Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan sektor industri di Indonesia menyebabkan terjadinya
percepatan munculnya bangunan industri, penambahan devisa negara, serta mengurangi
jumlah pengangguran. Namun, hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kebijakankebijakan yang kuat, analisa lokasi khususnya lokasi industri yang tepat, maka
keberadaan kawasan industri disamping memberikan dampak positif juga akan
mempengaruhi potensi, kondisi, dan mutu sumber daya alam dan lingkungan sekitar
(Anonim, 1993). Keberadaan sektor industri tersebut tidak terlepas dari pemilihan
lokasi yang didasarkan pada teori lokasi yang telah berkembang mulai dari teori klasik,
neo-klasik, sampai dengan teori lokasi modern.
Teori lokasi sendiri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang
(spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. (Tarigan,
2006:77). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh
beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan lokal (local
demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input), dan permintaan luar
(outside demand). (Hoover dan Giarratani, 2007)
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi kriteria penentu dalam Teori lokasi Hoover?
2. Bagaimana penerapan teori lokasi Hoover menurut gejala return to scale and entry
di dalam kegiatan Industri ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi criteria penentu dalam Teori lokasi
Hoover.
2. Untuk mengetahui penerapan teori lokasi Hoover menurut gejala return to scale and
entry di dalam kegiatan Industri.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor-faktor yang menjadi criteria penentu dalam Teori lokasi Hoover

GEOGRAFI INDUSTRI TEORI LOKASI HOOVER

Page 1

Teori Hoover (1948), muncul sebagai kritik terhdap teori yang dikemukakan oleh
Weber tentang lokasi industri, khususnya yang menyangkut biaya transport yang
terendah di dalam segitiga lokasional. Hoover mengemukakakn lokasi pabrik atau
perusahaan dapat saja di titik pasar ataupun pada titik sumber bahan mentah, jadi tidak
hanya lokasi antaranya seperti pendapat Weber. Yang mendasari pendapat Hoover juga
biaya transpor, dengan memperhitungkan assembly cost ditambah distribution cost .
Pada kasus industri yang berkiblat bahan mentah akan menempatkan lokasi
industri tersebut pada lokasi bahan mentah, begitu juga sebaliknya, industri yang
berkiblat pasar akan menempatkan industri pada lokasi pasar.
Pada kasus dimana pabrik ditemukan pada lokasi antara pasar dan sumber bahan
mentah, dapat diketahui industri tersebut memperhatikan non biaya transport. Aspek lain
yang penting dalam Teori Hoover adalah transhipment point sebagai biaya tranpsort
paling rendah. Sehubungan dengan itu perlu diketahui seluk beluk biaya break of bulk
point, tempat dimana cargo dipindahkan dari sarana transport jenis yang satu ke jenis
yang lain, misalnya tempat pelabuhan atau stasiun kereta api.
Berdasarkan atas asumsi persaingan bebas dan mobilitas tenaga. Hoover
berpendapat bahwa lokasi industri ditentukan oleh biaya angkutan dan biaya produksi.
Makin jauh pasar yang dijangkau makin tinggi keuntungan. Makin jauh daerah pasar
yang dilayani makin banyak yang harus diproduksi. Sumber bahan mentah dan pasar
lebih menentukan lokasi industri daripada biaya angkutan. Biaya transport akan
mengikuti hukum diminishing returns.Hukum ini akan menjadi titik jenuh / batas bagi
perkembangan wilayah pasar.Biaya transport tidak selamanya berkembang secara linier,
ada titik tertentu yang discrete sehingga berpengaruh terhadap wilayah pasar.
Pada teori sebelumnya yaitu teori lokasi Palander belum mencakup segi entry
dan diminishing returns. Segi tersebut mendapat perhatian oleh Edgar Hoover, dimana
teorinya masih banyak dipengaruhi oleh teori Palander. Berdasarkan atas asumsi
persaingan bebas dan mobilitas tenaga, Hoover berpendapat bahwa lokasi industri
ditentukan oleh biaya angkutan dan biaya produksi.
2.2. Penerapan teori lokasi Hoover menurut gejala return to scale and entry di dalam
kegiatan Industri
Penerapan teori lokasi Hoover menurut gejala return to scale and entry di dalam
kegiatan Industri Misalnya pada industri pertambangan batu bara akan berlokasi di area
GEOGRAFI INDUSTRI TEORI LOKASI HOOVER

Page 2

yang memiliki bahan dasar atau bahan mentah. Akan tetapi, perlu dilihat sampai sejauh
mana pasar yang akan dijangkau. Jangkauan ini ditentukan oleh tinggi harga yang
diminta oleh si pengusaha atau produsen dan dibayar oleh konsumen. Sebaliknya harga
merupakan biaya produksi ditambah dengan biaya angkutan ke tempat lokasi konsumen;
dalam hal ini diasumsikan kegiatan produksi telah memperhitungkan keuntungan. Oleh
karena itu, semakin jauh pasar yang dijangkau, makin tinggi keuntungan yang diperoleh
pengusaha yang bersangkutan. Bila seorang pembeli menghadapi dua produk yang satu
berlokasi di T1 dan yang lain di T2, maka pembeli dapat memilih untuk membeli dari
penjual yang menawarkan harga yang paling rendah. Hoover memperhatikan berlakunya
law of diminishing returns dalam industri Minuman, dimana hal tersebut sebagai
perbaikan terhadap teori Weber. Semakin jauh daerah pasar yang dilayani, semakin
banyak yang harus diproduksikan dan berlakulah hukum tersebut (Djojodipuro,
1992:103).

(a) Increasing Returns

(b) Decreasing Returns


GEOGRAFI INDUSTRI TEORI LOKASI HOOVER

Page 3

Gambar 1. Batas Pasar Antara Dua Industri


Seperti pada gambar tersebut, maka sumbu tegak menggambarkan biaya produksi
dan juga keuntungan, sedangkan sumbu datar adalah daerah pasar berbentuk garis linear
yang dilayani oleh industri minuman T1 dan T2. Kedua industri ini diasumsikan
berproduksi dibawah kondisi yang sama yaitu increasing returns atau ditinjau dari segi
biaya decreasing cost, selain itu, industri menghadapi harga yang satuan angkutan yang
sama pula. Kondisi yang pertama ditunjukkan oleh biaya yang bertambah kurang dari
sebanding dengan pertambahan luas pasar yang sama, sedangkan yang kedua
ditunjukkan oleh kemiringan garis angkutan yang sama. Bila industri Minuman yang
berlokasi di T1 melayani pasar sejauh A, maka biaya produksi (termasuk keuntungan)
industri tersebut di tempat lokasi industri adalah T1 a dan a a menggambarkan
bagaimana biaya angkutan meningkat dari pusat bahan mentah T1 hingga di pasar A;
harga minuman per karton di A adalah A a. Bila pasar yang dilayani meluas hingga B,
maka produksi harus ditingkatkan dan biaya produksi akan meningkat dengan a b.
Garis b b menunjukkan bagaimana biaya angkutan meningkat dari pusat industri
hingga ke B, harga produk Minuman ke B adalah B b. Garis a a dan b b berjalan
sejajar satu sama lain, karena harga satuan angkutan yang dihadapi oleh industri p yang
berlokasi di T1 diasumsi tak berubah karena produksi yang makin besar tersebut. Jika
industri tersebut meluaskan pasar hingga C, maka biaya produksi akan makin meningkat
dengan b c yang lebih kecil daripada a b. Berdasarkan atas uraian yang sama, dapat
ditemukan titik c. Gambar 1 (a) menunjukkan bahwa a b, b c, c d berturut turut
semakin kecil. Keadaan ini menunjukkan terjadinya gejala increasing returns (decreasing
cost). Bila titik a, b, dan c dihubungkan satu sama lain, maka garis a b c merupakan
garis marjin (margin line), garis ini merupakan tempat kedudukan harga penyerahan di
setiap pasar sepanjang pasar linear yang dapat dilayani. Apa yang dapat dijalankan
industri tersebut di lokasi T1 dapat pula dilaksanakan pada industri minuman berlokasi
di T2. Dengan demikian diperoleh garis marjin bagi industri minuman kedua ini yang
bentuknya ditentukan oleh tinggi biaya dan kondisi produksi, sebagai akibat berlakunya
law of diminishing returns serta harga satuan angkutan. Pada titik perpotongan kedua
garis marjin, kedua perusahaan tersebut menawarkan harga yang sama; di tempat lain
salah satu menawarkan harga yang lebih rendah. Titik perpotongan tersebut sebagai
batas pasar kedua industri tersebut (Djojodipuro, 1992:104-106).

GEOGRAFI INDUSTRI TEORI LOKASI HOOVER

Page 4

Hoover juga mengatakan bahwa lokasi industri dapat ditentukan dengan


menggunakan isodapan seperti pada teori Weber. Lokasi industri dapat berorientasi ke
tempat bahan mentah, pasar, atau di antara keduanya (Djojodipuro, 1992:106).

Pada gambar 2 (b), mengatakan bahwa industri menggunakan material di X


kemudian menjualnya di pasar Y, gradien biaya pemindahan XY dan x y menunjukkan
secara berurutan biaya pergerakan bahan jauh dari X dan biaya pendistribusian terhadap
pasar pada Y. Jarak vertikal x ke y merupakan tempat lokasi alternatif. Pemberhentian
atau terminal atau muatan pada sumber bahan dan Yy merupakan biaya terjadi dalam
pendistribusian jika pabrik tersebut ada pada pasar. Kurva x y merupakan biaya
transfer total (jumlah xy dan x y) dan menunjukkan lokasi biaya yang kecil pada y.
Dengan gradian convex, maka jumlah biaya lebih dibatasi di antara x dan y. Pengaruh
dari titik trans-shipment diilustrasikan dengan mengasumsikan suatu kota T merupakan
biaya pemindahan tambahan yang terjadi. Lokasi dalam kota menghindarkan muatan
trans-shipment (pengiriman barang) dan akan memberi keuntungan pada sumber
material (Smith, 1971:83-84).
Hoover juga berpendapat sama seperti Palander, bahwa sumber bahan mentah dan
pasar lebih menentukan lokasi industri daripada biaya angkutan. Jika dijumpai suatu
lokasi dalam segitiga lokasi maka keadaan ini lebih ditentukan oleh tersedianya tenaga
murah di tempat tersebut. Sehingga pengaruh biaya angkutan justru akan mendorong
industri untuk berlokasi di tempat bahan mentah, pasar, atau persimpangan lalu lintas
yang tidak jarang merupakan transport breaking point (Djojodipuro, 1992:107).

GEOGRAFI INDUSTRI TEORI LOKASI HOOVER

Page 5

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penerapan teori lokasi Hoover menurut gejala return to scale and entry di dalam
kegiatan Industri dapat di simpulkan Pada kasus dimana suatu Industri selalu di tentukan
pada lokasi antara pasar dan sumber bahan mentah, sehinggah dapat diketahui bahwa
industri tersebut memperhatikan non biaya transport sebagai biaya tranpsort paling rendah
begitu juga dengan bahan mentah dan pasar selalu lebih menentukan lokasi industri dari pada
biaya angkutan.
dari teori lokasi Hoover dapat di ketahui asumsi yaitu:
semakin jauh pasar yang di jangkau maka semakin tinggi keuntungan suatu Industri.
Semakin jauh dan luas daerah pasar yang di layani maka semakin banyak yang harus
di produksi suatu industri Tersebut.
Sumber daya alam berupa bahan mentah dan peluang pasar semakin menentukan
lokasi berdirinya industri.
Teori lokasi ini berguna untuk mencari lokasiyang ekonomis dan memungkinkan di
mana keuntungan maksimal dapat di capai dengan berbagai faktor yang di
pertimbangkan dalam penentuan lokasi ini adalah ketersediaan bahan baku,upah
buru,jaminan keamanan,fasulitas penunjang,daya serap pasar lokal dan aksesibilitas
dari tempat produksi ke wilayah pemasran yang di tujuh.
3.2. Saran

GEOGRAFI INDUSTRI TEORI LOKASI HOOVER

Page 6

Dalam Kajian Penerapan teori lokasi Hoover menurut gejala return to scale and entry
di dalam kegiatan Industri ini seharusnya setiap Industri di Indonesia menerapkan teori lokasi
hoover ini untuk mempertimbangkan lokasi industri dan jenis produksi dengan langakah awal
kebijakan dari pemerintah yang menganjurkan setiap industri mempertimbangkan
penggunaan teori lokasi hoover untuk kelancaran industri dan meminimalisir dampak
lingkungan yang di akikbatkan oleh adanya industri tersebut.

GEOGRAFI INDUSTRI TEORI LOKASI HOOVER

Page 7

Anda mungkin juga menyukai