ABSTRAK
Aliran permukaan (run-off) di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah penting
untuk mengetahui kehilangan air dan sifat tanah. Banyaknya tanah yang terangkut serta
mengendapan tanah dapat mengurangi kapasitas penyimpanan air. Beberapa factor yang
mempengaruhi aliran permukaan adalah curah hujan, kemiringan dan sifat-sifat tanah. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengkaji sebaran koefisien aliran permukaan wilayah DAS Ciliwung dengan
menggunakan data penginderaan jauh citra SPOT dan Landsat. Informasi tentang pola DAS
diperoleh berdasarkan analisis DEM (Digital Elevation Model) SRTM (Shuttle Radar
Tophography Mission), sedangkan informasi tentang sebaran spasial koefisien run-off
menggunakan peta kemiringan, penutup lahan dan data curah hujan (TRMM dan QMorph).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan run-off memberikan nilai
sebaran spasial koefesien aliran adalah 0,0-0,8. Nilai koefisien permukaan menunjukkan bahwa
semakin tinggi derajat kemiringan suatu lereng semakin besar pula aliran permukaan yang
terjadi. Disamping itu, semakin baik sifat tanah dan penutup lahan maka semakin kecil aliran
permukaan yang terjadi.
Kata Kunci:aliran permukaan, DAS, penutup lahan, curah hujan, dan kemiringan.
ABSTRACT
Surface run-off in the watershed area is important to be known of water loss and the
nature of land. Numbers of transported land, and also precipitation of land able to lessen the
depository capacities of water. Some the factor influence surface run-off is rainfall, ramp, and
nature of land. The objective of this research was studied the run-off coefficients in the Ciliwung
watershed area by using remote sensing data of SPOT and Landsat image. Information on the
watershed pattern was obtained by analysis of DEM (Digital Elevation Model) SRTM (Shutle
Radar Tophography Mission), whereas information on the distribution of run-off by using
inclination map, land cover and the rainfall (TRMM dan QMorph) data. The result of the
research showed that run-off development model gives the value of run-off coefficient spatial
distribution that are 0,0-0,8. The value of surface coefficient showed that the excelsior degree of
inclination bevel hence ever greater also surface run-off that happened. Besides that, good
progressively the land of land and land cover hence smaller surface run-off that happened.
Keywords : run-off, watershed, land cover, rainfall, and inclination.
PENDAHULUAN
Run-off adalah aliran air di permukaan tanah yang dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya curah hujan, kemiringan dan sifat-sifat tanah.
Meningkatnya curah hujan yang tinggi bisa berdampak bencana terhadap banjir,
karena volume air yang meningkat meluapnya limpasan air permukaan melebihi
kapasitas pengaliran sistem drainase. Pengikisan tersebut membawa sebagian
640
unsur hara yang terkandung dalam tanah. Limpasan permukaan sangat erat
kaitannya dengan erosi, salah satu faktor yang sangat menentukan adalah penutup
lahan vegetasi. Peranan vegetasi yang dapat dilihat dengan jelas adalah pengaruh
kanopi pohon dalam mengurangi energi kinetik air hujan yang jatuh kepermukaan
tanah dan pengaruh akan tanaman dalam agregasi tanah atau memberi kekuatan
kepada tanah terhadap adanya daya rusak berupa air hujan maupun kemiringan
lahan dan juga pengaruh akar tanaman sebagai penyedia
reservoir ataupun
tersebut dapat diolah melalui: penentuan batas dan luas DAS, bentuk lahan,
kondisi topografi wilayah, luas areal banjir, dan vegetasi penutup lahan.
641
Sementara pemantauan daerah potensi banjir berbasis data curah hujan harian
dapat dilakukan secara operasional melalui wilayah berskala global (seluruh
Indonesia).
Berdasarkan latar belakang diatas, kegiatan ini bertujuan untuk
menentukan model koefisien sebaran aliran permukaan (run-off) di wilayah DAS
Ciliwung dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh. Data yang
digunakan adalah Digital Elevation Model (DEM) SRTM, citra satelit SPOT, dan
data curah hujan (TRMM dan QMorph). DEM SRTM digunakan untuk
menentukan pola dan batas DAS, parameternya menggunakan metode aliran
kemiringan dan penurunan luas penampang
diturunkan dari citra satelit Landsat (2002) yang telah diupdating dengan citra
SPOT (2007), sedangkan intensitas curah hujan diturunkan dari data TRMM dan
Qmorph. Kesemua informasi yang dihasilkan akan menjadi masukan untuk
menghitung sebaran koefisien run-off di wilayah DAS Ciliwung.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Lokasi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) untuk wilayah Jabotabek
dengan resolusi spasial 90 m untuk perekaman 2000.
Data Landsat 7 ETM+ untuk wilayah Jabotabek dan sekitarnya dengan resolusi
spasial 30 m untuk perekaman tahun 2002.
Data SPOT-4 untuk wilayah Jabotabek dan sekitarnya dengan resolusi spasial
20 m untuk perekaman tahun 2007 (untuk proses updating).
Data Tropical Rainfall Measurement Mission (TRMM) bulanan dengan
resolusi spasial 27 km untuk perekaman tahun 1998-2009.
Data Qmorph dengan resolusi spasial 8 km untuk perekaman 28-30 November
2009
Batas daerah aliran sungai dari BP-DAS, Departemen Kehutanan.
Peralatan yang digunakan adalah: seperangkat PC dengan software PCI,
ER_Mapper, ArcView, dan WMS.Ver 6.0.
642
Lokasi penelitian untuk kajian pembuatan pola dan batas DAS adalah DAS
Ciliwung
(Gambar
1).
Alasan
pemilihan
lokasi
dilakukan
dengan
mempertimbangkan bahwa:
DAS tersebut memang menjadi fokus kegiatan mitigasi bencana banjir
karena hampir setiap tahun terjadi bencana banjir di DAS tersebut.
Kondisi topografi DAS dan tutupan lahan yang bervariasi
Ketersediaan data utama dan data pendukung
Metode
Metode penelitian dilakukan menggunakan data penginderaan jauh
dengan informasi batas DAS diperoleh berdasarkan analisis Digital Elevation
Model (DEM) SRTM. Penentuan koefisien sebaran run-off, pengolahannya
dengan mengoverlaykan data kemiringan, klasifikasi penutup lahan (Lapan,
2007), data curah hujan (TRMM dan QMorph), yang
perhitungannya
643
digunakan untuk menentukan kearah mana air akan mengalir (arah aliran),
kemudian menghitung akumulasi aliran yang terjadi dan akhirnya memetakan
batas daerah aliran.
644
645
(Puslitbang air (1984) dan Hardiningrum (2005)). Selanjutnya kedua informasi ini
digabungkan untuk menentukan nilai koefisien Run-off pada setiap piksel
berdasarkan pengolahan sistim penginderaan jauh.
646
dengan
referensi dari koefisien aliran yang bersumber dari Puslitbang air (1984) dan
Hardiningrum et. al (2005), ditampilkan pada Tabel 1. Informasi atau parameterparameter untuk menentukan koefisien aliran yang diperlukan adalah kelas
penutup lahan, kemiringan lahan dan jenis tanah. Berdasarkan laporan-laporan
sebelumnya diketahui bahwa jenis dan tekstur tanah di DAS Ciliwung didominasi
oleh jenis tanah aluvial dan dapat digolongkan kedalam tipe tanah lempung,
diantaranya menurut hasil penelitian Sawiyo (2005) menyatakan bahwa keadaan
tanah di daerah Sub DAS Cibogo (DAS Ciliwung) berkembang dari bahan induk
tufa volkan, drainase baik, solum dangkal dan sedang, tekstur lempung sampai
lempung berpasir, reaksi tanah masam, pH 4,6-5,0, yang diklasifikasikan sebagai
Andosol Coklat atau Typic Hapludans (Soil Survey Staff, 1998).
647
Gambar 6.
Reklasifikasi
penutup lahan
menjadi 6 kelas.
Sesuai Puslitbang
Air (1984) &
Hardiningrum
(2005)
Gambar 7.
Klasifikasi Slop
dengan sistem data
penginderaan jauh.
Gambar 8.
Klasifikasi slop
sesuai puslitbang
Air (1984) &
Hardiningrum
(2005)
648
Dari
649
Gambar 10.
Distribusi spasial
koefisien aliran
permukaan (run-off)
DAS Ciliwung
Namun di wilayah
650
Gambar 11. Pengambilan contoh lokasi distribusi spasial koefisien aliran permukaan (Run-off) di
hulu DAS Ciliwung dengan penutup lahan : hutan, perkebunan, permukiman, dan
pertanian.
Tabel 3 . Nilai koefesien aliran run-off untuk berbagai penutup lahan dan kemiringan
Lokasi
Penutup lahan
Kemiringan
Koefesien run-off
Hutan
>10
0.40 - 0.50
Perkebunan dan
permukiman
Permukiman dan
pertanian
Pertanian,
perkebunan
5-10
>10
0-5
5-10
5-10
0.50 - 0.60,
0.60 - 0.65
0.50-0.60
0.45-0.50
0.50 - 0.60,
0.55 - 0.60
3
4
651
652
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S, 2000, Konservasi Tanah dan Air, Serial Pustaka, IPB Press , Bagian
Proyek Penelitian Sumberdaya Agroklimat dan Hidrologi (BP2SAH) dan
Bagian Proyek Pembinaan Perencanaan Sumber Air Ciliwung
Cisadane. 2004. Laporan Akhir Pengembangan Teknologi Dam Parit
untuk Penanggulangan Banjir dan Kekeringan. Balai Agroklimat dan
Hidrologi Bogor.
Fakhrudin, M, 2003, Kajian Respon Hidrologi Akibat Perubahan Penggunaan
Lahan di DAS Ciliwung, Bahan Seminar Program Pascasarjana IPB,
Bogor
Hardiningrum, et. al (2005) dan Puslitbang air (1984) koefisien aliran (Run-off)
untuk berbagai tipe penutup lahan.
Irianto, G,, N, Pujilestari dan N, Heryani, 2001, Pengembangan Teknologi Panen
Hujan dan Aliran Permukaan, Laporan Akhir. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat
Irianto, G, 2003, Kumpulan Pemikiran : Banjir dan Kekeringan Penyebab dan
antisipasi dan Solusinya, CV, Universal Pustaka Media, Bogor, 135 hal
Karama, A,S, Irianto, G, Pawitan, H, 2002, Panen Hujan dan Aliran Permukaan
untuk Menanggulangi Banjir dan Kekeringan serta Mengembangkan
Komoditas Unggulan, Kantor MENRISTEK dan LIPI, Jakarta
Kartiwa, B, 2004, Modelisation Du Functionnement Hydrologique Des Bassins
Versants, These De Doctorat, Universite DAngers, France
Kustiyo dkk, 2008 Analisis ketelitian Kertinggian Data DEM SRTM, pertemuan
Ilmiah Tahuan MAPIN ke XIV, Bandung
Parwati dkk, 2008 Sistem Peringatan Dini untuk Banjir/longsor berbasis data
Penginderaan Jauh. Pertemuan Ilmiah Tahuan MAPIN ke XIV, Bandung
Pawitan, H, 2002, Flood hydrology and an integrated approach to remedy the
Jakarta floods, International Conference on Urban Hydrology for the 21st
Century, Kuala Lumpur, Malaysia
Perrin, C.,Andreassian, V., 2003 Improvement of a parsimonious model for
streamflow simulation. Journal of Hydrology 279 (1-4) 275-289.
Rodriguez-Iturbed I.et Valdes. J. B., The geomorphologic structure of hydrologic
response. Water Resour. Res. 15 (5:1409-1420).
653
Runtunuwu.N., Pujilestari. N., Ramdani. F., Hari Adi. S., dan Hamdani
A.,2004,Panduan Perangkat Lunak Water and Agroclimate Reseouces
Management (WARM) Laboratorium Numeric dan Sistem Informasi
Spasial Agroklimat dan Hidrologi. Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi, Bogor
Sawiyo (2005). Http/:www. Benefits Development of Channel Reservoir for Flood
Control.com : Study Kasus Sub Das Cibogo, Das Ciliwung, Bogor.
Sinukaban, 2005. Http/:www.Jakarta
Ciliwung.com.
Banjir
karena
Salah
Urus
DAS
Http/:www.docstoc.com/Google./Prinsip-Dasar-Pengelolaan-Daerah-Aliran
Sungai
CATATAN
1. Perlu ditampilkan mengenai bagan alir penentuan nilai koefisien aliran.
2. Fungsi data hujan pada penentuan nilai koefisien aliran pada tulisan ini tidak
terlihat.
3. Perlu dilihat kembali definisi dari beberapa istilah hidrologi yang digunakan.
4. Dasar reklasifikasi tutupan lahan dari 10 menjadi 6 kelas perlu ditinjau
kembali.
654