Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh :
Steven Matuali (07120110055)
Pembimbing :
dr. Waskita Roan, Sp KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Sanatorium Darmawangsa
Periode : 23 Maret 25 April 2015
Jakarta, 2015

No. rekam medis

: 1122249

Tanggal masuk rumah sakit : 22 Juni 2014 jam 16.30


Dokter yang merawat
Riwayat perawatan

: dr. A, Sp. KJ (K)


: Awal tahun 1998 pasien dirawat pada RS Atang
sanjaya bogor. Tahun 2000 pasien pernah dirawat di RS

Marzuki Mahdi kurang lebih 1 bulan. Pasien pertama


kali masuk Sanatorium Dharmawangsa (SDW) pada
tanggal 17 April 2006 lalu diizinkan pulang pada tanggal
6 Mei 2006. Setelah sekitar 2 tahun dirumah, ia dirawat
lagi di SDW pada tanggal 12 Juni 2008 lalu diijinkan
pulang pada tanggal 23 Juni 2008. Setelah tiga bulan
kembali kerumah, ia masuk kembali ke SDW pada
tanggal 22 Desember 2012 dan dipulangkan beberapa
minggu kemudian. Pasien kembali dirawat di SDW pada
tanggal 22 Juni 2014 hingga kini.
I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Bangsa/suku
Agama

: Tn. Y
: Pria
: 42 tahun
: WNI/ Sunda
: Islam

Pendidikan terakhir

: D III

Pekerjaan

: Belum bekerja

Status Pernikahan

: Belum menikah

Alamat

: Pondok Karya

RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari:
- Autoanamnesis (pada tanggal 11 April 2015 di aula Sanatorium
-

Dharmawangsa).
Alloanamnesis dengan perawat Tn. S dan Ibu. U (13 April 2015) di
Sanatorium Dharmawangsa.

A. Keluhan utama
Pada saat terakhir masuk Sanatorium Dharmawangsa, keluarga pasien
mengeluhkan pasien sering merokok dan tidak bisa menahan keinginannya
untuk merokok selama bulan puasa.

Mengingat sedang bulan puasa,

keluarga takut pasien mengganggu lingkungan.


B. Riwayat gangguan sekarang
Pasien sendiri tidak ada keluhan yang spesifik, namun pasien sulit
untuk diajak berkomunikasi dan hanya berkomunikasi seperlunya, pasien

sering berkata bahwa dirinya lagi ingin sendiri dan tidak ingin di ganggu.
Pasien sering terlihat mondar-mandir khususnya di aula, saat pasien sedang
mondar-mandir

pasien

terkadang

berhenti,

membungkukan

badan,

menundukan kepalanya, dan melihat kelantai. Ketika pasien ditanya apa


yang dilihat di lantai, pasien seperti tidak mau menjelaskannya dan berkata
kalau dia hanya melihat semut tapi tidak mau menjelaskan lebih lanjut.
Melalui alloanamnesa dengan perawat, hal yang sama juga
disampaikan bahwa pasien sering melihat lantai dan berkata kemungkinan
besar pasien itu sedang berhalusinasi. Pasien pernah berhalusinasi ketika
pasien mau duduk dan mengatakan bahwa ada kursi untuk duduk, namun
kenyataannya tidak ada. Pasien dulu memiliki riwayat halusinasi auditorik
dan waham paranoid. Pada rekam medis ditemukan bahwa pasien terkadang
berhalusinasi namun bila ditanya berhalusinasi apa pasien menyangkal
adanya halusinasi.
Pada rekam medis ditemukan bahwa sebelum dibawa ke Sanatorium
Dharmawangsa pasien malas mandi, sulit diatur, sulit diajak komunikasi,
gejala-gejala pasif, banyak merokok dan banyak tidur. Pasien tidak bisa
menahan keinginan untuk merokok pada bulan puasa.
Pasien sudah diijinkan untuk pulang tetapi keluarga belum siap
menerima pasien, mengakibatkan keadaan pasien terkadang jadi memburuk
bila pasien merasa ingin pulang.

C. Riwayat gangguan sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Berdasarkan rekam medis awal tahun 1998 kakak pasien dilamar,
tanpa sebab yang jelas pasien menjadi sering merasa takut, mudah
tersinggung, curiga dan tanpa sebab yang jelas menjadi ngamuk dan
berhenti sekolah. Pasien suka berbicara sendiri, mendengar suara-suara,
tertawa sendiri dan kemudian dibawa ke RS Atang Sanjaya di bogor.
Pada tahun 2000 pasien kambuh dan dirawat di RS Marzuki Mahdi
kurang lebih 1 bulan dengan sebab pasien marah-marah dan mudah
tersinggung.

Pada tanggal 17 April 2006 pasien dirawat di SDW dengan alasan


pasien pergi dan baru pulang kerumah setelah berpergian selama 20
hari dan ditemukan oleh tetangga di daerah depok dekat Universitas
Indonesia dengan kondisi kurus, pucat dan tidak bisa untuk diajak
bicara atau berkomunikasi. Beberapa hari sebelum dirawat pasien
sering marah-marah, membanting piring bila kemauannya tidak
dituruti. Pasien mengaku mendengar suara dan bisikan dan merasa
takut oleh karena ada yang ingin berniat jahat pada dirinya. Pasien juga
tidak mau mandi.
Pada tanggal 22 Desember 2012 pasien kembali dirawat di SDW
dengan alasan sejak sebulan lalu pasien menunjukan gejala pasif,
pasien tidak mau mandi dan bisa sampai 3 atau 4 hari, tidak mau ganti
pakaian, dan tidak mau sholat.
b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki gangguan medis apapun selain kadar total
kolesterol, LDL dan trigliserida yang berada diatas nilai normal.
c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)
Menurut pengakuan keluarga pasien yang terdapat pada rekam
medis, pasien sering merokok dan tidak bisa menahan keinginan untuk
merokok. Saat ini pasien hanya merokok sebanyak 9 batang sehari dan
pasien. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pada saat mengandung, ibu pasien sehat. Partus spontan cukup bulan.
2.
3.
4.
5.

Berat lahir 3 kg. Pasien lahir ditolong oleh bidan dirumah.


Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Tidak ditemukan adanya gangguan. Pasien sehat.
Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Baik dan berlaku normal. Hubungan dengan teman baik.
Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja
Pasien cukup baik dalam sosialisasi.
Riwayat masa dewasa

a. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sekolah dasar sampai sekolah
menengah atas dengan lancar. Pasien melanjutkan pendidikan ke
jenjang kuliah (analis) dan berhenti pada semester enam.
b. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja, pasien pernah beberapa kali


melamar kerja namun tidak pernah diterima. Dulu pasien pernah
berdagang namun gagal.
c. Riwayat psikoseksual (pernikahan)
Pasien belum menikah
d. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam. Pada status pasien ditemukan bahwa
pasien terkadang rajin untuk beribadah dan sholat namun
terkadang malas untuk beribadah dan sholat.
e. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien belum pernah melanggar hukum
E. Riwayat keluarga
Dikeluarga tidak ada yang menderita gejala-gejala yang sama seperti
pasien.

Ayah

pasien

menjabat

dulu
sebagai

Puranawirawan TNI AU
Kakak pasien (anak pertama) bekerja sebagai Polwan
Adik pasien (anak ketiga) bekerja sebagai bidan
Adik pasien (anak keempat) bekerja sebagai perawat
F. Situasi Kehidupan Ekonomi Sekarang
Pasien belum memiliki mata pencaharian dan tinggal bersama dengan
kedua orang tua. Berdasarkan alloanamnesis ditemukan bahwa keluarga

pasien ingin menjodohkan pasien dan memberikan pasien rumah bila


keadaan pasien membaik.
III.

STATUS MENTAL (11 April 2015)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan: Seorang pria berusia 42 tahun, tampak sesuai dengan
usianya. Pakaian sehari-hari pasien adalah kaos dan celana pendek.
Postur tubuh bongkok, tampak sehat dan gizi cukup. Tinggi badan
sekitar 160 cm. Warna kulit sawo matang. Rambut berwarna hitam
tidak tersisir, terdapat sedikit uban pada kumis dan jengot. Tingkat
kebersihan dan perawatan diri buruk.
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor:
Sebelum Wawancara: Pasien terlihat jarang mengobrol dengan pasien
lain, lebih banyak diam dan tidur siang.
Selama Wawancara:Pasien tidak kooperatif. Pasien tidak mau
berbincang-bincang, pasien sibuk mondar-mandir dan tersenyum.
Sesudah Wawancara:Pasien mondar-mandir dan kembali ke kamarnya,
hanya sesekali keluar kamar.
3. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien bersikap ramah pada pemeriksa.
Namun pasien tidak koperatif dan tidak mau menjawab pertanyaan
dengan berkata bahwa pasien sedang ingin sendiri dan tidak ingin
diganggu.
B. Pembicaraan
Kuantitas: Pasien menjawab pertanyaan dengan singkat
Kualitas: Pasien menjawab dengan spontan dan lancar namun dengan
suara yang lemah. Suara pasien dapat didengar dengan baik dan jelas.
Serta ide cerita sedikit.
C. Alam Perasaan (Emosi)
Mood
: Hipothym
Afek
: Tumpul
Keserasian : Serasi
D. Gangguan Persepsi
1. Delusi
: Tidak ditemukan
2. Halusinasi
: Terdapat halusinasi visual. Ada riwayat
halusinasi auditorik.
3. Depersonalisasi
: Tidak ada

4. Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas
: Miskin
b. Kontinuitas
: Tidak terganggu
c. Hendaya berbahasa
: Tidak ada
2. Isi pikir
Tidak ada gangguan pada isi pikir pasien. Namun dulu ada riwayat
waham.
F. Fungsi Intelektual (Sensorium dan Kognisi)
1. Sensorium/Taraf Kesadaran dan Kesigapan
- Kesadaran Neurologis : Kompos Mentis
- Kesadaran Psikiatrik : Terganggu (adanya halusinasi)
2. Fungsi Kognitif
- Intelegensi
: Baik.
- Kemampuan Informasi : Tidak terganggu
- Orientasi
Orientasi waktu
: Tidak terganggu
Pasien mengetahui hari saat wawancara.
Orientasi tempat : Tidak terganggu
Pasien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di Sanatorium

Dharmawangsa
Orientasi orang
: Tidak terganggu
Pasien mengingat dokter yang merawatnya dan nama pasien

lain.
- Daya ingat
Jangka panjang
: Tidak dilakukan
Jangka menengah : Tidak dilakukan
Jangka pendek
: Tidak dilakukan
Daya ingat segera : Tidak dilakukan
- Konsentrasi dan Perhatian
Tidak dilakukan
- Kemampuan Membaca dan Menulis
Tidak dilakukan
- Kemampuan Visuospasial
Tidak dilakukan
- Pikiran Abstrak
Tidak dilakukan
- Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Kemampuan menolong diri pasien buruk. Pasien sering
diingatkan untuk mandi dan jarang ganti baju, namun pasien masi
mampu untuk makan sendiri
G. Pengendalian Impuls
:
Terganggu karena pasien pernah mencium pasien laki-laki lain.
Perilaku psikososial abulia.
H. Judgement dan Tilikan:

IV.

Tilikan derajat 1, menyangkal bahwa dirinya sakit


I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara keseluruhan, pernyataan pasien dapat dipercaya
PEMERIKSAAN FISIK
A . Status Internus
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tensi
: 120/80
Nadi
: 72 x/min
Suhu badan
: tidak diperiksa
Frekuensi pernapasan
: 18 x/menit
Kepala
: Bentuk normal, rambut pendek, hitam dengan
sedikit uban.
: Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
: Bentuk normal, tidak ada sekret
: Bentuk normal, fungsi pendengaran baik
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan

Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
B. Status Neurologik
Rangsang meningeal : Tidak dilakukan
Peningkatan TIK
: (-), tidak ada nyeri kepala, muntah proyektil (-)
N. Craniales
: tidak dilakukan
Pupil
: Tidak dilakukan
Sensibilitas
: Tidak dilakukan
Motorik
: Tidak dilakukan
Fungsi Serebelum & Koordinasi
: Tidak terganggu
Fungsi Luhur
: Bahasa dan kognitif tidak terganggu
Refleks fisiologis
: Tidak dilakukan
Refleks patologis
: Tidak dilakukan
Kesan
: Kondisi medis secara umum dalam batas normal
V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal 23 Juni 2014
- Darah Rutin
Hemoglobin
: 13.6 mg/dl
Leukosit
: 6.1 rb/ul
- Hitung jenis
Basofil
: 0%
Eosinofil
: 2%
Neutrofil batang : 2%
Neutrofil segmen : 65%
Limfosit
: 30%
Monosit
: 2%
- LED
: 32 mm/jam
- Jumlah Trombosit : 241 rb/ul

- Fungsi Hati
Protein Total
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT
- Lemak
Trigliserida
Total cholesterol
HDL
LDL
- Karbohidrat
Glukosa puasa

: 7.6
: 4.6
:3
: 23 U/L
: 37 U/L
: 247 mg/dl
: 244 mg/dl
: 48 mg/dl
: 147 mg/dl
: 108 mg/dl

- Fungsi ginjal
Ureum
Creatinin
BUN
- Lain-lain
Asam urat
VI.

: 32 mg/dl
: 1 mg/dl
: 15 mg/dl
: 4.9 mg/dl

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien Tn. Y berumur 42 tahun, WNI, beragama Islam, datang ke SDW
pada tanggal 22 Juni 2014 yang sebelumnya sudah beberapa kali dirawat.
Pasien dibawa oleh ayah kandung pasien karena keluarga pasien
mengeluhkan pasien sering merokok dan tidak bisa menahan keinginannya
untuk merokok selama bulan puasa. Keluarga takut pasien mengganggu
lingkungan sekitar dengan kebiasaannya tersebut.
Pasien sulit diajak berkomunikasi dan sering berkata bahwa dirinya
lagi ingin sendiri dan tidak ingin di ganggu. Pasien memiliki gejala pasif,
menjawab seadanya dan tidak bisa merawat diri sendiri dengan baik karena
jarang mandi dan malas ganti pakaian. Pasien sering terlihat mondar-mandir
khususnya di aula, saat pasien sedang mondar-mandir pasien terkadang
berhenti dan melihat kelantai. Pasien menyangkal adanya halusinasi.
Pasien memiliki riwayat menjadi mudah tersinggung, curiga dan tanpa
sebab yang jelas menjadi ngamuk khususnya bila kemauannya tidak dituruti
dan berhenti sekolah. Pasien sempat pergi dan baru pulang kerumah setelah
berpergian selama 20 hari dan ditemukan tetangga di daerah depok dekat
Universitas Indonesia dengan kondisi kurus, pucat dan tidak bisa untuk
diajak bicara atau berkomunikasi. Pasien mengaku mendengar suara dan
bisikan dan merasa takut oleh karena ada yang ingin berniat jahat pada

dirinya. Pasien suka berbicara sendiri, mendengar suara-suara, tertawa


sendiri.
Pada pemeriksan laboratorium ditemukan adanya peningkatan laju
endap darah, trigliserida, total kolestrol, dan LDL. Tidak ditemukan adanya
riwayat gangguan kejiwaan pada keluarga pasien
VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini digolongkan dalam
skizofrenia paranoid (F20.0)
Diagnosis skizofrenia pada pasien ditegakkan dengan:

Halusinasi Visual

tidak ada dan pasien sering terdiam melihat lantai.


Halusinasi Auditorik
: Pasien memiliki riwayat mendengar suara dan

bisikan-bisikan.
Waham Curiga

: Pasien pernah melihat kursi yang sebenarnya

: Pasien memiliki riwayat merasa ada yang ingin

berniat jahat kepadanya.


Aksis II
Dependent personality disorder
Aksis III
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 23 Juni 2014 ditemukan
adanya peningkatan pada kadar trigliserida, total kolestrol dan LDL. Hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya dislipidemia pada pasien.
Aksis IV
Tidak ada gangguan
Aksis V
Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF), pasien berada
pada rentang 70-61. Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F20.0 (Skizofrenia paranoid).
Aksis II
: F60.7 (Dependent personality disorder)
Aksis III
: E71
Aksis IV
: Tidak ada gangguan
Aksis V
: GAF 70-61
IX.
DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Pasien memiliki gangguan pada metabolisme lemak yaitu dislipidemia.
2. Psikologik
Pasien memiliki gejala negatif dan riwayat gangguan halusinasi dan
waham.

3. Sosial/Keluarga/Budaya
Keluarga belum dapat menerima kepulangan pasien padahal pasien
sempat boleh dipulangkan.
X.

PROGNOSIS
A . Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
o Pasien tidak mengalami gangguan mental organik.
o Pasien sudah membaik bila dibandingkan dengan riwayat penyakit
sebelumnya.
o Pasien rajin mengkonsumsi obat.
B . Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk :
o Gejala pasien sudah muncul terus menerus walaupun dengan
pengobatan yang teratur khususnya gejala negatif pasien.
o Keluarga pasien belum siap menerima kepulangan pasien
Kesimpulan prognosisnya adalah dubia ad malam.

XI.

TERAPI
A. Psikofarmaka
Persidal (Risperidone)
2mg 2x1 tablet
Sizoril (Clozapine)
100mg 2x1/2 tablet
Fridep (Sertraline)
50 mg 1x1 tablet (pagi)
Hexymer (Trihexyphenidyl HCL) 2mg 3x1 tablet
B. Psikoterapi
Edukasi keluarga
C. Sosioterapi
Bersosialisasi dan mengikuti aktivitas yang ada

XII. DISKUSI
Diagnosis
Diagnosis dari pasien ini adalah skizoparanoid. Berdasarkan gejala pasien
yaitu jarang mandi, miskin berbicara, miskin ide, malas mandi dan malas ganti baju
menujukan gejala negatif pasien dan pasien memiliki gejala halusinasi visual dimana
pasien melihat kursi namun tidak ada, serta pasien memiliki riwayat halusinasi
auditorik dimana pasien mendengar suara dan bisikan-bisikan, dan juga waham curiga
dimana pasien merasa ada yang berniat jahat terhadap dirinya, sering senyum-senyum
sendiri dan berbicara sendiri. Serta disfungsi sosial dan pekerjaan, dan hal ini telah
berlangsung lebih dari 6 bulan.

Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut DSM IV-TR :

A. Gejala-gejala yang khas: Dua atau lebih dari gejala berikut yang bermakna

dalam periode satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi), yaitu waham,
halusinasi, pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau
incohorensia), perilaku janggal atau katatonik, dan adanya gejala negatif (spt
afek datar,alogia,abulia). Catatan : Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan
jika waham-nya janggal atau jika halusinasinya berupa suara yang terus
menerus mengomentari tingkah laku atau pikiran yang bersangkutan atau
berisi dua (atau lebih) suara-suara yang saling bercakap-cakap.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan: Satu atau lebih dari area fungsional utama
menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset gangguan (atau bila
onset pada masa anak-anak atau remaja terdapat kegagalan pencapaian tingkat
interpersonal, akademik atau okupasilainnya) seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya enam
bulan. Periode enam bulan ini meliputi satu bulan gejala-gejala fase aktif yang
memenuhi kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga
mencakup fase prodromal atau residual. Selama berlangsung. fase prodormal
atau residual ini, tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai
gejala-gejala negatif saja atau lebih dari atau dua dari gejala-gejala dalam
kriteria A dalam bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaan kepercayaan
ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa).
D. Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan
mood dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena: (1) tidak ada
episode depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi bersamaan
dengan gejala-gelala fase aktif, (2) jika episode mood terjadi intra fase aktif
maka perlangsungannya relatif singkat dibanding periode fase aktif dan
residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang
disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat
riwayat autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa
skizofernia hanya dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang
menonjol dalam waktu sedikitnya satu bulan (atau kurang jika berhasil
diterapi).
Skizofrenia paranoid jika preokupasi pada satu waham atau lebih atau sering

berhalusinasi auditorik.
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ III :- Harus ada sedikitnya satu gejala
berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas):
a) - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b) - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau- delusion of passivity = waham tentang dirinya
tak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya =
secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus);
- delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) halusinasi auditorik :- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau- jenis suara halusinasi lain
yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d) waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
- Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus


menerus;
f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu, atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Kriteria diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III :
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
- Sebagai tambahan :halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau
bunyi tawa;
b)halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c) waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi,
atau passivity, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
d)gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
Terapi

Pasien menerima dua obat anti psikotik atipikal yaitu Persidal (Risperidone)
dan Sizoril (Clozapine). Obat anti psikotik atipikal baik digunakan untuk pasien yang
memiliki gejala positif dan negatif karena bekerja terhadap dopamine D2 receptors
juga terhadap serotonin 5 HT2 receptors dan memiliki efek samping yang minimal.
Untuk meminimalkan sindrom ekstrapiramidal yang dapat muncul akibat pemberian
obat antipsikosis, maka pasien diberikan Hexymer (Trihexyphenidyl HCL). Karena
pasien juga memiliki gejala depresi maka pasien diberikan obat anti depresi SSRI
Fridep (Sertraline) karena memiliki efek samping yang minimal.
XIII. TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)
Subjective
: Pasien tidak memiliki keluhan
Objective
: Ditemukan adanya halusinasi visual dan serta gejala negatif,
Assessment

dan kebersihan yang kurang. Lipid profile yang abnormal.


: Skizofrenia Paranoid, DPD, dislipidemia

Planning

: Teruskan obat anti psikotik, ganti obat anti depresi menjadi


golongan trisiklik misalnya amitriptilin 3x1 25mg/hari. Ajari
mengenai kebersihan diri dan bersosialisasi. Kadar kolesterol
dan trigliserida yang meningkat diberikan obat kolesterol
Simvastatin 1x1 10mg/hari dan Gemfibrosil 2x1 300 mg/hari.
Mengajak pasien berolahraga misalnya tenis meja.

Anda mungkin juga menyukai