BAB I
PENDAHULUAN
keseluruhan jumlah akseptor KB, keikutsertaan pria hanya 2,22%, sementara 78% adalah
akseptor perempuan.
Kontrasepsi suntikan merupakan salah satu metode kontrasepsi yang banyak digunakan.
Kontrasepsi hormonal jenis suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya
yang efektif, pemakaiannya yang praktis, aman, dan harganya relatif murah (Anggraeni,
2012).
Menurut BKKBN tahun 2013, jumlah akseptor KB suntik di Indonesia mencapai
1.707.615 akseptor. Di Jawa timur jumlah akseptor KB suntik mencapai 256.883 akseptor. Di
Kabupaten Jombang jumlah akseptor KB suntik mencapai 113.878 akseptor, dan terendah di
Kecamatan Plandaan yaitu 2.298 akseptor.
Tabel 1.1 Cakupan KB Suntik di wilayah kerja Puskesmas Plandaan periode Desember 2013-Maret
2014.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Desa
Karang Mojo
Jati Mlerek
Gebang Bunder
Kampung baru
Plabuhan
Plandaan
Bangsri
Pojok Klitih
Puri Semanding
Darurejo
Tondo Wulan
Sumberjo
Jipo Rapah
Jumlah
362
270
270
255
307
231
284
296
467
591
400
306
217
Prosentase
71,97%
83,08%
83,85%
70,44%
69,46%
55,54%
76,55%
74,37%
73,66%
76,95%
71,94%
74,82%
69,33%
Target
372
230
224
250
326
473
279
290
472
600
418
303
238
dukungan suami yang meliputi: memilih kontrasepsi yang cocok, membantu istri dalam
menggunakan kontrasepsi secara benar, mengantar isteri ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk kontrol atau rujukan, mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini
tidak memuaskan, membantu menghitung waktu subur, menggunakan kontrasepsi bila
kesehatan isteri tidak memungkinkan. Didapatkan hasil: 40% suami yang dukungannya
positif, dan 60% suami yang dukungannya negatif.
Rendahnya dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain akses laki-laki terhadap informasi dan pelayanan KB masih
sangat terbatas, masih sedikitnya laki-laki yang mengetahui manfaat KB bagi diri dan
keluarganya, dan laki-laki masih menganggap bahwa pemilihan alat kontrasepsi adalah
tanggung jawab perempuan semata (Faridah, 2008). Rendahnya dukungan suami dalam
pemilihan alat kontrasepsi menimbulkan pasangan tidak saling berkomunikasi mengenai
keluarga berencana, sehingga pihak wanitalah yang seringkali harus memperoleh dan
menggunakan alat kontrasepsi bila ia ingin mengontrol kesuburannya (Brahm, 2007).
Salah satu upaya untuk meningkatkan dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi
yaitu dengan cara memberikan pelayanan keperawatan maternitas melalui konseling
kontrasepsi, memberikan informasi yang lengkap tentang metode kontrasepsi, dan
memotivasi klien untuk memakai dan memilih metode kontrasepsi dengan mengikutsertakan
dukungan suami dalam memilih metode kontrasepsi yang sesuai (Faridah, 2008).
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Gambaran dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik di Desa Plandaan
Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas bahwa dukungan suami kepada istri dalam pemilihan
alat kontrasepsi KB suntik masih rendah. Serta masih terdapat suami yang dukungannya
negatif sebanyak 60%.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian pada Dukungan Suami Dalam
Pemilihan Alat Kontrasepsi KB Suntik di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten
Jombang Periode 4 bulan terakhir (Desember 2013 Maret 2014).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
Bagaimana gambaran dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik di Desa
Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang?
1.5 Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik di
Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang Tahun 2014.
Teoritis
Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan rujukan dan bacaan di perpustakaan sehingga diharapkan dapat menambah
sumber-sumber referensi teori-teori tentang gambaran dukungan suami dalam pemilihan alat
kontrasepsi KB suntik.
b. Bagi peneliti
Dapat dijadikan sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian serta dapat
mengaplikasikan teori yang diperoleh dari kampus dengan yang ada di masyarakat.
c.
1.6.2
a.
Praktis
Bagi Responden
Sebagai masukan pada suami bahwa dukungan kepada istri berpengaruh pada pemilihan alat
kontrasepsi yang tepat dan sesuai.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi masyarakat sehingga
menambah informasi tentang manfaat dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB
suntik di masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
adalah suatu
keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya,
sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
mencintainya.
Menurut Sarason (1983), McCuen (1993), dan Pender at al (2002) dalam Aryani
(2012), menyatakan bahwa dukungan adalah bantuan, kepedulian, atau kesediaan seseorang
yang diberikan kepada orang lain. Bantuan tersebut dapat berupa bantuan fisik atau
psikologis seperti perasaan dicintai, dihargai atau diterima.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
Menurut Aryani (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan yaitu:
a.
Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada aspek-aspek lain dalam
interaksi sosial, semakin intim seseorang maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar.
b. Harga diri
Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain merupakan suatu bentuk
penurunan harga diri karena dengan menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu
yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.
c. Ketrampilan sosial
Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki ketrampilan sosial yang tinggi, sehingga
akan memiliki jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan individu yang memiliki jaringan
individu yang kurang luas memiliki ketrampilan sosial rendah.
2.1.3 Aspek-aspek Dukungan
Menurut Setiadi (2008), berpendapat bahwa ada empat aspek dukungan sosial yaitu:
a) Emosional
Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang lain
sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang lain tersebut mampu
memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya.
b) Instrumental
Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain sebagai
contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk
didalamnya memberikan peluang waktu.
c) Informatif
Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah pribadi. Aspek informatif ini
terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh
individu yang bersangkutan.
d) Penilaian
Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial,
dan afirmasi.
2.1.4 Sumber-sumber Dukungan
Menurut Aryani (2012), sumber-sumber dukungan sosial yaitu:
a.
Suami
Menurut Wirawan (1991) dalam Aryani (2012), hubungan perkawinan merupakan hubungan
akrab yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan sama, saling membagi perasaan, saling
Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau
tidak dan metode apa yang akan dipakai.
b. Peran suami sebagai edukator
Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam
memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi isteri. Peran seperti ikut pada saat
konsultasi pada tenaga kesehatan saat isteri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan
isteri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan isteri hal yang tidak boleh
dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi isteri saat
akan atau telah memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantunya
dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya
urusan wanita (isteri) saja.
c. Peran suami sebagai fasilitator
Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi
semua kebutuhan isteri saat akan memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini
dapat terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi isteri memasang alat
kontrasepsi, dan membantu isteri menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang
sesuai.
2.2.3 Bentuk Dukungan Suami
Menurut BKKBN (2007) dalam Faridah (2008), bentuk dukungan suami terhadap isteri
dalam menggunakan alat kontrasepsi meliputi:
1.
Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi sesuai dengan keinginan dan kondisi
isterinya. misalnya isteri ingin memakai kontrasepsi KB pil tetapi suami menyarankan untuk
memakai kontrasepsi yang lain karena suami takut ASI isterinya tidak lancar karena isterinya
paska melahirkan.
2. Membantu isterinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan saat
minum pil KB dan mengingatkan isteri untuk kontrol, membantu mencari pertolongan bila
terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.
3. Mengantar isteri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan. Misalnya isteri
sudah waktunya kontrol KB dan suami siap mengantar isteri ke bidan terdekat atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
4. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak memuaskan,
misalnya suami menyarankan isteri untuk memakai kontrasepsi yang lain karena istrinya
sering mengalami efek samping saat memakai kontrasepsi yang digunakan sekarang.
5. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang berkala.
6. Menggunakan kontrasepsi bila kesehatan isteri tidak memungkinkan. Misalnya suami
bersedia dilakukan vasektomi karena kondisi isteri yang tidak memungkinkan dilakukan
tubektomi.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi
1. Umur
Menurut Haditono (2001) dalam Faridah (2008) bahwa pada masa usia dewasa unsur
kemauan dan hati nurani memegang peranan besar yang berkenaan dengan kemampuan
untuk memilih metode kontrasepsi. Dan pada masa dewasa seseorang sudah bisa menentukan
pilihan metode kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya.
2. Tingkat pendidikan
Menurut Agustina (2000) dalam Faridah (2008) bahwa pendidikan mengajarkan seseorang
aneka macam kemampuan antara lain menguasai ilmu pengetahuan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin mudah menerima dan mengembangkan pengetahuan dan
teknologi. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi semakin mudah untuk
memahami informasi tentang berbagai macam metode kontrasepsi yang akan dipilih.
3. Pekerjaan
Menurut Faridah (2008) bahwa seseorang yang bekerja dapat mempengaruhi sosial ekonomi
keluarganya. Dan sosial ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang.
Dengan sosial ekonomi yang cukup akan lebih memiliki kesadaran tentang pentingnya
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dibandingkan sosial ekonomi rendah, maka
dengan sosial ekonomi yang cukup seseorang dapat menyiapkan biaya untuk kebutuhan
penggunaan kontrasepsi.
2.3 Konsep Kontrasepsi
2.3.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2005).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun
menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tenpa menggunakan alat, secara mekanis,
menggunakan obat atau alat, atau dengan operasi (mansjoer, 2008).
2.3.2 Pantang Berkala
1. Mekanisme Kerja
Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri.
Untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan, yaitu ovulasi terjadi kurang lebih 14
hari sebelum haid yang akan datang, sperma dapat hidup dan membuahi dalam 4 jam setelah
ejakulasi, ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Jadi, jika konsepsi ingin dicegah, koitus
harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3 hari (72 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi,
dan 24 jam sesudah ovulasi terjadi (Prawirohardjo, 2005).
Tampaknya cara ini mudah dilaksanakan, tetapi dalam prakteknya sukar untuk
menentukan saat ovulasi dengan tepat. Hanya sedikit wanita yang mempunyai siklus haid
teratur, lagi pula dapat terjadi variasi, lebih-lebih sesudah persalinan, dan pada tahun-tahun
menjelang menopause (Prawirohardjo, 2005).
2. Cara menentukan masa aman
Mula-mula dicatat lama siklus haid selama 3 bulan terakhir. Tentukan lama siklus
haid terpendek dan terpanjang. Kemudian siklus haid terpendek dikurangi dengan 14 hari,
dan siklus haid terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan
range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang senggama, di luarnya
merupakan masa aman (Prawirohardjo, 2005).
Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal badan. Menelang
ovulasi suhu basal badan akan turun. Kurang lebih 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan
akan naik lagi sampai lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini dapat
digunakan untuk menentukan saat ovulasi. Suhu basal badan dicatat dengan teliti setiap hari.
Suhu basal maksudnya adalah suhu yang diukur di waktu pagi segera sesudah bangun tidur
dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa (Prawirohardjo, 2005).
3. Efek samping
Menurut Prawirohardjo (2005), pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan
frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet vagina sewaktu
senggama.
4. Daya guna
Daya guna teoritis ialah 15 kehamilan per 100 tahun-wanita, daya guna pemakaian
ialah 20-30 kehamilan per 100 tahun-wanita. Daya guna dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pula cara rintangan, misalnya kondom atau obat spermisid disamping pantang
berkala (Prawirohardjo, 2005).
2.3.3 Obat spermatisid
1. Mekanisme kerja
Preparat spermatisid terdiri atas 2 komponen, yaitu bahan kimia yang mematikan
sperma (biasanya nonilfenoksi polietanol, dan medium yang dipakai berupa tablet biasa, krim
atau agar. Tablet biasa atau agar diletakkan dalam vagina, dekat serviks. Gerakan-gerakan
senggama akan menyebarkan busa meliputi serviks, sehingga secara mekanis menutupi
ostium uteri eksternum dan mencegah masuknya sperma ke dalam kanalis servikalis
(Prawirohardjo, 2005).
2. Daya guna
Daya guna teoritis ialah 3 kehamilan per 100 tahun-wanita. Daya guna pemakaian ialah
30 kehamilan per 100 tahun-wanita. Perbedaan yang tinggi ini disebabkan oleh seringnya
teradi kesalahan dalam praktek, misalnya krim atau agar yang dipakai tidak cukup banyak,
pembilasan vagina dalam 6-8 jam sesudah senggama, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2005).
3. Efek samping
Menurut Prawirohardjo (2005), efek sampingnya walaupun jarang, berupa reaksi
alergik. Disamping itu, preparat spermatisid mempunyai rasa tidak enak.
2.3.4 Kondom
Kondom adalah selaput karet yang dipasang pada penis selama hubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintetis tipis, berbentuk silindris, dengan muaranya pinggir tebal,
bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Kondom juga
membantu mencegah penularan Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk AIDS
(Mansjoer, 2008).
1. Mekanisme Kerja
Menurut Prawirohardjo (2005), mekanisme kerja kondom yaitu menghalangi masuknya
sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah.
2. Jenis Kondom
Pada dasarnya ada 2 jenis kondom, kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit
dibuat dari usus domba. Kondom karet lebih elastis, murah, sehingga lebih banyak dipakai
(Prawirohardjo, 2005).
3. Daya guna
Secara teoritis kegagalan kondom hanya terjadi jika kondom tersebut robek oleh karena
kurang hati-hati, pelumas kurang, atau karena tekanan pada waktu ejakulasi. Menurut Tietze
(1960) pada pasangan subur yang melakukan koitus 120 kali per tahun, dan selalu memakai
kondom pada setiap senggama, akan ditemukan 3 kehamilan per 100 tahun-wanita.
Dalam praktek angka ini lebih tinggi, 15-36 kehamilan per 100 tahun-wanita. Hal-hal
yang berpengaruh antara lain pemakaian yang tidak teratur, motivasi, umur paritas, status
sosio-ekonomi, pendidikan, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2005).
4. Keuntungan
Menurut prawirohardjo (2005), beberapa keuntungan kondom ialah murah, mudah
didapat, tidak memerlukan pengawasan, dan mengurangi kemungkinan penularan penyakit
kelamin.
5. Efek samping
Pada seumlah kecil kasus terdapat reaksi alergik terhadap kondom karet
(Prawirohardjo, 2005).
2.3.5 AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Ada berbagai jenis AKDR yang beredar di Indonesia. Secara umum, AKDR tersebut
terdiri dari 3 tipe, yaitu:
a. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja anti karat (The Chinese Ring).
b. Mengandung tembaga, seperti Tcu 380A, TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375), dan
c.
Nova T.
Mengandung hormon steroid, seperti Progestasert (hormon progesteron), dan Levonova
bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii, dan
menginaktifkan sperma. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks
hingga menghalangi pergerakan sperma (Mansjoer, 2008).
2. Daya guna
Daya guna teoritis dan daya guna pemakaian hampir sama ( 1-5 kehamilan per 100
tahun-wanita). Kegagalan lebih rendah pada
yang dikeluhkan oleh akseptor KB berkenaan dengan metode kontrasepsi yang dipakainya,
akhirnya banyak kejadian akseptor KB yang drop out karena belum memahami dengan baik
bagaimana metode kontrasepsi hormonal tersebut (Handayani, 2010).
1. Mekanisme kerja
a. Mekanisme kerja estrogen
Menurut Handayani (2010), mekanisme kerja estrogen yaitu:
1. Menekan ovulasi
Menekan ovulasi pada efek di hipotalamus mengakibatkan supresi pada FSH dan LH kelenjar
hypophyse. Penghambatan tampak tidak adanya estrogen pada pertengahan siklus, tidak
adanya puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus.
2. Mencegah implantasi
Keseimbangan estrogen-progesteron tidak dapat menyebabkan pola endometrium abnormal
sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi. Implantasi dari ovum yang telah dibuahi dapat
dihambat oleh estrogen dosis tinggi (diethylstilbestrol, ethinylestradiol) diberikan
pertengahan siklus pada senggama yang tidak dilindungi ini disebabkan karena terganggunya
perkembangan endometrium.
3. Mempercepat transport gamet/ ovum
Transport gamet/ ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek hormonal pada sekresi dan
peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus.
4. Luteolysis
Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari produksi estrogen dan
progesteron di ovarium.
b. Mekanisme kerja progesteron
1. Menghambat ovulasi
Ovulasi dihambat karena terganggu fungsi proses hipotalamus, hypophyse, ovarium dan
modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus.
2. Menghambat implantasi
1. Implantasi dapat dicegah bila diberikan progesteron pra-ovulasi.
2. Pemberian progesteron, eksogenous (di luar jadwal) dapat mengganggu kadar puncak FSH
dan LH, walaupun terjadi ovulasi produksi progesteron yang berkurang dari corpus luteum
3.
menghambat implantasi.
Pemberian progesteron secara sistemik untuk jangka panjang/ lama menyebabkan
endometrium mengalami istirahat dan atropi.
4. Keuntungan
Menurut Handayani (2010), keuntungan pil oral kombinasi adalah:
a. Tidak mengganggu hubungan seksual.
b. Siklus haid menjadi teratur.
c. Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang.
d. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause.
e. Mudah dihentikan setiap saat.
f. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
g. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, acne, desminorhoe.
5. Kekurangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
7.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
a.
b.
c.
d.
2010).
Kontraindikasi
Absolut
Trombophlebitis, serebro vaskuler.
Jantung iskemik/arteri koroner.
Karsinoma payudara.
Kehamilan.
Tumor hepar, ikterus/hepatitis.
Perdarahan abnormal dari genetalia tanpa sebab.
Neoplasma, hiperlipidemia.
Relatif kuat
Sakit kepala hebat.
Hipertensi.
Diabetes militus.
Penyakit kantong empedu yang aktif.
e.
f.
g.
h.
i.
Progestin
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintetis progesteron
(handayani, 2010).
1.
a.
b.
2.
Jenis
Kemasan dengan isi 35 pil: 300 ig levonorgestrel atau 350 ig noretindron.
Kemasan dengan isi 28 pil: 75 ig norgestrel (Handayani, 2010).
Cara Kerja
Menurut Handayani (2010), cara kerja pil progestin yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
3.
Menghambat ovulasi.
Mencegah implantasi.
Memperlambat transport gamet/ovum.
Luteolysis.
Mengentalkan lendir serviks.
Efektifitas
Sangat efektif 98,5%. Pengguna jangan sampai lupa 1 atau 2 pil, jangan sampai
muntah, diare, karena kemungkinan terjadinya kehamilan sangat besar (Handayani, 2010).
4. Keuntungan
1. Keuntungan kontraseptif
a. Sangat efektif bila digunakan secara benar.
b. Tidak mengganggu hubungan seksual.
c. Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
d. Segera bisa kembali ke kondisi kesuburan bila dihentikan.
e. Tidak mengandung estrogen.
2. Keuntungan non kontraseptif
a. Bisa mengurangi kram haid
b. Bisa mengurangi perdarahan haid.
c. Bisa memperbaiki kondisi anemia.
d. Memberi perlindungan terhadap kanker endometrial.
e. Mengurangi keganasan penyakit payudara.
f. Mengurangi kehamilan ektopik (Handayani, 2010).
5. Kerugian
a. Menyebabkan perubahan dalam pola perdarahan haid.
b. Sedikit pertambahan atau pengurangan berat badan bisa terjadi.
c. Bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terus menerus dan pemakaian setiap hari).
d. Harus dimakan pada waktu yang sama setiap hari.
e. Kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metoda.
f. Pasokan ulang harus selalu tersedia.
g. Berinteraksi dengan obat lain, contoh: obat-obat epilepsi dan tuberculosae (Handayani,
2010).
6. Indikasi
a. Tekanan darah tinggi < 180/110 mmHg, masalah pembekuan darah atau penyakit sel sikel.
b. Dengan nyeri haid tingkat sedang sampai berat.
c. Perokok (semua usia, seberapapun).
d. Yang lebih menyukai tidak atau tidak boleh menggunakan estrogen.
e. Yang menginginkan kontrasepsi progestin-only, tetapi tidak mau injeksi atau susuk.
7. Kontraindikasi
a. Diduga hamil.
b. Perdarahan pervaginam.
c. Menggunakan obat tuberkulosis dan obat epilepsi.
d. Kanker payudara.
e. Miom uterus.
f. Riwayat stroke (Handayani, 2010).
2.3.6.2 Kontrasepsi Suntik
a. Suntikan kombinasi
Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintetis estrogen
dan progesteron (Handayani, 2010).
1.
a.
b.
2.
a.
b.
c.
d.
Jenis
25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol valerat.
50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat.
Mekanisme Kerja
Menekan ovulasi
Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Mempertebal mukus serviks (mencegah penetrasi sperma).
Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi
3.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
4.
(Handayani, 2010).
Keuntungan
Keuntungan secara kontrasepsi
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
Klien tidak perlu menyimpan obat.
Resiko terhadap kesehatan kecil.
Efek samping sangat kecil.
Jangka panjang
Keuntungan secara non kontraseptif
Mengurangi jumlah perdarahan sehingga mengurangi anemia.
Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
Dapat diberikan pada perempuan usia pre menopause.
Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium.
Melindungi klien dari penyakit radang panggul.
Mencegah kehamilan ektopik.
Mengurangi nyeri haid.
Kerugian
a. Perubahan pola haid: tidak teratur, perdarahan bercak, perdarahan sela sampai 10 hari.
b. Awal pemakaian: mual, pusing, nyeri payudara dan keluhan ini akan menghilang setelah
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
b.
mendapatkan suntikan.
Efektifitas turun jika interaksi dengan obat: epilepsi (Phenitoin, Barbiturat) dan rifamfisin.
Dapat terjadi efek samping yang serius, stroke, serangan jantung, thrombosis paru.
Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah berhenti.
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual.
Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Penambahan berat badan (Handayani, 2010).
Indikasi
Anemia.
Haid teratur.
Usia reproduksi.
Nyeri haid hebat.
Memberikan ASI > 6 bulan.
Riwayat kehamilan ektopik.
Pasca persalinan dan tidak menyusui.
Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak.
Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi (Handayani, 2010).
Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil.
Perdarahan pervaginam tak jelas penyebabnya.
Perokok usia > 35 tahun yang merokok.
Riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg).
Riwayat Throboemboli atau Diabetes militus > 20 tahun.
Penyakit hati akut.
Keganasan payudara.
Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.
Suntikan Progestin
Suntik progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron
(Handayani, 2010).
1. Jenis
a. Depo medroxyprogesterone asetat, Depo provera: 150 mg depot-medroxyprogesterone acetat
b.
2.
a.
b.
c.
Membuat endometrium menjadi kurang baik/ layak untuk implantasi dari ovum yang sudah
d.
3.
1.
a.
b.
c.
dibuahi.
Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba falopii (Handayani, 2010).
Keuntungan
Keuntungan secara kontraseptif
Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan)
Cepat efektif (< 24 jam) dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid.
Metoda jangka waktu menengah (Intermediate-term) perlindungan untuk 2 atau 3 bulan per
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2010).
4. Indikasi
1. Wanita dari semua usia subur atau paritas yang:
a. Menginginkan metoda yang efektif dan bisa dikembalikan lagi.
b. Sedang dalam masa nifas dan tidak sedang menyusui.
c. Sedang menyusui (6 minggu atau lebih masa nifas).
d. Pasca aborsi.
e. Perokok (dari semua umur, sebanyak apapun).
f. Tidak peduli dengan perdarahan atau amenorrhea yang tidak teratur.
2. Wanita dari kelompok usia subur atau paritas manapun yang:
a. Mengalami nyeri haid dari yang sedang hingga yang hebat.
b. Makan obat untuk epilepsi atau tuberculosis.
c. Mengalami tekanan darah tinggi atau masalah pembekuan darah.
d. Lebih menyukai untuk tidak atau tidak boleh menggunakan estrogen.
e. Tak bisa mengingat untuk makan pil setiap hari.
f. Lebih menyukai metoda yang tidak berkaitan dengan hubungan seks.
5. Kontraindikasi
a. Sedang hamil (diketahui atau dicurigai).
b. Sedang mengalami perdarahan vaginal tanpa diketahui sebabnya (jika adanya masalah serius
dicurigai).
c. Mengalami kanker payudara (Handayani, 2010).
2.2.6.3
Implan
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet
silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas (Handayani, 2010).
1. Jenis
Menurut Handayani (2010), dikenal dua macam implan yaitu:
a. Non Biodegradable Implant
Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Norplant (6 kapsul), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 5 tahun.
2. Norplant -2 (2 batang), berisi hormon levonogrestel, daya kerja 3 tahun.
3. Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun.
4. Satu batang, berisi hormon 3-keto desogesteri, daya kerja 2,5-4 tahun.
Sedangkan Non Biodegradable Implant dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Norplant
Terdiri dari 6 kapsul kosong silastic (karet silicone) yang diisi dengan hormon levonogrestel
dan ujung-ujung kapsul ditutup dengan Silastic adhesive. Tiap kapsul mempunyai panjang 34
mm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonogrestel, serta mempunyai ciri sangat efektif dalam
mencegah kehamilan untuk lima tahun. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.
2. Norplant -2
Terdiri dari dua batang silastic yang padat, dengan panjang tiap batang 44 mm. Dengan
masing-masing batang diisi dengan 70 mg levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Ciri
norplan -2 adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun (Handayani, 2010).
b. Biodegrodable Implant
Biodegrodable implant melepaskan progestin dari bahan pembawa/ pengangkut yang secara
perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh. Jadi bahan pembawanya sama sekali tidak
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian alat
4.
a.
b.
c.
d.
e.
( Handayani, 2010).
5. Indikasi
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak
b.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
7.
2.3.7
Kontrasepsi Mantap
2.3.7.1 Metode Kontrasepsi Mantap Pada Pria
Yang dimaksud dengan kontrasepsi mantap pria/ vasektomi/ Medis Operatif Pria
(MOP) adalah suatu kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan
sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum
(Handayani, 2010).
2.
a.
b.
1.
spermatozoa.
2. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.
3. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma
spermatozoa.
4. Jarang: duplikasi kongenital dari vas deferens (terdapat > 1 vas deferens pada satu sisi).
c. Vasektomi dianggap gagal bila:
1. Pada analisis sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 10-20 kali ejakulasi masih
dijumpai vasektomi.
2. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma.
3. Istri hamil (Handayani, 2010).
3.
a.
b.
c.
Kontra Indikasi
Infeksi kulit lokal, misalnya scabies.
Infeksi traktus genetalia.
Kelainan skrotum dan sekitarnya: varicocele, hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis,
orchiopexy, luka parut bekas luka operasi hernia, skrotum yang sangat tebal.
d. Penyakit sistemik: penyakit-penyakit perdarahan, diabetes millitus, penyakit jantung koroner
e.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
yang baru.
Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
Keuntungan
Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat di cek kepastian di laboratorium.
Aman, morbiditas rendah dan tidak ada mortalitas.
Cepat, hanya memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
Tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya.
Biaya rendah (Handayani, 2010).
5.
a.
b.
c.
Kerugian
Harus dengan tindakan operatif
Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi.
Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi
masih harus menunggu beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani menjadi negatif.
d. Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
e. Pada orang-orang yang mempunyai problem-problem psikologis yang mempengaruhi seks,
dapat menjadikan keadaan semakin parah (Handayani, 2010).
2.3.7.2 Metode Kontrasepsi Mantap Pada Wanita
Kontrasepsi mantap pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang
mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.
Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi
(Handayani, 2010).
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan, atau pada masa interval.
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum
dipersulit dengan edema tuba, infeksi, dan alat-alat genital belum menciut. Dikenal dua tipe
yang sering dipergunakan dalam pelayanan tubektomi, yaitu minilaparotomi dan laparoskopi
(Mansjoer, 2008).
1. Persyaratan peserta kontap
a. Syarat sukarela
Calon peserta secara sukarela, tetap memilih kontap setelah diberi konseling mengenai
jenis-jenis kontrasepsi, efek samping, keefektifan, serta telah diberikan waktu untuk berpikir
lagi.
b. Syarat bahagia
Setelah syarat sukarela terpenuhi, maka perlu dinilai pula syarat kebahagiaan keluarga.
Yang meliputi terikat dalam perkawinan yang syah dan harmonis,memiliki sekurangkurangnya dua anak yang hidup dan sehat baik fisik maupun mental, dan umur istri sekitar 25
c.
2. Indikasi
a. Wanita pada usia > 26 tahun.
b. Wanita dengan paritas > 2.
c. Wanita yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang dikehendaki.
d. Wanita pasca persalinan
e. Wanita pasca keguguran.
f. Wanita yang paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
3. Kontra indikasi
a. Wanita yang hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
b. Wanita dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d. Wanita yang tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e. Wanita yang kurang pasti mengenai keinginan fertilitas di masa depan.
f. Wanita yang belum memberikan persetujuan tertulis (Handayani, 2010).
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka konsep Gambaran Dukungan Suami Dalam
Pemilihan Alat
Kontrasepsi KB Suntik di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Gambar 3.1
Kerangka kerja penelitian Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi
KB Suntik di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
3.3 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan
diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau
sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Hidayat, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang istrinya menjadi akseptor KB
suntik di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang sebanyak 231 peserta.
3.4 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi
3.5 Sampling
Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari
populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada
(Hidayat, 2010).
Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling yaitu suatu teknik
pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Jenis sampling ini dapat
dipergunakan dalam dua situasi, pertama jika simple random sampling tidak memungkinkan
karena alasan jarak dan biaya, kedua peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara
pasti (Nursalam, 2013). Cluster dilakukan dengan cara melakukan randomisasi dalam dua
tahap yaitu randomisasi untuk cluster atau menentukan sampel daerah, kemudian randomisasi
atau menentukan orang atau unit yang ada di wilayahnya atau dari populasi cluster yang
terpilih (Hidayat, 2010).
Total populasi Desa Plandaan 231 orang, jumlah sampel yang dibutuhkan 35 orang. Berikut
adalah cara cluster random sampling di Desa Plandaan:
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a.
Suami yang istrinya menjadi akseptor KB suntik periode Desember 2013-Maret 2014 di
Desa Plandaan yang bersedia menjadi responden dan telah menandatangani persetujuan
menjadi responden.
b. Suami yang istrinya menjadi akseptor KB suntik di Desa Plandaan yang ada di tempat saat
pengambilan sampel.
3.6.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a.
Suami yang istrinya menjadi akseptor KB suntik di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan
Kabupaten Jombang yang telah menjadi responden saat studi awal penelitian.
3.7 Variabel
Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2012).
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah dukungan suami dalam pemilihan alat
kontrasepsi KB suntik.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi KB
Suntik di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
Variabel
Definisi
Parameter
Alat
Skala
Skor
Operasional
Ukur
Dukungan
suami
dalam
pemilihan
alat
kontrasepsi
KB suntik
Bantuan,
1. Memilih kontrasepsi
kepedulian,
yang cocok
2. Membantu isteri
atau
menggunakan
kesediaan
kontrasepsi secara
suami yang
benar
diberikan
kepada isteri 3. Mengantar isteri ke
fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Mencari alternatif
lain bila kontrasepsi
yang digunakan tidak
memuaskan
5. Membantu
menghitung waktu
subur
6. Menggunakan
kontrasepsi bila
kondisi kesehatan
isteri tidak
memungkinkan
K
U
E
S
I
O
N
E
R
dengan
skala
Likert
O
R
D
I
N
A
L
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
1.
2.
Pertanyaan positif
(favorable)
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang-kadang =
2
Tidak pernah = 1
Pertanyaan negatif
(unfavorable)
Selalu = 1
Sering = 2
Kadang-kadang =
3
Tidak pernah = 4
Dukungan positif
jika T hitung T
mean atau 50
Dukungan negatif
jika T hitung < T
mean atau < 50
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).
Pengumpulan data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner dengan menjawab beberapa
pertanyaan oleh suami yang istrinya menjadi akseptor KB pil di Desa Plandaan Kecamatan
Plandaan Kabupaten Jombang yang sebelumnya sudah dijelaskan teknik pengisian
kuesionernya terlebih dahulu.
Adapun proses pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Mengajukan izin surat pengantar pengambilan data dan penelitian kepada institusi
pendidikan.
b. Mengajukan surat izin kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
Kabupaten Jombang.
Peneliti menentukan jumlah sampel di tiap dusun dengan cara cluster random sampling yaitu
populasi dusun dibagi populasi desa dikalikan jumlah sampel keseluruhan, setelah itu
Uji validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti dilakukan uji
validitas dengan rumus r Product moment, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrumen dengan rumus (Arikunto, 2010).
Keterangan:
rxy
: korelasi
N
: jumlah sampel
Valid rxy > rxy tabel
Tidak valid rxy < rxy tabel
Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan di Desa Bangsri Kecamatan
Plandaan Kabupaten Jombang, dengan responden 10 orang suami yang istrinya menjadi
akseptor KB suntik. Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan 27 pertanyaan.
Dari 27 pertanyaan yang diuji validitas didapatkan hasil 21 pertanyaan valid, dan 6
pertanyaan tidak valid. Untuk pertanyaan yang tidak valid akan dihapus, dan untuk
pertanyaan yang valid akan dipakai untuk proses pengambilan data dalam penelitian ini.
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih. Dengan kata lain,
reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.
Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner, penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran
reliabilitas konsistensi internal dengan menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha ini
berkisar antara 0 sampai 1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Arikunto, 2010).
Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus Alpha sebagai berikut:
Keterangan:
rxy
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b2 : jumlah varians butir
t2
: varians total
Kuesioner dalam penelitian ini dapat dikatakan telah reliabel, karena dalam uji
reliabilitas nilai rata-rata Cronbach Alpha dari 27 pertanyaan yang diuji reliabilitas adalah
0,951.
3.11 Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok
penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap fenomena
(Nursalam, 2013).
Langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini adalah:
a. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu
disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak
lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut
dikeluarkan (Notoatmodjo, 2012).
Editing dalam penelitian ini meliputi pengecekan kelengkapan data dalam masingmasing kuesioner, dan hasilnya seluruh data masing-masing kuesioner dalam penelitian ini
telah lengkap sehingga tidak ada kuesioner yang dikeluarkan.
b. Coding
Coding adalah tahapan memberikan kode identitas responden untuk menjaga
kerahasiaan identitas responden dan mempermudah proses penelusuran biodata responden
bila diperlukan (Suyanto, 2011).
Pemberian kode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Nomor responden
Responden 1
: R1
Responden 2
: R2
Responden nomor urut
: Rn
b. Umur responden
Usia < 25 tahun
: U1
Usia 25-40 tahun
: U2
Usia > 40 tahun
:U3
c. Pendidikan
Tidak sekolah : P0
SD
: P1
SMP
: P2
SMA
: P3
Perguruan Tinggi
: P4
d. Pekerjaan responden
Bekerja
: K1
Tidak bekerja : K2
e. Dukungan suami
Dukungan positif
: D1
Dukungan negatif
: D2
c. Skoring
Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga
setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor. Skoring harus diberikan
dengan konsisten, selain itu perlu diperhatikan dengan seksama terhadap pertanyaan dalam
kuesioner yang bersifat negatif (Suyanto, 2011). Dalam hal ini, peneliti melakukan skoring
dengan menggunakan skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
Selalu
: skor 1
Sering
: skor 2
Kadang-kadang
: skor 3
Tidak pernah : skor 4
Tabulating
Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).
Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterpretasikan menggunakan skala kumulatif
dengan prosentase:
100%
= Seluruhnya
76%-99%
= Hampir seluruhnya
51%-75%
= Sebagian besar
50%
= Setengahnya
26%-49%
= Hampir setengah
1%-25%
= Sebagian kecil
0%
= Tak satupun
b. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, diperiksa kelengkapannya, kemudian dilakukan
pengolahan data dan dianalisis. Pengolahan data merupakan kegiatan untuk merubah data
mentah menjadi bentuk data yang lebih ringkas, dan disajikan serta dianalisis sebagai dasar
pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan.
Untuk mengukur dukungan digunakan skala likert. Pada skala likert disediakan empat
alternatif jawaban dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam skala likert item ada
yang bersifat positif (favorable) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya ada yang bersifat
a.
b.
c.
d.
Dimana :
= Skor responden pada skala dukungan yang hendak diubah menjadi skor T
= Mean skor kelompok
s
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian.
Penyajian data dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum
akan menampilkan karakteristik responden yang meliputi: usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Sedangkan pada data khususnya menampilkan dukungan suami dalam pemilihan alat
kontrasepsi KB suntik di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang. Hasil
penelitian ini akan dianalisis sesuai dengan variabel penelitian.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran umum tempat penelitian
a. Data Geografi
Desa Plandaan sebagai daerah penelitian merupakan salah satu wilayah kerja dari
Puskesmas Plandaan dan termasuk ke dalam Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang
Propinsi Jawa Timur. Desa Plandaan terbagi menjadi 3 dusun, yaitu Dusun Plandaan, Dusun
Sambiroto, dan Dusun Padangan. Adapun batas wilayah Desa Plandaan yaitu:
Sebelah Utara : Desa Puri Semanding
Sebelah Selatan : Desa Bangsri
Sebelah Barat : Desa Plabuhan
Sebelah Timur : Desa Tanggung Kramat
b. Data Demografi
Desa Plandaan merupakan desa dengan jumlah akseptor KB suntik terendah di wilayah
kerja Puskesmas Plandaan yaitu sebanyak 231 akseptor. Beberapa sarana kesehatan yang ada
di Desa Plandaan yaitu 1 Polindes, 1 Klinik, 2 Posyandu lansia, 4 Posyandu balita, dan 1
Bidan desa.
4.1.2 Data umum
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan
Kabupaten Jombang.
No
Usia (tahun)
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
25-40
8
22,9
2.
> 40
27
77,1
Total
35
100
(Sumber: Data Primer 2014)
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian kecil (77,1%) responden berusia >
40 tahun.
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di Desa Plandaan
Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
No
Pendidikan terakhir
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
Tidak sekolah
3
8,6
2.
SD
16
45,7
3.
SMP
8
22,8
4.
SMA
5
14,3
5.
Perguruan tinggi
3
8,6
Total
35
100
(Sumber: Data Primer 2014)
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa hampir setengah (45,7%) responden
pendidikan terakhirnya SD.
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Plandaan Kecamatan
Plandaan Kabupaten Jombang.
No
Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
Bekerja
33
94,3
2.
Tidak bekerja
2
5,7
Total
35
100
(Sumber: Data Primer 2014)
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (94,3%) responden
bekerja.
4.1.3 Data Khusus
a. Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi KB Suntik
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi KB Suntik di Desa
Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
N
Dukungan Suami Dalam
Frekuensi
Prosentase
Pemilihan Alat Kontrasepsi
o
(%)
KB Suntik
1.
Dukungan Positif
23
65,7
2.
Dukungan Negatif
12
34,3
Total
35
100
(Sumber: Data Primer 2014)
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar (65,7%) responden
dukungannya positif.
b. Tabulasi silang
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Dukungan Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi KB Suntik dengan Usia
di Desa Plandaan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
No
Usia
Dukungan suami dalam
Total
pemilihan alat kontrasepsi KB
suntik
Dukungan
Dukungan
1.
25-40
2.
> 40
Total
positif
7
(87,5%)
16
(59,3%)
23
(65,7%)
negatif
1
(12,5%)
11
(40,7%)
12
(34,3%)
8
(100%)
27
(100%)
35
(100%)
Total
23
(65,7%)
12
(34,3%)
)
35
(100%
)
Selain itu dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik dapat
dipengaruhi oleh faktor umur. Didapatkan dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa dukungan
positif suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik lebih banyak pada responden yang
berusia 25-40 tahun (87,5%). Ini sesuai dengan pendapat Haditono (2001) dalam Faridah
(2008) bahwa pada masa usia dewasa unsur kemauan dan hati nurani memegang peranan
besar yang berkenaan dengan kemampuan untuk memilih metode kontrasepsi. Dan pada
masa dewasa seseorang sudah bisa menentukan pilihan metode kontrasepsi yang sesuai
dengan keinginannya.
Seorang suami yang berusia lebih dewasa akan lebih banyak memperoleh
pengetahuan, daripada yang berumur lebih muda. Namun sebaliknya suami yang berumur
lebih muda masih terbatas dalam berpikir tanpa berpengaruh pada setiap keputusan dan
tindakan. Dengan demikian semakin tua umur suami maka pengetahuan tentang semua
penjelasan yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi KB suntik akan semakin
bertambah pula. Keadaan ini bisa disebabkan karena waktu untuk mendapatkan pengetahuan
tentang kontrasepsi suntik akan semakin lama pula.
Suami yang berusia tua dan dukungannya dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik
negatif bisa disebabkan karena suami yang usianya semakin tua, kemampuan reproduksinya
juga akan semakin menurun, hal ini berkaitan dengan proses andropause pada laki-laki
sehingga mereka kurang menghiraukan alat kontrasepsi yang dipakai oleh istri, karena pada
masa andropause pasangan suami isteri akan jarang melakukan senggama.
Selain dari faktor umur adapun faktor yang mempengaruhi dukungan suami dalam
pemilihan alat kontrasepsi KB suntik adalah tingkat pendidikan. Didapatkan dari tabel 4.6
menunjukkan bahwa dukungan suami positif dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik
lebih banyak pada responden yang pendidikan terakhirnya perguruan tinggi (100%). Ini
sesuai dengan pendapat Agustina (2000) dalam faridah (2008) bahwa pendidikan
mengajarkan seseorang aneka macam kemampuan antara lain menguasai ilmu pengetahuan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan orang
tersebut, semakin mudah menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi semakin mudah untuk memahami
informasi tentang berbagai macam metode kontrasepsi yang akan dipilih.
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini bisa disebabkan karena peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal. Seorang suami yang pendidikannya rendah bahkan tidak bersekolah,
bisa mendapatkan informasi atau pengetahuan mengenai metode kontrasepsi KB suntik dari
teman, tetangga, ataupun petugas kesehatan saat konseling kontrasepsi, sehingga suami tetap
dapat meningkatkan dukungannya kepada isteri dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik.
Seorang suami yang berpendidikan tinggi tetapi dukungannya dalam pemilihan alat
kontrasepsi KB suntik negatif dapat disebabkan karena dalam pendidikan formal, informasi
yang didapatkan hanya berbatas pada pengetahuan umum saja, untuk pengetahuan mengenai
metode kontrasepsi biasanya jarang didapatkan. Jika suami kurang mencari informasi
mengenai metode kontrasepsi, maka akan berimbas pada kurangnya pengetahuan suami
terhadap metode kontrasepsi.
Selain faktor umur dan tingkat pendidikan, faktor lain yang mempengaruhi dukungan
suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik adalah faktor pekerjaan. Didapatkan dari
tabel 4.7 menunjukkan bahwa dukungan suami positif dalam pemilihan alat kontrasepsi KB
suntik lebih banyak pada responden yang bekerja (66,67%). Ini sesuai dengan pendapat
Faridah (2008) bahwa seseorang yang bekerja dapat mempengaruhi sosial ekonomi
keluarganya. Dan sosial ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang.
Dengan sosial ekonomi cukup akan lebih memiliki kesadaran tentang pentingnya kesehatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan dibandingkan sosial ekonomi rendah, maka dengan
sosial ekonomi yang cukup seseorang dapat menyiapkan biaya untuk kebutuhan penggunaan
kontrasepsi.
Suami yang bekerja tetapi dukungannya kepada isteri dalam pemilihan alat
kontrasepsi KB suntik negatif dapat disebabkan karena suami dengan status bekerja akan
selalu disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing daripada disibukkan dengan hal-hal
yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang digeluti, sehingga suami tidak sempat
mengakses informasi mengenai metode kontrasepsi, dan pengetahuannya tentang alat
kontrasepsi menjadi kurang.
Suami yang tidak bekerja akan tetapi dukungan dalam pemilihan kontrasepsi KB
suntik positif bisa disebabkan karena suami yang tidak bekerja lebih banyak menerima
pengetahuan dan informasi daripada suami yang bekerja. Keluangan waktu yang dimilikinya
membuat suami bisa lebih leluasa mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh
tenaga kesehatan dan punya waktu lebih banyak dalam mengakses informasi tentang
kontrasepsi KB suntik.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik
menunjukkan bahwa sebagian besar responden dukungannya positif (65,7%), dan hampir
setengah responden dukungannya negatif (34,3%).
5.2 Saran
5.2.1
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel yang lebih luas lagi (lebih
dari satu variabel) dalam penelitiannya sehingga dapat semakin mengembangkan penelitian
ini serta semakin menambah wawasan.
5.2.2
metode kontrasepsi, dan konseling kontrasepsi hendaknya melibatkan suami dalam pemilihan
metode kontrasepsi, sehingga dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik
dapat ditingkatkan.
5.2.3
Bagi responden
Diharapkan responden dapat meningkatkan dukungannya kepada isteri dalam pemilihan alat
kontrasepsi KB suntik dengan cara sering mendampingi isteri saat konseling, sehingga
responden mendapatkan informasi yang banyak tentang berbagai metode kontrasepsi
5.2.4
khususnya KB suntik
Bagi tempat penelitian
Perlu adanya peningkatan dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik yaitu
dengan cara mengadakan KB suntik gratis, dan penyuluhan tentang metode kontrasepsi,
sehingga pengetahuan para suami terhadap metode kontrasepsi dapat meningkat, dan dapat
meningkatkan dukungannya pada isteri dalam pemilihan alat kontrasepsi KB suntik.
Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
tentang kulo
candra wiranata
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2015 (1)
o Maret (1)
serta tatalaksana yang tepat, morning sickness dapat diatasi, tanpa harus membahayakan ibu
maupun janin yang dikandung.
Tujuan
Makalah ini bertujuan mengkaji etiologi, patofisiologi morning sickness dan tatalaksana baik
farmakologi maupun non-farmakologi yang aman bagi ibu hamil.
Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini, masyarakat luas pada umumnya, mampu mengerti
tatalaksana morning sickness pada ibu hamil sehingga mampu memilihkan obat atau
tatalaksana yang tepat bagi pertolongan pertama morning sickness pada ibu hamil.
Sedangkan, tenaga kesehatan pada khususnya mampu lebih berhati-hati dalam melaksanakan
terapi morning sickness pada kehamilan.
PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Penyebab Morning Sickness
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan
muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada ataupun mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala yang normal. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak
nyaman atau tidak diinginkan, beban pekerjaan akan menyebabkan penderitaan batin dan
konflik. Perasaan bersalah, marah, ketakutan dan cemas dapat menambah gejala fisik. Kurang
pengetahuan, informasi dan komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya
turut mempengaruhi persepsi wanita tentang keparahan gejala (Jojor, 2011).
Masalah sosiokultural turut ambil bagian dalam mencetuskan terjadinya mual dan muntah.
Adanya isu finansial /okupasional dan harapan sosial menuntut wanita untuk bekerja. Banyak
pasangan memerlukan dua sumber penghasilan untuk memberikan standar kehidupan yang
dapat diterima. Kecemasan terhadap situasi keuangan dapat menimbulkan kekhawatiran
tambahan yang membuat wanita merasa tidak sehat (Jojor, 2011).
Wanita yang sering terpapar dengan bau/aroma, zat kimia di lingkungan sekitar mereka dapat
menambah rasa mual mereka dan menyebabkan muntah. Perjalanan ke tempat kerja membuat
mereka bertemu banyak orang dan dikelilingi oleh berbagai macam bau sehingga dapat
mempengaruhi keparahan mualnya (Tiran, 2011).
Kemampuan wanita mennangani mual dan muntah selama kehamilan sangat beragam yang
akan dipengaruhi oleh kepribadian dan sikapnya terhadap penyakit, komitmen keluarga,
pekerjaan, kesehatan umum dan ketersediaan mekanisme pendukung. Seorang ibu dapat
mengalami gejala yang berat, meskipun hanya muntah dua sampai tiga kali. Persepsi ibu
mengenai keparahan gejala merupakan hal yang penting (Jojor, 2011).
Penyebab lainnya adalah akibat peningkatan hormone yang terjadi selama kehamilan, dan
primigravida atau kehamilan pertama biasanya cenderung mengalami mual dan muntah saat
kehamilan (Jojor, 2011).
Bagaimana Morning Sickness Bisa Terjadi
Keadaan mual dan muntah saat hamil ini dapat dipicu berbagai hal, namun mekanisme
terjadinya belum sepenuhnya dipastikan. Beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan
seorang ibu hamil mengalami mual dan muntah lebih dari wanita pada umumnya adalah
(Quinlan, 2003):
1. Perubahan gerakan lambung karena adanya peningkatan hormone progesteron.
Peningkatan hormon progesteron ini memicu disritmia pada lambung sehingga waktu
transit makanan di lambung menjadi lebih lama. Hal ini akan memicu rasa mual
bahkan muntah bagi beberapa wanita hamil.
Pada wanita hamil terjadi penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang
menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Ini mungkin
akibat jumlah progesteron tinggi selama kehamilan, sehingga terjadi penurunan kadar motilin
yang merupakan suatu peptida yang diketahui mempunyai efek terhadap perangsangan otototot halus. Selain itu perbesaran uterus juga dapat menekan diafragma, lambung dan usus,
sehingga terjadi penurunan gerakan peristaltik (Jojor. 2011).
1. Peningkatan hormon HCG (Human chorionic gonadotropin), hormon plasenta ini
dapat memicu pusat mual yaitu chemoreceptor trigger zone sehingga menyebabkan
mual dan muntah saat hamil (Jojor, 2011).
2. Peningkatan hormone estrogen dan penurunan hormone TSH (ThyrotropinStimulating Hormone). Tiga hormon ini dipercaya merupakan beberapa faktor yang
berpengaruh dalam mual dan muntah hebat atau yang lebih dikenal dengan istilah
hyperemesis gravidarum pada kehamilan.
3. Infeksi Helicobacter pylori. Pada beberapa penelitian terkini diduga infeksi H.pylori
berkaitan dengan kejadian hyperemesis gravidarum pada wanita hamil.
Tatalaksana Morning Sickness
Pengobatan yang bisa dipilihkan untuk terapi mual dan muntah pada wanita hamil yang
disarankan adalah mengikuti alur algoritma berikut (Niebyl, 2010):
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis gravidarum, namun
penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat beresiko terjadi bibir sumbing
(Dipiro, 2008).
1. Jahe
Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk kehamilan (Dipiro,
2008).
Tabel 1. Dosis, Efek Samping dan Kategori Keamanan Obat-Obat Morning Sickness
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi mual saat hamil tanpa menggunakan obat
diantaranya (Anonim, 2010):
1. Konsumsi Gizi Seimbang
Makanan yang baik untuk ibu hamil adalah yang tinggi karbohidrat dan protein. Buah dan
sayuran juga harus teratur dikonsumsi. Lebih baik mengatur makan dalam porsi sedikit
namun lebih sering frekuensinya agar perut tidak kosong dan kadar gula darah stabil.
1. Bergerak Perlahan
Jangan terburu-buru dalam melakukan gerakan, misalnya dari bangun pagi, lebih baik duduk
dahulu sebelum berdiri.
1. Hindari Pemicu Mual
Setiap ibu hamil memiliki hal-hal tertentu yang dapat memicu mual, seperti parfum atau
makanan berbau tajam, sehingga perlu dihindari bau-bau yang memicu mual sang ibu.
1. Konsumsi Jahe
Untuk pengobatan tradisional, jahe adalah pilihan yang tepat, bisa berupa minuman atau
dikunyah. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa mual.
PENUTUP
Kesimpulan
Tatalaksana morning sickness atau mual dan muntah saat kehamilan adalah penggunaan
piridoksin dan doksilamin sebagai pilihan terapi pertama. Jika tidak dapat membantu gejala
bisa dipilih antihistamin lainnya. Jika mual dan muntah tidak dapat ditangani dengan
antihistamin maka dapat dipilihkan metoklopramid, dan pilihan terakhir adalah ondansentron.
Jika mual dan muntah mengarah ke hyperemesis gravidarum, bisa digunakan glukokortikoid.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 2007. The National Guideline Clearinghouse of Nausea and Vomiting of Pregnancy.
Bulletin of American College of Obstetricians and Gynecologist. No.52.
Anonim. 2010. Cara Mengatasi Mual Saat Hamil.
http://www.sumut.kemenag.go.id/file/file/HAMIL/iqwx1333699654.pdf. diakses tanggal 24
April 2012.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., amd Posey, L.M. 2008.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Mc-Graw Hill. New York.
Einarson, A., Maltepe, C., Navioz, Y., Kennedy, D., Tan, M.P., and Koren, G. 2004. The
Safety of Ondansentron for Nausea and Vomiting of Pregnancy: a Prospective Comparative
Study. International Journal of Obstetrics and Gynaecology.Vol 111: p. 940-943.
Jojor. 2011. Perilaku Primigravida dalam Mengatasi Mual Muntah pada Masa Kehamilan di
Klinik Bersalin Citra II Medan. Skripsi. Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Niebyl, J.R. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy. The New England Journal of
Medicine. Vol. 363: p.1544-1550.
Pressman, A., and Buff, S. 1997. The Complete Idiots Guide to Vitamins and Minerals. Alpha
Books. New York.
Quinlan, J.D., and Hill, D.A. 2003. Nausea and Vomiting of Pregnancy. American Family
Physician. Vol. 68. No.1 : p.121-128.
https://laksmipage.wordpress.com/tag/morning-sickness/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia dalam setiap menit, sebanyak 380 perempuan menjadi hamil, 190 orang
diantaranya mengalami kehamilan yang tidak diharapkan, 110 orang mengalami komplikasi
kehamilan dan satu orang ibu meninggal (Alwi. Q, 2006). Menurut data statistik yang
dikeluarkan World Health Organization (WHO) tahun 2008, tercatat angka kematian ibu
dalam kehamilan dan persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa setiap tahun. Di negara
miskin, sekitar 20-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan
kehamilan (WHO, 2008).
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) masih
tergolong tinggi yaitu 288 per 100.000 kelahiran hidup. Itu berarti setiap tahun ada 13.778
kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena
berbagai penyebab. Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2010 masih belum terwujud. Dibandingkan dengan negara-negara
Asia Tenggara lainnya, misalnya saja di Vietnam memiliki AKI 200 per 100.000 kelahiran
hidup, di Singapura 5 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia 69 per 100.000
kelahiran hidup dan di Philipina 142 per 100.000 kelahiran hidup. (Kompas, 23/7/2007).
Tingginya AKI ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks, yaitu sosial,
budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender, dan
penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus
lama dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya pertolongan persalinan yang aman
untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil sebagai program prioritas pemerintah (Kaplan &
Saddock, 2007).
Proses persalinan seringkali mengakibatkan aspek-aspek psikologis sehingga
menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi ibu hamil yang salah satunya adalah
kecemasan. Seperti yang diungkapkan Sarafino (2006) bahwa kecemasan merupakan
perasaan yang paling umum dialami oleh ibu hamil menjelang persalinan. Kecemasan yang
sering terjadi adalah apabila ibu hamil menjelang persalinan yang mengancam jiwanya
sebagian besar berfokus pada hubungan antara kecemasan, dalam proses kelahiran atau masa
perawatan dan penyembuhan (Stuart and Sundeen, 2008).
Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan
diantaranya adalah usia, pengetahuan tentang persalinan, paritas dan pemeriksaan kehamilan
(Mannuaba. IBG, 2006). Risiko kehamilan yang tinggi akan terjadi apabila seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun
(Depkes.RI, 2007). Menurut Susiaty (2008), bahwa usia ibu < 20 tahun dan 35 akan
memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas menjelang persalinan, karena usia ini
merupakan usia kategori kehamilan berisiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lebih lanjut
akan menanggung risiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir. Menurut
data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang
berusia < 20 tahun mengalami gangguan kecemasan menjelang persalinan (Pikirdong, 2008).
Paritas dapat mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan aspek psikologis.
Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, belum ada bayangan mengenai apa yang akan
terjadi saat bersalin dan ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari teman
atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan
ini akan mempengaruhi mindset ibu mengenai proses persalinan yang menakutkan. Menurut
psikolog Astuti. SR (2008), jangankan persalinan pertama pada persalinan kelima pun masih
wajar bila ibu merasa cemas. Sedangkan pada multigravida perasaannya terganggu
diakibatkan karena rasa takut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang
dideritanya dulu sewaktu melahirkan (Amalia, T, 2009).
Pengetahuan tentang persalinan dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan, karena pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang akan memandang proses
persalinan sebagai sesuatu yang menakutkan. Dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Notoatmodjo. S, 2003. Penelitian Sekardiana, NLP (2006) di Wilayah
Puskesmas Kerambitan II Tabanan Bali menemukan ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi
persalinan.
Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan.
Setelah melalui banyak penelitian kehadiran suami memberi dukungan kepada istri
membantu proses persalinan karena membuat istri lebih tenang. Faktor psikis dalam
menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses
persalinan (Musbikin, 2007).
Kematian ibu maternal di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 paling banyak
adalah waktu bersalin yakni 52 orang, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 58 orang. Bila
dilihat dari tahun ke tahun terjadi penurunan, namun angka ini belum cukup bermakna (Dinas
Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2007 dan 2008). Kematian ibu maternal di Kabupaten Muna
tahun 2007 paling banyak adalah waktu bersalin yakni 6 orang, sedangkan pada tahun 2008
sebanyak 8 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2008 dan 2009).
Puskesmas Guali merupakan salah satu Puskesmas dengan jumlah kematian ibu
maternal karena bersalin paling banyak di Kabupaten Muna. Laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Muna tahun 2008 mencatat jumlah kematian ibu karena bersalin sebanyak 3
orang, tahun 2009 sebanyak 2 orang dan pada tahun 2010 sebanyak 5 orang (Dinas
Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2007 dan 2008).
Di wilayah kerja Puskesmas Guali terdapat 167 ibu hamil trimester III. Berdasarkan
survei awal yang penulis lakukan selama satu minggu, dari 20 persalinan pertama 17
diantaranya mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Hal ini ditandai dengan
ibu bersalin merasakan ketakutan. Dari 20 persalinan tersebut, sebanyak 12 orang berusia
<20 tahun, 13 orang baru pertama kali melahirkan. Dari segi tingkat pendidikan sebanyak 5
orang tidak tamat SD, 10 orang tamat SD, 2 orang tamat SLTP dan 3 orang tamat SLTA.
Kemudian dari segi pendamping persalinan, sebanyak 5 orang (25%) yang didampingi suami,
selebihnya 15 orang (75%) didampingi orang tua dan mertua.
Berdasarkan hasil observasi tersebut diatas, maka telah melaksanakan penelitian
tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu Hamil Menjelang
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011. Melalui suatu
proses penelitian.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2. Apakah ada hubungan paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
3. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil
menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
4. Apakah ada hubungan pendamping persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
C.
1.
2.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.2. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil
menjelang persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.4. Untuk mengetahui hubungan pendamping persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan proses belajar memecahkan masalah sekaligus menambah
wawasan pengetahuan.
2. Bagi peminatan kesehatan reproduksi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat khasana ilmu di bidang kesehatan ibu dan anak.
3. Bagi ibu hamil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi ibu
hamil dalam meningkatkan pengetahuan tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi
persalinan.
4. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga dalam
menyusun rencana kebijakan penanganan persalinan yang aman pada ibu hamil.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau informasi tambahan
bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengkaji masalah yang belum dikaji dalam penelitian
ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, IBG. 2006).
2. Jenis jenis persalinan
2.1. Menurut cara persalinan
2.1.1. Partus biasa (normal) di sebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pervagina
dengan tanaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2.1.2.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5.
2.2.6.
2.3.
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
2.3.5.
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3.
2.4.4.
2.4.5.
2.5.
Luar biasa (abnormal) ialah partus persalinan pervagina dengan bantuan alat-alat atau
melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
Menurut tua atau umur kehamilan
Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable), berat
janin dibawah 1000 gram, tua kehamilan dibawah 28 minggu.
Partus prematurus adalah persalinan dengan hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu,
janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin diatas 1000-2500 gram.
Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin
matur, berat badan diatas 2500 gram.
Partus postmaturus (serotunis) adalah persalinan yang terjadi dua minggu atau lebih dari
waktu partus yang di taksir, janin disebut postmatur.
Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin dikamar mandi, diatas
becak, dan sebagainya.
Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti
tentang ada atau tidaknya disporposi sefalopelfik (Mochtar, R. 2006).
Sebab- sebab yang menimbulkan persalinan
Apa yang menyebabkan persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah
merupkan teori-teori yang komplek antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
Teori penurunan hormon, 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
Teori plasenta. Menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone
yang disebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan ischemia otototot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter.
Teori iritasi mekanik: dibelakang servik terletak ganglion servikalis (pleksus frankenhauser),
bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan menimbulkan
kontraksi uterus.
Induksi partus (induction of labour): partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan, a) gagang
laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan
merangsang pleksus frankenhauser, b) amniotomi: pecahan ketuban, c) oksitosin drips:
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus (Mochtar, R. 2006).
Tanda-tanda permulaan persalinan
Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri lebih turun.
Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
Perasaan sakit diperut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus,
kadang-kadang disebut false labor pains.
Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah sehingga bercampur darah
( bloody show) (Mochtar, R. 2006).
Tanda-tanda inpartu
2.5.1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2.5.2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada
serviks.
2.5.3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
2.5.4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar, pembukaan telah ada. Faktor-faktor yang
berperan dalam persalinan adalah 1) kekuatan yang mendorong janin keluar (power) a. his
(kontraksi uterus) b. Kontraksi otot-otot dinding perut c. Kontraksi diagfragma d.
Ligamentous action terutama ligament rotundum. 2) faktor Janin 3) faktor jalan lahir
(Manuaba, IBG. 2006).
2.6. Mekanisme persalinan
2.6.1. Persalinan kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung sekitar 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve
friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2
cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
Kala I terdiri dari dua fase:
2.6.1.1. Fase laten: dimana pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
berlangsung tujuh sampai delapan jam.
2.6.1.2. Fase aktif berlangsung selama enam jam dan dibagi dalam tiga subfase, yaitu 1) akselerasi
berlangsung dua jam, pembukaan menjadi 4 cm, 2) dilatasi maksimal selama dua jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, 3) deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu
dua jam menjadi 10 cm atau lengkap.
2.6.2. Kala II atau kala pengusiran. Gejala utama kala II (pengusiran) adalah :
2.6.2.1. His semakin kuat dengan interval dua sampai tiga menit, dengan durasi 50 sampai 100
detik.
2.6.2.2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak.
2.6.2.3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena
tertekan fleksus frakenhouser.
2.6.2.4. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi, a) kepala
membuka pintu, b) subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
2.6.2.5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala dan
punggung.
2.6.2.6. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan pun ditolong.
2.6.2.7. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.
2.6.3. Kala III (pelepasan uri). Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 - 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat
retraksi otot rahim. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada
fundus uteri.
2.6.4. Kala IV (observasi). Kala IV dilakukan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum sering terjadi pada dua jam pertama (Manuaba, IBG. 2006).
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
berlebih daerah leher hitam (linea gresia). Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari
hormone steroid plasenta yang merangsang melanofor dari kulit.
10. Epulis hipertropi dari papil gusi terjadi pada trimester pertama
11. Varises. Sering dijumpai pada trimester terakhir. Didapat pada daerah genetalia eksterna,
fosa paplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada
kehamilan terdahulu, timbul kembali pada trimester pertama. Kadang-kadang timbul varises
merupakan gejala kehamilan muda.
C. Konsep Dasar Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris anxiety berasal dari Bahasa Latin
angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Konsep kecemasan
memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian
diri (Lazarus, 2007).
Kecemasan adalah gangguan dalam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas, keperibadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas normal (Hawari. D, 2006). Menurut Lazarus (2007), kecemasan adalah keadaan
yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran
dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak
menyenangkan serta ada hubungannya berbagai perasaan yang sifatnya difuss, yang sering
bergabung atau disertai gejala jasmani.
2. Faktor presipitasi
Banyak teori yang menjelaskan mengenai sumber dari kecemasan tetapi oleh Stuart
dan Sundeen (2008), stressor presipitasi terjadinya kecemasan di kelompokkan menjadi:
2.1. Ancaman terhadap integritas fisik
Bila seseorang mengalami ancaman terhadap integritas fisik, maka akan memberikan
kesan ketidak mampuan fisikologis atau berkurangnya kemampuan terhadap aktifitas seharihari. Hal tersebut di pengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar tubuh manusia.
Faktor dari luar tubuh, yaitu a) terinfeksi virus atau bakteri, pencemaran lingkungan,
ancaman terhadap keamanan, b) rumah tidak memadai, c) tidak adanya sandang dan pangan
dan d) mengalami kecelakaan/perang
Sedangkan faktor dari dalam tubuh manusia antara lain kegagalan mekanisme
fisikologi jantung, kegagalan sistem imun, kegagalan regulator temperature, gagal
berpatisipasi dalam memelihara kesehatan perawatan gigi, istirahat dan latihan fisik.
2.2. Ancaman terhadap konsep diri
Faktor-faktor dari luar tubuh mempengaruhi ancaman terhadap konsep diri antara lain
hilangnya kasih sayang, kematian atau perprisahan dengan orang yang dicintai, perubahan
status pekerjaan, masalah etika atau norma yang berlaku, situasi kerja dan tekanan sosial atau
kultur.
Sedangkan faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi ancaman konsep diri adalah
sulit mengadakan hubungan interpersonal baik terhadap lingkungan dimana seseorang
bekerja, didalam rumah, maupun di masyarakat serta sulit menerima perubahan baru. Hal ini
biasanya terjadi pada orang tua, pelajar atau pun pekerja.
4.3.3. Perubahan gastrointestinal antara lain mual, muntah, rasa terbakar pada uluh hati, sendawa,
anoreksia, diare atau kontipasi
4.3.4. Perubahan pernapasan atara lain nafas panjang, hiperventilasi, dispnea dan pusing.
4.3.5. Perubahan kardiovaskuler antara lain tahikardia, palpitasi, rasa tidak nyaman pada prekordia,
berkurangnya jarak persepsi secara hebat, ketidak mampuan untuk belajar, ketidak mampuan
untuk berkonsentrasi, rasa terisolasi, aktifitas yang tidak berguna, bermusuhan
4.4. Panik
Kecemasan meningkat sampai tingkat dimana individu saat ini dapat berbahaya
terhadap diri sendiri atau orang lain, dan dapat menjadi diam atau dapat menyerang dengan
cara kacau. Batasan karakteristik dari panik:
4.4.1. Hiperaktifitas atau imobilisasi berat
4.4.2. Rasa isolasi yang ekstrim
4.4.3. Kehilangan identiutas, desintegrasi kepribadian
4.4.4. Saat goncang dan otot tegang
4.4.5. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap
4.4.6. Distorsi persepsi dan penilaian yang tidak realitas terhadap lingkungan atau ancaman
4.4.7. Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
4.4.8. Menyerang
dan piskologis yang dimanisfestasikan dengan perubahan perilaku.
5. Penilaian kecemasan
Gejala kecemasan dapat diukur dengan tehnik HARS A yang mengandung 14 item
sebagai berikut :
5.1. Perasaan cemas. Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
5.2. Ketegangan. Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah
menangis, gemetar, gelisah.
5.3. Ketakutan. Pada gelap, pada orang lain, ditinggal sendiri, pada binatang atau besav, pada
keramaian lalu lintas, pada kerumunan orang banyak.
5.4. Gangguan tidur. Sukar masuk tidur, terbangun malam hari.
5.5. Gangguan kecerdasan. Sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun.
5.6. Perasaan depresi. Hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun tidur
dalam perasaan berubah ubah.
5.7. Gejala somatik (otot). Sakit dan nyeri otot otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara
tidak stabil.
5.8. Gejala sensorik. Tinritus (telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah atau pucat,
perasaan ditusuk tusuk ).
5.9. Gejala kardio vaskuler (jantung dan pembuluh darah). Denyut jantung cepat, berdebar
debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu.
5.10. Gejala respiratori. Rasa tertekan atau sempit didada.
5.11. Gejala gastrointestinal (pencernaan). Sulit menelan, perut mules, gangguan pencernaan, nyeri
sebelum dan sesudah makan, muah muntah, buang air besar lembek, konstipasi.
5.12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin). Sering buang air kecil, tidak datang bulan,
darah haid berlebihan, darah haid sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat
pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini, ereksi
melemah, ereksi hilang.
5.13. Gejala otonom. Mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa
berat, kepala terasa sakit, bulu bulu berdiri.
5.14. Tingkah laku. Gelisah, tidak tenang, jadi gemetar, kerut kening, muka tegang, otot tegang
atau mengeras, nafas pendek dan cepat.
D. Faktor-Faktor Kecemasan Ibu Hamil
1. Umur
Kehamilan dan persalinan yang dianggap aman pada umumnya pada umur antara 20
35 tahun. Risiko kehamilan yang tinggi akan terjadi apabila seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan dibawah umur 20 tahun dan diatas 35 tahun (Depkes.RI, 2007).
Hasil penelitian Susiaty (2008). menemukan bahwa selain usia kehamilan penyebab
kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu yang memberi dampak terhadap perasaan
takut dan cemas yaitu di bawah usia 20 tahun serta di atas 31-40 tahun karena usia ini
merupakan usia kategori kehamilan berisiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lebih lanjut
akan menanggung risiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan
sindrom down. Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data
National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang
mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai usia lanjut (Pikirdong, 2008).
2. Paritas
Winkjosastro H (2006) memberikan defenisi paritas yaitu jumlah bayi yang
dilahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati dari seorang ibu. Menurut Mannuaba. IBG
(2006), ibu yang terlalu sering melahirkan mempunyai risiko bagi kesehatannya dan juga
bagi kesehatan anaknya. Karena pada ibu dapat timbul kerusakan-kerusakan pada pembuluh
darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi kejanin, dimana jumlah nutrisi
akan berkurang. Sedangkan pada bayi lanjut Mannuaba, dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin yang kelak akan lahir dengan BBLR.
Persalinan kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relatif aman untuk melahirkan
pada masa reproduktif, karena pada masa persalinan tersebut keadaan patologis dimana
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, sedangkan pada persalinan lebih dari
empat kali dapat menyebabkan risiko, yaitu kerusakan pada pembuluh darah (Winkjosastro
H, 2006).
Paritas dapat mempengaruhi kecemasan dimana paritas merupakan faktor yang bisa
dikaitkan dengan aspek psikologis. Pada primigravida, belum ada bayangan menegenai apa
yang akan terjadi saat bersalin nanti dan ketakutan karena sering mendengar cerita
mengerikan dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu
atau bayi meninggal dan ini akan mempengaruhi ibu berpikiran proses persalinan yang
menakutkan menurut psikolog Universitas Padjadjaran Dra Sri Rahayu Astuti, M.si dan
Psikolog Nungki Nilasari, S.Psi dari RSB Permata Hati apalagi jika persalinan pertama si
calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti, jangankan yang pertama pada
persalinan kelima pun masih wajar bila ibu merasa cemas atau khawatir (Amalia, T, 2009).
Sedangkan pada multigravida perasaannya terganggu diakibatkan karena rasa takut, tegang
dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu sewaktu melahirkan
(Suara merdeka, 2008).
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang
dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan isinya. Pengetahuan
adalah apa yang telah diketahui, dan mampu diingat oleh setiap orang setelah mengalami,
menyaksikan, mengamati atau diajarkan sejak lahir sampai dewasa khususnya setelah ia
diberi pendidikan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Pendidikan non formal seperti penyuluhan, demonstrasi, kursus-kursus dan lain sebagainya.
Pengetahuan adalah proses kegiatan mental yang dikembangkan melalui proses kegiatan pada
umumnya sebagai aktivitas kognitif.
Pengetahuan atau kognitif adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang sebagian besar diperoleh melalui indera
mata dan telinga. Pengetahuan ini merupakan bagian yang penting dalam membentuk
perilaku seseorang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengetahuan seorang remaja
tentang dampak perilaku seksual pranikah adalah merupakan hasil tahu setelah melakukan
berbagai penginderaan terhadap sejumlah obyek yang berkaitan dengan dampak perilaku
seksual pranikah.
Menurut Notoatmodjo. S (2003) pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan, yaitu: (1) tahu (know), (2) memahami (comprehension), (3) aplikasi
(application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), (6) evaluasi (evaluation).
Tingkatan pertama adalah tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan ini adalah tingkat mengingat
kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Tingkatan kedua adalah memahami (comprehension) diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasi materi tersebut dengan benar. Tingkatan ketiga (application) diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya. Tingkatan adalah analisis ( analysis) yaitu suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau salah satu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya. Tingkatan kelima
adalah sintesis (synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tingkatan
yang tertinggi adalah evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo. S,2003).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri
seseorang adalah : (1) pendidikan , (2) sumber informasi ,( 3) pengalaman. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari pengalaman, media, dan lingkungan. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin luas pengetahuannya. Pelaksanaan bentuk pendidikan ini antara lain
dengan metode penyuluhan, seminar, diskusi, dan lain-lain. Sumber informasi juga
mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media.
4. Pendamping persalinan
Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan,
karena efek perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya
orang yang mendukung, dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu
(Henderson, 2005). Setelah melalui banyak penelitian, terungkap bahwa kehadiran suami di
ruang bersalin untuk memberi dukungan kepada istri dan membantu proses persalinan,
ternyata banyak mendatangkan kebaikan bagi proses persalinan. Kehadiran suami disamping
istri membuat istri merasa lebih tenang dan siap menghadapi proses persalinan ( Musbikin,
2007).
Kemajuan persalinan dapat difasilitasi apabila wanita merasa aman, dihormati
terhadap keamanannya oleh pasangannya atau orang yang dicintainya berperan penting atas
perasaan tersebut. Sebaliknya, perasaan malu atau tidak berharga, merasa diawasi, merasa
dalam bahaya, merasa diperlakukan tanpa hormat, merasa diabaikan atau dianggap remeh,
dapat memicu reaksi psikobiologis yang mengganggu efisiensi kemajuan persalinan
(Simkin,P, 2005).
E. Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan untuk pembanding penelitian ini sebagai berikut:
1. Sekardiano. NLP (2006) penelitian tentang Hubungan Antara Pengetahuan tentang Proses
Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Persalinan di Wilayah Puskesmas Kerambitan II
Tabanan Bali. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil
tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan, dengan hasil uji
statistik : correlation coefficien sebesar 0,327 nilai signifikan sebesar 0,031 pada taraf
kepercayaan 0,05.
2. Hasil penelitian Ghofur. A dan Purwoko. E (2007) tentang Pengaruh Teknik Nafas Dalam
Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala 1 di Pondok Bersalin Ngudi
Saras Trikilan Kali Jambe Sragen bahwa hasil penelitiannya berdasarkan umur responden
26-30 lebih banyak mengalami tingkat kecemasan berat yaitu (42,33%) sedangkan pada umur
yang lebih tua 31-35 tahun mengalami kecemasan sedang(16,67%). Primigravida tingkat
kecemasannya lebih tinggi 41,33% dibanding persalinan multigravida 33,33%.
3.
Hasil penelitian dari Simamora. IR (2008) tentang Karakteristik Ibu Hamil Yang
Berhubungan Dengan Kecemasan Menjelang Persalinan di RSU Haji Adam Malik Medan
Tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur ibu dengan tingkat
kecamasan dengan hasil uji statistik correlation coefficien sebesar 0,421 nilai signifikan
sebesar 0,022 pada taraf kepercayaan 0,05. Ada hubungan peritas dengan tingkat kecamasan
dengan hasil uji statistik correlation coefficien sebesar 0,242 nilai signifikan sebesar 0,012
pada taraf kepercayaan 0,05.
F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1. Dasar pemikiran variabel diteliti
Sebagaimana telah dijelaskan dalam latar belakang bahwa penelitian ini berupaya
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan adalah umur, paritas dan pengetahuan. Kaitan ketiga faktor
tersebut dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.1. Usia ibu < 20 tahun dan 35 akan memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas
menjelang persalinan, karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan berisiko tinggi dan
seorang ibu yang berusia lebih lanjut akan menanggung risiko yang semakin tinggi untuk
melahirkan bayi cacat lahir.
1.2.
Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, belum ada bayangan mengenai apa yang akan
terjadi saat bersalin dan ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari teman
atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan
ini akan mempengaruhi mindset ibu mengenai proses persalinan yang menakutkan.
1.3. Pengetahuan tentang persalinan dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan, karena pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang akan memandang proses
persalinan sebagai sesuatu yang menakutkan.
1.4. Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan, karena
efek perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya orang
yang mendukung, dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu dapat
mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang persalinan, karena pada ibu yang memiliki
pengetahuan kurang akan memandang proses persalinan sebagai sesuatu yang menakutkan.
2. Hipotesis penelitian
2.1. Ho : tidak ada hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha : ada hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.2. Ho : tidak ada hubungan paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah
kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha : ada hubungan paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.3. Ho : tidak ada hubungan pengetahuan tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan pertama di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha :
ada hubungan pengetahuan tentang persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan pertama di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
2.4. Ho :
tidak ada hubungan pendamping persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
Ha : ada hubungan pendamping persalinan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna tahun 2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional
yaitu suatu jenis penelitian dimana antara variabel bebas dan variabel terikat datanya
dikumpul secara bersamaan pada waktu yang sama (Murti.B, 2006).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Mei 2011
bertempat di wilayah kerja Puskesmas Guali Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primigravida trimester III yaitu
sebanyak sebesar 167 orang.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu primigravida trimester III.
2.1.Metode pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel menggunakan metode aksidental sampling yaitu siapa saja
ibu hamil trimester III yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel
sampai (Sugiono, 2006).
2.2.Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
(Notoatmodjo.S, 2002)
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan (0,05 atau 0,1)
Sehingga didapatkan :
Pengetahuan
Pendamping
persalinan
Nominal
1.
Nominal
Hitung
Hitung
Skala
Nominal
Hitung
Paritas
Hasil Ukur
Tidak cemas
(bila
total skor < 6)
2. Cemas (bila total skor
6)
2.
1.
Hitung
Cara
Ukur
1.
2.
1.
2.
Hitung
Umur
Kuesioner
Kuesioner
Kecemasan
Alat
Ukur
Kuesioner
Defenisi
Operasional
Gangguan perasaan
ibu
hamil
yang
ditandai
dengan
ketakutan
atau
kekhawatiran
yang
Lamanya ibu hidup
dihitung sejak lahir
sampai saat anak
dilahirkan
Kuesioner
Variabel
Kuesioner
No
Primigravida (wanita
yang baru hamil untuk
pertama kalinya)
Multigravida (ibu yang
sudah
hamil
atau
Cukup (bila total skor
jawaban responden
60%)
Kurang (bila total skor
jawaban responden <
Suami
Bukan suami
Nominal
Nominal
E.
Kaidah keputusan:
Ho diterima dan Ha ditolak, jika X2 hitung < X2 tabel
Ha diterima dan Ho ditolak, jika X2 hitung > X2 tabel dengan tingkat kemaknaan ( = 0, 05)
(Murti.B, 2006). Artinya peneliti bersedia menanggung risiko kesalahan sebesar 5% untuk
secara salah menolak Ho, ketika sesungguhnya Ho yang benar.
2.3. Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui besarnya peluang secara simultan
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus regresi logistik sebagai
berikut :
(Uyanto.SS, 2006)
Keterangan :
p : peluang kecemasan
o : konstanta
1 : koefisien kecemasan
Xji : umur
Xj2 : paritas
Xj3 : pengetahuan
Xj4 : pendamping persalinan
G. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan gambar disertai dengan
narasi secukupnya (parameter kunci) (STIK Avicenna, 2008).
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi pihak
institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada intansi tempat
penelitian dalam hal ini pihak Puskesmas Guali. Setelah mendapat persetujuan, barulah
dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:
1. Informed concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subyek menolak
maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subyek.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada
kuesioner, tetapi pada kuesioner tersebut diberikan kode responden.
3. Konfidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu
saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi. Q, 2006.
Faktor-Faktor Yang Berpotensi Mempengaruhi Kematian Ibu di Kota
Palembang & Kabupaten Mura Sumatera Selatan. Media Litbangkes XVI, Nomor 2, hlm 7
15.
Amalia, T, 2009.
(http://titian amalia.wordpress.com, diakses tanggal 25 Oktober 2009).
Astuti.SR,2008.
Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan (online)
(http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari 2010).
Depkes.RI, 2007. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Multigravida (online) (http://ibudanbalita.com,
diakses 2 Januari 2010).
Dinkes Sultra, 2008. Profil Kesehatan, Kendari
Dinkes Kab. Muna, 2008. Profil Kesehatan, Raha
Kompas,23/7/2007. Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi
Ghofur. A dan Purwoko. E, 2007. Pengaruh Teknik Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala 1 di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe
Sragen. Skripsi FKM Undip Dipublikasikan, Semarang.
Hawari. D, 2006.
Tingkat Kecemasan Pada Penderita Szhizophrenia (online)
(http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari 2010).
Henderson,2005.
Ibu Melahirkan Didampingi Suami Dapat Mengurangi Tingkat Kecemasan
(online) (http://www.klikdokter.com, diakse 11 Januari 2010).
Kaplan & Saddock, 2007. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Multigravida (online)
(http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari 2010).
Lazarus, 2007.
Tingkat Kecemasan (online) (http://www.klikdokter.com, diakse 11 Januari
2010).
Leary,
2007 Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Menjelang Persalinan (online)
(http://ibudanbalita.com, diakses 2 Januari 2010).
Manuaba. IBG, 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Edisi Revisi, EGC, Jakarta.
Mochtar.R,2006.
Sinopsis Obstetri, Obstetri Operati Obstetrisional. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Musbikin,
2007.
Ibu
Melahirkan
Sebaiknya
Didampingi
Suami
(online)
(http://www.klikdokter.com, diakse 11 Januari 2010).
Murti.B, 2006.
Desain & Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif & Kualitatif di Bidang
Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Notoatmodjo. S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Chipta, Jakarta.
_________, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Chipta, Jakarta.
Nursalam, 2008.
Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis & Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika;
Jakarta.
Pikirdong, 2008.
(http://www.pikirdong.org, diakses tanggal 28-10-2009).
Puskesmas Guali, 2010. Profil Kesehatan
Riduwan & Sunarto, 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi,
Komunikasi dan Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Sarafino, 2006.
Tingkat Kecemasan (online) (http://www.klikdokter.com, diakse 11 Januari
2010).
Kehamilan membuat perubahan citra tubuh, hubungan sosial dan perubahan peran
dari anggota keluarga. Ibu akan mengalami stress selama kehamilan yang akan
mempengaruhi tingkat emosinya juga hubungan sosial termasuk latar belakang
budayanya serta reaksinya terhadap kehamilan. Pada minggu pertama hingga
minggu keduabelas wanita tidak yakin dengan kehamilannya. Ia akan mencari
informasi untuk meyakinkan kehamilannya dengan memeriksakan diri kedokter,
bidan
atau
perawat.
Reaksi
ini
tergantung
kesiapan
individu
menerima
Kehamilan yang pertama adalah sesuatu yang sangat penting bagi perempuan.
Kehamilan pertama, biasanya perempuan banyak mengalami kekhawatiran, takut
dan bahagia. Kecemasan ibu yang sedang hamil biasanya dikarenakan kehamilanya
dan juga masa kelahirannya. Kehamilan pertama kali juga penting bagi para
dokter. Sebab banyak dari kasus naiknya kadar gula, tekanan darah dan yang
lainnya, terjadi pada kehamilan pertama lebih banyak daripada pada kehamilan
kedua,
ketiga,
dan
seterusnya
(Muhammad,
2008
dalam
www.tentang-
pernikahan.com).
Masa paling berat bagi beban psikis ibu hamil terjadi di trimester pertama, yakni
ketika perubahan aktivitas hormonal ibu sedang meningkat. Perubahan inilah yang
dapat dengan mudah mempengaruhi stabilitas emosi ibu, selain menyebabkan
keluhan mual-muntah, terutama di pagi hari (morning sickness) selama dua bulan
pertama. Akibatnya, beban psikologis pun semakin bertambah. Ibu hamil pun
sering mengalami kecemasan berkaitan dengan penampilan fisiknya. Bagi istri yang
memiliki konsep diri rendah, kehamilan kerap dipersepsikan sebagai keadaan yang
mengancam. Cukup banyak ibu yang merasa khawatir bahwa kehamilan akan
menurunkan daya tarik pada pasangannya. (Shinto, 2008 dalam www.hypnobirthing.com).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relative tinggi dibandingkan dengan negaranegara ASEAN. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2002/2003, Angka Kematian Ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per
100.000. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya angka kematian
bayi baru lahir (neonatal) masih pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut data hasil SDKI tahun 2006 menunjukkan AKI sebesar 298 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia 90% didominasi oleh trias
klasik yaitu perdarahan (40%), infeksi (30%) dan eklamsia (20%). Perdarahan
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan atonia uteri (67%) dan persalinan
dengan retensio plasenta (40%) (Wiknjosastro, 2001).
Kematian akibat perdarahan di Provinsi Lampung tahun 2004 yaitu 98 kasus dari
186.248 ibu bersalin dan meningkat menjadi 145 kasus pada tahun 2005 dan tetap
sama pada tahun 2006 sebanyak 145 kasus dari 165.347 kelahiran hidup (Dinkes
Provinsi Lampung, 2006). Pada tahun 2008, persalinan dengan retensio plasenta
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perdarahan di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdoel Moeloek (RSUDAM) Provinsi Lampung, dimana didapatkan
sebanyak 57 kasus (24,57%) dari 2129 persalinan, kejadian ini sebanyak 46 kasus
(80,70%) dialami oleh multiparitas dan sisanya 11 kasus (19,29%) dialami oleh primi
dan grandeparitas (Suparti, 2008).
Masa paling berat bagi beban psikis ibu hamil terjadi di trimester pertama.
1.2.2
per 100.000. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya angka kematian
bayi baru lahir (neonatal) masih pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut data hasil SDKI tahun 2006 menunjukkan AKI sebesar 298 per 100.000
kelahiran hidup.
1.2.3
Penyebab kematian ibu di Indonesia 90% didominasi oleh trias klasik yaitu
perdarahan (40%), infeksi (30%) dan eklamsia (20%). Perdarahan penyebab utama
kematian ibu adalah perdarahan atonia uteri (67%) dan persalinan dengan retensio
plasenta (40%) (Wiknjosastro, 2001).
1.2.4
Kematian akibat perdarahan di Provinsi Lampung tahun 2004 yaitu 98 kasus dari
186.248 ibu bersalin dan meningkat menjadi 145 kasus pada tahun 2005 dan tetap
sama pada tahun 2006 sebanyak 145 kasus dari 165.347 kelahiran hidup (Dinkes
Provinsi Lampung, 2006). Pada tahun 2008, persalinan dengan retensio plasenta
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perdarahan di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdoel Moeloek (RSUDAM) Provinsi Lampung, dimana didapatkan
sebanyak 57 kasus (24,57%) dari 2129 persalinan, kejadian ini sebanyak 46 kasus
(80,70%) dialami oleh multiparitas dan sisanya 11 kasus (19,29%) dialami oleh primi
dan grandeparitas (Suparti, 2008).
1.2.5
1.2.6
Berdasarkan catatan di Rumah Bersalin (RB) Dwi Yuni Fitarianti Desa Bernai
Kecamatan ZZZ, didapatkan data kunjungan ibu hamil tahun 2008 adalah sebanyak
1200 ibu hamil. Sedangkan kunjungan ibu hamil bulan Januara-Februari 2009
didapatkan data sebanyak 61 orang ibu hamil. Presurvey peneliti di Rumah Bersalin
(RB) Dwi Yuni Fitarianti terhadap 10 orang ibu primigravida trimester pertama,
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester
pertama di Rumah Bersalin (RB) Dwi Yuni Fitarianti Desa Bernai Kecamatan ZZZ
Kabupaten ZZZ tahun 2009.
1.4.2
Tujuan Khusus
1.4.2.1
primigravida trimester pertama di Rumah Bersalin (RB) Dwi Yuni Fitarianti Desa
Bernai Kecamatan ZZZ Kabupaten ZZZ tahun 2009.
1.4.2.2
primigravida trimester pertama di Rumah Bersalin (RB) Dwi Yuni Fitarianti Desa
Bernai Kecamatan ZZZ Kabupaten ZZZ tahun 2009.
1.4.2.3
primigravida trimester pertama di Rumah Bersalin (RB) Dwi Yuni Fitarianti Desa
Bernai Kecamatan ZZZ Kabupaten ZZZ tahun 2009.
1.4.2.4
primigravida trimester pertama di Rumah Bersalin (RB) Dwi Yuni Fitarianti Desa
Bernai Kecamatan ZZZ Kabupaten ZZZ tahun 2009.
1.5.2
1.5.3
multigravida adalah seorang wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih
(bobak,dkk,
2005). Jadi, suami dari istri primigravida adalah suami yang memiliki istri
yang hamil
untuk pertama kalinya, sedangkan suami dari istri multigravida adalah
suami yang
memiliki istri yang hamil untuk kedua kalinya atau lebih. Menurut Anna,
Sidharta
dan Brouwer (1997) tekanan jiwa yang dialami suami dalam menunggu
istri bersalin
dapat berasal dari sikap negative terhadap kelahiran atau anak yang akan
dilahirkan.
Bisa juga berasal dari prasangka yang negatif atau juga dari situasi
lingkungan yang
tidak sesuai. Sesudah anaknya lahir mungkin si ibu dan ayah mengalami
tekanan
karena kecewa, kecewa karena anaknya ternyata tidak sesuai keinginan
(Jones dan
Henderson, 2006).
Tekanan jiwa dalam menunggu kelahiran pada suami primigravida dan
multigavida dapat berupa kecemasan. Kecemasan merupakan keadaan
suasana
perasaan yang ditandai oleh gejala-gejala seperti ketegangan fisik dan
kekhawatiran
tentang masa depan.Kecemasan bisa terjadi berupa perasaaan gelisah
yang bersifat
subjektif, atau merespon fisiologis yang bersumber di otak dan tercermin
dalam
bentuk denyut jantung yang meningkat dan otot yang menegang (Barlow,
2006).
Menurut Ashwin Kandouw (2007) cemas tidak mungkin bisa dihindari
karena dalam
menghadapi masalah sehari-hari pasti merasa cemas. Jika kita tidak
berhasil
mengelola cemas, maka cemas yang akan mengendalikan kita. Prinsipnya
adalah
mengelola kecemasan (Hutagalung, 2007). Dalam kehidupan sekarang ini
sering
dikatakan age of anxiety abad kecemasan. Individu-individu yang
tergolong
normal kadang-kadang mengalami kecemasan yang menampak, sehingga
dapat
disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun
mental. Gejala
tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental lebih
jelas lagi
bagi individu yang mengidap penyakit mental parah. (Sundari, 2005).
Kecemasan
dengan efak negatif, dimana seseorang memfokuskan diri pada kemungkinan datangnya
bahaya atau kemalangan yang tidak dikontrol. Biasanya rasa cemas ini terjadi pada saat
adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Bahkan
kecemasan ini perlu dimiliki oleh manusia. Apabila kecemasan itu berlebihan akan berubah
menjadi abnormal, ketika kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi berlebihan atau
melebihi dari kapasitas umumnya. Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa
dikatakan mengalami gangguan kecemasan yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya
tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau
anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah satunya
terganggunya fungsi sosial dalam diriindividu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini
menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun
kelompoknya.
2.Definisi Kecemasan Menurut Para Ahli
Beberapa definisi kecemasan menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :
a.Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego
untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga
dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang
melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau
tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
b.Menurut Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti
panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas
kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efekivitas dari operasi-operasi keamanan
yang dimiliki seseorang. Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan, tidak berdaya akan
muncul apabila orang tidak siap menghadapi ancaman.
c.Menurut Davisin, Neale, & Kring (2004). Anxietas atau kecemasan adalah suatu keadaan
aprehensi atau keadaan khawatir yangmengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera
terjadi. Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang tidak
menyenangkan
d.Menurut Barraclough (1999), Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali
muncul pada situasi yangtidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya. Menurutnya
kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental(psikologis) dan gejala fisik (somatis). Pada
umumnya, gejala mental mudah dikenali,seperti khawatir, mudah merasa terganggu
(irritability), gelisah (restlessness), insomnia, ataumimpi buruk. Sedangkan, gejala fisik
tampak pada pernafasan menjadilebih cepat, aktivitas berlebih pada sistem syaraf otonom,
atau tegangan otot, jantungberdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, terdapat gumpalan pada
tenggorokan yangmenyebabkan kesulitan dalam menelan, pusing, sakit perut, dan diare.
e.Menurut Kowalski (2000) Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang
ditandai denganmeningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada sistem
syaraf sympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernafasan,
dantegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputiketakutan
dan kekhawatiran
f.Menurut DepKes RI (1990). Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan
kekawatiran yang timbul karenadirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam.
g.Menurut Stuart and Sundeens (1998).Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan
perasaan keprihatinan, rasa gelisah,ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yangtidak diketahui atau dikenal.
h.Menurut Kusuma W (1997).Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan yangdisertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya
hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering
ditemukan dansering kali merupakan suatu emosi yang normal. Dan
i.Menurut Kaplan, Sadock (1997). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang
sumbernya tidak diketahui,internal, samar-samar atau konfliktual.
B.Teori Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat
didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan
cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress
dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap
kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Teori Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang
tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan
cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi.
Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi.
Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku
ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan
timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat
itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap
kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul
apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat
restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin
pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut
ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu,
sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui
tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress
psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
2.Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus
(fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang
penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu
kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
3.Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu,
sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
4.Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik
dalam keluarga.
5.Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis
(Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak
oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart &
sundeens, 1998).
C.Klasifikasi Kecemasan
Menurut Townsend (1996) ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan
panik.
a.Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan
ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran
tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
b.Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun
dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk
belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak
sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
c.Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang
hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit
kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan
untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
d.Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan
kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi
pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap
perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
Menurut penyebab, dan lama berlangsungnya, kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk, yakni:
a.Phobic Anxiety.
Yaitu kecemasan yang timbul dikarenakan oleh phobia (ketakutan) tertentu, misalnya:
Cemas karena takut berada di dalam kamar tertutup.
Cemas ketika tidur di ruang yang gelap.
Cemas lantaran berada di tempat tinggi.
b.Acute Anxiety
Ialah kecemasan yang muncul mendadak dengan intensitas yang tinggi, tapi tidak terlalu
tetapi ada tipe orang yang menghadapi tekanan dan konflik hidup yang berat tanpa
menimbulkan kecemasan apapun. Beberapa unsur pembentukan kepribadian seringkali
menyebabkan besar kecilnya daya tahan terhadap konflik, yaitu:
Unsur Psikologis. Setiap orang belajar bagaimana ia berreaksi terhadap kesuksesan dan
kegagalan. Pengalaman menentukan kadar kecemasan.
Unsur Keturunan. Beberapa sikap hati ditentukan oleh unsur genetika/keturunan. Ada
kalanya, seseorang lebih sensitif dikarenakan orang tuanya ber-temperamen SanguinMelankolis misalnya.
Unsur Sosiologis. Keadaan sosial potensial untuk membentuk kecemasan seseorang.
Perasaan aman dan puas dalam kehidupan sosial (social life) menentukan besar kecilnya
kadar kecemasan. Misalnya: kondisi sosial politik di Indonesia yang tidak menentu seperti
sekarang ini (1999) suatu hari kelak akan membentuk manusia Indonesia yang mudah cemas.
Unsur Fisiologis. Kondisi kesehatan tubuh menentukan kadar kecemasan. Seseorang yang
kurang sehat atau sakit-sakitan akan rentan terhadap perasaan cemas yang berkepanjangan.
Demikian pula sebaliknya, seseorang yang kerap kali cemas akan terganggu kesehatannya.
Unsur Teologis. Kadar iman seseorang menentukan kadar kecemasannya. Semakin tinggi
imannya, semakin rendah kecemasannya.
E.Gejala Kecemasan
Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi
dalam beberapa fase, yaitu :
a. Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk
fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak
sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri
dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan
antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jarijari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari
sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah
informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan
tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada
motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat
kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui.
Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda
adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat
pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri
saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie,
1988).
c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala
yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya
tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti :
intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang
sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat
sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
Selain fase-fase diatas, terdapat juga respon fisologi dan psikologi yang terjadi pada gejala
gangguan kecemasan diantaranya sebagai berikut :
a.Respon Fisiologi terhadap Kecemasan
1.Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi
meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
2.Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
3.Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa
terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
4.Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium,
nausea, diare.
5.Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
b.Respon Psikologis terhadap Kecemasan
1.Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,
menghindar.
2.Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,
bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang
berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
3.Afektif; tidak sabar, tegang, neurosis,tremor, gugup yang luar biasanya, sangat gelisah, dan
lain-lain.
F.Penanganan Gangguan Kecemasan
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan
penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan
mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan :
1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada
konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis
tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam
diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi
untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat member perhatian lebih terhadap
tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern,
akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan
hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien
untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang
sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorangyang
sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapisterapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakatbakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi
bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi
dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhankebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat- obatan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, valium dan Xanax.
Meskipunbenzodiazepine mempunyai efek menenangkan tatapi mengakibatkan depansi fisik
adiksi(USDHHSS,1999a) . orang- orang yang tergantung kedapanya dapat mengalami
serangkaian sintom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya dengan tiba- tiba. Obat
antidepresimempunyai efek antikecemasan dan anti panik selain jiga mempunyai efek anti
depresi
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh
beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi
lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan
tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar,diantaranya:
a.Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi
setapak atau (stepwise) dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi
pemaparan (exposure therapy) sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi
pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada
penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yangagorafobik
kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan
individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberattanpa ada
perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari
pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara menanggulangi ataupun
cara membantu memperkecil kecemasan.
b.Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.biasanya
digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c.Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan
dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk
menghadapinya sendiri.
d.Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,terapi
kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan
irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkankecemasan
yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkankebutuhan
berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksikeyakinan-keyakinan
yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkinberpikir bahwa tidak ada
seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakapdengannya dan bahwa mereka
akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidupmereka. Terapi kognitif membantu
mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiranmereka dan membantu mereka untuk
melihat situasi secara rasional. Salah satu contohtekhnik kognitif adalah restrukturisasi
kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klienmencari pikiran-pikiran dan mencari
alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e.Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum
terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu
dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas
tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya
kesulitan yang berarti.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan
pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya
kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut
terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme
tubuh.
B.
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Apa Pengertian Kecemasan?
Apa Bentuk-bentuk Kecemasan?
Bagaimana Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan?
Bagaimana Terapi Gangguan Kecemasan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecemasan
1. Definisi kecemasan menurut para ahli:
a. Menurut Freud (ahli psikoanalisis) bahwa kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari
rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan berfungsi memperingatkan
individu akan adanya bahaya.
b. Menurut Priest (1994) bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang
dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.
c. Menurut Calhoun dan Acocella (1995), kecemasan adalah perasaan ketakutan (baik realistis
maupun tidak realistis) yang disertai dengan keadaan peningkatan reaksi kejiwaan.
d. Menurut Atkinson, dkk (1996), kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang
ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut.
e. Menurut Davis dan Palladino (1997), kecemasan memiliki pengertian sebagai perasaan
umum yang memiliki karakteristik perilaku dan kognitif atau simptom psikologikal.
f. Menurut Hall dan Lindzey (2001), kecemasan adalah ketegangan yang dihasilkan dari
ancaman terhadap keamanan, baik yang nyata maupun imajinasi biasa.1[1]
g. Kecemasan (atau ketakutan)2[2]
h. Ansietas adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau
opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas,
nonspesifik.3[3]
i. Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan terancam sebagai tanggapan
terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam. Sedangkan ketakutan menurut
batasannya adalah sesuatu yang benar-benar menakutkan.4[4]
Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat diambil kesimpulan, kecemasan adalah
perasaan takut terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
2. Gejala Cemas
Cemas mempunyai penampilan atau gejala yang bermacam-macam antara lain:
a. Gejala jasmaniah (fisiologis) yaitu: ujung-ujung anggota dingin (kaki dan tangan), keringan
berpercikan, gangguan pencernaan, cepatnya pukulan jantung, tidur terganggu, kepala pusing,
hilang nafsu makan dan pernapasan terganggu.
b. Gejala kejiwaan antara lain: sangat takut, serasa akan terjadi bahaya atau penyakit, tidak
mampu memusatkan perhatia, selalu merasa akan terjadi kesuraman, kelemahan dan
1[1] Triantoro Safaria, Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, (Jakarta: Bumu
Aksara), 49-50
2[2] [Angst. Istilah Jerman yang menunjukkan suatu perasaan yang lebih intens
ketimbang istilah inggris anxiety; namun, yang disebut terakhir itu berasal dari
akar yang sama, dan telah dijadikan istilah baku bahasa inggris: Pen.]
3[3] Carpenito moyet, Lynda Juall, Buku saku diagnosis keperawatan, (Jakarta:
EGC), 11
4[4] Alex Sobur, Psikologi Umum, cetakan 1, (Bandung: Pustaka Setia), 345
kemurungan, hilang kepercayaan dan ketenangan, dan ingin lari dari menghadapi suasana
kehidupan.5[5]
B. Bentuk-bentuk kecemasan
1. Fobia
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun
peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik
yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap
benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui
bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.
Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
a. Fobia Spesifik
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu,
misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia),
ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju,dsb.
b. Fobia Sosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat
adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau
tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang
mengancam dirinya pada saat diluar rumah
2. Gangguan obsesif-kompulsif
a. Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional - tidak
dapat dikontrol mengganggu hidup. dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim,
penangguhan tidak dapat membuat keputusan.pasien tidak dapat mengambil kesimpulan.
b. Kompulsi: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik berkali-kali.
Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita merasa apa yang
dilakukannya asing.
Ada 5 bentuk obsesi:
Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara baik
(75% dari pasien).
Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada kejadian
yang akan datang (34% dari pasien).
Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang
memalukan (26%)
Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
Ada 2 macam Kompulsif
Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).
Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan tersebut):
mengontrol dorongan dengan berkali-kali menghitung sampai 10.6[6]
C. Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan
5[5] Prof. Dr. Musthafa Fahmi, Kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat, jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang), 29
6[6] http://www.psychologymania.com/2011/07/gangguan-kecemasan-anxietydisorder.html. diakses pada 24 mei 2012
Menurut Priest (1991) bahwa individu yang mengalami kecemasan akan menunjukkan
reaksi fisik berupa tanda-tanda jantung berpacu lebih cepat, tangan dan lutut gemetar,
ketegangan pada syaraf di belakang leher, gelisah atau sulit tidur, banyak berkeringat, gatalgatal pada kulit, serta selalu ingin buang air kecil.
Calhoun dan Acocella (1995) mengemukakan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan
dalam tiga reaksi, yaitu sebagai berikut:
a. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan persepsi individu
terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti perasaan keprihatinan, ketegangan,
sedih, mencela diri sendiri atau orang lain.
b. Reaksi kognitif yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir jernih sehingga mengganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan
lingkunan dan sekitarnya.
c. Reaksi fisiologis, yaitu: reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap sumber ketakutan dan
kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem syaraf yang mengendalikan berbagai otot
dan kelenjar tubuh sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas
bergerak lebih cepat, tekanan darah meningkat.
Blackburn dan Davidson (1994) mengemukakan, reaksi kecemasan dapat mempengaruhi
suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku, dan gerakan biologis. Hal ini dapat dilihat dalam
analisi gangguan fungsional yang dibuat olehBlackburn dan Davidson pada Tabel di bawah:
Simptom-simptom Psikologis
Keterangan
Suasana hati
Pikiran
Motivasi
Perilaku
Gerakan biologis
Gerakan
otomatis
meningkat,
berkeringat, gemetar, pusing, berdebardebar, mual, mulut kering.
[7]
2.
3.
4.
tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam
diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi
untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap
tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern,
akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan
hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien
untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
Pendekatan-Pendekatan Humanistik.
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang
sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang
sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapisterapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakatbakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi
bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi
dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhankebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
Pendekatan-Pendekatan Biologis.
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam).
Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan
depensi fisik.Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga
mempunyai efek antidepresi.
Pendekatan-Pendekatan Belajar.
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh
beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi
lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan
tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan
setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi
pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani
fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi
bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang
makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada
tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa
suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang
dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan.
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.
biasanya
digunakan
pada
seorang
psikolog
terhadap
penderita
fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut
dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk
menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,
terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhankebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan
kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan
kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi
keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin
berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap
dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup
mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran
mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh
tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien
mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar
menghadapi
situasi
pembangkit
kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik
kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat
dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma,
gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.Pada
fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan
secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri
situasi tersebut.8[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecemasan adalah perasaan takut terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Bentuk-bentuk kecemasan:
Fobia
Gangguan Obsesif-kompulsif
Reaksi yang ditimbulkan oleh kecemasan:
Reaksi emosional
Reaksi kognitif
Reaksi fisiologis
8[8] http://www.psychologymania.com/2011/07/gangguan-kecemasan-anxietydisorder.html. diakses pada 24 mei 2012
MAKALAH
MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Teknologi Informasi dalam Kebidanan
yang dibina oleh
Bapak Nurudin Santoso.ST.,MT
Oleh:
Siska Dian Mandasari
NIM 1302100036
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN MALANG
APRIL 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat A
llah SWT
yang telah memberikan kesehatan dan
kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah tentang
Morning Sickness
Pada Ibu Hamil
.
,
tak lupa
juga kepada teman
teman yang sudah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat
agar kita sebagai mahasiswi
Ke
bidanan dapat mengetahui dan
memahami tentang
morning sickness yang terjadi pada ibu hamil saat ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
yang
harus dikembangkan lebih lanjut, untuk segala kritik dan sa
ran yang membangun
dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita mahasiswi
kebidanan dan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
https://siiscadiian.wordpress.com/wp
admin/post.php?post=4&action=edit&message=10
Malang,
12
April
2014
ii
Hormat kami
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................
................................
................................
.........
i
DAFTAR ISI
................................
................................
................................
.......................
ii
BAB 1
................................
................................
................................
................................
.
1
PENDAHULUAN
................................
................................
................................
..............
1
1.1
Latar Belakang Masalah
................................
................................
......................
1
1.2
Rumusan Masalah
................................
................................
...............................
1
1.3
Tujuan
................................
................................
................................
.................
2
BAB II
................................
................................
................................
................................
.
3
BAHASAN
................................
................................
................................
.........................
3
2.1 Morning Sickness
................................
................................
................................
......
3
2.2 Faktor Penyebab Morning Sickness
................................
................................
..........
3
2.3 Mekanisme Terjadinya Morning Sickness
................................
................................
4
2.4 Tips dalam Mengatasi Morning Sickness pada Ibu Hamil
................................
.......
5
BAB III
................................
................................
................................
...............................
8
PENUTUP
................................
................................
................................
..........................
8
3.1 Kesimpulan
................................
................................
................................
...............
8
DAFTAR PUSTAKA
................................
................................
................................
.........
9
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sebanyak 80% ibu hamil mengeluhkan masalah mual
atau muntah yang biasa
disebut dengan morning sickness. Biasanya masalah ini timbul
sekitar 20 minggu
usia kehamilan atau pada saat ibu hamil memasuki Trimester 1
kehamilannya.
Morning sickness merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi ibu
serta
keluarga ka
rena dengan adanya morning sickness dapat menyebabkan tidak
enak
badan dan mual sehingga dapat mengganggu aktifitas ibu apalagi
disertai dengan
mual dan muntah yang menyebabkan makanan yang sudah
dimakan dikeluarkan
kembali.
Walaupun dalam istilah asing
diberinama Morning Sickness bukan berarti
hanya bisa terjadi pada pagi hari. Pada kenyataannya, banyak juga
wanita hamil
yang mengalami hal ini di siang atau sore hari, bahkan ada juga
yang
mengalaminya waktu dini hari setelah melakukan hubungan
dengan sua
mi.
Setiap ibu hamil akan memiliki tingkat derajat mual yang berbeda
beda,
ada yang tidak terlalu merasakan apa
aoa, taoi ada juga yang merasa mual dan
bahkan ada yang merasa sangat mual dan muntah setiap saat
sehingga
memerlukan pengobatan.
1.2
Rumusan Masal
ah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan morning sickness?
1.2.2 Apa sajakah factor penyebab terjadinya morning sickness?
1.2.3 Bagaimanakan mekanisme terjadinya morning sickness?
1.2.4 Apa sajakah tips dalam mengatasi morning sickness?
2
1.3
Tujuan
Makalah ini
dibuat untuk memperoleh deskripsi tentang :
1.3.1 morning sickness
1.3.2 faktor penyebab terjadinya morning sickness
1.3.3 mekanisme terjadinya morning sickness
1.3.4 tips dalam mengatasi morning sickness
3
BAB II
BAHASAN
2.1 Morning Sickness
Morning
Sickness
adalah salah satu tanda kehamilan yang tidak pasti.
Dalam kamus kita sering disebut dengan gejala mual
muntah. Biasanya terjadi
pada awal bulan kehamilan, yaitu pada trimester
I (0
12 minggu), tapi hal ini juga
tidak bisa dijadikan
dasar untuk s
etiap wanita hamil. Karena kondisi setiap
wanita hamil sangatlah berbeda
beda.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, selain proses
perubahan
hormon yang cukup signifikan, juga bisa di pengaruhi oleh psikis
atau emosional,
faktor fisik seperti kelela
han, juga bisa diperparah dengan bau atau aroma tertentu.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang
wajar
dan sering kedapatan pada ibu hamil Trimester I. Mual biasanya
terjadi pada pagi
hari (morning sickness) tetapi dapat pula timbu
l pada malam hari. Gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung
selama kurang lebih
10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60
80 % primi gravida dan 40
60 %
pada multigravida.
2.2 Faktor Penyebab Morning Sickness
Morning sickness
membuat seorang wanita hamil lebih sulit makan
meskipun sudah tersedia makanan favoritnya.
Berikut ini adalah beberapa penyebab umum morning sickness:
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sebanyak 80% ibu hamil mengeluhkan masalah mual
atau muntah yang biasa
disebut dengan morning sickness. Biasanya masalah ini timbul
sekitar 20 minggu
Makalah ini
dibuat untuk memperoleh deskripsi tentang :
1.3.1 morning sickness
1.3.2 faktor penyebab terjadinya morning sickness
1.3.3 mekanisme terjadinya morning sickness
1.3.4 tips dalam mengatasi morning sickness
6
Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu
buru
terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri
bangun. Bila anda
merasa sangat mual k
etika bangun tidur pagi siapkanlah snack atau bis
k
uit
didekat tempat tidur anda, dan anda dapat memakannya dahulu
sebelum anda
mencoba untuk berdiri.
4)
Hindari makanan berbumbu dan berminyak
Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan
mempe
rburuk rasa mual anda.
5)
Perbanyak minum air putih dan jus
Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah.
Minumlah air putih, ataupun ju
s
. Hindari minuman yang mengandung kafein
dan karbonat.
6)
Konsultasi ke dokter
Vitamin kehamilan kadang memp
erburuk rasa mual, tapi anda tetap
memerlukan folat untuk kehamilan anda ini. Bila mual muntah
sangat hebat,
konsultasikan ke dokter anda sehingga dapat diberikan saran
terbaik untuk
vitamin yang akan anda konsumsi. Dan dokter anda mungkin akan
memberikan
obat untuk mual bila memang diperlukan.
7)
Konsumsi vitamin B6 secara teratur
Vitamin B6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu
hamil.
Sebaiknya Konsultasikan dahulu dengan dokter anda untuk
pemakaiannya.
8)
Konsumsi obat tradisional
Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual
pada
berbagai pengobatan tradisional. Penelitian di Australia
menyatakan bahwa
7
jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi
rasa mual dan
aman untuk ibu dan bayi. Pada beberapa wan
ita hamil ada yang mengkonsumsi
jahe segar atau permen jahe untuk menbantu mengatasi rasa
mualnya.
9)
Istirahat yang cukup
Istirahat dan relax akan sangat membantu anda mengatasi rasa
mual
muntah. Karena bila anda stress hanya akan memperburuk rasa
mual anda
.
Pakailah waktu anda untuk beristirahat yang cukup dan santai,
dengarkan
musik, membaca buku bayi atau majalah kesayangan anda dll.
Hadapilah
kehamilan anda dengan kebahagian, karena ini adalah
anugerahNya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Morning Sic
kness
adalah
suatu keadaan dimana ibu hamil merasa mual dan ingin
muntah. Morning sickness biasanya terjadi pada Trimester 1 atau
pada awal
kehamilan. Setiap ibu hamil pasti mempunyai tingkat mual yang
berbeda
beda,
ada yang tidak merasa apa
apa, ada yang
merasa sangat mual sehingga
mengganggu aktifitas serta nafsu makannya.
Morning sickness
disebabkan karena adanya beberapa faktor yaitu
HCG,peningkatan hormon progesteron, makanan, serta sensitivitas
bau dan rasa.
Untuk meminimalisir rasa mual dan muntah,
ada beberapa cara yang bisa
dilakukan antara lain adalah dengan mengkonsumsi vitamin B6,
istirahat yang
cukup, makan makanan yang bergizi, jangan terburu bangun dari
tempat tidur,
perbanyak minum air putih dan jus, dan sering
seringlah berkunjung ke dokter
untuk berkonsultasi.
3.2 Saran
Semoga pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca
sehingga memberikan setidaknya sedikit pengetahuan yang dapat
menjadi
inspirasi bagi ibu
ibu hamil mengenai kehamilannya khususnya untuk meredakan
gejala
yang sering dialami pada Trimester I yaitu morning sickness
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal
kehamilan
ditandai
berdasarkan
menstruasi
terakhir
pada
wanita.
Banyak perubahan fisik yang akan wanita alami selama trimester pertama (3 bulan
pertamakehamilan). Periode ini juga merupakan periode tumbuh kembang yang cepat
bagi bayi.Kehamilan biasanya berlangsung selama 40 minggu, mulai dari hari pertama periode terakhir
menstruasi wanita yang berarti bahwa itu mencakup dua minggusebelum ovulasi dan konsepsi
terjadi.Hal ini sering disebut dalam tiga bagian yangdisebut trimester. Trimester pertama
berlangsung selama 12 minggu, yang keduadari 13 sampai akhir 27 minggu, dan ketiga 28-40
minggu. Wanita mungkinmenemukan versi yang sedikit berbeda dari periode waktu selama
kehamilannya.Sebagai
Pembagiantrimester
contoh,
membantu
tes
khusus
anda
dan
dilakukan
selama
trimester
pertama.
dokter
dalam
perencanaan
dan
sebagian
perempuan
bahkanmungkin
tidak
merasakan
adanya
Gejala gejala umum; beberapa wanita mengatakan bahwa ia merasa hamil. Terjadi
perasaan mudah lelah, pusing dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tidur.
Quickening; berarti perasaan pertama adanya kehidupan.Sensasi getaran ini seperti kupu
kupu terbang, dirasakan pertama kali oleh calon ibu sekitar minggu ke 22, atau minggu ke
20 pada wanita yang pernah hamil sebelumnya.
Merupakan suatu trimester yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang
tua yang menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin berkembang pada
trimester ini.Perhatian ibu hamil biasanya mengarah pada keselamatan diri dan anaknya.
Bersamaan dengan harapan akan hadirnya seorang bayi, timbul pula kecemasan akan adanya
kelainan fisik maupun mental pada bayi. Kecemasan akan nyeri dan kerusakan fisik akibat
melahirkan serta kemungkinan hilangnya kontrol saat persalinan perlu mendapat perhatian
pula.
Ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering mengganggu istirahat ibu.Dispnea,
peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises dialami oleh kebanyakan wanita
pada kehamilan tahap akhir.Peningkatan ukuran abdomen mempengaruhi kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Posisi yang nyaman sulit didapat, biasanya ibu hamil
menjadi semakin tidak sabar menanti saat-saat semuanya berlalu (Bobak et.al, 2004:184 ).
BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP IBU HAMIL NORMAL TRIMESTER PERTAMA
A.Pengertian Trimester Pertama
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Saifuddin,Abdul Bani, dkk,
2001)Kehamilan adalah periode dimana ovum telah dibuahi dan berkembangdidalam uterus
mengalami proses diferenseasi dan uterus berkembang sampai bisamenunjang sendiri kehidupan diluar uterus
(Mochtar Rustam;1988).Kehamilan trimester I adalah periode pertama diukur mulai dari
konsepsisampai minggu ke-12 kehamilan.
Trimester pertama disebut sebagai periode pembentukan karena pada akhir periode ini
semua system organ janin sudahterbentuk dan berfungsiKehamilan trimester pertama adalah
waktu yang harus dinikmati, harapan, dan perubahan-perubahan pada seorang ibu
terjadi.Meskipun setiap tahap kehamilanmempunyai karakter yang berbeda, kehamilan
trimester pertama dapat merupakansaat yang sulit juga.
B . Faktor Penyebab
Faktor penyebab kehamilan trimester pertama adalah sel sperma yang berhasil
membuahi sel telur sehingga menjadi zigot, morula, blastosit, embrio,dan janin.
C .Gejala Pada Kehamilan Trimester 1
Gejala subjektif
a) Amenore
b) Nausea
c) Mual (morning sickness)
d) Payudara terasa penuh dan sensitive
e) Sering berkemih
f) Merasa lemah dan letih
g) Berat badan naik
h) Perubahan mood
Gejala oubyektif
a) Peningkatan temperatur basal tubuh
b) Perubahan kulit
c) Perubahan pada payudara
d) Pembesaran pada abdomen
e)
Perubahan pada rahim dan vagina
D. .Perubahan Psikologis Trimester 1 (Periode Penyesuaian)
a)
b)
c)
d)
e)
Ibu merasa tidak sehat dari kadang merasa benci dengan kehamilannya.
Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan.
Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamli
Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatiandengan saksama.
Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibuyang mungkin akan
Asam Lemak Omega-6 (Asam lenoleat) dan Asam Lemak Omega-3 (AsamAlfa-Lenoleat). Manfaat :
Asam lemak omega-6 prekusor pembentukan asam lemak arakidonat (AA). Sedangkan asam lemak
omega-3 di dalam tubuh diubah jadi EPA(asam eikosapentaenoat) dan DHA (asam
dokosaheksaenoat). AA dan DHAterbukti sebagai lemak dominan penyusun sel-sel saraf dan otak janin.
JenisMakanan : Asam lemak omega-6 misalnya minyak kedelai atau minyak zaitun.Asam omega-3 misalnya
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi
dalam keadaan bahaya.( Uswhaya,2009:3)Menurut Kusmiyati dkk, 2008, kehamilan merupakan hal
yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi.Salah satu
asuhanyang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitumelakukan
pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadiselama hamil muda.
a.
Perdarahan pervagina adalah Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilankurang dari 22
minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginamyang berhubungan dengan kehamilan
b.
menjadi
terganggu
dan
keadaan
umum
menjadi
dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dankematian.
Penglihatan Kabur,
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkanoleh sakit kepala yang
hebat, sehingga terjadi oedema pada otak danmeningkatkan resistensi otak yang
mempengaruhi sistem saraf pusat, yangdapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala,
kejang), dan gangguan penglihatan.Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat
menjadi
tanda pre-eklampsia.Masalah
visual
yang
mengidentifikasikan
keadaan
yangmengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur
atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.Selain itu adanya skotama,
diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang
mengarah padaeklampsia.Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan
f.
di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).
Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan.
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat
diketahui dari kenaikan berat badanserta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.Oedema
pretibial yang ringansering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti
untuk perkembangan sistem organ paling rentan terhadap cedera dari factor lingkungan atau
keturunan.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primi gravida, molahidatidosa dan
kehamilan ganda.
2) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolicakibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, inimerupakan faktor organik.
3) Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak
4)
Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tanggaretak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,hamil yang tidak diinginkan,
Takut terhadap tanggug jawab sebagai ibu.
c) Patofisiologi
b.
c.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewatginjal
menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati danterjadilah
lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
d.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan
gastro intestinal.
dengan gejala : nistagmus, dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan,termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.
e) Diagnosa
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar.Harus ditentukanadanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhikeadaan
umum.Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkankekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan.
6. Penatalaksanaan
a)
vitamin
pada
B1
dan
keadaan
B6.
Anti
lebih
histamika
kuat
juga
diberikan
dianjurkan
seperti
antimetik
seperti
Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara
baik. Cacat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang bolehmasuk ke
dalam kamar penderita. Sampai muntah berhenti dan penderita maumakan, tidak diberikan
makan/minum selama 24 jam. Kadang-kadang denganisolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c)
d) CairannParenteral, Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
denganglukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perludapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin Cdan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secaraintravena
e)
dan perdarahan
dalam
keadaan
demikian
perlu
dipertimbangkan
untuk
Pendarahan retina
Kemunduran penglihatan
Gangguan faal
Hati dalam bentuk ikterus
Ginjal dalam bentuk anuria
Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
Tekanan darah menurun
Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum
1.
GravidaFaktor
presdisposisi
yang
sering
ditemukan
sebagai
penyebab
PendidikanKejadian hiperemesis pada ibu hamil lebih sering terjadi pada ibu hamil
yang berpendidikan rendah (Prawihardjo, 2005).Secara teoritis, ibu hamil yang berpendidikan
lebih tinggi cenderung lebihmemperhatikan kesehatan diri dan keluarganya (Saifuddin,
2002).
3.
keadaan
tersebut
hormon
Khorionik
gonadotropin
dibentuk
berlebihan(Prawihardjo, 2005).
4.
1.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankehilangan nutrisi dan
cairan yang berlebihan dan intake yang kurang.
Tujuan
Nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Intervensi
Tunjukkan keadekuatan kebiasaan asupan
nutrisi dulu / sekarang denganmenggunakan
Kriteria hasil:
Rasional
Auskultasi denyut jantung janin ( DJJ )
Tenutkan frekuensi/ beratnya mual/muntah.
Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah
medis lain (miasal; ulkus peptikum, gastritis,
kolesistisis).
Anjurkan
klien
memperahankan
berat
jenis
urine.
dengan standar.
Anjurkan penigkatan
mauskan
minian
Tujuan
Rasional
Membuat gambaran diri lebih nyata
Buat hubungan terapeutik perawat/pasien
Mengakui diri sebagai individu
Tingkatkan Konsep diri tanpa penilaian moral
Menerima tanggung jawab untuk tindakan
obat,
dan
konsekuensi
bila
tak
mengikuti aturan.
Beri respon terhadap kenyataan bila pasien
membuat penyataan tidak relistis seperti saya
meningkatkan berat badan ;jadi saya benar-
Hindari perdebatan.
Bantu pasien untuk melakuakn kontrol pada
area selain dari makan/penurunan berat badan.
Missal : manajemen aktivitas harian, pilihan
kerja/kesenangan.
pasien/orang
terdekat
dalam
perencanaan jadwal.
Dorong pasien untuk melakukan kapanpun
mungkin, misal ; perawatan diri, bangin dari
kursi, berjalan.
Beriakn latihan rentang gerak pasif/aktif pada
5. Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntahyang sering
Tujuan
Nyaman terpenuh
Rasional
Kaji nyeri
intensitas)
Atur posisi tidur senyaman mungkin sesuai
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang / hilang
Ekspresi wajah tenang
menunjukan rasa sakit.
rilek,
(skala,
lokasi,
durasi
dan
keluarga pasien
.Beri kompres hangat pada daerah nyeri.
Kaji tanda-tanda vital.
Kolaborasi medis untuk pemberian obat-
Kriteria Hasil :
dan
dalam
hal-hal
perawatan
yang
dan
pengobatan.
Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan
pengobatan.
Jelaskan tentang pentingnya istirahat total.
Berikan informasi tertulis / verbal yang terpat
tentang diet pra natal dansuplemen vitamin /
kehamilan
ASUHAN IBU HAMIL NORMAL TRIMESTER II
A. Pengertian ibu hamilnormal trimester II
Merupakan kehamilan yang terjadi pada kehamilan usia 14 28 Minggu. Merupakan
kehamilan yang terjadi pada kehamilan antara 16 24 minggu (4 6 bulan) (Wiknjosastro,
2007)
B. Tanda dan gejala ibu hamil trimester II
Tanda Kehamilan Trimester Kedua
Terdapat beberapa tanda dan gejala kehamilan untuk memastikan apakah seseorang
benar benar hamil atau tidak.Tanda dan gejala kehamilan ini digolongkan sesuai dengan
signifikansi dalam menetapkan diagnosa positif kehamilan. Tanda tanda tersebut dibagi
menjadi : tanda subyektif, tanda obyektif dan bukti absolut kehamilan.
Berikut akan diuraikan mengenai tanda kehamilan yang terjadi dalam trimester kedua :
a) Tanda Subyektif
Perubahan payudara; nyeri tekan, terasa berat, pembesaran, pigmentasi dan perubahan
putting. Perubahan ini sangat signifikan pada wanita yang belum pernah hamil.
Frekuensi berkemih; kongesti darah pada organ perlik meningkatkan sensitifitas
jaringan.Tekanan karena perbesaran uterus pada kandung kemih menstimulasi saraf dan
mentrigger keinginan untuk berkemih selama kehamilan.
Gejala gejala umum; beberapa wanita mengatakan bahwa ia merasa hamil. Terjadi
perasaan mudah lelah, pusing dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tidur.
Quickening; berarti perasaan pertama adanya kehidupan.Sensasi getaran ini seperti kupu
kupu terbang, dirasakan pertama kali oleh calon ibu sekitar minggu ke 22, atau minggu ke
20 pada wanita yang pernah hamil sebelumnya.
b)
Perubahan uterus; pada awal bulan keempat, uterus menjadi sebesar buah jeruk, fundus uteri
naik sampai tulang pubis. Pada akhir bulan kelima fundus uteri telah naik sampai ke pusat.
Ballottement; pantulan yang terjadi ketika jari pemeriksa mengetuk janin yang mengapung
dalam uterus, menyebabkan janin berenang menjauh dan kemudian kembali ke posisinya
terasa sakit.
Perubahan abdomen; karena uterus membesar, maka secara alamiah dinding abdomen harus
abdomen.
Pigmentasi; terjadi karena pengumpulan pigmen pada kulit payudara, mula dan midline
abdomen
c) Bukti positif (absolut)
Bagian janin paling cepat teraba pada minggu kelima , tetapi biasanya baru teraba kemudian.
melihat hasil konsepsi pada ultrasonografi atau skeleton janin pada gambaran X-ray
USG telah berhasil dengan baik menentukan embrio paling cepat minggu keenam. Skeleton
Penampakan eksternal.
16 minggu : kepala masih dominan, wajah terlihat seperti manusia, mata, telinga dan hidung
terlihat khas. Perbandingan tangan dan kaki sesuai. Tumbuh kulit di kepala. Terlihat aktivitas
motorik.
20 minggu : terlihat vernik kaseosa, terlihat laguno, kaki memanjang dengan sesuai, terlihat
kelenjar sebasea.
24 minggu : tubuh terbaring tetapi dengan proposisi yang sempurna, kulit kemerahan dan
keriput, terlihat vernik kaseosa, terbentuk kelenjar keringat.
28 minggu : tubuh terbaring, keriput dan kemerahan makin berkurang, terlihat kuku.
Pengukuran mahkota ke pantat (cm)
16 minggu : 11,5-13,5
20 minggu : 16-18,5
24 minggu : 23
28 minggu : 27
Perkiraan berat badan (gr)
16 minggu : 100
20 minggu : 300
24 minggu : 600
28 minggu : 1.100
Sistem muskuloskeletal
13-14 minggu : terlihat gerakan lambat bagian tubuh janin sebagai akibat adanya rangsangan
(aktivitas motorik) pada saat ini biasanya ibu mulai dapat merasakan gerakan janin.
16 minggu : sebagian besar tulang dapat terlihat dengan jelas di seluruh tubuh, terlihat kavitas
persendian, pergerakan otot sudah dapat dideteksi.
17 minggu : refleks menggenggam akan nyata dan berkembang sempurna sampai minggu ke
27.
20 minggu : sternum mengalami osifikasi, pergerakan janin cukup kuat untuk dapat dirasakan
oleh ibu.
25 minggu : refleks masa baru dapat dilihat.
28 minggu : astragalus (talus, tulang lutut) mengalami osifikasi.
Sistem sirkulasi
16 minggu : otot-otot jantung berkembang dengan sempurna, darah dibentuk aktif dalam
limpa.
24 minggu : pembentukan darah mengikat dalam sum-sum tulang dan menurun dalam hepar.
Sistem gastrointestinal
14 minggu : gerakan menelan telah terjadi.
16 minggu : terdapat mekonium pada usus, di dalamnya terdapat cairan
usus, sisa sel usus serta sisa sel skuamus dan rambut lanugo dari cairan amnion yang tertelan
oleh janin, beberapa enzim disekresi, anus terbuka.
17 minggu : dengan rangsang oral janin dapat menjulurkan bibir atasnya.
20 minggu : email dan dentin terbentuk, kolon asending dapat dikenali,
dapat menjulurkan kedua bibirnya.
22 minggu : kedua bibir dapat dikerutkan dengan rangsangan.
28-29 minggu : janin sudah dapat mengisap aktif sebagai upaya mendapatkan makanan.
Sistem pernafasan
16 minggu : serabut-serabut elastik terbentuk di paru-paru, terlihat brochiolus terminal dan
respiratorius.
18 minggu : gerakan pernafasan dapat terdeteksi namun perkembangan struktur alveolus paru
belum mencukupi bagi kemungkinan hidup janin sebelum minggu ke 27-28.
20 minggu : lubang hidung terbuka kembali.
22 minggu : gerakan nafas yang diikuti oleh bunyi suara yang lemah.
24 minggu : sakus dan duktus alveolus terbentuk, gerakan seperti pernafasan mulai terlihat,
terlihat lesitin dalam cairan amnion.
28 minggu : terbentuk surfaktan di permukaan alveolar.
Sistem renalis
16 minggu : ginjal pada posisinya mencapai bentuknya yang khas.
Sistem persarafan
16 minggu : lobus lobus cerebral mulai terlihat, cerebellum memperlihatkan beberapa
tonjolan.
20 minggu : otak secara keseluruhan terbentuk, mulai terjadi mielinisasi korda, medula
spinalis berakhir pada tingkat S-1.
24 minggu : terbentuk selaput khusus korteks serebri, proliferasi neuronal pada korteks
serebri berakhir.
28 minggu : tampak fisura serebri; konvolusi terjadi dengan cepat.
Organ-organ pengindera
16 minggu : organ-organ pengindera mengalami perbedaan secara umum.
20 minggu : hidung dan telinga mengalami osifikasi.
28 minggu : kelopak mata terbuka kembali, selaput retina terbentuk sempurna; terbentuk
reseptif cahaya, pupil mampu memberikan reaksi terhadap cahaya.
Sistemgenitalis
24 minggu : testis turun pada cincin inguinal dalam posisi desenden ke skrotum.
Perubahan Psikologis dan Fisiologis pada Ibu dalam Trimester Kedua
a.
Perubahan Psikologis
Kehamilan adalah saat saat krisis, saat terjadinya gangguan, perubahan identitas dan
peran bagi setiap orang : ibu, bapak, dan anggota keluarga. Efek efek pada masa kehamilan
akan dapat dipahami dengan baik bila kita mengerti tentang kerangka kerja teori krisis.
Definisi tentang krisis dinyatakan sebagai suatu ketidak seimbangan psikologis yang
disebabkan oleh situasi atau tahap perkembangan.Pada awalnya, terdapat periode syok dan
menyangkal, kemudian kebingungan dan preoccupation dengan berbagai masalah yang
diperkirakan sebagai penyebabnya. Hal ini diikuti oleh suatu aksi untuk menghasilkan suatu
solusi, dan akhirnya terjadi proses belajar dari pengalaman. Cara orang bereaksi terhadap
krisis tergantung pada tiga faktor : persepsi terhadap kejadian, dukungan situasional, dan
mekanisme koping mereka.
Awal dari syok yang disebabkan karena kehamilan diikuti oleh rasa bingung dan
preocupation dengan masalah yang mengganggu.Selama periode ini, berbagai alternatif
seperti aborsi atau adopsi mungkin dipertimbangkan pada konsekuensi legal, moral, dan
ekonomi mereka. Akhirnya dicapai keputusan , dan rencana tindakan dibuat. Setiap wanita
membayangkan tentang kehamilan dalam pikiran pikirannya sendiri tentang seperti apa
wanita hamil dan seorang ibu. Ia membentuk bayangan ini dari ibunya sendiri, pengalaman
hidupnya, dan kebudayaan tempat ia dibesarkan. Persepsi ini mempengaruhi bagaimana ia
berespon terhadap kehamilan. Sedangkan seorang pria membayangkan bahwa kehamilan
adalah bagaimana menjadi bapak dan seperti apa seorang bapak itu. Ia membentuk bayangan
ini dari ayahnya, pengalaman hidupnya, dan kebudayaan tempat ia dibesarkan. Persepsinya
mempengaruhi bagaimana ia memperhatikan ibu dari anak anaknya. Banyak pria menjadi
sangat khawatir terhadap ibu dari anaknya dan mengambil peran yang aktif dalam
memberikan perawatan medis untuknya.Beberapa pria mengalami gejala gejala seperti
ngidam, agak malas, atau sakit.Fenomena ini oleh beberapa ahli medis disebut mitleiden, atau
menderita bersama.
Ketrampilan coping merupakan kekuatan dan ketrampilan seseorang belajar untuk
menyelesaikan masalah dan mengatasi stres, misalnya dengan melakukan aktivitas seperti
menceritakannya pada teman, melakukan olah raga yang berat, mendengarkan musik,
menangis, menulisprosa atau puisi, dan melakukan solutide. Metoda coping tersebut dapat
digunakan oleh calon orang tua dan anggota keluarga untuk menyesuaikan terhadap realitas
kehamilan dan mencapai keseimbangan pada kehidupan mereka yang terganggu.
Pada trimester kedua (minggu 12 24) wanita sudah bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Tubuh wanita telah terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi, morning sickness telah
hilang , ia telah menerima kehamilannya dan ia menggunakan pikiran dan energinya lebih
konstruktif. Janin masih tetap kecil dan belum menyebabkan ketidaknyamanan dengan
ukurannya.Selama trimester ini, terjadi quickening ketika ibu merasakan gerakan bayinya
pertama kali.Pengalaman tersebut menandakan pertumbuhan serta kehadiran makhluk baru,
dan hal ini sering menyebabkan calon ibu memiliki dorongan psikologis yang
besar.Gambaran sifat dari reaksi emosional wanita terhadap kehamilannya tersebut
dimodifikasi oleh perbedaan kepribadian individu.Beberapa wanita mengalami peningkatan
mood, lainnya tidak.Pada umumnya, bagaimanapun perawat dapat mengharapkan sikap pola
perilaku dan dapat memberikan rasa aman pada ibu dengan menjelaskan bahwa perasaan
perasaan mereka bukan hal yang aneh.Antusias dan semangat untuk hidup kembali dengan
pasti seperti juga mereka mati.
b. Perubahan Fisiologis
yang menyebabkan peningkatan sensitivitas yang sangat berarti. Hal ini mungkin mengarah
pada tingginya derajat rangsngan sexsual, terutama antara bulan 4 dan 7 masa kehamilan.
Sistem integumen
Terdapat rasa kesemutan nyeri tekan pada payudara yang membesar karena peningkatan
pertumbuhan jaringan alveolan dan suplai darah. Putting susu menonjol dan keras dan
mengeluarkan cairan jernih (kolostrum). Areola lebih gelap dan kelenjar montgomery
menonjol keluar.
Terdapat striae gravidarum yang berupa regangan kulit akibat serabut elastik dari lapisan kulit
terdalam terpisah dan putus. Terjadi pigmentasi kulit berupa linea nigra pada abdomen, dan
Cholasma, yaitu bintik-bintik hitam pada wajah perspirasi dan sekresi kelenjar lemak juga
meningkat.
Sistem endokrin
Terjadi perubahan hormonal yaitu : peningkatan progesteron dan estrogen, plasenta
menghasilkan hCG, hPL, hCT, pulau langerhans membentuk insulin lebih banyak, hormonhormon pituitari secara signifikan terpengaruh, kortek ardenal membentuk kortin lebih
banyak. Terutama kelenjar paratiroit yang ukurannya meningkat selama minggu kel 15-30
ketika kebutuhan kalsium janin lebih besar, tanpa hormon paratiroit tersebut metabolisme
umum yang dapat menyebabkan gejala serak, hudung tersumbat, dispnea, sakit tenggorokan,
- Usia 24 minggu
Tinggi fundus uteri kira kira tepat setinggi pusat
b.Vagina
Meningkatnya kongesti vaskular organ vagina dan pelvik menyebabkan peningkatan
sensitifitas yang sangat berarti.Jadi antara bulan ke-4 dan ke-7 kehamilan memungkinkan
tingginya derajat rangsangan seksual.
2.SISTEM INTEGUMEN
a.Payudara
-Adanya rasa kesemutan
- Adanya nyeri tekan
- Membesar secara bertahap karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai
darah
- Puting susu lebih menonjol dan mengeras
- Areola tumbuh lebih gelap
- Kelenjar kelenjar Montgomery menonjol keluar
b.Kulit
1. Stiae gravidarum
Yaitu tanda regangan yang dibentuk akibat serabut serabut elastik dari lapisan kulit
terdalam terpisah dan putus. Hal ini mengakibatkan pruritus atau rasa gatal
-Pigmentasi
Mengalami pengumpulan pigmen sementara di tiga area yaitu linea nigra ( garis gelap
mengikuti midline abdomen ), cholasma ( topeng kehamilan yang terlihat seperti bintik
bintik hitam pada wajah ), dan areola.
- Perspirasi dan sekresi kelenjar lemak
Kelenjar sebasea atau keringat menjadi lebih aktif.Akibatnya mungkin mengalami gangguan
bau badan, banyak mengeluarkan keringat, dan berminyak.
3.SISTEM ENDOKRIN
a.Ovarium dan plasenta
Korpus luteum mulai mnghasilkan estrogen dan progesteron dan setelah plasenta terbentuk
menjadi sumber utama kedua hormon. Plasenta membentuk steroid, human chorionic
gonadotropin ( HCG ), Human Placenta Lactgogen ( HPL ) atau Human Chorionic
Somatomammothropin ( HCS ), dan Human Chorionic Thyrotropin ( HCT ).
b.Kelenjar tiroid
Metabolic rate meningkat hampir 20 % karena oksigen yang digunakan lebih banyak.
Kelenjar ini ukurannya meningkat kqarena pertumbuhan sel sel acinar, tetapi jumlah
hormon tiroksin yang dihasilkan tetap sama
c.Kelenjar paratiroid
Ukurannya meningkat karena kebutuhan kalsium semakin besar.Karena hormon ini untuk
mempertahankan kecukupan kalsium dalam darah, jadi tanpa hormon ini metabolisme tulang
dan otot terganggu.
d.Pankreas
Sel selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak insulin untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat.
e.Kelenjar pituitari
Pada lobus anterior mengalami sedikit pembesaran dan terus menghasilkan semua hormon
tropik, tetapi dengan jumlah yang sedikit berbeda.FSH ditekan oleh HCG.Hormon
pertumbuhan berkurang dan hormon melanotropik meningkat.Pembentukan prolaktin
meningkat.
f.Kelenjar adrenal
Ukuran bagian kortikal yang membentuk kortin meningkat.Tetapi ukuran atau fungsi bagian
medula tetap.
4.SISTEM KARDIOVASKULER
Terjadi peningkatan volume darah sekitar 30 % - 50% diatas tingkat biasanya karena adanya
retensi garam dan air yang disebabkan sekresi aldosteron dari adrenal oleh esterogen.
5.SISTEM MUSKULOSKELETAL
a.Gigi, tulang, persendian
-Membutuhkan kira-kira sepertiga lebih banyak kalsium dan fosfor
- Saliva yang asam pada saat hamil membantu aktifitas penghancuran bakteri email yang
menyebabkan karies.
- Sendi pelvik sedikit dapat bergerak
- Terjadi penambahan berat badan sehingga bahu lebih tertarik kebelakang dan tulang
belakang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur.
b. PERKEMBANGAN JANIN
PENAMPAKAN EKSTERNAL
- Minggu 16 ( bulan 4 )
Kepala masih dominan, wajah terlihat seperti manusia, mata telinga dan hidung terlihat khas ,
perbandingan tangan dan kaki sesuai, tumbuh rambut kulit kepala, terlihat aktifitas motorik.
- Minggu 20 ( bulan 5 )
Terlihat vernik kaseosa, terlihat laguno, kaki memanjang dengan sesuai, terlihat kelenjar
sebasea.
- Minggu 24 ( bulan 6 )
Tubuh terbaring tetapi dengan proporsi yang sempurna, kulit kemerahan dan keriput, trlihat
vernik kaseosa, terbentuk kelenjar keringat.
PENGUKURAN MAHKOTA KE PANTAT ( CM )
- Minggu 16 ( bulan 4 ) 11,5 -13,5
- Minggu 20 ( bulan 5 ) 16 18,5
- Minggu 24 ( bulan 6 ) 23
SISTEM MUSKULOSKELETAL
-
Minggu 16 ( bulan 4 )
Sebagaian tulang dapat terlihat dengan jelas di seluruh tubuh, terlihat kavitas
persendian,pergerakan otot sudah dapat terdeteksi.
Minggu 20 ( bulan 5 )
Sternum mengalami osifikasi, pergerakan janin cukup kuat untuk dapat dirasakan oleh ibu.
Minggu 24 ( bulan 6 )
Sama dengan pada minggu ke 20, tetapi pergerakan semakin kuat dirasakan oleh ibu.
6. SISTEM SIRKULASI
- Minggu ke 16 ( bulan 4 )
Otot otot jantung berkembang dengan sempurna, darah dibentuk aktif dalam limpa.
- Minggu ke 24 ( bulan 6 )
Pembentukan darah meningkat dalam sumsum tulang dan menurun dalam hepar.
7.SISTEM GASTROINTESTINAL
-
Minggu ke 16 ( bulan 4 )
Minggu ke 20 ( bulan 5 )
Email dan dentin terbentuk, kolon asending dapat dikenali
8.SISTEM PERNAPASAN
- Minggu ke 16 ( bulan 4 )
Serabut serabut elastik terbentuk di paru paru, terlihat brokioles terminal dan
respiratorius.
- Minggu ke 20 ( bulan 5 )
Lubang hidung terbuka kembali
- Minggu ke 24 ( bulan 6 )
Sakus dan duktus alveolus terbentuk, gerakan seperti pernafasan mulai terlihat, terlihat lesitin
dalam cairan amnion.
9.SISTEM RENALIS
-Minggu ke 16 ( bulan 4 )
Ginjal pada posisinya mencapai bentuknya yang pas.
10. SISTEM PERSARAFAN
- Minggu ke 16 ( bulan 4 )
Lobus lobus serebral mulai terlihat, serebelum memperlihatkan beberapa tonjolan.
- Minggu ke 20 ( bulan 5 )
Otak secara keseluruhan terbentuk, mulai terjadi mielinisasi korda, medula spinalis berakhir
pada tingkat S 1
- Minggu ke 24 ( bulan 6 )
Terbentuk selaput khusus korteks serebri, proliferasi neuronal pada korteks serebri berakhir.
11.ORGAN ORGAN PENGINDRA
- Minggu ke 16 ( bulan 4 )
Organ organ pengindra mengalami perbedaan secara umum
- Minggu ke 20 ( bulan 5 )
Hidung dan telinga mengalami osifikasi
SISTEM GENITALIS
- Minggu ke 16 ( bulan 4 )
Testis dalam posisi siap mengalami desenden ke dalam skrotum, vagina terbuka
- Minggu ke 24 ( bulan 6 )
Testis turun pada cincin inguinal dalam posisi desenden ke skrotum.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan. Tubuh wanita telah terbiasa dengan tingkat
hormon yang tinggi, morning sickness telah hilang, ia telah menerima kehamilannya dan ia
menggunakan pikiran dan energinya lebih konstruktif. Janin masih tetap kecil dan belum
menyebabkan ketidaknyamanan dengan ukurannya.Selama trimester ini terjadi quickening.
Quickening adalah istilah yang berarti perasaan pertama adanya kehidupan . Pengalaman
tersebut menandakan pertumbuhan serta kehadiran makhluk baru, dan hal ini sering
menyebabkan calon ibu memiliki dorongan psikologis yang besar.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perepsi perubahan
biofisik, respon, orang lain.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Rasaional
seksual.
Rasional
PREEKLAMPSIA
A. Pengertian Preeklampsia
Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli :
1. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan ( Manuaba, 1998 ).
2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000)
4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema,
dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).
B. Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun ada beberapa teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu : Bertambahnya frekuensi
pada primigravida, kehamilan ganda,hidramnion, dan mola hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Faktor Predisposisi Preeklamsia
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidropfetalis
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun
Klasifikasi Preeklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
Preeklampsia Ringan :
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter
atau midstream.
Preeklampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Edema
Hipertensi
Proteinuria
Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr% )
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol% )
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c.
Masalah Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
Tujuan
Rasional
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak 1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
terjadi kejang pada ibu
2. Catat tingkat kesadaran pasien
Kriteria Hasil :
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
)
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria )
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
Tujuan
Rasional
Kriteria Hasil :
- Hasil NST :
- Hasil USG ;
- DJJ ( + ) : 12-12-12
Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
2. Jelaskan penyebab nyerinya
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan
nafas dalam bila HIS timbul
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada
bagian yang nyeri
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan perawatan
kecemasan ibu berkurang atau hilang
Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
Kriteria Hasil :
yang efektif
kepala
biasa
terjadi
selama
kehamilan
dan
seringkali
merupakan
bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu
makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
7. Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I.
Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan
berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas seharihari dan keadaan umum menjadi lebih buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum
(Wiknjosastro, 2002).
8. Selaput kelopak mata pucat
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah
11gr% pada trimester I dan III, <10,5 gr % pada trimester II. Anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling
berinteraksi (Saifuddin, 2002).
Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester Ketiga
Pada trimester III, calon ibu akan semakin peka perasaannya. Tingkat kecemasan ibu
akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih sering mengelus-elus perutnya untuk
menunjukkan perlindungannya kepada janin, senang berbicara kepada janin, terutama ketika
janin berubah posisi. Banyak calon ibu yang sering berkhayal atau bermimpi tentang apabila
hal-hal negatif akan terjadi kepada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan
tersebut seperti kelaian letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janinakan lahir
dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung kepada pasangannya.
Pada trimester II ini, terutama pada minggu-minggu terakhir kehamilan atau
menjelang kelahiran membutuhkan lebih banyak perhatian dan cinta dari pasangannya, mulai
takut jika akan terjadi sesuatu terhadap suaminya. Maka dari itu, calon ibu ingin memastikan
bahwa pasangannya mendukung dan selalu ada di sampingnya.Tidak semua wanita dapat
mengekspresikan perasaan ketergantungan terhadap pasangannya.Akan tetapi, tetap
mengharapkan bahwa perhatian, dukungan, dan kasih sayang dapat tercurah dari
pasangannya tersebut. Selain itu, calon ibu akan menjadi lebih mudah lelah dan iritabilita.
Beberapa wanitaakan sulit untuk berkonsentrasi dan fokus akan penjelasan-penjelasan baru
yang diberikan oleh perawat. Maka dari itu, penjelasan yang diberikan harus jelas dan ringkas
agar calon ibu dapat menyerapnya dengan lebih mudah.
Pada fase ini, calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri untuk persiapan melahirkan
dan mengasuh anaknya setelah dilahirkan. Mempersiapkan segala kebutuhan bayi, seperti
baju, nama, dan tempat tidur. Bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas
selama masa-masa menjelang melahirkan sampai nanti setelah bayi lahir. Pergerakan dan
aktivitasbayiakan semakin sering terasa, seperti memukul, menendang, dan menggelitik.
Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat dan
meningkat.Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester III dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap aktivitasseksual menurun (Rynerson,
Lowdermilk, 1993 dalam Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).
Perubahan psikologis kehamilan trimester ketiga adalah:
Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi yang tidak normal
Libido menurun
a)Uterus:Bertambah
besar,
distensimiometrium,
dinding
menipis
dan
adanya
kontraksibroxonhis.
b)Cervik:Mengeluarkan mucus
c)Vagina:Hiperemia dan leokoreamaningkat
d)Mamae:Membesar dan kolostrum bertambah
2)Sistem cardiovaskuler
HR meningkat 15x, kerja CV meningkat, cardiak output meningkat 40%volume darah
meningkat 30-50%.
3)Sistem Pernapasan
Diafragma tertekan keatas, iga ekspansi, konsumsi oksigen meningkat.
4)Sistem Urinaria
Frekuensi miksi meningkat, filtrasi glomerolus meningkat dankonsentrasi albumin
meningkat.
5)Sistem Muskulus kletal: lordosis
6)Sistem integument
Pigmentasi meningkat, aktifitas kelenjar keringat meningkat, rambutmenipis dan kuku cepat
patah dan mudah tumbuh.
7)Sistem Gastro intestinal
Mulut dan gusi hiperemi, gusi sensitif, esopagus dan gaster reflukkapasitas gaster menurun,
intestinal, mortilitas menurun, absorpsinutrisi dan air meningkat.
8)Sistem Endokrin
Kelenjar pituitari, prolaktin, dan oksitosin meningkat, kelenjar thiroidmeningkat.BMR
meningkat dan plasenta fungsi maksimal.
9)Pengkajian Janin
a)Pembukaan leopod
b)Pergerakan janin
c)Elektronik fetal mariltoni contoh USGd)Non stress test (NST)
B.Diagnosa keperawatan
1)Gangguan rasa Nyman
2)Resiko tinggi terjadinya perdarahan
3)kurangnya pengetahuan tentang persiapan persalinan berhubungandengan kurangnya
informasi
4)Resti terjadinya cidera berhubungan dengan adanya hipertensi
5)perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan pembesaranuterus
6)perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketidaknyamanan(pembesaran abdomen)
C.Intervensi
1)anjurkan klien memakai sepatu tumit pendek
2)kurangi minum susu imblance Ca
3)rubah/ganti posisi
4)hindari duduk terlalu lama sering mandi
5)gunakan baju yang longgar dan menyerap keringat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Awal
kehamilan
ditandai
berdasarkan
menstruasi
terakhir
pada
wanita.
Banyak perubahan fisik yang akan wanita alami selama trimester pertama (3 bulan
pertamakehamilan). Periode ini juga merupakan periode tumbuh kembang yang cepat
bagi bayi.Kehamilan biasanya berlangsung selama 40 minggu, mulai dari hari pertama periode terakhir
menstruasi wanita yang berarti bahwa itu mencakup dua minggusebelum ovulasi dan konsepsi
terjadi.Hal ini sering disebut dalam tiga bagian yangdisebut trimester. Trimester pertama
berlangsung selama 12 minggu, yang keduadari 13 sampai akhir 27 minggu, dan ketiga 28-40
minggu. Wanita mungkinmenemukan versi yang sedikit berbeda dari periode waktu selama
kehamilannya.Sebagai
Pembagiantrimester
contoh,
tes
membantu
khusus
anda
dan
dilakukan
selama
trimester
pertama.
dokter
dalam
perencanaan
dan
sebagian
perempuan
bahkanmungkin
tidak
merasakan
adanya
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik, Jensen.2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta:EGCArif, (et.all). 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius
Diposkan oleh Upie Aboe di 19.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
herbalife
herbalife
Arsip Blog
2013 (6)
o Desember (6)
makalah stroke
makalah wabah
Mengenai Saya
Upie Aboe
Lihat profil lengkapku