MENGUNAKAN METODE
BRADFORD
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
DASAR-DASAR BIOTEKNOLOGI
Disusun oleh :
Nama : William Kristiandi
NIM : 14.I1.0094
Kelompok F5
1. HASIL PENGAMATAN
2.
Hasil pengamatan protein biomassa sel tunggal dapat dilihat pada tabel 1.
5. Bera
3.
4. Bahan
9.
10. Sacharomyces
cerevisiae
14.
11. 0,15
20. Sacharomyces
16. 0.23
25. Sacharomyces
21. 0,16
30. Sacharomyces
26. 0,15
35. Sacharomyces
13. 0,604
17. 0,10
18. 0,087
22. 0,18
23. 1,870
27. 0,14
28. 1,935
90
31. 0,10
cerevisiae
34.
12. 0,07
Protein
Biomassa Sel
71
cerevisiae
29.
orba
nsi
8. Konsentrasi
07
cerevisiae
24.
7. Abs
53
cerevisiae
19.
15. Sacharomyces
t
End
apan
6. (gra
m)
32. 0,19
33. 1,994
79
36. 0,13
cerevisiae
37. 0,22
38. 2,315
63
39.
40.
Pada table 1 dapat dilihat hasil pengamatan dari pengujian biomassa protein sel
kelompok F6 sebesar 2,315. Data terendah untuk berat endapan dihasilkan oleh
kelompok F5 seberat 0,10; untuk data terrendah dari absorbansi dihasilkan oleh
kelompok F1 dengan nilai data sebesar 0,0753; dan data terendah untuk konsentrasi
protein biomassa sel terdapat pada kelompok F2 sebesar 0,087.
41.
42. PEMBAHASAN
43.
44.
sel tunggal dalam pengguanaanya digunakan sebagai salah satu sumber protein
yang dapat dikonsumsi oleh manusia sudah mulai dikembangkan sejak masa
perang dunia pertama oleh German melalui pembiakan Saccharomyces
cerevisiae. Pengembangan protein sel tunggal kemudian semakin berkembang
dengan adanya tantangan untuk mencari sumber protein yang dapat
mengimbangi pertumbuhan penduduk di dunia. Penelitian pada protein sel
tunggal ini juga telah mulai dikembangkan di Indonesia salah satunya oleh Dewi
(2007) dimana didalam penelitianya beliau membuktikan bahwa penggunaan
Spirulina platensis sebagai sumber protein dengan melihat pertumbuhan berat
dari mencit (Mus musculus) sebagai subjek penelitiannya.
45.
46.
Saccharomyces cerevisiae yang dibiakan kultur pada media MEA lalu kemudian
ditumbuhkan pada media MRS broth. Penggunaan kedua media ini dinilai cocok
untuk menumbuhkan kultur karena menurut Adedayo (2011), substrat utama
yang diperlukan untuk menumbuhkan kultur ini adalah molasses. Selain dari
MEA dan MRS broth, media lain yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
kultur ini adalah YEPD seperti yang dilakukan Erna (2004) didalam
penelitiannya. Langkah pertama yang praktikan lakukan adalah kultur yang
berbentuk cair disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan
dilakukan pula penimbangan berat tabung kosong sebelumnya yang bertujuan
untuk menghitung berat endapan yang nantinya akan dihasilkan. Perlakuan
sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan biomassa sel dengan protein
ekstraselulernya. Setelah terbentuk 2 fase yaitu cair dan padat, supernatant (fase
padat) dari hasil sentrifugasi diambil lalu ditimbang beratnya. Massa dari
endapan didapatkan dengan mengurangi berat tabung yang memiliki endapan
dengan berat tabung kosong. Langkah selanjutnya adalah tris HCL ditambahkan
dengan perbandingan 1 (endapan) : 4 (tris HCL). Penggunaan tris HCL menurut
4
Melinda (2008), adalah sebagai larutan buffer atau penyangga agar pH larutan
tetap dalam keadaan stabil. Selanjutnya larutan dihomogenkan dengan cara
divortex. Setelah dihomogenkan larutan diambil sebanyak 10 l dengan
menggunakan mikropipet dan diencerkan dengan 90 l aquades yang
selanjutnya dilanjutkan ke tahap pengukuran absorbansi.
47.
48.
CBBG akan membuat bentuk anion yang akan mengikat protein membentuk
warna biru dengan
absorbansi maksimum untuk larutan pewarna asam Coomassie Brilliant Blue G250 bergeser dari 465 nm ke 595 nm, ketika mengikat protein sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan warna yang dilakukan oleh dye commassie
(komponen reagen Bradford) dari pewarna merah commasie ke pewarna biru
5
commasie. Jumlah CCBG yang terikat pada protein proporsional dengan muatan
positif yang ditemukan pada protein. Perhitungan konsentrasi protein sampel
dilakukan melalui perbandingan dengan kurva standar. Metode Bradford tidak
mengalami gangguan yang disebabkan oleh berbagai bahan kimia yang berada
dalam sampel (Stoscheck, 1990). Setelah diberi tambahan reagen Bradford,
tabung dibungkus dengan aluminium foil kemudian divortex. Tujuan
dibungkusnya tabung dengan aluminium foil adalah supaya reagen Bradford
tidak
menguap,
sedangkan
tujuan
pem-vortex-an
adalah
untuk
Karena perbedaan dari nilai absorbansi inilah pula kemudian berdampak pada
perhitungan kadar protein dan menghasilkan data yang berbeda-beda pula.
53.
54.
dilakukan oleh Erna (2004) dengan metode pengukuran rerata kadar protein
dengan berat kering menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan dimana
didalam penelitannya menghasilkan data kadar protein berkisar antara 26%39%. Senada dengan Erna, Adedayo juga mengungkapkan bahwa kadar protein
kasar dari kultur Saccharomyces cerevisiae adalah 53%. Sedangkan untuk
mencapai standar diatas harus dihasilkan perbandingannya minimalnya 260
mg/g berat basah untuk mencapai kadar protein 26%.
55.
56.
3. KESIMPULAN
57.
Protein Sel Tunggal (PST) adalah salah satu sumber makanan berprotein tinggi.
Organisme yang banyak digunakan untuk memproduksi protein sel tunggal adalah
jamur/kapang, yeast, bakteri, dan alga yang kaya akan protein.
Larutan tris HCl berfungsi sebagai larutan pengkondisi agar larutan yang dibuat
atau sampel tetap terjaga kestabilan pH-nya.
Pengujian kadar protein dengan metode Bradford merupakan suatu metode dengan
pewarnaan protein yang didasarkan pada pengukuran absorbansi.
Tujuan penutupan dengan aluminium foil adalah agar reagen Bradford tidak
menguap.
Nilai absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi dan tebal intensitas penyinaran. Jika
konsentrasi semakin meningkat maka nilai absorbansinya juga akan semakin
meningkat.
7
Asisten
Dosen
62.
63.
64.
65. William Kristiandi
Abigail
Effendy
66. 14.I1.0094
67.
Sharon
4. DAFTAR PUSTAKA
68.
Adedayo, M.R; Ajiboye, E.A.; Akintunde, J.K.; Odaibo, A. 2011. Single Cell
Proteins: As Nutritional Enhancer: Advances in Applied Science Research, 2011,
2 (5):396-409. Pelagia Research Library.
69.
Bradford, MM. 1976. A rapid and sensitive for the quantitation of microgram
quantitites of protein utilizing the principle of protein-dye binding. Analytical
Biochemistry 72:248-254.
70.
71.
72.
Melinda.
2008.
Protein
Sel
Tunggal.
www.lontar.ui.ac.id/file?
file=digital/124151-BIO.019-08.pdf. Diakses tanggal 11 November 2015.
73.
74.
75.
76.
Volk, W.A. & M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
77.
University
Diakses
5. Lampiran
5.1.
Perhitungan
78. F1
79. y = 0,0035x + 0,0234
94. F2
95. y = 0,0035x + 0,0234
84.
100.
101.
Konsentrasi protein
86. =
x mg
tris HCl
x
ml
1000 ml
0,1
102.
x mg
tris HCl
x
ml
1000 ml
0,1
87. =
15,1143 mg 0,6
x
ml
1000 ml
0,1
103.
22,086 mg 0,92
x
ml
1000 ml
0,1
88. = 0,0907 mg
104.
= 0,203 mg
89.
105.
106.
107.
91. =
x mg
berat endapan basah(g)
92. =
0,0907 mg
0,15 g
93. = 0,6047
x mg
berat endapan basah(g)
mg
g berat basah
0,203mg
0,23 g
108.
109.
mg
= 0,883 g berat basah
110.
111.
F3
y = 0,0035x + 0,0234
126.
127.
F4
y = 0,0035x + 0,0234
112.
128.
113.
129.
10
114.
0,1871 = 0,0035x
130.
0,1256 = 0,0035x
115.
46,771 ppm = x
131.
35,880 ppm = x
116.
132.
117.
Konsentrasi protein
133.
Konsentrasi protein
118.
x mg
tris HCl
x
ml
1000 ml
0,1
134.
x mg
tris HCl
x
ml
1000 ml
0,1
119.
46,771 mg 0,64
x
ml
1000 ml
0,1
135.
35,880 mg 0,6
x
ml
1000 ml 0,1
120.
= 0,299 mg
136.
= 0,2152 mg
121.
137.
122.
138.
123.
139.
x mg
berat endapan basah(g)
124.
125.
x mg
berat endapan basah(g)
0,299mg
0,13 g
0,2152mg
0,15 g
140.
mg
= 1,870 g berat basah
141.
= 1,435
142.
143.
F5
y = 0,0035x + 0,0234
158.
159.
F6
y = 0,0035x + 0,0234
144.
160.
145.
161.
146.
0,1745 = 0,0035x
162.
0,2029 = 0,0035x
147.
49,857 ppm = x
163.
57,971 ppm = x
148.
mg
g berat basah
164.
149.
Konsentrasi protein
165.
Konsentrasi protein
150.
x mg
tris HCl
x
ml
1000 ml
0,1
166.
x mg
tris HCl
x
ml
1000 ml
0,1
151.
49,857 mg 0,4
x
ml
1000 ml 0,1
167.
57,971 mg 0,52
x
ml
1000 ml
0,1
11
152.
= 0,1994 mg
168.
153.
= 0,301 mg
169.
154.
170.
155.
171.
x mg
berat endapan basah(g)
x mg
berat endapan basah(g)
0,1994 mg
0,1 g
156.
157.
mg
= 1,994 g berat basah
174.
5.2.
Laporan Sementara
175.
176.
177.
12
0,301mg
0,13 g
172.
173.
mg
= 2,315 g berat basah