Anda di halaman 1dari 3

1.

Dukuh (Lansium parasiticum)


Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm 1,55 cm,
dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding)
buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 13, pipih, hijau, berasa pahit; biji
terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.
Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter),
namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.
Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli yang
memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan. Pada garis besarnya,
ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal sebagai duku, dan yang
dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran antara keduanya yang disebut dukulangsat, serta kelompok terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.
Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya memiliki pohon
yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna hijau cerah, dengan tandan yang
relatif pendek dan berisi sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak
tebal namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging
tebal, manis atau masam, dan berbau harum.
Wilayah

asal

usul

duku

membentang

dari

sekitar Semenanjung

Siam di

barat

hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-daerah itu, duku ditanam
sebagai salah satu buah-buahan yang penting. Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar
dapat

dijumpai

di

alam.

Kini

duku

juga

dibudidayakan,

walau

tidak

besar,

di Vietnam, Burma, Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.
Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita,
Jakarta
2. Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.)
merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama
mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa
jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal
dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi
dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari
semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat
utama bagi mayoritas penduduk dunia.

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim,berakar serabut,batang
sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling
menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda
hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian
bunga tersusun majemuk,tipe malai bercabang,satuan bunga disebut floret yang terletak pada
satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat
dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga
15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur
dominan padi yang biasa dikonsumsi yaitu jenis enduspermium.
Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier
Publishing Projects. Jakarta, 1984.
3. Peria atau pare (Momordica charantia)
adalah tumbuhan

merambat yang

berasal

dari

wilayah Asia

Tropis,

terutama

daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma.[2] Aanggota suku labu-labuan
atau Cucurbitaceae ini biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun
bahan

pengobatan.[3] Nama Momordica yang

melekat

pada nama

binomialnya berarti

"gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas
gigitan.
Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada
ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat
ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam
di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat
dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk
isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan
panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta
warnanya hijau tua. Bungamerupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon,
bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10
rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna
buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.
Pare banyak di daerah tropis. Tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemui
di tanah terlantar, tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan
dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak perlu cahaya matahari yang
terlalu banyak sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung. [1] Benih

peria diambil dari buah yang sudah cukup matang. Sesudahnya, semai dalam polypot dengan
ukuran 8-12 cm, isi dengan tanah yang baik. Sesudahnya, semai sebanyak 2-3 biji. Tanah
harus selalu lembab, hingga tumbuh tunas. Jika daun sudah muncul sebanyak 2-4 lembar,
sisakan satu dan cabut yang lainnya. Pidahkan ke tanah, dan siram dengan air yang cukup,
dan tutup dengan sekam. Akan tetapi, peria yang berjenis peria gajih lebih baik ditanam di
dataran rendah dengan tanah yang gembur. Biasanya ditanam di pekarangan, dan harus ada
sedikit naungan agar buahnya dapat berwarna putih.
Soeseno, Slamet (1985). Sayur-Mayur untuk Karang Gizi. hal.48-49.Jakarta:Penebar
Swadaya.
4. Rambutan (Nephelium lappaceum)
Pohon hijau abadi, menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat Celsius), tinggi
dapat mencapai 8m namun biasanya tajuknya melebar hingga jari-jari 4m. Daun majemuk
menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung
umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.
Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai,
pohon rambutan akan merona (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini
sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun
muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan
beristirahat tumbuh.
Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya (eksokarp).
Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum.
Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah",
sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas
("rambutan ace"/ngelotok).
Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat
banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember
hingga Maret, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah
musiman lain, seperti durian dan mangga.

Anda mungkin juga menyukai