Dukuh DLL
Dukuh DLL
asal
usul
duku
membentang
dari
sekitar Semenanjung
Siam di
barat
hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-daerah itu, duku ditanam
sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar
dapat
dijumpai
di
alam.
Kini
duku
juga
dibudidayakan,
walau
tidak
besar,
di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.
Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita,
Jakarta
2. Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.)
merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama
mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa
jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal
dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi
dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari
semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat
utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim,berakar serabut,batang
sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling
menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda
hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian
bunga tersusun majemuk,tipe malai bercabang,satuan bunga disebut floret yang terletak pada
satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat
dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga
15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur
dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium.
Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier
Publishing Projects. Jakarta, 1984.
3. Peria atau pare (Momordica charantia)
adalah tumbuhan
merambat yang
berasal
dari
wilayah Asia
Tropis,
terutama
daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma.[2] Aanggota suku labu-labuan
atau Cucurbitaceae ini biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun
bahan
melekat
pada nama
binomialnya berarti
"gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas
gigitan.
Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada
ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat
ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam
di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat
dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk
isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan
panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta
warnanya hijau tua. Bungamerupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon,
bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10
rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna
buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.
Pare banyak di daerah tropis. Tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemui
di tanah terlantar, tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan
dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak perlu cahaya matahari yang
terlalu banyak sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. [1] Benih
peria diambil dari buah yang sudah cukup matang. Sesudahnya, semai dalam polypot dengan
ukuran 8-12 cm, isi dengan tanah yang baik. Sesudahnya, semai sebanyak 2-3 biji. Tanah
harus selalu lembab, hingga tumbuh tunas. Jika daun sudah muncul sebanyak 2-4 lembar,
sisakan satu dan cabut yang lainnya. Pidahkan ke tanah, dan siram dengan air yang cukup,
dan tutup dengan sekam. Akan tetapi, peria yang berjenis peria gajih lebih baik ditanam di
dataran rendah dengan tanah yang gembur. Biasanya ditanam di pekarangan, dan harus ada
sedikit naungan agar buahnya dapat berwarna putih.
Soeseno, Slamet (1985). Sayur-Mayur untuk Karang Gizi. hal.48-49.Jakarta:Penebar
Swadaya.
4. Rambutan (Nephelium lappaceum)
Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi
dapat mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar hingga jari-jari 4m. Daun majemuk
menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung
umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.
Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai,
pohon rambutan akan merona (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini
sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun
muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan
beristirahat tumbuh.
Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya (eksokarp).
Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum.
Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah",
sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas
("rambutan ace"/ngelotok).
Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat
banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember
hingga Maret, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah
musiman lain, seperti durian dan mangga.