Anda di halaman 1dari 12

Kajian Kimiawi, Bioaktivitas, Karakteristik Struktural, dan Studi

Sintesis pada Santon dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana)


Prima Agusti Lukis
1412 201 011
Program Studi Pasca Sarjana Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Abstrak
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis
yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman
ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan
Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat),
Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat). Secara umum, orang hanya
mengkonsumsi buannya saja dan cenderung membuang kulit buah manggis tersebut. Bagian tanaman yang secara
tradisional sering dipakai dalam pengobatan tradisional (diare, disentri, eksim dan penyakit kulit lainnya) adalah
kulit buah. Kulit buah manggis ternyata dilaporkan mengandung kaya senyawa golongan santon. Dari percobaan
isolasi yang dipandu uji aktivitas diketahui senyawa paling aktifnya adalah -mangostin (10), -mangostin (11) dan
garsinon-E (7). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis dan senyawa aktifnya
memiliki aktivitas farmakologi yaitu antialergi, antiinflamasi, antioksidan, antikanker, antimikroorganisme,
antiaterosklerosis, dan bahkan anti-HIV. Pada uji toksistas, ekstrak etanol buah manggis yang mengandung senyawa
aktif santon tidak menunjukkan toksisitas baik secara akut maupun sub-kronis. Prosedur sintetis beberapa santon
aktif dan analog telah dilakukan untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik menyangkut hubungan struktur dan
aktivitasnya.
Kata kunci: manggis , farmakologi , mangostin , santon
Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara kepulauan
yang dilalui oleh garis katulistiwa sehingga beriklim
tropis, akibat suhu yang tinggi dan curah hujan
sepanjang tahun menyebabkan Indonesia memiliki
keanekaragaman ekosistem dan dikenal sebagai
Negara Megabiodiversitas terbesar di dunia setelah
Brazilia. Selain itu, keanekaragaman ini disebabkan
oleh letak Indonesia yang strategis di antara dua
benua yaitu benua Asia dan benua Australia, serta
dua samudra yaitu samudra Hindia dan samudra
Pasifik, sehingga berbagai jenis tumbuhan dan hewan
yang ada di Indonesia merupakan perpaduan antara
dua benua tersebut. Distribusi tumbuhan tingkat
tinggi yang terdapat di hutan tropika Indonesia lebih
dari 12% (30.000) spesies dari yang terdapat di muka
bumi (250.000) spesies. Sebagaimana telah diketahui
bersama, tumbuh tumbuhan tersebut telah
dimanfaatkan manusia dalam kehidupan, sejak awal
peradaban seperti untuk sandang, pangan, papan,
energi, dan sumber ekonomi (Ersam, 2004).
Data terakhir memperlihatkan penelitian
kimiawi tumbuhan tingkat tinggi, baru 0,4% yang
sudah dilakukan. Di sisi lain obat-obat modern yang

diperdagangkan sampai saat ini, menunjukkan 25%


diantaranya berasal dari kimiawi tumbuh-tumbuhan
tropika, baik sebagai tumbuhan obat atau tumbuhan
tingkat tinggi (Ersam, 2004).
Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan
tanaman obat tradisional oleh masyarakat Indonesia
untuk menanggulangi beberapa penyakit. Manfaat
penggunaan obat tradisional tersebut secara luas telah
dirasakan oleh masyarakat. Hal ini juga tercermin
dengan semakin meningkatnya penggunaan obat
tradisional, atau meningkatnya produksi obat dari
industri-industri obat tradisional. Seiring dengan ada
slogan back to nature, maupun krisis ekonomi
yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan daya
beli masyarakat terutama masyarakat golongan
menengah ke bawah, penggunaan obat tradisional
menjadi alternatif pengobatan disamping obat
modern (Hadriyono, 2011).
Pemanfaatan tanaman obat tersebut meliputi
pencegahan, pengobatan maupun pemeliharaan
kesehatan. Banyak tanaman obat tradisional yang
telah dipasarkan antara lain sebagai pencegahan
ataupun pengobatan suatu penyakit. Meskipun
demikian, bukti ilmiah keberkhasiatan berbagai

tanaman obat terkait, belum dilaporkan (Nugroho,


2008).
Tumbuhan dari genus Garcinia yang telah
banyak menarik perhatian beberapa tahun terakhir
karena banyaknya senyawa metabolit sekunder yang
telah berhasil diisolasi dari tumbuhan tersebut.
Garcinia merupakan genus yang paling penting dari
family Clusiaceae dan banyak tersebar secara luas di
kawasan tropis Asia, khususnya Indonesia. Adapun
kegunaan Garcinia yang tersebar di Indonesia antara
lain, berguna sebagai bahan bangunan (21 spesies),
buahnya dimakan (22 spesies), tanaman peneduh di
pinggir jalan, pencegah erosi, tanaman hias, daunnya
sebagai sayuran, serta untuk mengobati berbagai
penyakit, seperti disentri, peradangan saluran kemih,
tumor rongga mulut dan kerongkongan. Selain itu,
tumbuhan genus Garcinia telah dikenal sebagai
sumber senyawa santon dan biflavonoid (Waterman,
1980) dengan berbagai macam bioaktivitas, seperti
antimalaria (Hay, 2004), antijamur, antikanker, dan
antibakteri (Peres, 1997).
Beberapa senyawa santon yang telah
dilaporkan dari berbagai spesies Garcinia
diantaranya adalah porsaton A (15) dari
G. parvifolia (Kosela et.al, 2006); bangangsanton
(16) dari G. polyanta Oliv (Lanang et.al, 2005); 1,6dihidroksi-6,6-dimetilpiran-(2,3:6,5)santon (17)
dari G.nigrolineata (Rukachaisirikul, et.al, 2003);
viellardisanton B (18) dari G. vieillardii (Hay, et.al,
2004); kowasanton (19), kowanin (20), kowanol (21),
dari G. cowa (Saksena, et.al, 2003). Senyawasenyawa ini melalui penelitian bioaktifitas secara in
vitro maupun in vivo telah menunjukan aktifitas
sebagai antijamur, antibakteri, antikanker, antifungal,
dan antimalaria.
Garcinia mangostana, Linn. adalah spesies
tanaman yang telah banyak digunakan sebagai obat
tradisional.
Tanaman
ini
telah
diketahui
menghasilkan berbagai macam metabolit yang aktif
secara biologis seperti benzofenon terisoprenilasi dan
santon dengan -mangostin (10), -mangostin (25),
dan -mangostin (11) sebagai komponen utamanya.
Ekstrak kulit buah (periscarp) dengan n-heksana
menghasilkan senyawa santon gartanin (8), 1isomangostin (9), 1-isomangostin hidrat (22), 3isomangostin (23) dan 3-isomangostin hidrat (24)
(Chaverry, 2008). Selain itu, masih banyak
kandungan senyawa dalam spesies ini yang belum
diuji aktivitasnya sebagai antidiabetes dan
antiobesitas. Review ini membahas tentang isolasi,
bioaktivitas, karakteristik struktural dari spesies ini
dan studi sintesis untuk santon manggis.

mempunyai potensi ekspor sangat besar. Tanaman ini


mendapat julukan ratunya buah (Queen of Fruit)
karena keistimewaan dan kelezatannya. Julukan lain
untuk buah manggis adalah Nectar of Ambrosia,
Golden Apple of Hesperides, dan Finest in the World.
Bahkan ada yang menyebutnya sebagai buah
kejujuran, lambang kebaikan dan mendatangkan
keberuntungan, sehingga di beberapa negara
dijadikan sebagai buah utama untuk sesaji (Balai
Penelitian Tanaman Buah, 2006).
Manggis merupakan salah satu buah unggulan
Indonesia yang memiliki peluang ekspor cukup
menjanjikan. Dari tahun ke tahun permintaan
manggis meningkat seiring dengan kebutuhan
konsumen terhadap buah ini. Ekspor manggis dari
Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan
kebutuhan buah manggis dunia terutama Hongkong,
Singapura, dan Inggris. Pada tahun 1999, volume
ekspor 4.743.493 kg dengan nilai ekspor 3.887.816
US$ dan tahun 2000 volume ekspor mencapai
7.182.098 kg dengan nilai ekspor 5.885.038 US$
(Prihatman, 2000;ICUC, 2003).
Secara taksonomi, manggis dklasifikasikan
sebagai berikut (Verheij, 1997):
Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonaceae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Guttiferae
Genus
: Garcinia
Spesies
: Garcinia mangostana L.

Kandungan Kimiawi Manggis


Manggis (Garcinia mangostana) merupakan
salah satu tanaman buah asli Indonesia yang

Gambar 1. Buah Manggis (A) Buah Manggis Siap


Konsumsi, (B) Kulit Buah Manggis

Buah manggis merupakan spesies terbaik dari


genus Garcinia dan mengandung gula sakarosa,
dekstrosa dan levulosa. Komposisi bagian buah yang
dimakan per 100 g meliputi 79.2 g air; 0.5 g protein;
19.8 g karbohidrat; 0.3 g serat; 11 mg kalsium; 17 mg
fosfor; 0.9 mg besi; 14 IU vitamin A, 66 n/mg
vitamin C; 0,09 mg vitamin B1 (Thiamin); 0,06 mg
vitamin B2 (Riboflavin) dan 0,1 mg vitamin B5
(Niasin) (Qosim, 2007).
Daging buah manggis berwarna putih,
bertekstur halus dan rasanya manis bercampur asam
sehingga menimbulkan rasa khas dan segar. Bentuk
fisik dari buah manggis disajikan pada Gambar 1.

Penilaian mutu buah secara kimia dilakukan


dengan mengukur kandungan pati, kandungan gula,
keasaman,
protein,
vitamin,
dan
mineral
(Sjaifullah,1996). Kandungan kimia buah manggis
tidak dipengaruhi oleh ukuran maupun penampilan
buahnya. Kandungan kimia buah yang berukuran
kecil hampir sama dengan buah yang berukuran
besar. Demikian pula kandungan kimia buah yang
mulus hampir sama dengan buah yang burik (Satuhu,
1999).
Perbandingan kadar gula-asam (sugar-acid
ratio) merupakan salah satu penentu mutu buah
manggis. Umumnya rasa buah manggis ditentukan
oleh adanya perpaduan rasa manis dan rasa asam
dengan perbandingan yang tepat (Sjaifullah, 1996).
Buah manggis yang dikehendaki konsumen, rasanya
manis (kadar gula 18.5%), sedikit asam (kadar asam
0.4%) dengan kadar getah dan air sedikit
(Hadisustrino, 2002). Hasil penelitian Sosrodiharjo
(1980) menunjukkan bahwa keasaman daging buah
manggis pada permulaan pertumbuhan terus
meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah,
keasaman mencapai tingkat maksimum, selanjutnya
keasaman menurun.
Menurut Sjaifullah (1996) kandungan gula
atau padatan terlarut total merupakan refleksi dari
rasa manis yang juga menunjukkan derajat ketuaan
atau kemasakan buah. Kadar gula buah secara
kontinyu meningkat sejalan dengan proses penuaan
atau pemasakan.
Pemanfaatan Kulit Buah Manggis
Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang
saja ternyata menyimpan sebuah harapan untuk
dikembangkan sebagai kandidat obat. Kulit buah
manggis setelah diteliti ternyata mengandung
beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi
misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan
penyakit jantung, antibakteri, antijamur bahkan untuk
pengobatan atau terapi penyakit HIV. Beberapa
senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang
dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas
farmakologi adalah golongan santon (Nugroho,
2008). Senyawa santon yang telah teridentifikasi,
diantaranya adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8bis(3-metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)- 9Hxanten-9on. Keduanya lebih dikenal dengan nama mangostin (10) dan -mangostin (11) (Jinsart, 1992).
Ho et al (2002) melaporkan senyawa santon yang
diisolasi dari kulit buah manggis, ternyata juga
menunjukkan aktivitas farmakologi yaitu garsinon E
(7). Lebih lanjut, Jung et al (2006) berhasil
mengidentifikasi kandungan xanton dari ekstrak larut
dalam diklorometana, yaitu 2 xanton terprenilasi
teroksigenasi dan 12 xanton lainnya. Dua senyawa

xanton terprenilasi teroksigenasi adalah 8hidroksikudraksanton G (1), dan mangostingon [7metoksi-2-(3-metil-2-butenil)-8-(3-metil-2-okso-3butenil)-1,3,6-trihidroksiksanton (2). Sedangkan
kedua belas xanton lainnya adalah : kudraksanton G
(3), 8-deoksigartanin (4), garsimangoson B (5),
garsinon D (6), garsinon E (7), gartanin (8), 1isomangostin (9), -mangostin (10), -mangostin
(11), tovofillin A (12), mangostinon (13) dan
smeathxanthon A (14).
Kajian Farmakologi Kulit Buah Manggis
Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya
sudah dilakukan sejak dahulu. Kulit buah manggis
secara tradisional digunakan pada berbagai
pengobatan di negara India, Myanmar Sri langka, dan
Thailand (Mahabusarakam et al., 1987). Secara luas,
masyarakat Thailand memanfaatkan kulit buah
manggis untuk pengobatan penyakit sariawan,
disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim (ICUC,
2003). Di era modern, pemanfaatan kulit buah
manggis secara luas di negara tersebut memicu minat
para
ilmuwan
untuk
menyelidiki
dan
mengembangkan lebih lanjut aspek ilmiah
keberkhasiatan kulit buah manggis tersebut. Banyak
penelitian telah membuktikan khasiat kulit buah
manggis, dan diantaranya bahkan menemukan
senyawa-senyawa yang bertanggungjawab terhadap
efek-efek tersebut. Berikut ini akan disajikan
pembahasan mengenai efek farmakologi dari kulit
buah manggis (Nugroho, 2008).
Aktivitas Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat
menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi
radikal bebas dalam oksidasi lipid dalam konsentrasi
yang lebih rendah dari substrat yang dapat dioksidasi.
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas sehingga
mengurangi kapasitas radikal bebas untuk
menimbulkan kerusakan. Dalam bahan pangan
antioksidan banyak terdapat pada sayur-sayuran dan
buah-buahan, yang salah satunya adalah manggis
(DeMan, 1997). Radikal bebas adalah molekul yang
sangat reaktif karena memiliki elektron tidak
berpasangan pada orbital luarnya sehingga dapat
bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara
mengikat elektron sel tersebut, dan mengakibatkan
reaksi berantai yang menghasilkan radikal bebas baru
(Ketaren, 1986).
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mengurangi konsentrasi oksigen,
mencegah pembentukan singlet oksigen yang reaktif,
mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap
radikal primer seperti radikal hidroksil, mengikat
katalis ion logam, mendekomposisi produk-produk
primer radikal menjadi senyawa non-radikal, dan

memutus rantai hidroperoksida (Shahidi, 1997).


Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya
dikelompokkan menjadi (Shahidi dan Naczk,1995) :
1. Antioksidan primer yaitu antioksidan yang
bereaksi dengan radikal lipid berenergi tinggi
untuk menghasilkan produk yang memiliki
kestabilan
termodinamis
lebih
baik.
Antioksidan golongan fenol seperti Isoflavon
termasuk dalam antioksidan yang memiliki
mekanisme ini.
2. Antioksidan sekunder yang juga dikenal dengan
antioksidan pencegah (Preventive Antioxidant)
yang dapat memperlambat reaksi inisiasi
dengan cara memutus rantai (chain-breaking
antioxidant)hidroperoksida. Contoh antioksidan
ini yaitu dilauril thiodipropionate dan asam
thiodipropionik. Antioksidan golongan ini
adalah antioksidan yang berikatan dengan
gugus thiol.
Beberapa senyawa antioksidan yang sering
digunakan saat ini adalah senyawa turunan fenol dan
amina. Antioksidan golongan fenol sebagian besar
terdiri dari antioksidan alam dan sejumlah
antioksidan sintesis. Contoh antioksidan fenol
sintetik yang biasa digunakan adalah BHA dan BHT.
Kedua bahan tersebut merupakan senyawa fenol
tersubtitusi pada posisi para dan kedua posisi orthonya (Nugroho, 2008).
Perbedaan struktur antioksidan berpengaruh
terhadap daya antioksidan senyawa. BHT dengan
subtituen t-butil pada dua posisi ortho dan para-nya
menyumbang aktivitas antioksidan lebih kuat
dibanding dengan BHA (Prokarny, 1987). Senyawa
fenol tersubstitusi telah banyak digunakan sebagai
antioksidan (Stuckey,1986). Kerja antioksidan dalam
reaksi oksidasi adalah menghambat terbentuknya
radikal bebas pada tahap inisiasi atau menghambat
kelanjutan reaksi berantai pada tahap propagasi dari
reaksi autooksidasi (Nugroho, 2008).
Antioksidan yang baik adalah senyawa yang
mampu membuat radikal fenol dari antioksidan
menjadi lebih stabil. Senyawa turunan fenol
tersubtitusi ini banyak terdapat pada berbagai
tumbuhan tropis berupa senyawa turunan polifenol.
Salah satu turunan senyawa polifenol yang lain dan
banyak dijumpai pada tanaman adalah catechin dan
epicatechin serta beberapa senyawa turunannya
antara lain epicatechin, gallocatechin dan epigallo
catechin. Selain itu senyawa turunan flavon/flavonol
juga berkhasiat sebagai antioksidan (Burda, 2001).
Metode uji antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2 pikrilhidrazil) dipilih karena metode ini adalah
metode sederhana untuk evaluasi aktivitas
antioksidan dari senyawa bahan alam (Fagliano
1999).

Senyawa yang aktif sebagai antioksidan


mereduksi radikal bebas DPPH menjadi difenil pikril
hidrazin (Conforti, 2002). Besarnya aktivitas
penangkap radikal bebas dinyatakan dengan IC50
yaitu besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu
menurunkan 50% absorbansi DPPH dibandingkan
dengan larutan blanko (Lannang, 2005). Senyawa
fenol yang memiliki bioaktivitas, dan telah banyak
dilaporkan sebelumnya adalah banyak ditemukan
pada senyawa santon dengan gugus isopren (Peres
dan Nagem 2000).
Pada tahun 1994, konstituen santon beberapa
antioksidan dari ekstrak manggis diidentifikasi
sebagai -mangostin (10) dan -mangostin (11)
menggunakan
metode
tiosianat
besi
(Yoshikawa,et.al., 1994). Dalam perjalanannya,
penelitian terhadap suplemen makanan botani yang
dilakukan seorang penulis di laboratorium The Ohio
State University, bioaktivitas dan dipandu dengan
fraksinasi dari pericarp (kulit buah) manggis,
menggunakan alat tes peroxynitrite menyebabkan
lima santon aktif [8-hydroxyxanthone (25), gartanin
(8), -mangostin (10), -mangostin (11), dan
smeathxanthone A (14)] dengan nilai IC50 <10 uM,
dibandingkan dengan substansi kontrol positif, DLpenisilamin (IC50 7,4 M) (Jung,et.al., 2006) Di tempat
lain, pada konsentrasi tunggal, -mangostin (10) dan
-mangostin (11) menunjukkan aktivitas antioksidan
yang berbeda di DPPH, radikal hidroksil-scavenging,
superoksida anion, dan tes tiosianat besi (Yu, et.al.,
2007). Selain itu, 16 santon yang diuji dalam uji
radical scavenging hidroksil dan ditemukan bahwa mangostin (11) adalah yang paling aktif (IC50 0,2 ug
/mL) dari senyawa diuji dan lebih kuat daripada
substansi kontrol positif yang digunakan, vitamin C
(ascorbic acid) (IC50 0,4 ug/mL) (Chin, et.al., 2008).
Ia juga melaporkan bahwa -mangostin (10)
menghambat modifikasi oksidatif dalam lipoprotein
kepadatan manusia yang rendah Cu2+, akibat oksidasi
sistem (Williams, et.al., 1995). Selanjutnya, hal itu
menunjukkan bahwa -mangostin (10) menunjukkan
efek perlindungan pada peroksidasi lipid dan sistem
antioksidan
jaringan
pertahanan
terhadap
isoproterenol yang diinduksi infark miokard pada
tikus (Sampath,et.al., 2007).
AntiInflamasi
Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi
dari kulit buah manggis sampai saat ini baru
dilakukan pada tahapan in vitro dan untuk tahap in
vivo baru pada penelitian dengan metode tikus
terinduksi karagenen. Dari hasil penelitian diduga
bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas antiinflamasi adalah -mangostin (11). -mangostin
merupakan santon bentuk diprenilasi tetraoksigenasi,
struktur kimia bisa dilihat pada Gambar 3. Nakatani

et al. (2002b) melakukan penelitian aktivitas antiinflamasi in vitro dari -mangostin terhadap sintesa
PGE2 dan siklooksigenase (COX) dalam sel glioma
tikus C6. Kedua senyawa dan enzim tersebut
merupakan mediator terpenting dalam terjadinya
reaksi inflamasi. -mangostin menghambat secara
poten pelepasan PGE2 pada sel glioma tikus C6 yang
diinduksi Ca2+ ionophore A23187. -mangostin
menghambat perubahan asam arakidonat menjadi
PGE2 dalam mikrosomal, ini ada kemungkinan
penghambatan pada jalur siklooksigenase. Pada
percobaan enzimatik in vitro, senyawa ini mampu
menghambat aktivitas enzim COX-1 dan COX-2.
Namun, senyawa tersebut tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap : (1) fosforilasi sinyal
ekstraseuler p42/p44 yang diinduksi A23187, yang
mengatur protein kinase teraktivasi kinase/mitogen,
dan (2) pelepasan [14C]-asam arakidonat dari sel
yang terlabel [14C]-AA tersebut. Dari penelitian ini,
-mangostin mempunyai aktivitas anti-inflamasi
dengan menghambat aktivitas siklooksigenase
(COX).
Lebih lanjut, Nakatani et al. (2004) mengkaji
pengaruh -mangostin terhadap ekspresi gen COX-2
pada sel glioma tikus C6. -mangostin menghambat
ekspresi protein dan mRNA COX-2 yang diinduksi
lipopolisakarida, namun tidak berefek terhadap
ekspresi protein COX-1. Lipopolisakarida berfungsi
untuk stimulasi fosforilasi inhibitor kappaB
(IkappaB) yang diperantarai IkappaB kinase, yang
kemudian terjadi degradasi dan lebih lanjut
menginduksi translokasi nukleus NF-kappaB
sehingga mengaktivasi transkripsi gen COX-2.

Gambar 2. Mekanisme Obat Antiinflamasi


Berkaitan dengan itu, -mangostin tersebut
juga menghambat aktivitas IkappaB kinase dan
menurunkan degradasi IkappaB dan fosforilasi yang
diinduksi LPS. Pada luciferase reporter assay,
senyawa tersebut menurunkan aktivasi NF-kappaB
diinduksi LPS dan proses transkripsi gen COX-2
yang tergantung daerah promoter gen COX-2
manusia. Temuan tersebut didukung hasil penelitian

in vivo, -mangostin mampu menghambat inflamasi


udema yang diinduksi karagenen pada tikus. Dari
penelitian ini dapat dibuat resume : -mangostin
secara langsung menghambat aktivitas enzim Ikappa
B kinase, untuk kemudian mencegah proses
transkripsi gen COX-2 (gen target NFkappaB),
menurunkan produksi PGE2 dalam proses inflamasi
(Nugroho, 2008).
Antikanker
Kanker adalah penyakit yang tidak mengenal
status sosial dan dapat menyerang siapa saja dan
muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker
dalam perkembangannya. Sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat
menimbulkan kematian. Hal ini sejalan dengan
definisi dari American Cancer Society yang
mengatakan kanker sebagai kelompok penyakit yang
ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel
abnormal yang tidak terkendali (Lubis dan Hasnida,
2009).
Sel kanker berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sel kanker tumbuh dengan cepat,
sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan
kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.
Di samping itu, sel kanker dapat menyebar
(metastasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh
dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan
pembuluh getah bening sehingga tumbuh kanker baru
di tempat lain. Penyebaran sel kanker ke jaringan
sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat
tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi
terganggu (Lubis dan Hasnida, 2009).
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala
yang berbeda,bergantung pada lokasinya dan karakter
dari keganasan dan apakah ada metastasis. Sebuah
diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan
mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi.
Setelah didiagnosis, pasien kanker biasanya dirawat
dengan operasi, kemoterapi dan/atau radiasi.
Kebanyakan pasien kanker dapat dirawat dan banyak
disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak
awal. Bila tidak terawat, kebanyakan kanker
menyebabkan kematian pada pasien (Lubis dan
Hasnida, 2009).
Hingga saat ini, pengobatan kanker masih
tidak memuaskan. Oleh karena itu, penelitian
penemuan obat kanker masih gencar dilakukan. Salah
satu tanaman obat yang menjadi objek kajian adalah
kulit buah manggis. Ho et al. (2002) berhasil
mengisolasi beberapa senyawa santon dan menguji
efek sitotoksisitas pada sel line kanker hati.
Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa garsinon E
(7) menunjukkan aktivitas sitotoksisitas paling poten.

Sementra itu, Moongkarndi et al. (2004) melaporkan


bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis
menunjukkan aktivitas sangat poten dalam
menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3,
dan menunjukkan aktivitas apoptosis.
Di lain pihak, Matsumoto et al. (2003)
melakukan uji serupa yaitu aktivitas anti-proliferatif
dan apoptosis pada pertumbuhan sel leukimia
manusia HL60. Berbeda dengan hasl penelitian
sebelumnya, -mangostin menunjukkan aktivitas
anti-proliferasi dan apoptosis terpoten diantara
senyawa santon lainnya. Pada tahun 2004,
Matsumoto et al. melanjutkan penelitian tersebut
untuk mempelajari mekanisme apoptosis dari mangostin. Senyawa tersebut mampu mengaktivasi
enzim apoptosis caspase-3 dan -9, namun tidak pada
caspase-8. -mangostin diduga kuat sebagai
perantara apoptosis jalur mitokondria, ini didasari
oleh perubahan mitokondria setelah perlakuan
senyawa tersebut selama 1-2 jam. Perubahan
mitokondria tersebut meliputi : pembengkakan sel,
berkurangnya potensial membran, penurunan ATP
intraseluler, akumulasi senyawa oksigen reaktif
(ROS), dan pelepasan c/AIF sitokrom sel. Namun,
alfa-mangostin tidak mempengaruhi ekspresi protein
famili bcl-2 dan aktivasi MAP kinase. Hasil
penelitian tersebut mengindikasikan bahwa target
aksi -mangostin adalah mitokondria pada fase awal
sehingga menghasilkan apoptosis pada sel line
leukimia manusia. Dari studi hubungan struktur
aktivitas, gugus hidroksi mempunyai kontribusi besar
terhadap aktivitas apoptosis tersebut.
Melanjutkan temuan di atas, Nabandith et al.
(2004) melakukan penelitian in vivo aktivitas
kemopreventif -mangostin pada lesi preneoplastik
putatif yang terlibat pada karsinogenesis kolon tikus,
yang
diinduksi
1,2-dimetilhidrazin
(DMH).
Pemberian senyawa tersebut selama 4-5 minggu,
menghambat induksi dan perkembangan aberrant
crypt foci (ACF), menurunkan dysplastic foci (DF)
dan betacatenin accumulated crypts (BCAC). Pada
pelabelan antigen nukleus sel yang mengalami
proliferasi, senyawa tersebut menurunkan terjadinya
lesi focal dan epitelium kolon tikus.
Aktivitas Antihistamin
Dalam reaksi alergi, komponen utama yang
mengambil beran penting adalah sel mast, beserta
mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin
dan serotonin. Allergi disebabkan oleh respon
imunitas terhadap suatu antigen ataupun alergen yang
berinteraksi dengan limfosit B yang dapat
memproduksi imunoglobulin E (IgE). Imunoglubulin
E yang diproduksi kemudian menempel pada reseptor
FcRI pada permukaan membran sel mast. Setelah

adanya interaksi kembali antara antigen-antibodi,


akan merangsang sel mast untuk melepaskan
histamin (Kresno, 2001; Subowo, 1993).
Berhubungan dengan reaksi alergi atau
pelepasan histamin tersebut, Chairungsrilerd et al.
(1996a, 1996b, 1998) melakukan pengujian ekstrak
metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta
dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine
maupun serotonin. Dari analisa komponen-komponen
aktif dari fraksi lanjutan hasil dari kromatografi gel
silika, mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya
adalah - dan -mangostin. -mangostin sendiri
mampu menunjukkan aktivitas penghambatan
kontraksi trakea marmut terisolasi dan aorta torak
kelinci terisolasi, yang diinduksi simetidin, antagonis
reseptor histamin H2. Namun, senyawa tersebut tidak
menunjukkan aktivitas pada kontraksi yang diinduksi
karbakol, fenilefrin dan KCl. -mangostin juga
mampu menghambat ikatan [3H]mepiramin terhadap
sel otot polos arta tikus. Senyawa terakhir tersebut
merupakan antagonis spesifik bagi reseptor histamin
H1. Dari analisa kinetika ikatan [3H] mepiramin
mengindikasikan bahwa -mangostin menghambat
secara kompetitif. Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa -mangostin tersebut dikategorikan sebagai
pengeblok reseptor histaminergik khususnya H1,
sedangkan -mangostin sebagai pengeblok reseptor
serotonergik khususnya 5-hidroksitriptamin 2A atau
5HT2A.
Lebih lanjut, Nakatani et al. (2002a)
melakukan penelitian ke arah mekanisme ekstrak
kulit buah manggis tersebut. Pada penelitian tersebut
ekstrak kulit manggis yaitu: etanol 100%, 70 %, 40%
dan air, diuji terhadap sintesa prostaglandin E2 dan
pelepasan
histamin.
Ekstrak
etanol
40%
menunjukkan efek paling poten dalam menghambat
pelepasan histamin dari sel 2H3-RBL yang
diperantarai IgE. Semua ekstrak kulit buah manggis
mampu menghambat sintesa PGE2 dari sel glioma
tikus yang diinduksi Ca2+ ionophore A23187. Pada
reaksi anafilaksis kutaneus pasif, semua ekstrak kulit
manggis juga menunjukkan aktivitas penghambatan
reaksi tersebut. Dari penelitian ini, ekstrak etanol
40% buah manggis adalah paling poten dalam
menghambat sintesa PGE2 dan pelepasan histamin.
Antimikroorganisme
Selain
memiliki
beberapa
aktivitas
farmakologi seperti di atas, kulit buah manggis juga
menunjukkan
aktivitas
antimikroorganisme.
Suksamrarn et al. (2003) bersama kelompoknya asal
Thailand,
melakukan
penelitian
potensi
antituberkulosa dari senyawa santon terprenilasi yang
diisolasi dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil
penelitian sebelumnya, -mangostin, -mangostin
dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas paling

poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut


menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Hasil temuan tersebut ditindaklanjuti
peneliti asal Osaka Jepang, Sakagami et al. (2005).
Fokus pada -mangostin, kali ini senyawa tersebut
diisolasi dari kulit batang pohon untuk memperoleh
jumlah yang besar. -mangostin aktif terhadap
bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus yang
masing-masing resisten terhadap vancomisin dan
metisilin. Ini diperkuat dengan aktivitas sinergisme
dengan beberapa antibiotika (gentamisin dan
vancomisin) terhadap kedua bakteri tersebut.
Sementara itu, Mahabusarakam et al. (2006)
melakukan pengujian golongan santon termasuk
mangostin, pada Plasmodium falciparum. Hasil
menunjukkan bahwa mangostin mempunyai efek
antiplasmodial level menengah, sedangkan santon
terprenilasi yang mempunyai gugus alkil amino
menghambat sangat poten.
Aktivitas lainnya
Telah disebutkan sebelumnya bahwa mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan
penangkal radikal bebas. Berkaitan dengan fakta
tersebut, -mangostin mampu menghambat proses
oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang
sangat berperan dalam aterosklerosis (William et al.,
1995). Sedangkan Mahabusarakam et al. (2000)
melaporkan bahwa santon terprenilasi juga dapat
menghambat proses oksidasi dari LDL tersebut.
Penelitian
lainnnya,
mangostin
dilaporkan
menghambat poten terhadap HIV-1 protease (Chen et
al., 1996). Sementara itu, Gopalakrishnan et al.
(1997) melaporkan bahwa senyawa santon mangostin
dari kulit buah manggis mampu menghambat
pertumbuhan jamur patogenik : Fusarium oxysporum
vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera
oryzae.
Kajian Toksisitas Kulit Buah Manggis
Telah disebutkan bahwa kulit buah manggis
mampu menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi,
dan diantaranya adalah sangat poten. Senyawasenyawa utama yang dominan menunjukkan aktivitas
farmakologi adalah -mangostin (10), -mangostin
(11) dan garsinon-E (7). Di lain pihak, perlu juga
dilakukan penelitian mengenai kemungkinan efek
toksik dari penggunaan kulit buah manggis tersebut
(Nugroho, 2008).
Jujun et al. (2006) melakukan uji toksisitas
akut maupun subkronis terhadap ekstrak etanol kulit
buah manggis yang mengandung senyawa-senyawa
aktif pentingnya. Pada percobaan toksistas akut,
ekstrak (10-25 %) tersebut tidak menunjukkan efek
toksis (kematian dan perubahan fisik ataupun
aktivitas) pada tikus.

Secara histopatologi, juga tidak ditemukan


perubahan yang berarti pada organ-organ vital tikus
(hati, jantung, paru-paru, adrenal, ovarium, ginjal,
testis). Pada percobaan toksisitas sub-kronis,
pemakaian ekstrak etanol kulit buah manggis (dosis
50-1000mg/kg BB) selama 28 hari juga tidak
menunjukkan efek toksik yang berarti, yang meliputi
pengamatan gejala efek toksis, perubahan
pertumbuhan, bobot organ-organ vital, analisa
hematologi,
kimia
darah
maupun
gross
histopatologinya (Nugroho, 2008).
Sintesis Santon Manggis
-Mangostin (10) diakui sebagai salah satu
yang aktif metabolit sekunder utama manggis.
Sintesis langsung pertama dari santon ini dicapai oleh
Iikubo et al. pada tahun 2002. Metode sintetik
langsung dimulai dengan sintesis dari dua fragmen (j
dan k). Fragmen j dilakukan melalui pengenalan
sebuah kelompok pelindung benzil untuk 2,4hydroxybenzaldehyde, diikuti oleh Baeyer-Villiger
oksidasi dan hidrolisis asam, dan brominasi lanjut,
allylation, dan Lemieux-Johnson oksidasi. Lain k
fragmen dibuat dari 1,3,5-trihydroxybenzene, yang
menjadi sasaran beberapa langkah (MOM
perlindungan,
prenylation,
TBS-perlindungan,
DIBAL-reduksi, dan oksidasi IBX). Sebuah proses
kopling dan reaksi siklisasi menggunakan protokol
PPh3-CCl4 (Skema 1).
Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu produsen
terbesar buah manggis di samping Thailand,
Malaysia, Myanmar dan Sri Lanka, sehingga sangat
disayangkan apabila kulit buah manggis tersebut
tidak dimanfaatkan karena sudah terbukti berkhasiat.
Di beberapa negara maju, kulit buah manggis bahkan
sudah dibuat preparat obat tradisional siap pakai
misalnya Mangosteen RX, Amigo Health Juice,
AmerMed Mangosteen Pericarp yang semuanya
mengandung ekstrak kulit buah manggis. Fakta di
atas mestinya menjadi pemacu Masyarakat Indonesia
(salah satu produsen terbesar buah manggis) untuk
memanfaatkan lebih lanjut kulit buah manggis yang
selama ini dibuang begitu saja. Dari uraian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa kulit buah manggis
mempunyai aktivitas farmakologi antara lain : antialergi, antiinflamasi, anti-mikroorganisme, antioksidan, anti-kanker, anti-aterosklerosis maupun antiHIV. Senyawa paling aktif dalam kulit buah manggis
adalah -mangostin (10), -mangostin (11) dan
garsinon-E (7).

Daftar Pustaka
Balai Penelitian Tanaman Buah, (2006), Organisme
Pengganggu Tanaman Manggis, Warta
Penelitian dan Pengembangan. 23(2): 10-12
Burda , S., and Oleszek, W., (2001), J. Agric. Food.
Chem., 49:2774-2779
Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T, Nozoe S,
Ohizumi Y., (1996a), Histaminergic and
serotonergic receptor blocking substances
from the medicinal plant Garcinia
mangostana, Planta Med., 62(5):471-472
Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T, Nozoe S,
Ohizumi Y., (1996b), Pharmacological
properties of alpha-mangostin, a novel
histamine H1 receptor antagonist, Eur J
Pharmacol., 314(3):351-356
Chairungsrilerd N, Furukawa KI, Ohta T, Nozoe S,
Ohizumi Y., (1998), Gamma-Mangostin, A
Novel Type Of 5-Hydroxytryptamine 2a
Receptor
Antagonist,
Naunyn
Schmiedebergs Arch Pharmacol., 357(1):
25-31
Chaverri, J.P., Rodriguez, N.C., Ibarra, M.O., Rojas,
J.M.P., (2008), Medicinal Properties of
Mangosteen (Garcinia Mangostana), Food
and Chemical Toxicology, 46, 3227-3239
Chen SX, Wan M, Loh BN., (1996), Active
constituents against HIV-1 protease from
Garcinia mangostana, Planta Med.,
62(4):381-2
Chin Y-W, Jung H-A, Chai H, Keller WJ, Kinghorn
AD, (2008), Phytochemistry, 69:754758,
[PubMed: 17991497]
Conforti, F., G.A. Statti, R. Tundis, F. Menichini and
P. Houghton., (2002), Antioxidant Activity
Of Methanolic Extract Of Hypericum
Triquetrifolium
Turra
Aerial
Part.
Fitoterapia 73:479-483
DeMan, J. M., (1997), Kimia Makanan, Edisi Kedua,
Penerjemah: Kosasih Padmawinata, ITB,
Bandung
Ersam, T., (2004), Keunggulan Biodiversitas Hutan
Tropika Indonesia Dalam Merekayasa
Model Molekul Alami, Prosiding Seminar
Nasional Kimia VI, ITS, Surabaya
Fogliano V., A. Ritieni, S. M. Monti, M. Gallo, D.D.
Medaglia, M.L. Ambrosino, R. Sacchi.,
(1999), Method For Measuring Antioxidant
Activity And Its Application To Monitoring
The Antioxidant Capacity Of Wine, J.Agric.
Food. Chem., 4:1035-1040
Hadisutrisno, B., (2002), Strategi Pengendalian
Penyakit Utama Pada Manggis: Penyakit

Getah Kuning Selayang Pandang, Makalah


Seminar Agribisnis Manggis, Bogor, Hal. 11
Hadriyono, K.R.P., (2011), Karakter Kulit Manggis,
Kadar Polifenol dan Potensi Antioksidan
Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)
Pada Berbagai Umur Buah dan Setelah
Buah Dipanen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor
Hay, A.E., Merza, J., Landreeau, A., Litaudon, M.,
Pagniez, F., Le Pape, P., Richomme, P.,
(2004), Antileismanial Polyphenols from
Garcinia vieillardii, Pitoterapia., 79, 42-46
Ho CK, Huang YL, Chen CC., (2002), Garcinone E,
A Xanthone Derivative, Has Potent
Cytotoxic Effect Against Hepatocellular
Carcinoma Cell Lines, Planta Med.,
68(11):975-979
ICUC, (2003), Fruit to the Future Mangosteen,
Factsheet, No. 8, International Centre for
Underutilized Crops
Iikubo K, Ishikawa Y, Ando N, Umezawa K,
Nishiyama S., (2002), Biological Activities
of -Mangostin Derivatives against Acidic
Sphingomyelinase,
Tetrahedron
Lett.;
43:291
Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D, Polya
GM.,(1992), Inhibition Of Wheat Embryo
Calcium-Dependent Protein Kinase And
Other Kinases By Mangostin And mangostin, Phytochemistry, 31(11):37113713
Jujun, P., Taesotikul, W., Pootakham, K., Duangrat,
C., Tharavigitkul, P., Pongpaibul, Y.,
(2006), Acut and Repeated Dose Toxicities
of Garcinia Mangostana Rind Extract.,
Proceedings of 6th National Symposium on
Graduate Research, Graduate School of
Chulalongkorn University, Thailand
Jung HA, Su BN, Keller WJ, Mehta RG, Kinghorn
AD., (2006), Antioxidant xanthones from the
pericarp
of
Garcinia
mangostana
(Mangosteen), J Agric Food Chem., 54(6):
2077-2082
Ketaren, S., (1986), Teknologi Pengolahan Minyak
dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta
Kosela, S., Hanafi, M., Kardono,L.B.S., Sherley, G.,
Harrison, L.J., (2006), Bioactive Constituens
of Garcinia porrecta and G. parvivolia
Grown in Indonesia, Biological Sciences, 9
(3), 483-486
Kresno, S.B., (2001), Imunologi: Diagnosis dan
Prosedur Laboratorium, , Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, Hal. 137-145
Lanang, A.M., Komguen, J., Nginzeko, F.N.,
Tangmouo, J.G., Lontsi, D., Ajaz,

A.,Choudary, M.I., Ranjit, R., Devkota,


K.P.,
Sondengam,
B.L.,
(2005),
Bangangsantone A and B, Two Xanthones
from The Stembark of Garcinia polyantha
Oliv., Phytochemistry, 66, 2351-2355
Lubis, N.L. dan Hasnida, (2009), Dukungan Sosial
pada Pasien Kanker, Perlukah ?, USU
Press, Kampus USU, Medan
Mahabusarakam W, Iriyachitra P, Taylor WC.,
(1987), Chemical Constituentsof Garcinia
mangostana., J Nat Prod., 50:474478
Mahabusarakam W, Kuaha K, Wilairat P, Taylor
WC., (2006), Prenylated Xanthones As
Potential Antiplasmodial Substances, Planta
Med., 72(10):912-916
Mahabusarakam W, Proudfoot J, Taylor W, Croft K.,
(2000), Inhibition Of Lipoprotein Oxidation
By Prenylated Xanthones Derived From
Mangostin, Free Radic Res., 33(5):643-659
Matsumoto K, Akao Y, Kobayashi E, Ohguchi K, Ito
T, Tanaka T, Iinuma M, Nozawa Y., (2003),
Induction Of Apoptosis By Xanthones From
Mangosteen In Human Leukemia Cell Lines,
J Nat Prod., 66(8):1124-1127
Matsumoto K, Akao Y, Yi H, Ohguchi K, Ito T,
Tanaka T, Kobayashi E, Iinuma M, Nozawa
Y., (2004), Preferential Target Is
Mitochondria In Alpha-Mangostin-Induced
Apoptosis In Human Leukemia Hl60 Cells,
Bioorg Med Chem., 12(22):5799-5806
Moongkarndi P, Kosem N, Kaslungka S, Luanratana
O, Pongpan N, Neungton N., (2004),
Antiproliferation,
Antioxidation
And
Induction Of Apoptosis By Garcinia
Mangostana (Mangosteen) On Skbr3
Human Breast Cancer Cell Line, J
Ethnopharmacol., 90(1):161-166
Nabandith V, Suzui M, Morioka T, Kaneshiro T,
Kinjo T, Matsumoto K, Akao Y, Iinuma M,
Yoshimi N., (2004), Inhibitory Effects Of
Crude Alpha-Mangostin, A Xanthone
Derivative, On Two Different Categories Of
Colon Preneoplastic Lesions Induced By
1,2-Dimethylhydrazine In The Rat, Asian
Pac J Cancer Prev., 5(4):433-438
Nakatani K, Atsumi M, Arakawa T, Oosawa K,
Shimura S, Nakahata N, Ohizumi Y.,
(2002a), Inhibitions Of Histamine Release
And Prostaglandin E2 Synthesis By
Mangosteen, A Thai Medicinal Plant, Biol
Pharm Bull., 25(9):1137-1141
Nakatani K, Nakahata N, Arakawa T, Yasuda H,
Ohizumi Y., (2002b), Inhibition Of
Cyclooxygenase And Prostaglandin E2
Synthesis
By
Gamma-Mangostin,
A
Xanthone Derivative In Mangosteen, In C6

Rat Glioma Cells, Biochem Pharmacol.,


63(1):73-79
Nakatani K, Yamakuni T, Kondo N, Arakawa T,
Oosawa K, Shimura S, Inoue H, Ohizumi
Y., (2004), Gamma-Mangostin Inhibits
IkappaB Kinase Activity and Decreases
Lipopolysaccharide-Induced
Cyclooxygenase-2 Gene Expression in C6
Rat Glioma Cells, Mol Pharmacol
Nugroho, A.E., (2008), Manggis (Garcinia
mangostana L.) : Dari Kulit Buah yang
Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu
Obat, Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi, Bagian Farmakologi dan
Farmasi
Klinik,
Fakultas
Farmasi,
Universitas Gadjah Mada
Peres, V., Nagem, T.J., de Olivera, F.F., (1997),
Tryoxygenated
Naturally
Occuring
Xanthones, Phytochemistry, 44 (2), 191
Peres, V., Nagem, T.J., de Olivera, F.F., (2000),
Tetraoxygenated
Naturally
Occuring
Xanthones, Phytochemistry, 55, 683-710
Prihatman, K., (2000), Manggis (Garcinia
mangostana L.), Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BPP
Teknologi, Jakarta
Prokarny, J., (1987), In Autooxidation of Unsaturated
Lipids, Academia Press, New York
Qosim, W. A., (2007), Kulit Buah Manggis Sebagai
Antioksidan, http://www.pikiranrakyat.com.,
[7 Maret, 2010]
Rukachaisirikul, V., Ritthiwigrom, T., Pinsa, A.,
Sawangchote, P., Taylor, W.C., (2003),
Xanthones from The Stem Bark of Garcinia
nigrolineata, Phytochemistry, 64, 1149-1156
Sakagami Y, Iinuma M, Piyasena KG, Dharmaratne
HR., (2005), Antibacterial Activity Of
Alpha-Mangostin
Against Vancomycin
Resistant Enterococci (Vre) And Synergism
With Antibiotics, Phytomedicine, 12(3):203208
Saksena, S. Pant,N., Jain, D.C, Bhakuin, R.S, (2003),
Antimalarial Agents from plant sources,
Current science, 85, 1314-1329
Sampath PD, Vijayaraghavan K. J Biochem Mol
Toxicol., (2007), 21:336. [PubMed:
17994576]
Satuhu, S., (1999), Penanganan Manggis Segar
untuk Ekspor, Penebar Swadaya, Jakarta
Shahidi, F. dan M. Nazck., (1995), Food Phenolics,
Sources, Chemistry, Effects, Applications,
Technomics Publishing Co.Inc : LancasterBasel, USA

Shahidi, F., (1997), Natural Antioxidans Chemistry,


Health Effects, and Applications, AOAC
Press : Champaign, Illinois, Hal. 80
Stuckey, B.N., (1986), in Handbook of Food
Additives, T.E. Furia Ed., CRC Press Inc,
Clkeveland
Subowo, 1993, Imunologi Klinik, 9-35, Angkasa,
Bandung
Suksamrarn S, Suwannapoch N, Phakhodee W,
Thanuhiranlert J, Ratananukul P, Chimnoi
N,
Suksamrarn
A.,
(2003),
Antimycobacterial Activity Of Prenylated
Xanthones From The Fruits Of Garcinia
Mangostana, Chem Pharm Bull (Tokyo).,
51(7):857-859
Syaifullah, (1999), Pengaruh tingkat ketuaan
terhadap mutu pasca panen buah mangis
selama penyimpanan, J. Hort. 9 (1):51-58
Verheij, E. W. M., (1997), Garcinia mangostana L,.
In E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel
(Eds). Edible Fruits and Nuts. Plant
Recources of South East Asia, Bogor, p.
220-225
Waterman, P.G., Crichton, E.G., (1980), Xanthones
and Biflavonoids from Garcinia densivenia
Stem Bark, Phytochemistry, 19, 2723-2726

Weecharangsan W, Opanasopit P, Sukma M,


Ngawhirunpat T, Sotanaphun U, Siripong
P.,
(2006),
Antioxidative
And
Neuroprotective Activities Of Extracts From
The Fruit Hull Of Mangosteen (Garcinia
Mangostana Linn.), Med Princ Pract.,
15(4):281-287
Williams P, Ongsakul M, Proudfoot J, Croft K,
Beilin L., (1995), Mangostin Inhibits The
Oxidative Modification Of Human Low
Density Lipoprotein, Free Radic Res.,
23(2):175-184
Yoshikawa M, Harada E, Miki A, Tsukamoto K,
Liang SQ, Yamahara J, Murakami N.
Yakugaku Z., (1994), 114:129
Yu L, Zhao M, Yang B, Zhao Q, Jiang Y., (2007),
Food Chem.; 104:176

10

O
O

OH

OH

OH

CH 2

H 3C

OR

O
OMe

OH

OH

MeO

OH

HO

(3) R= CH3
(4) R= H

OH

(1)

(2)
OH

OH

OH

MeO

O
MeO

HO

HO

(7)

(6)

OH

O
OH

O
OH

MeO
HO

(9)
O

OH

(10) R= CH3
(11) R= H

OH

(8)
OH

OH

OR
HO

OH

OH

(5)
OH

OH

HO

OH

O
HO

OH

OH

MeO

OH

(13) R= H
(14) R= OH

(12)

(15)
O

OH

OH

O
OMe

OMe

OH

OH

O
MeO

(16)

HO

OH

OMe

OH

(17)

(18)

HO

OH

MeO
HO

OH

MeO

(19)

OH

HO

OH

MeO
O

(20)

OH

HO

OH

(21)

11

HO

HO

HO

OH

MeO

MeO
O

OH

HO

HO

(23)

(22)

OH

MeO

(24)

OH

MeO
HO

OMe

(25)

Gambar 3. Struktur senyawa santon yang diisolasi dari Garcinia mangostana

Skema 1. Sintesis -mangostin

12

Anda mungkin juga menyukai