Anda di halaman 1dari 2

KANDUNGAN KULIT UDANG

Kulit udang merupakan sumber potensial pembuatan khitin dan khitosan, yaitu biopolimer
yang secara komersil berpotensi dalam berbagai bidang industri. Manfaat khitin dan khitosan
di berbagai bidang industri moderen cukup banyak, diantaranya dalam industri farmasi,
biokimia, bioteknologi, biomedikal, pangan, gizi, kertas, tekstil, pertanian, kosmetik,
membran dan kesehatan. Disamping itu, khitin dan khitosan serta turunannya mempunyai
sifat sebagai bahan pengemulsi koagulasi dan penebal emulsi (Marganov, 2003).
Kulit udang mengandung protein 25- 40%, kalsium karbonat 45-50%, dan khitin 15- 20%,
tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udang dan tempat
hidupnya.
Secara kimiawi khitin merupakan polimer -(1,4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa yang tidak
dapat dicerna oleh mamalia. Khitin tidak larut dalam air sehingga penggunaannya terbatas.
Namun dengan modifikasi struktur kimianya maka akan diperoleh senyawa turunan khitin
yang mempunyai sifat kimia yang lebih baik. Salah satu turunan khitin adalah khitosan, suatu
senyawa yang mempunyai rumus kimia poli -(1,4)-2-amino-2-dioksi-D-glukosa yang dapat
dihasilkan dari proses hidrolisis khitin menggunakan basa kuat (proses deasetilasi) (Srijanto
dan Imam, 2005). Perbedaan khitin dan khitosan terletak pada kandungan nitrogennya. Bila
kandungan total nitrogennya kurang dari 7%, maka polimer tersebut adalah khitin dan apabila
kandungan total nitrogennya lebih dari 7% maka disebut khitosan (Krissetiana, 2004).

Khitin termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan
melekul polimer berantai lurus dengan nama lain -(1-4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa (Nasetil-D-Glukosamin). Struktur khitin sama dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi antara
monomernya terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi -(1-4). Perbedaannya dengan
selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang kedua pada khitin diganti
oleh gugus asetamida (NHCOCH2) sehingga khitin menjadi sebuah polimer berunit Nasetilglukosamin.
Khitin mempunyai rumus molekul C18H26N2O10 merupakan zat padat yang tak berbentuk
(amorphous), tak larut dalam air, asam anorganik encer, alkali encer dan pekat, alkohol, dan
pelarut organik lainnya tetapi larut dalam asam-asam mineral yang pekat. Khitin kurang larut
dibandingkan dengan selulosa dan merupakan N-glukosamin yang terdeasetilasi sedikit,

sedangkan

khitosan

adalah

khitin

yang

terdeasetilasi

sebanyak

mungkin.

Khitosan yang disebut juga dengan -1,4-2 amino-2-dioksi-D-glukosa merupakan turunan


dari khitin melalui proses deasetilasi. Khitosan juga merupakan suatu polimer multifungsi
karena mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam amino, gugus hidroksil primer dan
skunder. Adanya gugus fungsi ini menyebabkan khitosan mempunyai kreatifitas kimia yang
tinggi.
Khitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut
dalam HCl dan HNO3, dan H3 PO4, dan tidak larut dalam H2SO4. Khitosan tidak beracun,
mudah mengalami biodegradasi dan bersifat polielektrolitik. Di samping itu khitosan dapat
dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Oleh karena itu,
khitosan relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan induistri
kesehatan.

Mekanisme kerja chitosan sebagai antibakteri adalah sifat afinitas yang dimiliki oleh
chitosan yang sangat kuat dengan DNA mikroba sehingga dapat berikatan dengan DNA yang
dapat mengganggu Mrna dan sintesa protein.Sifat afinitas antimikroba dari chitosan dalam
melawan bakteri atau mikroorganisme tergantung dari berat molekul dan derajat
deasetilasi.Berat molekul dan derajat deasetilasi yang lebih besar menunjukkan aktivitas
antimikroba yang lebih besar.Chitosan memiliki gugus fungsional amina (-NH 2) yang
bermuatan positif yang sangat reaktif,sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri
yang bermuatan negatif.Ikatan ini terjadi pada situs elektronegatif di permukaan dinding sel
bakteri (Killay,2013).

Anda mungkin juga menyukai