Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Selama ini Aren (Arenga pinnata) ditanam secara alamiah, apa adanya
yang tumbuh dari alam. Sangat jarang yang menanamnya secara sengaja dengan
jarak tanam yang teratur. Buktinya, sebaran tanaman Aren yang ada selama ini
tidak memiliki jarak yang teratur, kadang mengumpul dan rapat di suatu tempat
dengan jarak yang saling berdekatan, namun di tempat lain jaraknya saling
berjauhan bahkan kosong.
Dengan keadaan yang tidak teratur ini menyebabkan pengelolaan niranya
menjadi sangat rumit dan butuh tenaga yang banyak. Penanganan kebun seperti
ini akan membutuhkan waktu yang banyak, karena tenaga menjadi kurang efektif
dan kurang efisien, akibatnya kapasitas tenaga penyadapannya rendah. Pada
keadaan kebun Aren yang tidak beraturan seperti ini setiap orang tenaga penyadap
paling-paling hanya sanggup menangani 10-20 pohon Aren saja setiap harinya
(pagi dan sore), yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan berpengalaman.
Kalau tenaga yang baru dan belum berpengalaman mungkin hanya bisa menyadap
5-10 pohon saja. Selain itu mutu Nira Aren juga relative sulit terjaga mutunya,
apalagi jika letak kebun dan tempat pengolahannya jaraknya jauh. Hal ini karena
Nira Aren perlu penanganan cepat dan teliti, apalagi kalau tidak diperlakukan
khusus, dalam waktu 4-5 jam Nira sudah mengalami fermentasi secara alami.
Kualitas Nira Aren yang menurun akibat terfermentasi ini menyebabkan beberapa
perubahan, antara lain pH nya menurun atau semakin asam (kecut), kadar gulanya

menurun, akibat aktifitas enzimatik yang merubah Sukrosa menjadi gula-gula


tereduksi dan bahan lainnya juga rasa dan aromanya berubah dari aslinya.
Tanaman aren (Arenga Pinnata) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang sudah lama dikenal. Tanaman penghasil air nira kerap
dimanfaatkan menjadi gula merah. Hanya saja pertumbuhan aren ini memang
terbilang cukup lama. Biasanya, sejak aren ditanam baru dapat dipanen 10-15
tahun kemudian. Namun siapa sangka jika aren kini dapat dipanen dalam waktu
singkat dari biasanya. Hal ini sudah dibuktikan pada tanaman aren genjah asal
Kutai Timur (Kutim). Tim Peneliti Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur
telah mengamati setidaknya di delapan provinsi dengan luas 59.504 hektar. Salah
satunya di Kalimantan Timur yang tersebar di sembilan kabupaten dengan luas
1.504 hektar. Sementara itu Kabupaten Kutai Timur, aren ditanam di atas lahan
seluas 312,50 hektar.
Tim Balitka sendiri sudah mengamati aren sejak tahun 2009. Karena aren
ini memiliki keunggulan dibanding aren tipe dalam. Apalagi aren ini memiliki
kecepatan berproduksi, yakni sekitar lima hingga enam tahun. Aren genjah Kutim
sendiri sudah lama dikenal dan diusahakan masyarakat di Kabupaten Kutai Timur,
dengan penyebaran yang luas di Kecamatan Teluk Pandan. Sifat aren genjah
dengan umur mulai berproduksi sekitar 5-6 tahun dan ukuran tanaman yang relatif
pendek, menjadi nilai tambah dan pembeda dengan aren tipe dalam.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini ialah untuk mengetahui keadaan aren di
Kutai Timur khususnya di daerah Sangatta Lama yang kami amati, khususnya
bagian-bagian dari aren, teknik budidaya, serta pengolahan pasca panennya.
1.3 Manfaat Praktikum
Dengan adanya praktikum ini, mahasiswa telah mengetahui bagian-bagian
aren serta fungsinya secara langsung, mengetahui teknik budidaya yang baik, serta
lingkungan terbaik yang sesuai dengan pertumbuhan aren.

II.
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Daerah Asal dsn Penyebaran Aren
Dahulu tanaman aren dikenal dengan nama botani Arenga saccharifera.
Tetapi sekarang lebih banyak dipustakakan dengan nama Arenga pinnata Merr.
Tanaman aren bisa dijumpai dari pantai barat India sampai ke sebelah selatan Cina
dan juga kepulauan Guam. Habitat aren juga banyak terdapat di Philipina,
Malaysia, dataran Assam di India, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma (Myanmar),
Srilanka dan Thailand (Lutony, 1993). Akan tetapi konon, tanaman yang termasuk
dalam keluarga Palma atau Aracaceae ini berasal dari Indonesia.
Aren (Arenga pinnata Merr.) adalah salah satu species yang termasuk
dalam famili Aracaceae. Banyak nama daerah (Vernacular names) yang diberikan
untuk aren di Indonesia, hal ini karena tingkat penyebarannya sangat luas. Namanama daerah tanaman aren di Indonesia (Lutony, 1993) antara lain: bak juk
(Aceh), paula (Karo), bagot (Toba), bargot (Mandailing), anau, biluluak
(Minangkabau), kawung, taren (Sunda), aren, lirang (Jawa, Madura), jaka, hano
(Bali), pola (Sumbawa), nao (Bima), kolotu (Sumba), moke (Flores), seho
(Manado), saguer (Minahasa), segeru (Maluku), ngkonau (Kaili). Di daerah Bugis
aren dikenal dengan nama indruk dan di Tana Toraja disebut induk. Sedangkan
dalam bahasa asing (Lutony, 1993; Ramadani et al. 2008) dikenal dengan nama
arenpalm, sagarpalm, gomotipalm (Inggris), palmier a sucre, areng (Perancis),
suikerpalm (Belanda),
Salah satu tanaman yang paling penting dan umumnya tumbuh jauh di
daerah pedalaman adalah aren. Jenis tanaman ini tumbuh menyebar secara alami

di negara-negara kepulauan bagian tenggara, antara lain Malaysia, India,


Myanmar, Laos, Vietnam Kepulauan Ryukyu, Taiwan dan Philipina (Hadi, 1991).
Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hampir di seluruh
wilayah Nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab
(Sunanto,1993), dan tumbuh secara individu maupun secara berkelompok (Alam
dan Suhartati, 2000). Heyne (1950) melaporkan bahwa tanaman aren sering
tumbuh mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1.300 m dari permukaan
laut. Tetapi tanaman ini lebih menyukai tempat dengan ketinggian 500-1.200 m
(Lutony, 1993) dan bila dibudidayakan pada tempat-tempat dengan ketinggian
500-700 m dpl. akan memberikan hasil yang memuaskan (Soeseno, 1992).
Kondisi tanah yang cukup sarang atau bisa meneruskan kelebihan air, seperti
tanah yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah yang berpasir
disekitar tepian sungai merupakan lahan yang ideal untuk pertumbuhan aren.
Suhu lingkungan yang terbaik rata-rata 250 C dengan curah hujan setiap tahun
rata-rata 1.200 mm.
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Aren
2.2.1 Klasisfikasi Aren
Taksonomi Aren (Arenga Pinnata) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophita (menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu/monokotil)

Sub Kelas

: Arecidae

Ordo

: Arecales

Famili

: Arecaceae (suku pinang-pinangan)

Genus

: Arenga

Spesies

: Arrenga pinnata Merr,

Sinonim

: Arenga saccharifera

2.2.2 Morfologi Aren


1. Akar
Tanaman aren merupakan tumbuhan berakar serabut atau monokotil.
(Ramadani et al, 2008)
2. Batang
Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon
soliter tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm
(Ramadani et al, 2008). Pohon aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan
diameter batang sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan
tajuk daun yang menjulang di atas batang (Soeseno, 1992). Waktu pohon masih
muda batang aren belum kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun,
ketika daun paling bawahnya sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan
batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar
tangkai daun.
3. Daun
Daun hingga 8 m panjang, anak daun divaricate, panjangnya 1 m atau
lebih, jumlahnya 100 atau lebih pada masing-masing sisi, dasar daun 2 auriculate,

ujung daun lobes, dan kadang-kadang bergerigi, permukaan atas hijau berdaging,
bagian bawah putih dan bertepung (Ramadani et al, 2008). Pohon aren
mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri
tegak di pucuk batang, daun muda yang masih tergulung lunak seperti kertas.
Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan menyempit ke arah pucuk. Susunan
anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip ikan, sehingga daun aren disebut
bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak berpasangan lagi daun aren disebut
bersirip ganjil. Pada bagian pangkal pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang
berwarna hitam kelam dan dibagian atasnya berkumpul suatu massa yang mirip
kapas yang berwarna cokelat, sangat halus dan mudah terbakar. Massa yang
menempel pada pangkal pelepah daun aren tersebut dikenal dengan nama kawul
(Jawa barat), baruk (Tana Toraja) dan beru (Bugis) (Lempang, 1996).
4. Bunga
Bunga aren jantan dan betina berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul
dari batang, panjangnya 1-1,5 m masingmasing pada rachille (Ramadani et al.,
2008). Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung.
Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas
tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mulamula muncul dari
pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon.
Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal
terletak di ujung batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada
tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari
bunga betina. Sedangkan yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga

jantan. Jadi pada satu pohon aren terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya
saja berada pada tandan yang berbeda. Karena letaknya ini, maka bunga aren
termasuk kelompok monosius uniseksual. Bunga jantan berwarna keunguan atau
kecoklatan, berbentuk bulat telur memanjang, berdaun bunga tiga, serta
berkelopak 3 helai. Sedangkan bunga betina berwarna hijau, memiliki mahkota
bunga segi tiga yang beruas-ruas, bakal bijinya bersel tiga, dan berputik tiga.
Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.
Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga. Apabila
proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat.
5. Biji
Biji aren berada dalam buah yang masih belum terlalu matang. Biji aren
mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya berwarna kuning
dan tipis, dan berbentuk bulat atau lonjong. Biji muda ini di kenal dengan nama
kolang-kaling. Aren mempunyai perakaran serabut, menyebar secara horizontal
memndalam hinggga mencapai > 5 m.
Begitu banyak ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang bahan
bakunya berasal dari pohon aren dan permintaan produk-produk tersebut baik
untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor semakin meningkat. Hampir
Semua bagian pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan, baik bagian fisik (daun, batang, ijuk, akar, dll.) maupun bagian
produksinya (buah, nira dan pati/tepung). Pohon aren adalah salah satu jenis
tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam

batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai
ekonomi.
6. Buah
Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan
panjang sekitar 90 cm. Untuk pohon aren yang pertumbuhannya baik, bisa
terdapat 4-5 tandan buah. Buah aren termasuk buah buni, bentuknya bulat, ujung
tertoreh, 4x5 cm, sesil dan terdapat 3 mbractea yang tebal, secara rapat berkumpul
sepanjang tangkai perbungaan, berwarna hijau, buah masak warna kuning,
terdapat 3 biji keras (Ramadani et al., 2008). Buah aren berupa buah buni, yaitu
buah yang berair tanpa dinding dalam yang keras. Bentuknya bulat lonjong,
bergaris tengah 4 cm. Tiap buah aren mengandung tiga biji. Buah aren yang
setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek dan berwarna kuning. Inti biji
(endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak. Endosperma buah aren
berupa protein albumin yang lunak dan putih seperti kaca kalau masih muda
(Soeseno, 1992). Inti biji inilah yang disebut kolang-kaling dan biasa digunakan
sebagai bahan makanan (Lutony, 1993).
Dari segi komposisi kimia, kolang-kaling memiliki nilai gizi sangat
rendah, akan tetapi serat kolang kaling baik sekali untuk kesehatan. Serat kolangkaling dan serat dari bahan makanan lain yang masuk ke dalam tubuh
menyebabkan proses pembuangan air besar teratur sehingga bisa mencegah
kegemukan (obesitas), penyakit jantung koroner, kanker usus, dan penyakit
kencing manis (Lutony, 1993). Kolang kaling banyak digunakan sebagai bahan

10

campuran beraneka jenis makanan dan minuman. Antara lain dalam pembuatan
kolak, ronde, ice jumbo, es campur, cake, minuman kaleng, manisan dan lain-lain.
7. Nira
Aren mulai berbunga pada umur 12 sampai 16 tahun, bergantung pada
ketinggian tempat tumbuh dan sejak itu aren dapat disadap niranya dari tandan
bunga jantan selama 3 sampai 5 tahun (Heyne, 1950). Sesudah itu pohon tidak
produktif lagi dan lama kelamaan mati. Dari hasil survei di Sulawesi Utara
dilaporkan bahwa rata-rata hasil nira setiap pohon aren adalah 6,7 liter per hari
(Mahmud et al., 1991). Sedangkan Soeseno (1992) mengemukakan bahwa dari
setiap tandan bunga aren yang disadap seharinya hanya dapat dikumpulkan 2
sampai 4 liter/tandan.
Sementara Sunanto (1992) menyatakan bahwa satu tandan bunga dapat
menghasilkan 4 sampai 5 liter nira per hari. Hasil penelitian Lempang dan
Soenarno (1999) di Kabupaten Maros provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan
bahwa volume produksi nira aren dari setiap tandan bunga jantan pohon aren ratarata 4,5 liter/hari dengan kisaran antara 2,8 sampai 7,0 liter/hari dengan waktu
penyadapan setiap tandan 1,5 sampai 3bulan (rata-rata 2,5 bulan). Pada tanaman
aren yang sehat setiap tandan bunga jantan bisa menghasilkan nira sebanyak 9001.800 liter/tandan, sedangkan pada tanaman aren yang pertumbuhannya kurang
baik hanya rata-rata 300-400 liter/tandan (Lutony, 1993). Di beberapa daerah
dalam setahun dapat disadap sampai 4 tandan bunga per pohon, dan setiap tandan
bunga dapat disadap 3-5 bulan. Dalam keadaan segar nira berasa manis, berbau
khas nira dan tidak berwarna. Nira aren mengandung beberapa zat gizi antara lain

11

karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Rasa manis pada nira disebabkan
kandungan karbohidratnya mencapai 11,28%. Nira yang baru menetes dari tandan
bunga mempunyai pH sekitar 7 (pH netral), akan tetapi pengaruh keadaan
sekitarnya menyebabkan nira aren mudah terkontaminasi dan mengalami
fermentasi sehingga rasa manis pada nira aren cepat berubah menjadi asam (pH
menurun).
Produk-produk nira dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang
tidak mengalami proses fermentasi dan yang mengalami fermentasi (Barlina dan
Lay, 1994). Nira aren yang masih segar dan rasanya manis dapat langsung
diminum, atau dapat dibiarkan terlebih dahulu mengalami fermentasi sebelum
diminum. Nira yang masih segar digunakan untuk obat sariawan, TBC, disentri,
wasir dan untuk memperlancar buang air besar (Ismanto et al., 1995). Nira aren
yang telah mengalami fermentasi (peragian) berubah menjadi tuak. Tuak dari hasil
fermentasi nira aren juga berguna sebagai perangsang haid dan cukup ampuh
untuk melawan radang paru-paru dan mejan (Lutony, 1993). Selain sebagai
minuman, nira aren segar juga terutama digunakan sebagai bahan baku
pengolahan gula aren.
Pengolahan nira secara langsung setelah diturunkan dari pohon
menghasilkan gula 104,8 gram per liter nira atau rendemen produksi 10,48%
(Lempang, 2000). Pengolahan langsung nira menghasilkan gula aren yang
berwarna coklat kemerahan, sifat lebih solid dan memiliki rasa lebih manis.
Sedangkan nira yang terlambat diolah akan menghasilkan gula yang berwarna
kekuningan, lunak atau tidak mengeras sehingga tidak dapat dicetak. Sampai saat

12

ini produk utama pohon aren adalah gula aren. Produk ini sudah dikenal
masyarakat umum. Dari segi fisiknya gula aren mempunyai kekhasan tersendiri
apabila dibandingkan dengan gula dari sumber yang lain (gula tebu, gula bit).
Kekhasan gula aren antara lain lebih muda larut, keadaannya kering dan bersih
serta mempunyai aroma khas (Rumokoi, 1990).
Oleh sebab itu gula aren banyak digunakan dalam pembuatan kue, kecap
dan produk pangan lainnya. Gula aren sering juga digunakan dalam ramuan obat
tradisional dan diyakini memiliki khasiat sebagai obat demam dan sakit perut
(Lutony, 1993). Gula aren mengandung glukosa cukup tinggi yang dapat
membersihkan ginjal sehingga kita terhindar dari penyakit ginjal (Sapari, 1994).
Kekhasan gula aren dari segi kimia yaitu mengandung sukrosa kurang lebih 84%
dibandingkan dengan gula tebu dan gula bit yang masing-masing hanya 20%dan
17% sehingga gula aren mampu menyediakan energi yang lebih tinggi dari gula
tebu dan gula bit (Rumokoi, 1990). Selain itu, kandungan gizi gula aren (protein,
lemak, kalium dan posfor) lebih tinggi dari gula tebu dan gula bit (kerekan), gula
pasir dan gula semut (Sapari, 1994).
Gula cetak pada umumnya memiliki bentuk sesuai bentuk cetakan yang
digunakan. Gula pasir adalah gula aren yang dikristalkan kecil-kecil seperti pasir
dan berwarna merah. Gula semut bukanlah gula yang bentuknya seperti semut dan
bukan pula gula yang dikerumuni semut. Gula semut merupakan jenis gula yang
dibuat dari nira dengan bentuk serbuk atau kristal dan berwarna kuning
kecokelatan sampai coklat (Lutony, 1993). Gula semut mirip dengan gula pasir
(aren), akan tetapi ukurannya lebih besar sedikit dari pada gula pasir. Gula semut

13

ini telah dipasarkan secara luas dengan berbagai merek. Umumnya gula aren
diproduksi dalam bentuk gula cetak yang disebut juga sebagai gula padat, akan
tetapi ada juga yang diproduksi dalam bentuk gula cair (Lutony, 1993). Gula aren
cair atau sirup aren ini di daerah Palembang disebut tengguli (gula mangkok) yang
diproduksi dan diberikan antara lain kepada perusahaan-perusahaan pembakaran
roti (Lahiya, 1983).
Pada waktu musim hujan nira aren di daerah tersebut hanya khusus dibuat
tengguli, karena gula aren balok (cetak) sangat hygroskopis sehingga cepat
menjadi lunak dan meleleh. Sedangkan pada musim kering apabila nira tidak
banyak mengalir, tetapi dalam pada itu didapatkan nira yang berkadar gula tinggi,
maka lebih disukai untuk membuat balok-balok gula. Negara-negara yang
membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika Serikat,
Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994). Produk-produk dari
nira aren yang dihasilkan melalui proses fermentasi antara lain nata pinnata, cuka
dan alkohol. Nata berasal dari bahasa spanyol yang bahasa Inggrisnya berarti
cream (Afri, 1993), sedangkan pinnata merupakan kata yang diambil dari nama
botanis pohon aren, yaitu Arenga pinnata.
Nata merupakan jenis makanan penyegar atau pencuci mulut (food dissert)
yang memegang andil yang cukup berarti untuk kelangsungan fisiologi secara
normal (Barlina dan Lay, 1994). Pengolahan nira aren dengan penambahan pupuk
ZA sebanyak 2,5 gram per liter nira menghasilkan rendemen nata pinnata ratarata
94,22% (Lempang, 2006). Jika dilihat dengan kasat mata, secara fisik nata pinnata
adalah produk berbentuk padat, bertekstur lembut, kenyal dan berwarna putih.

14

Akan tetapi produk ini mengandung kadar air yang sangat tinggi yaitu rata-rata
97,4%, sedangkan sisanya adalah bahan padat. Selain Info Teknis EBONI
mengandung air yang tinggi, nata pinnata juga mengandung serat 0,82%, protein
0,15%, sementara kandungan vitamin C, lemak, kalsium dan posfor sangat
rendah. Selain gula aren dan nata pinnata, nira aren dapat juga digunakan untuk
menghasilkan minuman beralkohol melalui proses fermentasi.
Proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan minuman beralkohol
biasanya berlangsung secara spontan oleh adanya aktifitas organisme yang ada
dalam nira itu sendiri. Mikroorganisme yang dominan dalam fermentasi nira
adalah Saccharomyces cerevisae, disamping jenis khamir yang lain seperti
Schizosaccharomyces sp dan Candida sp serta beberapa jenis bakteri (Rumokoi,
1990). Salah satu produk yang dihasilkan petani aren di daerah Sulawesi Utara
adalah arak atau cap tikus yang mengandung alkohol antara 30-50% dan untuk
mendapatkan 1 liter cap tikus dibutuhkan bahan baku nira antara 7-8 liter (Torar
dan Kindangen, 1990). Usaha pembuatan arak (minuman beralkohol) ini sudah
semakin terbatas oleh berbagai ketentuan yang ada. Di samping itu harga arak
yang dipasarkan juga rendah, sehingga lebih baik jika produksinya diarahkan
sebagai bahan baku industri selain minuman, juga kosmetika dan farmasi (Torar
dan Kindangen, 1990). Cuka dapat juga diperoleh melalui proses fermentasi
berlanjut dari nira aren, dimana lama kelamaan alkohol dalam nira aren akan
terurai dan terbentuk menjadi cuka (asam asetat). Jika pebuatan alkohol dari nira
dilakukan dalam wadah tertutup, sebaliknya pembuatan cuka justru dilakukan di
dalam wadah terbuka dan setelah 8 hari seluruh nira sudah berubah menjadi cuka.

15

Di Ambon, untuk mempercepat pembentukan asam cuka ini nira dibubuhi


tumbukan biji galoba kusi (Horstedtia rumphii) dan prosesnya dilakukan dalam
wadah tertutup yang dijemur di matahari atau dipanasi di dapur (Soeseno, 1992).
Setelah disaring dan dibersihkan dari kotoran yang mengendap di dasar wadah,
cuka aren boleh dipakai sebagai bumbu masak. Karena kadar asam asetatnya
hanya 3%, cuka aren ini tidak tahan lama disimpan.
8. Tepung
Batang aren terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (perifer) yang
berwarna hitam dan keras serta bagian sentral (empulur) yang berwarna putih dan
lunak. Tepung (pati) yang diperoleh dari ekstraksi bagian sentral batang biasanya
dilakukan setelah pohon tidak lagi produktif menghasilkan nira (Soeseno, 1992).
Empulur batang aren berkadar tepung 48,9% (Ismanto et al.,1995). Akan tetapi
setiap pohon aren menghasilkan tepung yang bervariasi. Di Indonesia dari setiap
batang pohon aren dapat diperoleh tepung antara 60-70 kg (Rumokoi, 1990).
Namun menurut Ismanto, et al. (1995) setiap batang aren menghasilkan 100-150
kg tepung. Di dalam pemasaran tepung aren dikenal dengan istilah hun kwe
dan tepung maizena, dimana tepungtepung ini mengandung lebih dari 85% tepung
aren. Tepung aren tersebut banyak dipakai untuk bahan makanan antara lain kue,
cendol, bakso, bakmie (mie), bihun, sohun dan hun kwe (Lutony, 1993; Sunanto,
1993 ; Ismanto et al. 1995).

16

2.3 Syarat Tumbuh Aren


2.3.1 Iklim
Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20 250C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah.
Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup
tinggi diantara 1.200 - 3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota
pada tanaman aren (Polnaja, 2000).
Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu
minimum sebanyak 1200 mm setahun. Jika diperhitungkan dengan perumusan
Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim
sedang sampai iklim agak basah. Tanaman aren tidak membutuhkan sinar matahari
yang terik sepanjang hari, sehingga dapat tumbuh dengan subur di daerah-daerah
perbukitan yang lembab yang banyak ditumbuhi oleh berbagai tanaman keras
(Sunanto, 1993).
2.3.2 Tanah
Jenis tanah yang dipilih untuk berkebun aren harus jenis tanah-tanah yang
yang cukup sarang (mudah meneruskan kelebihan air), seperti misalnya tanah
beranjangan yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah liat berpasir di
sepanjang tepian sungai. Tanah-tanah itu tidak boleh mengandung batu cadas dan air
tanah yang menggenang (berhenti mengalir) di lapisan dangkal yang kurang dari 1 m,
karena dapat menghambat pertumbuhan akar (Soeseno, 2000).

17

2.4 Teknik Budidaya Aren


2.4.1 Pengumpulan dan Pemilihan Biji
Tanaman aren dapat di perbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan
cara ini akan di peroleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan
mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.
Langkah yang perlu di lakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
a. Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
b. Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak)
c. Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
d. Kulit buah halus (tidak diserang penyakit).
2. Keluarkan biji buah aren yang telah dikumpulkan
3. Kemilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat:
a. Ukuran biji relative besar
b. Berwarna hitam kecoklatan
c. Biji dalam keadaan sehat (tidak berpenyakit)
d. Permukaan halus (tidak keriput)
4. Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren
terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan
rasa sangat gatal.

2.4.2 Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari
permudaan alam dan bibit dari hasil ppersemaian biji.
a. Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang.
Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya keluar secara utuh dari

18

perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan
berkolompok. Untuk menanamnya dilapangan,dapat di lakukan dengan cara
mencabut secara putaran.
Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam dilapangan atau
melalui proses penyapihan dengan memasukkan anakan ke dalam kantong.
b. Pengadaan bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang
baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.
Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama, untuk mempercepat
dapat di lakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastik ukuran 20 x 25 cm
yang diisi dengan kom[pos, pasir dan tanah 3:1:1 dan lubangi secukupnya pada
bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan
tersebut di masukkan kedalam kantong plastik tersebut sedalam sekitar bagian
biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap kebawah dengan
posisi agak miring.
Untuk mencapai bibit siap tanam dilapangan (ukuran=40 vm) diperlukan
waktu persemaian 12-15 bulan.
2.4.3 Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan system monokultur atau
dengan system agroforestri/tumpangsari. Pembersihan lapangan dari vegetasi
yang ada dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta
pembuatan lubang tanaman.

19

Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30x30x30 cm dan jarak antar


lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m, untuk mempercepat pertumbuhan
pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang,
urea, TSP, sekitar 3-5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan
penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.
2.4.4 Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik di perlukan pemeliharaan
tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi:
1. Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak diketahui. Namun
sebgaai langkah pencegahan dapat di ketahui dengan mengetahui hama dan
penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa
sawit dan sagu.
Hama pada jenis tanaman palmae antara lain berupa kumbanhg badak,
kumbang sagu. Hama lain pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti
lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara:
a. Mekanis, yaiitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama di tebang
dan dibakar.
b. Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti heptachlor 10
gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren dipersemaian adalah
bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh pestalotia sp, penanggulangan
penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45.
2. Penanggulangan Tanaman Penganggu (gulma)

20

Tanaman penganggu atau (gulma) pada tanaman aren sangat menganggu


pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus di lakukan.
Gulma pada tanaman/ pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu
pada bagian batang dan pada tanah disekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun
sampai tanaman berumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasan dilakukan dilakukan
dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman penganggu tersebut
dari pohon aren.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan agar lebih cepat,
pemupukan di lakukan pada tanaman berumur 1-3 tahun dnegan memberikan
pupuk urea, NPK, dan pupuk kandang yang di taburkan pada sekeliling batang
yang telah digemburkan tanahnya.

2.4.5 Panen & Pasca Panen


Seperti telah diuraikan dimuka, hampir dari semua pohon aren dapat
dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi. Jenis
produk yang dihaasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut:
a. Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun
sampai dnegan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih mudah

21

produksinya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitasb dan hasil
ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepahpelepah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk
iytu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu menempel.
Lempengan-lempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren,
mamsih mengandung lidi-lidi ijuk, lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serta-serat
ijuk dengan menggunakan tangan. Un tuk membersihkan serat ijuk dari berbagai
kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, di gunakkan sisir kawat. Ijuk yang
sudah di bersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk,
atap ijuk dan lain-lain.
b. Nira
Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga
jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan maupun
bunga betina dapat menghasilkan kualitas nira yang baik dann jumlah yang
banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan
bunga jantan. Sebelum penyadapan di mulai, dilakukan persiapan penyadapan
yaitu:
1. Memillih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepunng
sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah
batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kkuning tertutupi oleh
tepung sari yang jatuh.
2. Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayunayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.

22

Pemukkulan dan pengayunan di lakukan berulang-ulang selama tiga minggu


dengan selang 2 hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih
250 kali.
Untuk mengetahui apakah bunga jantan yang sudah di pukul-pukul dan
diayu-ayun tersebut sudah atau menghasilkan nira, di lakukan dengan cara
menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torohan tersebut
mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada
bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasanng bumbug
bamboo sebagai penampung nira. Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam
24 jam) pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan
perbaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran atau pembuluh kapiler
terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancer. Setiap tongkol (tandan) bunga
jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3-4 bulan sampai tandan mongering.
Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
2.4.6 Tepung Aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren
dengan proses sebagai berikut :
1. Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya
dengan cara: umur pohon relative muda (15-25 tahun), menancapkan kampak
atau pahat kedalam batang sedalam 10-12 cm pada ketinggian 1,5 m dari
permukaan tanah. Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat

23

tepung/pati yang menempel. Apabila terdapat tepung atau pati tebang pohon
tersebut.
2. Potong batang pohon yang sudah di tebang menjadi beberapa bagian
sepanjang 1,5-2,0 m.
3. Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya
4. Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih
(diekstraksi), kemudian di endapkan semalaman (kurang lebih 12 jam)
dilakukan pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali
dengan air bersih dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang
bersih
5. Hasil endapan dijemur sampai kering
Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie,soun, dan
campuran bahan perekat kayu lapis.
2.4.7. Kolang-kaling
Kolang-kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah
masak. Tiap buah aren mengandung biji buah. Buah aren yang setengah masak,
kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm)
berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi
kolang-kaling.
Adapun cara untuk membuat kolang-kaling:
1. Membakar buar aren dengan tujuan agra kulit luar dari biji dan lender yang
menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang bagus, di
bersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.
2. Merebus buah aren dalam kuali sampai mendidih selama 1-2 jam. Dengan
merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk

24

melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini di cuci berulang-ulang


hingga menghasilkan kolang-kaling.

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pada dasarnya aren yang ada di lokasi praktikum ini bukanlah sengaja
ditanam ataupun dibudidayakan. Aren-aren tersebut sebenarnya tumbuh liar, hal
itu terlihat dari keadaan lahan dan aren serta pengakuan dari masyarakat pemilik
aren tersebut. Umumnya warga yang ada di lokasi tersebut belum memahami akan
prospek yang dimiliki aren tersebut sehingga kurang memperhatikan dan merawat
pohon arennya. Terlihat dari kondisi aren di lahan tersebut yang kurang terawat,
pertumbuhannya kurang optimal, jarak tanamnya yang tidak menentu, sampai
buah yang jatuh sia-sia.

25

Perkembangan pertanian aren membutuhkan penyuluhan dan areal lahan


yang luas. Bagi warga dan petani awam akan sangat bermanfaat jika banyak
pengetahuan yang didapat tentang prospek tanaman aren. Petani aren akan
berusaha meningkatkan produksi tanaman aren. Dengan meningkatnya produksi
tanaman aren akan sangat berguna bagi kemajuan ekonomi negara dibidang
pertanian. Tanpa adanya lahan pertanian luas juga akan menghambat produksi
tanaman aren. Pengetahuan tentang pupuk dan pemupukan juga perlu di
tingkatkan karena penggunaan pupuk anorganik terus menerus bisa membuat
menurunya kualitas tanah. Menurunya kualitas tanah juga akan berpengaruh pada
pertanian di masa yang akan datang.
Untuk itu diharapkan perubahan yang signifikan dari pola pikir masyarakat
khususnya yang ada di Kutai Timur untuk lebih mengembangkan lagi aren.

Di bawah ini disajikan skema kerangka pemikiran budidaya aren sebagai


berikut :
Pentingnya Sosialisasi Tentang
Prospek Aren

Budidaya Aren

Pemanfaatan Tumpang Sari

26

Faktor-Faktor Pendukung

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

IV.

METODE PENELITIAN
4.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Budidaya Tanaman Aren dilaksanakan pada hari Kamis, 05


November 2015 pukul 16.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Jln. IA
Muis, Gg. Kutai Indah, Sangatta Selatan.
4.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya alat tulis, dan
kamera. Sedangkan bahan yang digunakan diantaranya tanaman aren.
4.3 Metode Praktikum
1. Kunjungan langsung ke lokasi praktikum.
2. Melakukan wawancara langsung kepada warga pemilik pohon aren tersebut.
3. Penjelasan teknik budidaya aren oleh dosen pembimbing.

27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Perbandingan Morfologi Aren
Berdasarkan pengamatan saat praktikum yang dilaksanakan di Desa
Sangatta Selatan menunjukkan pohon aren yang jauh berbeda dengan penampilan
aren pada umumnya. Hal ini dikarenakan aren-aren yang ada di Desa Sangatta
Selatan tersebut tidak sengaja ditanam atau tidak benar-benar dibudidayakan oleh
masyarakat sekitar, tetapi hanya tumbuh liar. Dengan demikian memberikan
dampak yang cukup buruk bagi pohon aren tersebut.
Dilihat dari ukuran pohon yang terlihat kurus dan menjulang tinggi.
Ukuran tinggi dan lingkar batangnya selalu dibawah rata-rata aren pada
umumnya. Hal ini dikarenakan banyaknya tanaman pengganggu lain sehingga
menghalangi matahari untuk menyinari pohon tersebut sehingga batangnya

28

memberikan respon bertambah tinggi dan membengkok untuk mencari cahaya.


Selain itu ijiknya juga tumbuh tidak teratur, sehingga menebal diseluruh bagian.
Seharusnya dirawat agar tidak menjadi inang hama dan penyakit.
Pelepah daun yang dimiliki aren di Desa tersebut juga dalam kondiri
memprihatinkan, keadaan daun tidak merata. Ada yang lebar, ada yang tidak. Hal
ini dikarenakan kurangnya asupan unsur hara dan unsur penunjang lainnya seperti
air.
Bunga aren yang ada di lokasi tersebut juga kurang baik karena banyak
buah yang rontok belum waktunya dan mudah mengering. Bunga juga nampak
tidak terawat dan ukurannya lebih kecil dari kebanyakan aren. Dengan demikian
otomatis produksi nira dari aren ini juga sangat sedikit.
6.2. Pebandingan Teknik Budidaya
Berdasarkan

praktikum

dengan

metode

wawancara

yang

telah

dilaksanakan, teknik budidaya aren di Sangatta Selatan tidak berpacu pada teknik
budidaya aren yang ada pada umumnya. Dalam teknik budidaya aren yang benar
biasanya perlu diperhatikan pengaturan jarak tanamnya. Aren yang ada di
Sangatta Selatan tidak teratur jarak tanamnya, terlihat ada yang berdempet dan
pelepah daun yang saling bersentuhan.
Selain itu pada bagian perawatan juga terlihat memprihatinkan. Terlihat
dari pohon aren itu sendiri yang pelepah daunnya tidak pernah dilakukan
pemangkasan, begitu juga ijuknya yang dibiarkan tumbuh tanpa dilakukan
pemangkasan. Padahal sebenarnya perlu dilakukan pemangkasan ijuk agar dapat

29

mengatur suhu dan biasanya ijuk yang terlalu lebat dapat menjadi inang hama dan
penyakit karena udaranya yang lembab.
Pengendalian gulma dilakukan seadanya, karena terlihat dari banyaknya
tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh berdempetan di sekitar pohon aren tersebut
seperti pohon rambutan. Seharusnya untuk membudidayakan aren yang benar
harus diperhatikan gulma yang ada disekitarnya, apalagi gulma tersebut sudah
cukup besar. Dengan demikian persaingan akan terjadi antara gulma dan aren.
Banyaknya tanaman pengganggu yang tumbuh menyebabkan aren
terhimpit dan ternaungi dari sinar matahari. Seharusnya pada saat aren berusia
awal hinggan usianya 5 tahun, harus diberikan tanaman pelindung. Sebaliknya
jika sudah berumur 5 tahun keatas sebaiknya tidak usah diberi tanaman pelindung
agar tumbuhnya lebih optimal.
6.3. Hasil/ Pasca Panen
Pada umumnya aren menghasilkan nira sekitar 20 liter/poho, sedangkan
aren yang ada di Sangatta Selatan hasil panennya belum pernah diproduksi dengan
serius. Hal ini dikarenakan aren ini hanya menjadi tanaman sampingan karena
tumbuh liar.

30

VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pohon aren yang ada si Sangatta Selatan tumbuh liar sehingga berdampak
pada pertumbuhan aren yang kurang optimal karena perawatan yang tidak
maksimal. Hal itu dikarenakan belum adanya pengetahuan mengenai prospek
tanaman aren tersebut.
6.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum aren selanjutnya dilaksanakan di lahan yang
benar-benar membudidayakan aren agar perbandingannya dapat terlihat jelas.

Anda mungkin juga menyukai