Infeksi Susunan Saraf Pusat
Infeksi Susunan Saraf Pusat
SARAF PUSAT
Shinta Riana S
Pendahuluan
Infeksi SSP : membahayakan kehidupan dan
I. MENINGITIS BAKTERIAL
Pendahuluan
DEFINISI : peradangan selaput otak (meningen),
Pendahuluan
Menyebabkan angka kecacatan 30 50 % kasus :
Gangguan pendengaran sensorineural
Gangguan penglihatan
Retardasi mental
Gangguan bicara
Gangguan belajar
Gangguan neurologis : kelainan saraf kranial, ataksia,
ETIOLOGI
Usia 0 2 bulan : Streptococcus grup B, E. coli
Usia 2 bln 5 thn : Streptococcus pneumoniae,
PATOGENESIS
Infeksi sampai ke selaput otak melalui :
1. Penyebaran hematogen fokus infeksi di tempat lain
: faringitis, tonsilitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi
2. Perluasan langsung dari fokus infeksi yg dekat
(perkontinuitatum) : infeksi sinus paranasal, mastoiditis,
abses otak
3. Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, bedah
otak, pungsi lumbal
Meningitis neonatus , terjadi karena :
Aspirasi cairan amnion saat lahir
Infeksi transplasenta intra uterin
8
10
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis sangat bervariasi tergantung : umur,
lama sakit sebelum didiagnosis, respon tubuh thd
infeksi
Bayi baru lahir
Demam : hanya kasus
Lemah, malas minum, muntah2, kesadaran
menurun, ubun-ubun besar (UUB) tegang, leher
lemas, respirasi tdk teratur, kadang2 ikterik, sepsis.
Secara umum : jika tanda2 sepsis (+) curiga
meningitis
12
Manifestasi klinis...
BAYI 3 bln anak 2 thn
Gambaran klasik meningitis : jarang
Demam, muntah, gelisah, kejang berulang, high
pitched cry
PF : UUB tegang dan membonjol, Brudzinski dan
Kernig sulit dievaluasi
Insiden sangat tinggi curiga meningitis jika
demam terus menerus tanpa penyebab yg jelas
13
Manifestasi klinis...
Anak besar dan dewasa
Gejala klasik muncul demam menggigil, muntah, nyeri
kepala, gelisah, gangguan perilaku, kejang, penurunan
kesadaran (delirium, stupor, koma)
Tanda klinis patognomonik: kaku kuduk, tanda Brudzinski
dan Kernig (+)
Nyeri kepala disebabkan inflamasi pembuluh meningen,
sering disertai fotofobia, hiperestesi, kaku kuduk,
rigiditas spinal
Gangguan saraf kranial : IV, VI, VII
14
DIAGNOSIS
1. Manifestasi klinis
2. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan darah perifer lengkap, kultur darah. GDS
dan elektrolit darah atas indikasi
Pungsi lumbal :
Cairan keruh atau opalesen, Nonne (-)/(+), Pandy
(+)/(++)
Jumlah sel 100-100.000/ul, predominan PMN.
Stadium dini, jumlah sel normal, predominan limfosit
Protein 200-500 mg/dl
Glukosa < 40 mg/dl
pewarnaan gram, biakan kuman dan uji resistensi
15
Diagnosis ...
LUMBAL PUNGSI (LP)
Jika telah mendapat antibiotik LCS tdk spesifik
Kasus berat LP ditunda, diberikan AB empiris (+)
Jika ada tanda2 peningkatan TIK LP masih boleh
dilakukan dgn jarum spinal
Kontra indikasi mutlak LP : peningkatan TIK karena
proses desak ruang, misalnya abses, tumor, dll
CT SCAN kepala atau MRI kasus berat, atau curiga tdp
empiema subdural, hidrosefalus, abses otak
EEG : perlambatan umum tidak rutin dilakukan pada
kondisi akut
16
TATALAKSANA
KAUSATIF : antibiotik empiris, menunggu hasil kultur dan
resistensi
Terapi empiris
Umur 1-3 bln :
Kombinasi Ampisilin 200-400 mg/kg/hr IV dibagi 4 dosis +
Tatalaksana...
2. Deksametason : 0,6 mg/kg/hr IV dibagi 4 dosis,
selama 4 hari. Diberikan 15-30 menit sebelum atau
pada saat pemberian AB.
3. Bedah : jika tdp komplikasi empiema subdural,
abses otak, hidrosefalus
4. Suportif/simtomatik
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. Terapi cairan : infus dan peroral sesuai kebutuhan
c. Diet, jika belum memungkinkan, dipuasakan
d. Antipiretik, antiemetik, tatalaksana kejang
18
Tatalaksana...
e. Gejala peningkatan TIK (+) :
Intubasi endotrakheal dan hiperventilasi
Furosemid 1 mg/kg/kali, IV, diberikan tiap 8 atau 12 jam
Manitol 0,5 1 gram/kg diberikan tiap 8 atau 12 jam
f.
19
SIADH
Disebabkan karena proses peradangan
Pemantauan
Tanda vital dan evaluasi neurologis pd fase kritis
hr ke 3 dan 4
Lingkar kepala, jika UUB masih terbuka
Pemeriksaan Na serum, mengukur volume,
osmolalitas dan BJ urin
Efek samping AB dosis tinggi : px darah perifer
serial, LFT, uji fungsi ginjal atas indikasi
21
KOMPLIKASI
Akibat pengobatan yang tidak adekuat atau terlambat :
Ventrikulitis
Efusi subdural
Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan pendengaran sensorineural
Hidrosefalus
Paresis, paralisis, epilepsi, retardasi mental
22
Pemantauan jangka
panjang
Tumbuh kembang
Pemeriksaan pendengaran : 30% penderita
Evaluasi gejala sisa : RM, epilepsi, kebutaan,
spastisitas, hidrosefalus
23
II. MENINGITIS
TUBERKULOSA
24
PENDAHULUAN
Radang selaput otak yg disebabkan M. tuberculosis.
Sering mengenai jaringan otak
meningoensefalitis tuberkulosis
Salah satu penyulit dari tuberkulosis paru
mortalitas dan morbiditas yg tinggi
Angka kejadian tertinggi : 6 bln 2 thn
Kematian : 10 20%, yg hidup hanya 18 % normal,
sebagian besar menderita gejala sisa
25
PATOFISIOLOGI
Akibat penyebaran tuberkulosis primer di paru
Fokus primer masuk ke sirkulasi penyebaran
Patofisiologi...
Meningitis basalis menimbulkan komplikasi
neurologis :
Paralisis N. kranialis
Infark, akibat penyumbatan arteri dan vena
Hidrosefalus, akibat tersumbatnya aliran LCS
Spinal block dan paraplegia, akibat perlengketan di
27
Manifestasi Klinis
Demam lama/kronis, dpt akut
Kejang, penurunan kesadaran
Penurunan BB, anoreksia, muntah, batuk, pilek
Anamnesis : riwayat kontak dgn penderita TB paru
dewasa
28
Manifestasi klinis
Dibagi menjadi 3 stadium
1. Stadium I (inisial) : demam, malaise, apatis, iritabel,
nyeri kepala, mual, anoreksia, muntah. Kelainan
neurologis (-) TIDAK KHAS
2. Stadium II : mengantuk, disorientasi, tanda rangsang
meningeal (+),kejang, defisit neurologis fokal, paresis
n. Kranialis, gerakan involunter
3. Stadium III : stadium II + kesadaran makin menurun,
koma, TIK meningkat, pupil terfiksasi, napas
irreguler, suhu tubuh meningkat, ekstremitas spastis
29
Manifestasi klinis
Pemeriksaan fisis
Periksa parut BCG, limfadenopati, tanda rangsang
meningeal
Funduskopi : papil pucat, tuberkuloma retina, nodul di
khoroid
Tremor, koreoatetosis, hemibalismus
30
Manifestasi klinis
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin, LED, GD, elektrolit leukositosis,
hiponatremia, hipokloremia
Analisis LCS :
LCS jernih, cloudy, atau xantokrom
Jumlah sel meningkat : 10-250 sel/mm3, jarang > 500,
32
DIAGNOSIS
Klinis + pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasti ditemukan kuman M.tbc pada px
33
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
1. Rekomendasi AAP : 4 macam OAT (obat anti tuberkulosis)
selama 2 bln (RHZE : rifampisin, INH, pirazinamid,
etambuthol), selanjutnya INH dan rifampisin selama 10 bln
2. Kortikosteroid menurunkan inflamasi dan edema serebri :
prednison 1-2 mg/kg BB/ hr selama 6-8 mgg
3. Tatalaksana kejang dan peningkatan TIK
4. SIADH : restriksi cairan
BEDAH
.Hidrosefalus terjadi pd 2/3 kasus dgn lama sakit > 3 mgg
asetazolamid 30-50 mg/kgbb dibagi dlm 3 dosis
.VP (ventriculo-peritoneal) shunt : indikasi hidrosefalus
obstruktif
34
SUPORTIF
1. Oksigen
2. Diet, peroral atau parenteral tergantung kondisi pasien
3. Cairan restriksi jika tdp tanda2 SIADH
4. Obat simtomatik : antipiretik, antiemetik
5. Perawatan di ruang rawat intensif
Gejala sisa : gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
cerebral palsy (CP), RM, epilepsi, gangguan perilaku
pemantauan tumbuh kembang, konsultasi mata, THT,
rehabilitasi medik.
35
III. ENSEFALITIS
36
PENDAHULUAN
ENSEFALITIS : infeksi jaringan otak yang
37
ENSEFALITIS
38
PATOGENESIS
Virus masuk tubuh melalui bbrp jalan : kulit, saluran
39
Patogenesis
Kelainan neurologis terjadi akibat :
Invasi dan kerusakan langsung jaringan otak
Reaksi jaringan saraf thd antigen virus
demielinisasi, kerusakan vaskular dan
paravaskular
Reaksi aktivitas virus neurotropik laten
40
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis bervariasi, dpt bersifat akut atau
perlahan
Masa prodromal (1-4 hr) : demam, sakit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorok, malaise, nyeri pd
ekstremitas, pucat
Tanda ensefalitis : berat ringannya tergantung
distribusi dan luasnya lesi gelisah, iritabel,
perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang
Tanda neurologis fokal : afasia, hemiparesis,
hemiplegia, ataksia, paralisis N. Kranialis, spastis
Tanda rangsang meningeal dpt (+)
41
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin; GD dan elektrolit atas indikasi
LP : LCS dpt normal atau abnormalitas ringan
sampai sedang :
Jumlah sel meningkat : 50-200 sel/mm3, hitung jenis
didominasi limfosit
Protein meningkat, tdk lebih dr 200 mg/dl
Glukosa normal
CT Scan atau MRI : edema otak umum atau fokal
EEG : perlambatan atau gelombang epileptiform
umum atau fokal
42
TATALAKSANA
Tidak spesifik suportif simptomatik
Perawatan di ruang intensif
Tatalaksana hiperpireksia, keseimbangan cairan dan
43
Tatalaksana
Jika mengalami neuritis optika, mielitis,
44
45
46
PENDAHULUAN
Infeksi Herpes simplex pd SSP infeksi paling
47
stomatitis, faringitis.
VHS tipe 1 penyebab ensefalitis pd pasien umur > 20thn
dugaan akibat reaktivasi endogen virus
Setelah infeksi primer, VHS laten dlm ganglia trigeminal
akibat rangsangan non spesifik reaktivasi
manifestasi : herpes labialis. VHS ke otak melalui
cabang saraf trigeminal basal meningen lokalisasi
ensefalitis di daerah temporal dan lobus frontal orbital
48
49
Manifestasi klinis
Akut atau subakut
Fase prodromal : demam, malaise selama 1-7 hr
Manifestasi ensefalitis : sakit kepala, muntah, perubahan
Manifestasi klinis
Kecurigaan kuat EHS : demam, kejang
51
Pemeriksaan penunjang
Gambaran darah perifer : tdk spesifik
LP LCS :
Jumlah sel meningkat (90%) : 10 10.000 sel/mm3,
predominan limfosit
50% kasus : eritrosit (+)
Protein meningkat sedikit sampai 100 mg/dl
Glukosa normal
Pemeriksaan penunjang...
CT Scan kepala : lesi hipodens di regio
53
MRI : lesi
hiperdens
di regio
frontal
54
Tatalaksana
Asiclovir 10 mg/kgbb/8 jam selama 10-14 hr, dlm
55
56
TERIMA KASIH
57
Examination
Kernigs Sign
Examination
Brudzinskis Sign