Anda di halaman 1dari 6

Sony Berdikari

Visi misi?
Visi berdikari punya jangkauan jauh, seperti menyapa dalam setiap sendi-sendi proteksi
kehidupan masyarakat setiap hari. Bagaimana bisa sebagai bagian dari kehidupan asuransi,
bagaimana menjadikan klien itu sebagai produksi bagi kehidupan asuransi. Karena asuransi
tidak hanya sebagai proteksi, tetapi tertanggung yang harus dipikirkan proteksinya. Kalau
kita hanya bicara bisnis, klien itu tidak perlu disapa. Jadi proteksi itu tidak hanya bagian
bisnis tapi resources juga. Kalau tidak dibangun dengan rasa kebersamaan, bisnis itu tidak
akan tumbuh. kalau misi sendiri, kita membangun dan membahas permasalahan-permaslahan,
penanganan , pengembangan dengan klien. Karena mesin dari produksi asuransi adalah
manusia. Karena menghadapi klien itu berbeda-beda, misal antara klien yang punya anak
sakit dengan tidak tentu berbeda. jadi bagaimana kita hadir buat klien, baik dalam
permaslahan polis, klaim, dan administrasinya dengan membina marketing, menyapa klien,
menjadi bagian dari sendui kehidupan asuransi. Dan sekarang berdikari sedang memikirkan
produk-produk buat kalangan UKM, mahasiswa dan kalangan terluar sampai batas negara.
siapa yang mau hadir di sana, tidak ada yang mikirin, padahal haknya sama sebagai warga
negara. belum tentu asuransi-asuransi mau memikirkan sampai ke sana. Karena sebenarnya
asuransi tidak harus head to head, dengan teknologi canggih bisa terjangkau, misal dengan
telepon. Jadi kita sudah hadir dari aceh sampai papua.
Kalau kita bicara swasta,berarti tidak ada hambatan yang kita takuti. Artinya bagiamana kita
menghadirkan semangant yang sama antara pemerintah, swasta dan rakyat, jangan menjadi
suatu yang terpisah. Sebenarnya dengan jumlah penduduk yang besar, bisa memanfaatkan
potensi dan dengan kondisi ekonomi seperti sekarang ini harusnya bisa nyaman-nyaman saja.
Karena potensinya besar, SDA ada, SDM ada, tinggal mau atau tidak. Sebanarnya kita bisa
untuk sandang, pangan, dan papan, kecuali teknologi. Dan begitu juga asuransi berdikari
tidak pernah takut tergerus pasar, karena kita hadir di Indonesia yang punya potensi. Karena
kita bisa putuskan cepat dan mengajak masuk dengan cepat. Jadi kalau visi, bagaimana
memasyaratkatkan asuransi dan mengasuransikan masyarakat. Dan misinya, bagaimana kita
hadir, dan masyarakat merasa disapa.
Produk?
Kalau untuk produk kita hampir sama, karena untuk zaman sekarang kekhususan itu tidak
ada, apa sih yang tidak bisa ditiru dan ini bukan prodak pabrik, tapi prodak jasa massal

proteksi, jadi tidak bisa dipaten, seperti pabrik. Jadi siapa saja bisa meniru asalkan sesuai
persayaratan. perbedaaanya adalah dalam pelayanan., kalau secara prodak sama dengan yang
lain, harganya pun sama. Kepercayaan itu timbul karena niat, begitu niat sudah ada masing
kedua belah pihak, kemudian muncul rasa, rasa itu adalah bagian dari kepercayaan (trust). Itu
tergantung nita, kalau ada niat baik, maka rasa baik akan muncul.
Sinergitas nilai?
Jadi variabelnya ada dua yang terikat dan bebas, yang terikat itu aturan, yang sudah ada
regulatornya oleh pemerintah. kalau mai ikut asuransi, ini aturannya, ini tarifnya. Dan
variable bebas itu, ruang masing-masing institusi yang melayani bisnis itu. Bebas pun ada
pengaruh-pengaruh dan tekanan-tekanan dari luar, walaupun tidak besar.
Menghadapi MEA?
MEA itu hanya momentum, karena mau di jumlah negara asean dengan satu Indonesia sama,
jadi kita tidak usah khawatir. Justru orang lain pingin masuk Indonesia. Kita hadir di negara
sendiri, masak harus khawatir dengan orang asing. Jadi kita sudah terlatih menghadapi
pangsa besar, jadi masalah besar yang dihadapai bangsa Indonesia adalah kultur. Budaya kita
belum bisa menerima 100 persen keterbukaan. Maka dari itu kita harus berpikiran jernih, kita
harus memposisikan diri dengan hal-hal yang positif. Dan yang saya tahu negara-negara
MEA sudah mempersiapkan budaya dari hal-hal terkecil, contoh masyarakat thailand,
vietnam, philiphine paling tidak harus bisa mengucapkan kalimat sapa, selamat pagi
misalnya. Nah, kalau kita siap atau tidak?. Minimal palng tidak tukang ojek bisa ngomong
seperti itu. Jadi kalau saya ke thailand, orang indonesia itu sudah bisa ngomong bahasa
indonesia sedikit-sedikit.
Indikasi?
Indikasi keberhasilan asuransi adalah bagaimana masyarakat bisa trust. Bukan berarti ada
masalah itu tidak berhasil, begitu juga sebaliknya. Masalah itu bukan ukuran. Seperti anda
punya anak, kalau anak-anak tidak percaya anda, anda tidak berhasil. Untuk apa saya punya
klien, kalau tidak percaya. Asuransi itu no body sense, apapun itu bisa, mau ikut berdikari
atau apapun, yang penting ada klaim, dari pada tidak ada. Padahal yang diberi asuransi itu
rasa aman, itu yang sebenarnya dibayar. Misal anda belum pulang kerja, lalu ditanya-tanya
istri, ada rasa tidak percaya, pasti tidak enak. Trust itu perasaan kepuasaan itu ada. Kalu kita
bicara omset naik itu pasti, itu tidak dibahas. Tapi bagaimana keberhasilan itu diukur dari visi

dan misi. Makanya saya tahun 2015 selalu mencanangkan berdikari ekonomi, memang
momentum MEA itu diakhir 2015.
Harapan?
Bagaimana berdikari ini hadir dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Karena suatu
kebanggan bagi berdikari bisa memproteksi sampai ke garis terdepan negara. karena
perbatasan perlu diperhatikan dan kita sudah hadir dari aceh sampai papua, tinggal
bagaimana kita menjangkau desa terluar. Itu merupakan cita-cita yang luhur, oleh karena itu
butuh dukungan semua pihak. Harapan kami bisa berarti dalam kehidupan masyarakat, bisa
maju bersama, bisa tumbuh bersama.
Pesan?
Jangan alergi dengan asuransi, mari kita bangun bersama proteksi sendi-sendi kehidupan
masyarakat, meskipun banyak kasus-kasus. Untuk pemerintah, keberpihakan itu harus
seimbang, selaras, dan bersama. sementara memang yang dirasakan konumen atau klien lebih
diutamakan. Sebenarnya asuransi banyak problem, karena klien ikut asuransi pengetahuan
dasarnya adalah untung dan rugi. Soalnya asuransi adalah proteksi rasa amannya, kalau
barangnya nanti dicari-cari untung ruginya, nah rasanya inilah yang harus kita ciptakan.

Heru Juwono
Pendapat Berdikari menghadapi globalisasi?
Keadaan negara kita sedang terpuruk, terpuruk dalam artian pengketatan keuangan dan
dampak dari ekonomi luar, indonesia sedang dalm kondisi yang tidak menguntungkan. Dan
ini akan berdampak panjang, dan saya lihat ada sesuatu yang salah dalam pengambilan
kebijakan, terutama menyangkut APBN, APBD. Sedangkan penyerapan APBN, APBD itu
kecil sekali penyerapannya. Semantara anggarannya numpuk dan rakyat mengharapkan uang
berputar, sehingga di tingkat bawah roda ekonomi bergerak. Pada tahun 1997 terjadi krisis
luar biasa, tapi faktor ekonomi di bawah bergerak. Artinya apa yang terjadi di atas, tidak
berpengaruh di bawah. Dan saya mengharapkan pemerintah dalam situasi seperti ini,
pemerintah bisa dapat bertindak, supaya APBN yang mencapai 250 T tidak mengendap di
bank daerah. Begitu juga dengan uang desa, karena sangat dibutuhkan di daerah. kalau tidak
salah dengar 20 persen dari APBN untuk desa, dan itu tidak ada yang melaksanakan, karena

petunjuk dan pelaksanaanya tidak ada. Begitu juga pemprov APBD dan APBN mereka tidak
berani melaksanakan, karena kuatir adanya kendala yang timbul menjerumuskan mereka.
Maka dari itu dibutuhkan keberanian, dan antara KPK, kepolisian dan kejaksaan untuk
mencarikan jalan, tapi jangan lama-lama, karena semakin hari kondisi makin berat. Di sisi
lain masalah asuransi ini adalah sebagai suatu pelindung. Semakin maju negara, masalah
apapun baik perorangan atau badan, masalah paling vital adalah asuransi. Karena dia akan
mengkover semua masalah itu semua. Hubungan ekonomi dan asuransi juga erat, kalau
ekonomi baik, maka asuransi sehat. Kalau ekonomi jelek pun tetap untuk memberikan
perlindungan. Maka kerja sama-kerja sama dengan luar negeri juga harus dijalin, maka dari
itu saya berpikir untuk menjadikan asuransi ini bagian dari kehidupan.
Filosofi?
Kalau kita bicara payung, asuransi adalah yang paling tepat dalam keadaan panas dan hujan.
Tapi kalau kita bicara bank, pada saat panas kita dipayungi, tapi pada saat kehujanan
payungnya diminta. Misalnya anda dalam keadaan sulit, bank memberikan pinjaman, tapi
pada saat krisis anda akan ditagih terus atau diperes. Nah itu bedanya perbankan dan asuransi.
Jadi betul-betul asuransi adalah sahabat yang paling setia dalam kehidupan baik itu bagi
swasta, pemerintah, perorangan, maupun rakyat kecil.
Langkah Trust ?
Semua kembali kepada kesadaran, orang sering tidak melihat, asuransi adalah payung yang
paling setia. Orang sering melihat sebagai investasi, kalau diperbankan, diambil di sana jelas
wujudnya, tapi kalau asuransi itu menyerahkan. Ini berbeda kondisi, orang kadang
mendepositokan ke bank merasa senang, karena trust, tapi kalau beli premi, mereka masih
pikir-pikir, itu sangat menyanyangkan. Karena apa, kerugian yang ditimbulkan itu tidak ada
suatu kepastian, misalnya saya membayar premi kebakaran, begitu tidak terjadi kebakaran,
maka hilang uang saya. Tidak, jika dilakukan dalam suatu bank, uangnya tetap ada. Itulah
yang kadang-kadang membuat orang enggan. Namun begitu lalai, habislah yang terjadi.
Kondisi yang ini perlu suatu sosialisasi sebagai suatu badan yang memberikan rasa aman.
Asuransi terkadang merasa sebagai untung-untungan, pemerintah dalam hal ini harus
mensosialisaikan dengan baik, bahkan lebih cenderung berpikiran seperti itu. Misal saya
mengasuransikan mobil, yang harusnya tidak layak untuk diklaim, sudah bayar 10 juta tapi
mobilnya tidak kenapa-kenapa, dan merasa dirinya rugi. Akhirnya mobil-mobil itu baret-baret

dikit, sengaja di tabrakkan untuk mendapatkan ganti baru. Dan ini sangat keliru serta
termasuk kejahatan. Cuma kejahatan di Indonesia ini berbeda dengan perlakuan kejahatan di
luar negeri. misalnya, karena terlalu sedikitnya orang ikut asuransi, padahal butuh nasabah,
walaupun tidak diperlakukan tidak terhormat seperti itu tidak apa-apalah, tahun depan dikasih
lagi. kalau di lar negeri beda, misalnya si A tahun ini melakukan klaim, tahun berikutnya
melakukan lagi, itu langsung masuk blacklist. Sehingga kalau dia melakukan asuransi lagi,
dia ditolak untuk seluruh asuransi, walaupun klaim itu tidak sengaja. Kalau dinilai itu
harganya bisa loncat, yang harusnya bayar premi 10 juta, bisa mencapai 40-50 juta, preminya
naik. Jadi ada hukumannya. Tapi kalau di Indonesia, mereka curang kerja sama dengan
bengkel dan regulasi mengenai hal ini harus dibuat. Perusahaan asuransinya juga begitu,
sekarang cari orang susah, orang marketingya mau dapat komisi, maka dengan kondisi jelek
pun diterima. Harusnya diumumkan, orang yang sudah masuk daftar, bahwa orang ini tidak
layak. Dan semua perusahan asuransi harus sepakat serta diatur dengan regulasi. Jadi asuransi
bukan dibuat untuk mencari keuntungan, tapi untuk perlindungan dalam saat kondisi cost
major (kecelakaan, kebakaran yang tidak bisa diduga), bukan sengaja dibakar. Artinya tidak
ada penindakan tegas terhadap pelaku dan itu kadang-kadang malah dilindungi dan
pihakasuransi disuruh nyari sendiri kesalahan customernya. Pemegang kekuasaan dan
regulator harusnya tahu dan ini merupakan tantangan penegak hukum.
Harapan?
Menjadi tuan rumah di negara sendiri, Indonesia ini memiliki penduduk total 230 juta. Kalau
itu sudah masuk asuransi, alangkah indahnya dunia asuransi. Sekarang saja mencapai 5
persen saja tidak. Jadi indonesia adalah pasar asuransi terbesar. Kenapa sih kita harus
menggunakan luar negeri, padahal luar negeri juga reasuransi (mengasuransikan perusahaan
asuransi kepada perusahaan asuransi lain), supaya jaminan pembayarannya itu selalu ada.
Kita tidak menutup diri, dulu asuransi tidak mengembalikan uang pada saat klaim dan kasus
yang dibohongi juga banyak. Maka harapanya indonesia menjadi tuan rumah asuransi di
negeri sendiri.
Perbedaaan bedikari?
Sebenarnya kalau dilihat semua hampir sama dengan asuransi lainnya, Cuma kalau dilihat
kita mempunyai umur 62 tahun. Jadi asuransi pernah berjaya pada tahun 80 an. Pada waktu
itu nama asuransinya masih timur jauh. Karena pada saat itu, perasurasnsian belum seperti
sekarang, belum banyak saingan, di sisi lain keberpihakan pemerintah juga ada. Karena

asuransi berdikari ini masih ada saham punya pemerintah, jadi masih bisa digolongkan
perusahaan plat merah. Yang terpenting beri kesempatan, dari BUMN ada keuntunganya
dan swasta juga ada. Karena keistimewaan asuransi berdikari adalah gabungan antara swasta
dan pemerintah. keuntungan satu-satunya adalah bahwa asuransi kita sudah berumur panjang.

Anda mungkin juga menyukai