Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya
penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu
politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik
Aristoteles)
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di
masyarakat
politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan
politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik,proses politik, dan juga tidak kalah
pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Etika Politik
Setelah penjelasan kedua poin di atas, maka tibalah pada intisari penting, yaitu etika politik.
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika,
yakni manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subjek etika. Dapat disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun
negara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih
meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia
sebagai makhluk beradab dan berbudaya.
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun negara bisa berkembang
ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu negara yang dikuasai oleh
penguasa atau rezim yang otoriter. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka
seseorang yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta
masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan kepada
ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia (Suseno, 1987: 15
Pengertian
Pengertian etika sebagai suatu usaha,filsaat dibagi menjadi beberapa cabang menurut
lingkungan bahasanya masing masin. Cabang cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok
yaitu
filsafat
teoritis
dan
filsafat
praktis.
Filsafat
teoritis
mempertanyakan
dan
berusaha
Kedua
dijelaskan
apa
yang
dimaksud
dengan
dimensi
politis
manusia.
Ketiga
dipertanggungjawabkan cara dan metode pendekatan etika politik terhadap dimensi politis manusia itu.
sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika politik seperti:
Perpisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan Negara
Kebebasan berpikir dan beragama (Locke)
Pembagian kekuasaan (Locke, Montesquie)
Kedaulatan rakyat (Rousseau)
Negara hokum demokratis/republican (Kant)
Hak-hak asasi manusia (Locke, dsb)
Keadilan sosial
Etika Politik
Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh
karena itu etika politik berkait dengan bidang pembahsan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Pengertian etika politik berasal dari kata politics yang memiliki makna bermacam macam
kegiatan dalam suatu sitem politik atau Negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari
system itu dan diikuti dengan pelaksanaan-pelaksanaan itu. Pengambilan keputusan mengenai apakah
yang menjadi tujuan dari system itu.
situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki logika internal yang sesuai dengan tuntutantuntutan dasar etika politik modern (yang belum ada dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan
hidup).
1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan positif,
damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama,
budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan
berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian
seseorang dan sekelompok orang.
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang modernitas di mana
manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam oleh Negara modern.
Bila mengkaji hak asasi manusia secara umum, maka dapat dibedakan dalam bentuk tiga
generasi hak-hak asasi manusia:
hokum.
2)
3)
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang
lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak
hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas
manusia berkembnag secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis, kelompok agama,
kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi
seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh korupsi.
4. Demokrasi
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau
sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan
memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.
Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang
memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah kedaulatan rakyat plus prinsip
keterwakilan. Jadi demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
a. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip mayoritas tidak
menjadi kediktatoran mayoritas.
b. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum demokratis).
Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi (karena mencegah pemerintah yang
sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik apa
pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian atas
yang maju terus dan bagian bawah yang paling-paling bisa survive di hari berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide,
ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan sosialisme. Keadilan social
adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan social diusahakan dengan membongkar
ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa
ketidakadilan-ketidakadilan
itu
bersifat
structural,
bukan
pertama-pertama
individual.
Artinya,
ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para
pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu
hanya dapat dibongkar dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala kemiskinan. Ketidakadilan
struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar
ras, suku dan budaya.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana mereka yang
merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat mereka pada masyarakat.
3. Korupsi.
bangsa, maupun negara dasar merupakan dasar moral politik negara. Segala hak dan kewajiban dalam
kehidupan bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan paradigma sifat
kodrat manusia sebagai individu. Sebaliknya kalangan kolektivisme yang merupakan cikal bakal
sosialisme dan komunisme mamandang siafat manusia sebagi manusia social. Individu menurut paham
kolekvitisme dipandang sebagai sarana bagi amasyarakat. Oleh karena itu konsekuensinya segala aspek
dalam realisasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara paham kolektivisme mendasarkan kepada
sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Segala hak dan kewajiban baik moral maupun hukum,
dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa diukur berdasarkan filsofi manusia sebagai
makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, kebebasan sebagi invidu dan segala aktivitas
dan kreatifitas dalam hidupnya senantiasa tergantung pada orang lain, hal ini dikarenakan manusia
sebagai masyarakat atau makhluk sosial. Kesosialanya tidak hanya merupakan tambahan dari luar
terhadap individualitasnya, melainkan secara kodrati manusia ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa,
senantiasa tergantung pada orang lain.
Manusia didalam hidupnya mampu bereksistensi kare orang lain dan ia hanya dapat hidup dan
berkembang karena dalam hubunganya dengan oranglain.Dasar filosofi sebagaimana terkandung dalam
pancasila yang nilainya terdapat dalam budaya bangsa, senantiasa mendasarkan hakikat sifat kodrat
manusia adalah monodualis yaitu sbagai makhlukindividu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Maka
sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan indonesia bukanlah totalis individualistis. Secara
moralitas negara bukanlah hanya demi tujuan kepentingan dan kkesejahteraan individu maupun
masyarakat
secara
bersama.
Dasar
ini
merupakan
basis
moralitas
bagi
pelaksanaan
dan
penyelenggaraan negara, sehingga konsekuensinya segala keputusan, kebijaksanaan serta arah dari
tujuan negara indonesia harus dapat dikembalikan secara moral kepada dasar-dasar tersebut.
Demensi Politis Kehidupan Manusia
Dimensin politis manusia senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum, sehingga
senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.Dimensi ini memiliki dua segi
fundamental yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak. Sehingga dua segi fundamental itu dapat
diamati dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan
tindakan moral manusia, sehingga mausia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau akibat
yang ditimbulkan karena tindakanya, akan tetapi hal ini dapat dihindarkan karena kesadaran moral akan
tanggung jawabnya terhadap manusia lain dan masyarakat. Apabila pada tindakan moralitas kehidupan
manusia tidak dapat dipenuhi oleh manusia dalam menghadapai hak orang lain dalam masyarakat, maka
harus dilakukan suatu pembatasan secara normatif. Lembaga penata normatif masyarakat adalah
hukum. Dalam suatu kehidupan masyarakat hukumlah yang memberitahukan kepada semua anggota
masyarakat bagaimana mereka harus bertindak. Hukum hanya bersifat normatif dan tidak secara efektif
dan otomatis menjamin agar setiap anggota masyarakat taat kepada norma-normanya. Oleh karena itu
yang secara efektif dapat menentukan kekuasaan masyarakat hanyalah yang mempunyai kekuasaan
untuk memaksakan kehendaknya, dan lemabaga itu adalah negara. Penataan efektif adalah penataan de
facto, yaitu penatan yang berdasarkan kenyataan menentukan kelakuan masyarakat. Namun perlu
dipahami bahwa negara yang memiliki.
legitimimasi
moral
religius
serta
moral
kemanusiaan.
Dalam
pelaksanaan
dan
Etika deskriptif ialah etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa memberikan penilaian.
b. Etika normative ialah etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan mana yang
buruk, dan apa yang sebagainya dilakukan oleh seseorang.
c.
Etika individual ialah etika yang objeknya tingkah laku manusia sebagai makhluk individu.
Misalnya berkaitan dengan tujuan hidup manusia.
d. Etika social ialah etika yang membicarakan tingkah laku dan perbuatan manusia dengan
hubungannya dengan orang lain. Misalnnya dalam keluarga, masyarakat, Negara dan sebagainya.
Kempat klasifikasi tersebut, menegaskan bahwa etika berkaitan dengan masalah nilai. Hal
ini dikarenakan etika pada hakekatnya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan
predikat nilai yaitu susila dan asusila, baik dan buruk.
2. Pengertian Politik
Pengertian politik berasal dari kosakata politics, yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses penentuan tujuantujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan itu. Berdasarkan pengertianpengertian pokok tentang politik maka secara operasional bidang politik menyangkut konsepkonsep pokok yang berkaitan dengan negara ( state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijaksanaan (policy), pembagian (distribution), serta alokasi (allocation).
Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik lebih banyak berkaitan dengan para
pelaksana pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, kalangan aktivis politik serta
para pejabat serta birokrat dalam pelaksanaan dan penyelengaraan negara. Pengertian politik
yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut masyarakat negara.
3. Pengertian Nilai, moral dan norma
Nila, moral, dan norma merupakan konsep yang saling berkaitan. Ketiga konsep ini
saling terkait dalam memahami pancasila sebagai etika politik.
a. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan
manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan
mengarahkan sikap dan perilaku manusia.
Disamping teori nilai diatas, Prov. Notonegoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu:
1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2) Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktifitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat
dirinci menjai empat macam, yaitu:
a) nilai kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia, budi, dan cipta.
b) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak anusia atau kemauan.
d) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia terhadap tuhan.
b. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) = Kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran
tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Moral
dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan
mulia.
c. Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalm kehidupan sehari-hari
berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya merupakan perwujudan marabat manusia
sebagai mahluk budaya, sosial, moral, dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap
luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk di patuhi. Oleh karena itu, norma dalam
perwunudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum,
dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi,
misalnya:
1) Norma agama, dengan sanksinya dari tuhan.
2) Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri.
3) Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat.
4) Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau denda yang dipaksakan oleh Alat negara.
politik secara bertanggung jawab. Jadi,tidak berdasarkan emosi, prasangka, dan apriori,
melainkan secara rasional, objektif, dan argumentatif.
Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis dapata
dijalankan secara objektif. Etika politik dapat memberikan patokan orientasi dan pegangan
normatif bagi mereka yang memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan
tolak ukur matabat manusia atau mempertanyakan legitimasi moral sebagai keputusan politik.
Suatu keputusan bersifat politis apabila diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat
secara keseluruhan.
Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui karakteristik masyarakat yang
berdasarkan Pancasila sehingga amat diperlukan untuk menampung tindakan-tindakan yang
tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Karena itu, etika politik lebih bersifat konvensi
dan berupa aturan-aturan moral. Akibat luasnya cakupan etika politik itulah maka seringkali
keberadaannya bersifat sangat longgar, dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan bersalah.
Ditunjang dengan alam kompetisi untuk meraih jabatan (kekuasaan) dan akses ekonomis (uang)
yang begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah diabaikan. Akibatnya,
pudarnya nilai-nilai etis yang sudah ada dan tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai
dengan moralitas publik.
Prinsi-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu negara
adalah adanya cita-cita the rue of law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan hak-hak asasi
manusia menurut kekhasan paham kemanusiaan dan struktur sosial budaya masyarakat masingmasing dan keadilan sosial.
Tanpa disadari, nilai etis politik bangsa Indonesia cenderung mengarah pada kompetisi
yang mengabaikan moral. Buktinya, semua harga jabatan politik setara dengan sejumlah uang.
Semua jabatan memiliki harga yang harus dibayar si pejabat. Itulah mengapa para pengkritik dan
budayawan secara prihatin menyatakan arah etika dalam bidang politik (dan bidang lainnya)
sedang berlarian tunggang-langgang (meminjam Giddens, run away) menuju ke arah jualbeli menggunakan uang maupun sesuatu yang bisa dihargai dengan uang.
Namun demikian, perlu dibedakan antara etika politik dengan moralitas politisi. Moralitas
politisi menyangkut mutu moral negarawan dan politisi secara pribadi (dan memang sangat
diandaikan), misalnya apakah ia korup atau tidak (di sini tidak dibahas).
Pancasila menjadi sumber etika politik yang harus selalu mewarnai dan diamalkan dalam
kehidupan politik bangsa indonesia baik oleh rakyat ataupun penguasa. Oleh karena itu dapat
dikatakan kehidupan politik meliputi berbagai aktifitas politik dinilai etis, jika selalu berpijak
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan
serta selalu ditujukan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan
dalam negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai
dengan hukum yang berlaku dan dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip moral (legitimasi
moral). Jadi pancasila merupakan tolok ukur moralitas suatu penggunaan kekuasaan dan
penegakan hukum.
1.
Pernyataan tersebut secara normatif merupakan artikulasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, harus diingat, pernyataan tersebut bukan
sebuah penegasan bahwa Indonesia adalah negara Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan negara
dan penyelenggaraan negara berdasarkan legitimasi religius, dimana kekuasaan kepala negara
bersifat absolut atau mutlak. Dengan demikian sila pertama merupakan legitimasi moral religius
bagi bangsa Indonesia.
2.
3.
Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung
pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang berabeka ragam menjadi satu
kebulatan. Sila Persatuan Indonesia memberikan suatu penegasan bahwa negara Indonesia
merupakan suatu kesatuan dalam hal Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Proses penyelenggaraan negara harus selalu didasari oleh asas persatuan, dimana setiap
kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa tidak ditujukan untuk memecah belah bangsa, tetapi
untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD
1945 alinea keempat, yang berbunyi, Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia . Selanjutnya lihat batang tubuh UUD 1945.
Persatuan Indonesia merupakan perwujudan paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Oleh karena itu paham
kebangsaan Indonesia bukanlah paham kebangsaan yang sempit (chauvinistis), tetapi paham
kebangsaan yang selalu menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham
golongan,suku bangsa serta keturunan.
4.
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmah
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan juga merupakan sumber etika politik bagi bangsa Indonesia. Sila
ini menegaskan bahwa negara berasal dari rakyat dan segala kebijakan dan kekuasaan diarahkan
senantiasa untuk rakyat. Sila ini bermaksud bahwa Indonesia menganut system demokrasi, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kekuasaan tertinggi berada
ditangan
rakyat.
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
kemerdekaan kebangsaan Indonesia Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.
Indonesia merupakan negara hukum yang selalu menjunjung tinggi aspek keadilan sosial.
Keadilan sosial merupakan tujuan dalm kehidupan negara, yang menunjukkan setiap warga
negara Indonesia mendapatkan perlakuan adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Oleh karena itu, untuk mencapai aspek keadilan tersebut, kehidupan dan
penyelenggaraan negara harus senantiasa berdasarkan hukum yang berlaku. Penyelenggaraan
terhadap
prinsip-prinsip
keadilan
dalam
kehidupan
kenegaraan
akan
menimbulkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan negara, yang bisa mengakibatkan hancurnya tatanan hidup
kenegaraan serta terpecahnya persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila harus dijadikan patokan bagi setiap penyelenggara negara dan rakyat
Indonesia. Nilai-nilai tersebut harus diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan,
sehingga pada akhirnya akan terbentu suatu pemerintahan yang etis serta rakyat yang bermoral
pula.
Ideologi yang bersumber dari suatu pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa
merupakan suatu ideologi yang baik atau sempurna, jika tumbuh melaui kurun waktu yang
panjang. Ideologi yang baik itu ideologi yang terbuka bagi pandangan filsafat. Jadi pancasila itu
tidak hanya sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa, melainkan sebagai filsafat bangsa.
Jelaslah bahwa pacasila itu berhubungan antara sumber dengan pertumbuhan dalam filsafat dan
ideologi negara.
Dari segi integritas antara pemerintah dan rakyat, negara memiliki penghidupan dan
kesejahteraan bangsa seluruhnya, negara menyatu dengan rakyat dan tidak memihak pada salah
satu golongan dan tidak pula menganggap kepentingan pribadi yang lebih diutamakan,
melainkan kepentingan dan keselamatan bangsa serta negara sebagai suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Teori ini mengemukakan bahwa negara adalah suatu susunan masyarakat yang
integral diantara semua golongan dan semua bagian anggota masyarakat. Persatuan masyarakat
itu merupakan persatuan masyarakat yang organis. Pancasila itu bersifat integralistik karena:
a.
d.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan politik rakyat indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila. Pancasila
merupakan landasan dan tujuan kehidupan politik bangsa kita. Berkaitan dengan hal tersebut ,
proses pembangunan politik yang sedang berlangsung dinegara kita sekarang ini harus diarahkan
pada proses implementasi sistem politik demokrasi pancasila yang handal, yaitu sistem politik
yang tidak hanya kuat tetapi juga memilki kualitas kemandirian yang tinggi yang
memungkinkannya untuk membangun atau menggembangkan dirinya secara terus menerus
sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakatnya dan perubahan zaman. Dengan demikian, sistem
politik demokrasi pancasila akan terus berkembang bersamaan dengan perkembangan jati
dirinya, sehingga senantiasa mempertahankan, memelihara dan memperkuat relevansinya dalam
kehidupan politik. Nilai-nilainya bukan saja dihayati dan dibudayakan, tetapi diamalkan dalam
kehidupan politik bangsa dan negara kita yang terus berkembang. Oleh karena itu, secara
langsung pancasila telah dijadikan etika politik seluruh komponen bangsa dan negara indonesia.
B. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan
bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesinambungan usaha pemerintah
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti
dan mentaati peraturan yang ditetapkan karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh
kondisi pemerintah yang absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari
terbentuknya suatu negara. Sehingga dapat dikatakan sebagai sistem etika politik serta ideologi
suatu negara bisa berjalan dengan semaksimal mungkin.
1. Pluralisme
Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya, adat. Pluralism mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan
beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan
kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang. Lawan pluralism adalah intoleransi,
segenap paksaan dalam hal agama, kepicikan ideologis yang mau memaksakan pandangannya
kepada orang lain.
Prinsip pluralism terungkap dalam Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di
Indonesia tidak ada orang yang boleh didisriminasikan karena keyakinan religiusnya. Sikap ini
adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter koletif bangsa.
2. HAM
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab. Mengapa?
Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib
tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya
sebagai manusia.
Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual:
Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat, melainkan
karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang modernitas
di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam oleh Negara
modern.
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme suku dan ras.
Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan (impunity).
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi
orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup
manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga, kampong,
kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini
termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu
dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar
oleh korupsi. Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran, tanggung-jawab, sikap objektif,
dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup. Korupsi membuat mustahil orang mencapai
sesuatu yang mutu.
4. Demokrasi
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau
sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan
memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.
Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang
memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah kedaulatan rakyat
plus prinsip keterwakilan. Jadi demokrasi memrlukan sebuah system penerjemah kehendak
masyarakat ke dalam tindakan politik.Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip mayoritas
tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hokum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hokum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi (karena
mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik apa
pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam dua bagian-bagian
atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-paling bisa survive di hari berikut.etika
politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan social.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana mereka
yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat mereka pada
masyarakat.
3. Korupsi.