggunakan bentuk skala likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena social.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran,
dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. 38 Instrumen dalam
penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi matematik dan angket kcerdasan emosional
siswa yang akan dijawab oleh 70 orang siswa yang menjadi sampel penelitian.
a. Instrumen tes Kemampuan Komunikasi Matematik
37 Hamzah B. Uno, M.pd.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran....., hal. 94
38 Ibid, hal. 76
30
Indikator
Komunikasi
Materi
Menyatakan
gambar
ke Menghitung luas, keliling
dalam
ide
matematika persegi & persegi panjang
(Written Text)
Menyatakan ide-ide
matematika dalam bentuk
gambar (Drawing)
C3
Nomor
Soal
Jumlah
1,2&3
4&5
31
39
maka kemudian membuat item item pertanyaan disertai dengan alternatif jawaban yang
kemudian disusun sebagai pedoman pengisian angket. Dalam penelitian ini, angket
kecerdasan emosional disusun sebanyak 20 soal dan cara menjawab soal tersebut dengan
memberikan cheklist atau daftar cek pada angket dengan alternatif jawaban untuk soal positif,
selalu diberikan point 5, sering diberikan point 4, kadang kadang diberikan point 3, jarang
diberikan point 2, dan tidak pernah diberikan point 1. Sedangkan untuk soal negatif, selalu
diberikan point 1, sering diberikan point 2, kadang kadang diberikan point 3, jarang
diberikan point 4, dan tidak pernah diberikan point 5.40
Positif
5
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
5
No
No angket
Jumlah
Kesadaran Diri
1,2,3
4 dan 5
Pengaturan Diri
6,7,8
9 dan 10
11,12,13
14 dan 15
Keterampilan sosial
16,17,18
19 dan 20
Jumlah
20
33
Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi
yang sebenarnya. Untuk menghitung validitas digunakan rumus Pearson Product Moment41,
n ( XY ) ( X )( Y )
rxy
{n X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 }
Keterangan:
rxy
X
Y
N
Jika rhitung > rtabel berarti valid, sebaliknya jika rhitung < rtabel berarti tidak valid. Sementara
itu interprestasi besarnya koefesien validitas sebagai berikut:
Interprestasi
0,80<r xy 1,00
Sangat tinggi
0,60<r xy 0,80
Tinggi
0,40<r xy 0,60
Cukup
0,20<r xy 0,40
Rendah
41 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, (bandung : Alfabeta, Cet
ke-6, 2010). Hal. 98
34
0,00<r xy 0,20
Sangat rendah
r xy 0,00
Tidak valid
r hitung
r tabel
1
2
3
4
5
6
3,567
1,153
6,831
3,634
2,176
1,699
0,306
0,306
0,306
0,306
0,306
0,306
b. Reliable Instrumen
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan
memberikan hasil yang relative sama dengan siswa yang sama pula. 42 Untuk
mengetahui reliabilitas instrumen peneliti menggunakan rumus alpha43, yaitu :
42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, bandung: remaja Rosdakarya, 1989,
hal.149
43 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru .....Hal. 115
35
( )(
r 11 =
s
n
1 2 i
n1
st
Keterangan :
K
St
Jika r11 > rtabel berarti reliabel, sebaliknya jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel, tolak ukur
untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford dalam
Suherman sebagai berikut:44
Tabel 3.6 Interprestasi Koefisien Reliabilitas Instrumen
Kriteria
r 11 <
0, 20
Interpretasi
Sangat rendah
0, 20
r 11 <0,40
Rendah
0,40
r 11 <0,70
Sedang
0,70
r 11 <0,90
Tinggi
0,90
r 11
Sangat tinggi
1,00
c. Taraf kesukaran
Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.
Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus:45
P
B
JS
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B
JS
Interpretasi
Terlalu Sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Terlalu Mudah
45 Suharsimi Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Hal. 207
46 Ibid, hal. 208
47 Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:JICA UPI.Hal 170
37
No
1
2
3
4
5
6
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang (berkemampuan rendah).48
Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:
B A BB
JA JB
Keterangan:
D
: Indeks diskriminsi
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA
JB
49
38
Interpretasi
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
Nomor Item
1
2
3
4
5
6
Daya Pembeda
0,26
0,46
0,13
0,40
0,42
0,67
Keterangan
Cukup
Baik
Jelek
Baik
Baik
Baik
39
f. Konsultasi dengan pihak sekolah dalam hal ini yaitu Kepala MTsN Langsa dan guru mata
pelajaran matematika.
g. Menentukan sampel penelitian yang akan dilibatkan pada penelitian yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan penelitian
Kegiatan pelaksanaan penelitian antara lain :
a. Melaksanakan penelitian
b. Melakukan uji coba (validasi konstruct).
c. Menghitung validitas dan reabilitas instrument.
d. Memberikan pretes, pretes dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai, pretes yang
diujikan pada masing-masing kelas adalah materi tes yang telah disusun sesuai dengan
penyusunan persiapan pembelajaran segi empat
e. Menyebarkan angket kepada responden
f. Melaksanakan postes, setelah selesai mengadakan pembelajaran diadakan postes, hasil tes
merupakan data yang akan diolah untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematikyang telah ditempuh oleh siswa
g. Menganalisis data yang terkumpul, data penelitian yang telah terkumpul kemudian
dianalisis, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional
dengan komunikasi matematik siswa.
3. Membuat kesimpulan laporan akhir penelitian
40
Langsa, akan dianalisis dengan menghitung rata rata serta simpangan baku. Adapun rumus
nilai rata rata dan simpangan baku untuk variabel X adalah sebagai berikut:
M = x
n
SD =
, dan
( xM )
n1
Keterangan:
M : Mean (rata rata) hasil jawaban angket dan tes
X : Hasil jawaban angket
N : Jumlah responden
SD : Standar Deviasi
Untuk mencari nilai rata rata dan simpangan baku untuk variabel Y adalah sebagai
berikut:
M = y
n
SD =
, dan
( yM )
n1
Keterangan:
M : Mean (rata rata) hasil jawaban tes
Y : Hasil jawaban tes
N : Jumlah responden
SD : Standar Deviasi
41
Selanjutnya untuk mengetahui kriteria tingkat kecerdasan emosional pada angket dan
tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa digunakan kriteria yang dikemukakan oleh
M. Manullang sebagai berikut :50
Rentang Norma
X > M + 1,5 SD
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD
M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
4
5
Rendah
Sangat Rendah
42
S=
n ( f . X i ) ( f . Xi )
n (n1)
jkreg (a) =
( Y ) 2
n
XY ( X )( Y )
n
jkreg [b|a] = b.
jkres =
JK Re g [b a ] JK Re g [ a ]
Langkah 5: Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (rjkreg [a]) dengan rumus:
rjk reg[a] = jkreg[a]
Langkah 6: Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (rjkreg [b|a] dengan rumus:
rjk reg[b|a] = jkreg[b|a]
Langkah 7: Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (jkres) dengan rumus:
45
rjk res =
JK Re s
n2
RJK Re g ( b a )
RJK Re s
fhitung =
Langkah 9: Menentukan keputusan pengujian
Jika fhitung f tabel, maka tolak ho artinya signifikan dan
Jika fhitung f tabel, terima ho artinya tidak signifikan
dengan taraf signifikan : a = 0,01 atau a = 0,05
Langkah 10 : Mencari nilai f tabel menggunakan tabel f dengan rumus:
f tabel = f {1-) (dk reg [b|a], (dk res)}
Langkah 11: Membandingkan fhitung dengan ftabel
Tabel 3.12 Ringkasan Anava Variabel X dan Y untuk Uji Linearitas
Sumber
Variansi (SV)
Derajat
Jumlah
kebebasa
Kuadrat
n (dk)
(JK)
Rata-rata
Jumlah
Kuadrat
FHitung
FTabel
(RJK)
Total
Y2
Signifika
Regresi (a)
JKReg (a)
RJKReg (a)
Regresi (b|a)
JKReg (b|a)
RJKReg (b|a)
n
Linear
Keterangan:
Residu
n-2
JKRes
RJKRes
Perbandingan FHitung
Tuna Cocok
k-2
JKTC
RJKTC
dengan FTabel
Kesalahan
n-k
JKE
RJKE
Signifikan dan
Linearitas
(Error)
46
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini
bertujuan (1) Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa.
(2) Untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN
Langsa. (3) Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kemampuan
komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di MTsN langsa pada tanggal 9 Februari 2015. Data dalam penelitian
ini diperoleh peneliti melalui beberapa metode, yaitu metode tes, dan metode angket. Untuk
mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa, peneliti menggunakan metode angket.
Metode tes digunakan peneliti untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik
siswa di kelas VII1 VII7 MTsN Langsa. adapun data atau nilai yang diperoleh
47
dari pemberian tes dan angket tentang kedua variabel tersebut terdapat
pada lampiran 5.
1. Deskripsi data
Setelah data dari setiap variabel terkumpul, selanjutnya digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian. Berikut ini uraian mengenai data yang diperoleh:
a. Data Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa
Untuk melihat tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa
menggunakan perhitungan rentang norma yang dikemukakan oleh M. Manullang.54
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 14) diperoleh rata rata = 73,5, dan standar deviasi
= 5,096, berdasarkan nilai tersebut maka dapat dibuat lima kriteria tingkat kecerdasan
emosional siswa yang hasilnya adalah sesuai tabel berikut:
Tabel 4.1
Data tingkat Kecerdasan Emosional Siswa MTsN Langsa
No
Rentang Norma
1
2
3
4
5
X > M + 1,5 SD
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD
M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD
M - 1,5 SD < X < M - 1,5 SD
X < M - 1,5 SD
Rentang Skor
Jlh
> 81,14
3 org
76,05 81,14 22 org
70,95 76,05 31 org
65,86 70,95 11 org
< 65,86
3 org
Persen
tase
Kriteria
4%
31%
45%
16%
4%
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 3 orang (4%) siswa yang sangat
tinggi skor tingkat kecerdasan emosional, terdapat 22 orang (31%) siswa yang tinggi skor
tingkat kecerdasan emosional, terdapat 31 orang (45%) siswa yang cukup tinggi skor tingkat
kecerdasan emosional, terdapat 11 orang (16%) siswa yang rendah skor tingkat kecerdasan
emosional, dan terdapat 3 orang (4%) siswa yang sangat rendah skor tingkat kecerdasan
emosionalnya. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kecerdasan emosional
siswa kelas VII MTsN Langsa termasuk cukup tinggi.
54 M. Manullang, Penelitian Hasil Belajar, (Medan: IKIP Medan, 1996) hal. 45
48
Tabel 4.2
Data Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa MTsN Langsa
No
Rentang Norma
1
2
3
4
5
X > M + 1,5 SD
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD
M - 0,5 SD < X < M + 0,5 SD
M - 1,5 SD < X < M - 1,5 SD
X < M - 1,5 SD
Rentang Skor
Jlh
> 94,44
5 org
87,05 94,44 17 org
79,66 87,05 32 org
72,27 79,66 9 org
< 72,27
7 org
Persen
tase
Kriteria
7%
24%
46%
13%
10%
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 5 orang (7%) siswa yang sangat
tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 17 orang (24%) siswa yang
sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 32 orang (46%) siswa
yang sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 9 orang (13%)
siswa yang sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, terdapat 7 orang
(10%) siswa yang sangat tinggi skor tingkat kemampuan komunikasi matematik, Namun
secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas
VII MTsN Langsa termasuk cukup tinggi.
55 Ibid, hal. 45
49
c. Rekapitulasi
1.
Sangat Tinggi
2.
Tinggi
3.
Cukup Tinggi
4.
Rendah
5.
Sangat Rendah
Jumlah
d.
Analisis Data
50
Frekuensi
2 orang
1 orang
3 orang
11 orang
8 orang
5 orang
22 orang
4 orang
2 orang
5 orang
4 orang
3 orang
70 orang
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis regresi linear sederhana.
Namun sebelum itu terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data sebagai berikut:
1) Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data kecerdasan emosional (variabel X) dan data kemampuan
komunikasi matematik (variabel Y) diuji dengan menggunakan metode Chi-Kuadrat. 56 Dalam
penelitian ini pengujian normalitas digunakan sebagai syarat untuk melakukan uji regresi.
Secara ringkas hasil perhitungan normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Data
Analisis
Data Variabel X
Data Variabel Y
2 Hitung
1,96
9,70
2 Tabel
12,592
12,952
Keterangan
Data berdistribusi normal
Data berdistribusi normal
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada taraf signifikan = 0,05 diperoleh X 2hitung
< X2tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data variabel X (kecerdasan emosional) dan
data pada variabel Y (komunikasi matematik) berdistribusi normal (Lampiran 16 dan 17).
2) Uji Linearitas Regresi
Uji linearitas regresi digunakan untuk menguji apakah persamaan regresi
tersebut benar benar berpola linear atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan pada
( lampiran 19), diperoleh bahwa persamaan regresi : Y = 44,764+ 0,52(X), dapat
dilihat pada( lampiran 18), berikut ditampilkan ringkasan ANAVA variabel X dan Y:
Sumber
Variansi (SV)
Total
Regresi (a)
Derajat
Jumlah
kebebasa
Kuadrat
n (dk)
(JK)
70
486526
482562,06
Rata-rata
Jumlah
FHitung
Kuadrat
(RJK)
482562,06
Sig
= 29,014
Linear = 0,39
FTabel
2,31
3
1,77
56 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula, (bandung :
Alfabeta, Cet ke-6, 2010).Hal. 121
51
Regresi (b|a)
1185,5116
1185,5116
Keterangan:
Residu
68
2778,43
40,859265
Tuna Cocok
18
340,523
18,917944
Linearitas ,ternyata:
Kesalahan
50
2437,907
48,75814
0,39
(Error)
Ftabel =1,77
Langkah 15: Membandingkan FHitung dengan FTabel
Ternyata FHitung < FTabel atau 0,39 < 1,77 , maka data berpola linear
E. Uji hipotesis
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan linear, kemudian dicari nilai regresi
nya untuk mengetahui pengaruh antara variabel X dan variabel Y dan untuk membuktikan
52
diterima dan ditolaknya hipotesis yang diajukuan maka digunakan analisis regresi sederhana.
Dalam menganlisisnya penulis menggunakan variabel X untuk nilai angket kecerdasan
emosional dan variabel Y untuk nilai tes komunikasi matematik siswa kelas VII tahun
pelajaran 2014/2015 di MTsN Langsa. Hasil regresi antara variabel X dan variabel Y dapat
dilihat pada (lampiran 19),berdasarkan pada (lampiran 19) diperoleh:
Fhitung = 29,01, Ftabel = 2,313.
Dalam kriteria pengujian hipotesis adalah:
Jika Fhitung Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan
Fhitung Ftabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan
Dari perolehan tersebut, ternyata Fhitung > Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan. Karena Fhitung
> Ftabel maka tolak Ho dan terima Ha. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan
antara kecerdasan emosional siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.
C. Pembahasan
Berdasarkan data yang telah diperiksa dan di analisa, maka dapat dinyatakan bahwa
seluruh data berdistribusi normal dan linear, yaitu nilai angket kecerdasan emosional dan juga
nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.
Dari kedua variabel yang diteliti, keduanya menunjukkan nilai chi square hitung lebih
rendah dibandingkan nilai chi square tabel dan F hitung yang lebih rendah dibandingkan Ftabel.
53
Dengan demikian penelitian ini telah memenuhi syarat normalitas dan linearitas untuk
penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan data yang telah dianalisis pada lampiran 19 diketahui pula bahwa nilai
koefisien regresi kecerdasan emosional dan tes komunikasi matematik F hitung sebesar 29,014
dan Ftabel sebesar 2,313, dari uji statistik didapatkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari Ftabel.
Hal ini mengindikasikan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kecerdasan
emosional terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa.
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki tugas untuk melaksanakan
pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur
berdasarkan kualitas sumber daya manusia yang ada didalamnya. Oleh karena itu seorang
siswa harus memiliki kecerdasan emosional dan komunikasi matematik yang tinggi agar
dapat meningkatkan kualitas bangsa, karena untuk mencapai suatu keberhasilan tidak hanya
diperlukan IQ yang tinggi, kecerdasan emosional dan komunikasi matematik siswa juga ikut
berperan sesuai dengan pendapat Daniel Golema kecerdasan intelektual (IQ), menyumbang
hanya sekitar 20%, sedangkan sisanya 80% ditentukan oleh serumpun faktor kekuatan
kekuatan lain, diantaranya kecerdasan emosional atau Emotional Quatient (EQ) .
Siswa, guru, dan orang tua dapat terus memperbaiki faktor faktor yang dapat
meningkatkan seseorang siswa mampu memandang dirinya secara positif serta dapat
mengontrol emosinya dengan baik, sehingga proses belajarpun berjalan lancar. Pokok
permasalahan dari rendahnya kecerdasan emosional dan komunikasi siswa adalah pola asuh
orang tua dalam menanamkan pengajaran agama yang baik dalam keluarga seperti
kepribadian yang dimiliki oleh Rasulullah, interaksi yang kurang baik dalam keluarga
sehingga mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh pergaulan yang mempengaruhi
kepribadian emosionalnya.
Tugas seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada siswa,
mereka juga mempunyai kewajiban untuk mendidik siswa menjadi siswa yang memiliki
sikap dan kepribadian yang baik, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, karena
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian dilakukan di MTsN langsa pada tanggal 9 Februari 2014-2015.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari Bab IV, diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII MTsN Langsa dengan skor rata-rata
sebesar 73,5 termasuk kategori cukup tinggi.
b. Tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VII MTsN Langsa dengan
skor rata-rata sebesar 83,36 termasuk kategori cukup tinggi.
55
c.
B. Saran saran
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk beberapa pihak, diantaranya:
1. Pihak sekolah , agar lebih memperhatikan siswa agar tidak hanya memberikan ilmu,
melainkan juga membimbing, mengingatkan serta menanamkan sifat kepribadian
yang baik kedalam diri siswa agar tidak hanya memiliki IQ yang tinggi, mereka juga
memiliki sikap dan kepribadian yang baik, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME
2. Pihak guru, diharapkan untuk menanamkan hal hal yang positif yang dapat
membuat sisiwa memandang dirinya secara positif sehingga mereka dapat
menggunakan kemampuan mereka dengan baik dan membimbing mereka agara dapat
menyampaikan ide atau gagasannya secara baik, mempunyai keyakinan dalam hidup
serta tidak mudah putus asa apabila mereka mengalami kegagalan.
3. Pihak orang tua, diharapkan dapat menanamkan pengajaran agama dan pengetahuan
yang baik seperti kepribadian yang dimiliki oleh Rasulullah.
56
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Fenelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
A. Efendi, Revolusi Kecerdasan EI, SQ, AQ, dan succesful Intel-ligence atas IQ. 2005
(Bandung: Alfabeta)
B. Uswah Wardiana. 2004. Psikologi Umum, (Jakarta: PT Bina Ilmu)
Bansu Irianto Ansari. , 2009 . Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi), Yayasan Pena
Banda Aceh
Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional). 1996. terj. T.hermaya,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Eman Suherman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika Turmudi. (Bandung:JICA)
M. Manullang. 1996. Penelitian Hasil Belajar. (Medan: IKIP Medan)
Hamzah B. Uno. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
57
Isaken, Scott G,. 2012. On the Conceptual Foundation of Creative Problem Solving : A
Response to Magyari-Beck, Journal Creatifity and Innovation Management
(http://personal.stevens.edu/~ysakamot/creativity/creative%20problem-solving.pdf)
Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal MIPA UNHALU
Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Krativitas Anak Berbakat. Bandung : Rineka Cipta
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia Indonesia)
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula.
Bandung : Alfabeta
Shaddiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
S. Margono. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta)
Utari.
S.
(2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung
Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah
pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo, Gorontalo
58
59
60
61
Tes
Kemampuan komunikasi Matematis
Satuan Pendidikan
Nama Sekolah
Nama Siswa
Kelas
Semester
Tahun Pelajaran
Mata Pelajaran
:
:
:
:
:
:
:
............................................
.............................................
VII (Tujuh)
I I(Dua)
2014/2015
Matematika
A. Petunjuk:
Di bawah ini terdapat beberapa tugas yang harus dikerjakan, kegiatan
yang harus dilakukan pada setiap bagian tugas itu adalah:
1.
2.
3.
teliti
setiap
permasalahan,
kemudian
mulailah
menyelesaikannya.
4.
Lembar soal ini harus tetap bersih dan diserahkan kembali kepada
guru
5.
Selamat bekerja!
Soal
1.
62
Ibu Ani memasang renda pada taplak meja yang berbentuk persegi. Jika panjang sisi
sisinya adalah 80 cm dan harga renda 1 m adalah Rp 3000. Berapakah keliling dan luas
taplak mejatersebut?
3.
Pak Ali mempunyai sebidang kebun pisang
berbentuk persegi panjang dengan panjang
30 m dan lebar 20 m. Ia ingin membuat
pagar dari kawat . Berapakah panjang
kawat yang diperlukan pak Ali untuk
membuat pagar dan berapakah luas kebun pisang ?
4. Pak Anton berencana akan membeli pekarangan tanah. Di salah satu daerah, per meter
persegi tanah dijual Rp 1.000.000,00. Dan pada daerah tersebut Pak Anton tertarik pada salah
63
satu tanah yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran (8 12) m2. Berapa rupiahkah
yang harus disediakan Pak Anton untuk membeli tanah tersebut?
5. Sebuah jajar genjang diketahui memiliki luas 350 cm2. Apabila panjang alas dari
jajargenjang tersebut adalah 7x dan tingginya adalah 5x, maka tentukanlah nilai x, panjang
alas, serta tinggi dari jajar genjang tersebut.
6.
Jika Di ketahui alasnya a = 5 cm dan tinggi t = 4 cm dan panjang sisi AD adalah 5 cm
Hitunglah!
a. Luas Jajar Genjang
b. Keliling Jajar Genjang
Lampiran 4
INSTRUMEN PENELITIAN
No Soal
Jawaban
64
Skor
1.
a.
Diketahui : panjang 15 m
lebar 6m
Ditanya : berapakah luas dan keliling denah
lapangan sepak bola?
b.
Luas denah lapangan sepak bola
= p xl
a. Tuliskan
informasi yang
kamu peroleh
dari gambar di
atas!
b. Tentukan
keliling dan
luas denah
lapangan sepak
bola
berdasarkan
informasi yang
diketahui pada
gambar di atas?
2.
3.
= 15 m x 6 m
= 90 m2
Jadi luas denah lapangan sepak bola adalah
90m2
Keliling denah = 2p + 2l
= 2(15) + 2(6)
= 30+ 12
= 42 m
Jadi keliling denah lapangan sepak bola Ali=
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
42 m
Dik : s = 80 cm
Dit : berapakah renda yang diperlukan oleh buk
Ani?
K = 4s
= 4 x 80 cm
= 320 cm.
Maka, renda yang diperlukan oleh Ibu Ani adalah
320 cm.
65
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4.
5.
6.
Jika
Di
ketahui
alasnya a = 5 cm dan
tinggi t = 4 cm dan
panjang sisi AD
adalah
5
cm
Hitunglah!
a. Luas Jajar Genjang
b. Keliling Jajar
Genjang
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
65
66
Lampiran 5
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
responden 1
responden 2
responden 3
responden 4
responden 5
responden 6
responden 7
responden 8
responden 9
responden
10
responden
11
responden
12
responden
13
responden
14
responden
15
responden
16
responden
17
responden
18
responden
19
responden
20
responden
21
responden
22
responden
23
responden
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Skor
Variabel
X
68
67
76
76
75
80
71
75
71
Kriteria
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Cukup tinggi
Cukup tinggi
Cukup tinggi
75
Nilai
Variabel
Y
69
68
79
91
81
92
75
91
93
Sangat rendah
Sangat rendah
Cukup tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
87
Cukup tinggi
75
Tinggi
87
Tinggi
77
Tinggi
90
Rendah
69
Rendah
78
Tinggi
76
Cukup tinggi
82
Tinggi
79
Tinggi
87
Tinggi
77
Tinggi
88
Tinggi
79
Tinggi
90
Cukup tinggi
74
Cukup tinggi
82
Sangat rendah
64
Sangat rendah
66
Cukup tinggi
73
Cukup tinggi
84
Cukup tinggi
74
Cukup tinggi
80
Cukup tinggi
72
Cukup tinggi
81
Tinggi
80
72
Kriteria
Cukup tinggi
67
Cukup tinggi
85
80
Cukup tinggi
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
24
responden
25
responden
26
responden
27
responden
28
responden
29
responden
30
responden
31
responden
32
responden
33
responden
34
responden
35
responden
36
responden
37
responden
38
responden
39
responden
40
responden
41
responden
42
responden
43
responden
44
responden
45
responden
46
responden
Rendah
68
Cukup tinggi
81
Tinggi
80
Sangat tinggi
95
Cukup tinggi
70
Cukup tinggi
81
Rendah
65
Sangat rendah
68
Cukup tinggi
71
Cukup tinggi
82
Cukup tinggi
71
Cukup tinggi
83
Sangat tinggi
84
Sangat tinggi
96
Tinggi
79
Tinggi
88
Cukup tinggi
70
Cukup tinggi
82
Cukup Tinggi
75
Cukup tinggi
86
Tinggi
77
Tinggi
90
Sangat rendah
60
Sangat rendah
66
Tinggi
78
Tinggi
89
Cukup tinggi
71
Cukup tinggi
84
Tinggi
79
Cukup tinggi
86
Tinggi
77
Tinggi
88
Rendah
67
Sangat rendah
71
Cukup tinggi
70
Rendah
74
Cukup tinggi
70
Cukup tinggi
83
Rendah
68
Rendah
73
Cukup tinggi
74
Tinggi
91
Cukup tinggi
71
73
Cukup tinggi
68
Rendah
77
77
Rendah
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
47
responden
48
responden
49
responden
50
responden
51
responden
52
responden
53
responden
54
responden
55
responden
56
responden
57
responden
58
responden
59
responden
60
responden
61
responden
62
responden
63
responden
64
responden
65
responden
66
responden
67
responden
68
responden
69
responden
Tinggi
80
Sangat tinggi
95
Tinggi
80
Sangat tinggi
95
Sangat rendah
64
Sangat rendah
66
Tinggi
77
Cukup tinggi
86
Cukup tinggi
74
Cukup tinggi
81
Cukup tinggi
71
Cukup tinggi
82
Tinggi
77
Tinggi
88
Cukup tinggi
75
Cukup tinggi
86
Rendah
69
Rendah
76
Cukup tinggi
73
Cukup tinggi
82
Rendah
69
Rendah
76
Sangat tinggi
87
Sangat tinggi
99
Tinggi
78
Cukup tinggi
86
Cukup tinggi
75
Cukup tinggi
84
Tinggi
76
Cukup tinggi
83
Cukup tinggi
72
Cukup tinggi
82
Sangat tinggi
83
Tinggi
94
Cukup tinggi
71
Cukup tinggi
83
Rendah
68
Cukup tinggi
80
Cukup tinggi
71
Cukup tinggi
85
Rendah
67
Rendah
76
Cukup tinggi
73
78
Tinggi
69
Cukup tinggi
84
86
Cukup tinggi
70
70
71
72