Anda di halaman 1dari 22

Haloooo. Mungkin cakul ini banyak ngets ya? Tapi tetep semangat yaa.

Cakulernya aja sampe tumpeh


tumpeh bikinnya jadi yang baca juga harus tumpeh tumpeh wkwk. Jangan lupa baca fisio dan patfis dulu
yak sebelum baca komplikasi untuk pemahaman yang lebih baik. Happy study :*

Komplikasi DM itu dibagi dua ya temans, ada yang jangka panjang dan jangka pendek.
Komplikasi jangka pendek : KAD (ketoasidosis diabetik), HHS (hyperglicemic hyperosmolar
state), hipoglikemia, yang kesemuanya dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Nah, keadaan hiperglikemi yang serius pada diabetes adalah KAD dan HHS itu. Jadi kedua
keadaan tersebut timbul akibat hiperglikemi.
Sebagai tambahan aja, kalo KAD itu punya ciri-ciri yaitu hiperglikemi berat, asidosis
metabolik, dan peningkatan konsentrasi benda keton (nafasnya tuh bisa sampe bau wine gitu).
Kalo HHS ciri-cirinya hiperglikemi berat, hiperosmolaritas, dan dehidrasi tanpa ketoasidosis
signifikan.
Komplikasi jangka panjang :
a. Mikrovaskuler polyneuropathy, nefropathy, retinopathy
Kata dr.Lisa, pada komplikasi mikrovaskuler itu disebabkan karena gula darah puasa
yang tinggi.
b. Makrovaskuler cardio vaskuler disease (jantung), cerebrovaskuler disease (otak dan
temantemannya), penyakit arteri perifer obstruktif (PAPO/PAD = periferal arterial
disease) (biasanya pada kaki).
Kata dr.Lisa (lagi), pada komplikasi makrovaskuler itu karena gula darah 2 jam post
prandial atau 2 jam setelah makan yang tinggi.

Penyakit Kardiovaskuler dan Management Resiko


1. Kontrol Tekanan Darah
Screening dan diagnosis
Tekanan darah pada pasien DM diukur setiap kali kunjungan. Kalo ada hipertensinya
itu harus dilakukan beberapa kali pengukuran, nggak cuman sekali aja dan misal
pasien dateng ke kita terus TD-nya tinggi maka perlu dilakukan pengukuran juga
pada hari lain.
Goals
Target tekanan darah sistolik : <140. Tapi <130 pun juga masih bisa dipake
(berdasarkan guideline lalulalu) misalnya pada pasien yang usianya masih muda.
Cut-off nya lebih rendah karena pasien muda itu punya harapan hidup yang lebih
tinggi.
Target tekanan darah diastolik : <90. Pasien muda biasanya <80.
Treatment
Pasien dengan TD >120/80 bisa disarankan untuk mengubah gaya hidupnya untuk
menurunkan TDnya.
Pasien dengan TD >140/90, selain mengubah gaya hidup ya perlu terapi
farmakologis untuk mencapai target tekanan darah.
Lifestyle therapy untuk menurunkan tekanan darah : mengurangi berat badan, itu bisa
pake DASH (dietary approaches to stop hypertension). DASH itu isinya ada

pengaturan intake natrium dan kalium, intake alkohol, dan peningkatan aktivitas
fisik.
Terapi farmakologis untuk pasien dengan diabetes dan hipertensi kita milihin obatnya
paling tidak mengandung ACE-I atau ARB. Nah, ARB diminum barengan sama
ACE-I boleh nggak? Nggak boleh yaa, harus milih salah satu karena nanti
meningkatkan resiko kena gangguan ginjal.
Multidrug therapy (termasuk thiazid diuretic dan ACE-I atau ARB pada dosis
maksimal) secara umum diperlukan untuk mencapai target tekanan darah. Tapi ati-ati
pada penggunaan thiazid karena bisa meningkatkan kadar asam urat.
Bila menggunakan ACE-I, ARB, atau diuretic, perlu monitoring estimated glomerular
filtration rate (eGFR) atau serum kreatininnya.
Pada pasien dengan diabetes dan hipertensi yang kronik, target tekanan darahnya itu
110-129/65-79 mmHg yaa biar ibunya sehat bayinya juga sehat gituhh. Ingat! ACE-I
dan ARB tidak boleh digunakan selama kehamilan. Jadi itu nggak boleh digunakan
pada ibu hamil yang diabetes plus tekanan darahnya tinggi.
--Kalo temen-temen pengen tahu gimana ngitung eGFR bisa klik link
www.kidney.org

2. Kontrol Lipid
Screening
Pada orang dewasa, screening profil lipid itu penting yaa dan perlu untuk diagnosis
pertama kali, yaa bisa pada evaluasi medik ato check up check up gitu pada umur
40an, bagusnya sih secara periodik yaa (misalnya setiap 1-2 tahun).
Treatment Recommendation and Goals
Perubahan gaya hidupnya difokuskan pada mengurangi lemak jenuh, translemak, dan
intake kolesterol dengan cara meningkatkan asam lemak omega-3, makan serat, dan
plant stanols/sterols. Terus menurunkan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik,
jangan cuman diem kayak patung hahay.
Dalam memperbaiki lipid profile, kita bisa pake intervensi lifestyle dimana hal
tersebut ditujukan pada pasien dengan :
Pria : Trigliserid 150 mg/dL dan/atau HDL kolesterol <40mg/dL
Wanita : Trigliserid 150 mg/dL dan/atau HDL kolesterol <50 mg/dL
Untuk pasien dengan trigliserid puasanya 500 mg/dL, kita harus
mempertimbangkan dilakukannya terapi medis untuk mengurangi resiko pankreatitis.
Karena trigliserid yang tinggi itu bisa jadi faktor resiko terjadinya pankreatitis.
Untuk pasien (semua umur) dengan diabetes dan cardiovaskular disease, terapi statin
intensitas tinggi harus ditambahkan pada terapi perubahan gaya hidup.
Untuk pasien diabetes yang berumur <40 tahun dengan resiko CVD, kita bisa pake
statin intensitas tinggi atau sedang dan terapi lifestyle.
Untuk pasien dengan diabetes yang berumur 40-75 tahun dengan resiko CVD yaa
perlu dipertimbangkan untuk menggunakan statin intensitas tinggi dan terapi
lifestyle.
Kalo umurnya >75 tahun tanpa resiko CVD, pakenya yang statin intensitas sedang
alias moderate, kalo terapi lifestyle sih udah pasti lah yaw.
Kalo umurnya >75 tahun dengan resiko CVD, bisa pake statin intensitas sedang atau
tinggi dan selalu terapi lifestyle.

Pada praktek klinisnya, ya kita mesti perlu juga mempertimbangkan penggunaan


statin, dosisnya itu kita naikkan atau turunkan berdasarkan respon pasien secara
individual terhadap obat yang kita kasih itu (misalnya efek samping, tolerability,
kadar LDL)
Pemeriksaan lab untuk kolesterol bisa membantu loh dalam monitoring efek
terapinya tapi ya nggak perlu kalo pasiennya stabil-stabil aja.
Terapi kombinasi misal statin-fibrate atau statin-niacin tidak menunjukkan adanya
keuntungan buat sistem kardiovaskular dibandingkan penggunaan statin saja. Dan
juga, kombinasi ini bisa meningkatkan resiko kena rhabdomyolisis. Makanya
kombinasi itu tidak direkomendasikan, level of evidence-nya A lhoo.
Statin nggak boleh diberikan pada pasien yang hamil lho guys. Say no to statin if
youre pregnant!
Ini nih tabel ajaib kita :D

3. Antiplatelet Agents
Kita bisa pake aspirin (75-162 mg/hari) sebagai strategi pencegahan primer pada DM
tipe 1 dan 2 yang memiliki resiko CVD yang tinggi. Misal pada pasien laki-laki yang
>50 tahun atau perempuan >60 tahun yang punya faktor resiko mayor (riwayat
keluarga adanya CVD, hipertensi, merokok, dislipidemia, dan albuminuria).
Aspirin nggak direkomendasikan untuk pencegahan CVD bagi orang diabetes yang
resiko CVD-nya rendah karena resiko perdarahan gastrointestinal akibat penggunaan
aspirin itu lumayan tinggi ya shay. Jadi nggak semua pasien dengan resiko CVD
dikasih aspirin yaw.
Pada pasien umur 50-60 taun dengan faktor resiko yang multiple, tentunya
memerlukan clinical judgment.
Penggunaan aspirin (75-162 mg/hari) sebagai strategi pencegahan sekunder pada
pasien diabetes dan riwayat keluarga CVD. Beda ya kalo aspirin yang buat sakit
kepala itu dosisnya bisa sampe 500mg.
Untuk pasien dengan CVD tapi alergi aspirin, bisa pake clopidogrel (75mg/hari).
Terapi dual antiplatelet (aspirin+clopidogrel) sangat beralasan untuk dilakukan kalo
pasiennya udah mengalami acute coronary syndrome.
4. Penyakit Jantung Koroner
Screening
Pada pasien yang asimptomatik, screening rutin untuk coronary artery disease (CAD)
nggak perlu ya karena hal tersebut nggak mengubah akibat dari faktor resiko CVD
yang telah diberi perawatan.

Treatment
Pada pasien yang telah diketahui kalo dia kena CVD, berikan aspirin dan statin (bila
nggak ada kontraindikasi) dan pertimbangkan pemberian ACE-I untuk menurunkan
resiko penyakit kardiovaskular.
Tambahan dari dr.Lisa kalo ada pasien dateng dengan dada terasa penuh, sesak, lalu
epigastric pain bisa dilakukan EKG. Karena pada pasien DM kan terjadi
polyneuropathy sehingga kalo sakit dada tuh nggak kerasa makanya kerasanya
cuman penuh aja tapi begitu di EKG terdapat ST-elevasi.
Pada pasien dengan miokard infark yang baru, beta bloker bisa dipake dan
dilanjutkan sampe setidaknya 2 tahun setelah kejadian miokard infarknya itu tadi.
Yang harus hati-hati pada penggunaan beta bloker untuk pasien hipoglikemi itu .. kan
beta bloker salah satu efeknya adalah mengurangi tonus simpatis, padahal pada orang
yang hipoglikemi itu terjadi peningkatan tonus simpatis sehingga bisa terjadi suatu
masking effect, sebenarnya gulanya rendah tapi karena habis menggunakan beta
bloker jadinya nggak begitu terlihat.
Pada pasien dengan gagal jantung simptomatik, thiazolidinedione nggak boleh
diberikan yaa. Contohnya adalah pyoglitasone. Yang udah ditarik dari peredaran itu
rosiglitasone.
Pada pasien dengan congestive heart failure, metformin dapat digunakan bila fungsi
ginjalnya masih normal tapi harus dihindari apabila kondisinya nggak stabil dan
pasien dirawat di rumah sakit dengan CHF. Pada pasien yang nggak stabil lebih
diperkenankan untuk menggunakan insulin.

Komplikasi Mikrovaskular dan Perawatan Kaki


1. Nefropathy
Recommendations
Kontrol glukosa darah harus dilakukan secara optimal untuk menurunkan resiko
atau memperlambat progresivitas penyakit ginjal diabetik.
Kontrol tekanan darah juga harus dilakukan secara optimal untuk menurunkan
resiko atau memperlambat progresivitas penyakit ginjal diabetik.
Screening
Setidaknya sekali setahun dilakukan pengukuran kadar albumin dalam urin
secara kuantitatif ( urine albumin to creatinine ratio {UACR}) dan eFGR pada
pasien DM tipe 1 yang durasinya 5 tahun dan pada seluruh pasien DM tipe 2.
UACR itu untuk melihat apakah ada kebocoran ginjal (nefropathy diabetikum).
Treatment
ACE-I atau ARB tidak direkomendasikan untuk pencegahan primer penyakit
ginjal diabetik pada pasien dengan diabetes tapi TDnya normal dan UACRnya
juga normal (<30mg/g).
UACR normal : <30mg/g (diambil dari kencing sewaktu)
UACR abnormal : 30 mg/g
Ini tabel ajaib kita juga guys ..

ACE-I maupun ARB dapat dipake untuk pasien yang nggak hamil dengan
ekskresi albumin urin (30-299 mg/hari) dan direkomendasikan untuk pasien
dengan ekskresi albumin urin > 300mg/hari.
Ketika ACE-I, ARB , atau diuretik digunakan, diperlukan monitoring serum
creatinine dan kadar kalium untuk mengetahui adanya peningkatan kreatinin atau
perubahan kalium.
Monitoring berlanjut dari UACR pada pasien dengan albuminuria sangat
beralasan untuk dilakukan untuk mengetahui progresivitas penyakit ginjal
diabetik.
Ketika eGFR <60ml/min/1,73 m2, dilakukan evaluasi dan management
komplikasi potensial yaitu chronic kidney disease (CKD).
Pertimbangkan untuk menemui dokter atau pakar yang berpengalaman dalam
perawatan penyakit ginjal ketika terdapat etiologi yang tidak pasti dari penyakit
ginjal tersebut, kesulitan management, atau penyakit ginjal yang sudah parah.
Nah kan sering tuh pasien takut kalo minum obat jangka panjang terutama DM
dan hipertensi, takut kalo ginjelnya kenapa napa. Kita harus menjelaskan dan
mengedukasi kalo obat yang kita kasih itu bukan untuk merusak ginjal tapi justru
menjaga fungsi ginjal supaya tetap baik
Untuk tau treatment yang tepat kan perlu tau juga staging penyakitnya kan, nah
inilah tabel ajaib yang berisi stage of CKD tadaaaaaa

ini beda sumber saja tapi sama ada stagingnyaa

Lagi lagi ada tabel ajaib!

Inilah obat-obatan yang dipake sama pasien CKD. Ada sedikit penjelasan
mengenai ini. Mari disimak. Semangaat yah ^^
Disini kita masih bisa menggunakan insulin ya buat pasien CKD. Bila sudah
terjadi CKD, insulinnya itu sulit dieksresikan terus jadinya numpuk dalam tubuh
nah terus pas diperiksa gula darahnya terbaca baik. Insulin adalah pilihan terbaik
bagi pasien DM plus CKD yaww.

Nah pada sulfonylurea generasi kedua itu ada glyburide, glyburide dan
glybenclamide tidak boleh diberikan pada pasien CKD mengingat resikonya
nanti bisa bikin hipoglikemia tapi glipizide dan gliclazide masih bisa.
Golongan biguanide yaitu metformin dikatakan sama FDA tidak boleh digunakan
jika serum creatininnya 1,5 mg/dL pada laki-laki dan 1,4 mg/dL pada
perempuan. Sedangkan british national formulary and japanese lalalala
merekomendasikan dengan syarat eGFR-nya <30mL/min/1,73 m 2. Dan
metformin itu di kontraindikasikan untuk pasien DM yang juga CKD apalagi
stage 3 keatas.
Incretin mimetic dan amylin analog tidak pernah dipake dan memang tidak
direkomendasikan.

Ini tabel pengurangan dosis obat untuk menurunkan lipid pada pasien CKD yaw.
Masih semangat? Harus! Demi pasien loh ini . Baik, jadi cermati ya kawan
kalo fenofibrate nggak boleh diberikan pada pasien CKD stage 4 dan 5 dan
pasien dengan transplantasi ginjal. Fenofibrate fungsinya untuk menurunkan
trigliserid. Kalo statin masih bisa dipakee.
Fyi nih tementemen, golongan statin yang masuk ke BPJS dan JKN itu ada
simvastatin dan pravastatin.

Nutrition
Untuk orang dengan penyakit ginjal diabetik, sebaiknya mengurangi asupan
protein. Bolehnya itu dengan jumlah 0,8g/kg/hari (berdasarkan berat badan
ideal), kalo dibawah itu nggak direkomendasikan karena hal tersebut tidak dapat
mengubah pengukuran glukosa, resiko kardiovaskular, atau GFR decline.
Dilakukan juga monitoring bone density untuk mengetahui adanya
osteodistrophy renal (gangguan hiperparatiroid sekunder).

2. Retinopathy
Recommendation

Optimalisasi kontrol glukosa dan tekanan darah untuk mengurangi resiko atau
memperlambat progresivitas retinopathy.
Screening
Orang dengan DM tipe 1 harus melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh
yang dilakukan oleh oftalmologis atau optometrist dalam lima tahun setelah onset
diabetes.
Pasien dengan DM tipe 2 juga harus melakukan hal yang sama seperti diatas
secepatnya setelah diagnosis diabetes.
Bila tidak ada bukti adanya retinopathy pada satu atau lebih pemeriksaan maka
pemeriksaan dilakukan setiap 2 tahun. Bila terdapat diabetik retinopathy,
pemeriksaan dilakukan untuk pasien DM tipe 1 dan 2 dan harus diulang setahun
sekali yag dilakukan oleh oftalmologis atau optometris. Bila retinopathy
mengalami progresivitas atau mengancam penglihatan maka pemeriksaan yang
sering perlu dilakukan.
Wanita yang memiliki kecenderungan diabetes yang sedang merencanakan
kehamilan atau yang udah hamil harus periksa mata menyeluruh dan dinasehatin
tentang resiko perkembangan dan/atau progresi dari diabetik retinopathy.
Pemeriksaan mata harus dilakukan pada trimester pertama dengan follow-up
selama kehamilan dan setahun postpartum (habis lairan).
Treatment
Segeralah minta pasien untuk menemui oftalmologis kalo didapatkan adanya
macular edema, non proliferative diabetik retinopathy (NPDR) yang parah atau
proliferative diabetik retinopathy (PDR) biar cepet dapet penanganan yaww.
Terapi fotokoagulasi laser diindikasikan untuk mengurangi resiko kebutaan pada
pasien dengan resiko tinggi PDR, gejala klinis signifikan macular edema, dan
pada beberapa kasus, NPDR yang parah.
Antivascular endothelial growth factor (VEGF) therapy diindikasikan untuk
macular edema diabetik.
Adanya retinopathy bukan merupakan kontraindikasi penggunaan aspirin untuk
kardioproteksi, karena aspirin tidak menyebabkan peningkatan resiko perdarahan
retinal.

Tambahan dari dr. Lisa ya .. jadi intinya si sitokin itulah yang bikin masalah

3. Neuropathy
Ini banyak kasusnya yaa, pasien sering datang dengan kesemutan gitu.
Recommendation
Semua pasien harus discreening untuk mengetahui adakah diabetik periferal
neuropathy (DPN) yang dimulai dari diagnosis DM tipe 2 dan 5 tahun setelah
diagnosis DM tipe 1 dan setidaknya sekali setahun setelahnya, menggunakan tes
klinik yang simpel seperti 10-g monofilament.
Screening tanda dan gejala seperti ortostasis dan resting takikardia dari
cardiovaskular autonomic neuropathy (CAN) dapat dilakukan pada penyakit
yang parah.
Kontrol glikemik yang ketat adalah satu-satunya strategi yang dapat
menunjukkan pencegahan atau penundaan dari perkembangan DPN dan CAN
pada pasien DM tipe 1 dan untuk memperlambat progresi neuropathy pada
beberapa pasien DM tipe 2.
Perawatan pasien dilakukan untuk mengurangi nyeri yang berkaitan dengan DPN
dan gejala autonomic neuropathy dan untuk memperbaiki kualitas hidup.
Nah neuropathy nya itu ada diabetic periferal neuropathy, diabetic autonomic
neuropathy, cardiovascular autonomic neuropathy, gastrointestinal neuropathies,
dan gangguan saluran genitourinari.
Treatmentnyaa ..
Kontrol glikemik
DPN : pake obat amytriptiline, pregabaline, duloxetine, gabapentine
Hipotensi ortostatiknya emang susah ditangani ya. Itu ada obat midodrine tapi
dokternya pun nggak pernah pake.

4. Perawatan Kaki
Jadi kakinya itu jadi sering luka selain karena neuropathy tapi juga karena PAD, aliran
darahnya tu gak lancar, dan bisa juga karena infeksi. Makanya pada pasien DM itu
kakinya harus benar-benar dirawat, dikasih alas kaki khusus.
Recommendation

Untuk seluruh pasien dengan diabetes, lakukan pemeriksaan kaki secara


komprehensif secara berkala untuk mengidentifikasi faktor resiko terjadinya
ulserasi dan amputasi. Pemeriksaan kaki termasuk inspeksi dan esesmen pulsasi
kaki (arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis)
Pasien yang kakinya dah nggak kerasa apa apa, ada deformitas, dan ulserasi
harus diperiksa kakinya setiap kali kunjungan.
Pasien diabetesnya itu kasih edukasi untuk merawat kakinya sendiri. (kuku
jangan panjang)
Pendekatan multidisiplin direkomendasikan untuk individual dengan ulser di kaki
dan kaki yang beresiko tinggi seperti pada pasien dialisis, charcot foot, ulser
baru, atau amputasi.
Pasiennya suruh untuk berhenti merokok, dan menemui tenaga medis kalo
ditemukan adanya abnormalitas struktural, kehilangan sensasi proteksi, dan
adanya riwayat komplikasi pada ekstremitas bawah biar cepet ditangani.
Screening awal untuk periferal arteri disease itu termasuk riwayat claudikasi dan
esesmen pulsasi di kaki.
Pasien dengan klaudikasi atau ankle brachial index (ABI) yang positif disuruh
nemuin tenaga media untuk pemeriksaan lebih lanjut, medikasi, dan intervensi
bedah kalo perlu.
Fyi, ABI diperoleh dengan cara mengukur tekanan darah ditangan dan lalu
dibandingkan dengan tekanan darah di kaki. ABI score sangat mudah dilakukan
dan sangat bermanfaat.
Amputasi kalo ulkusnya udah jadi gangren.
Edukasi perlu sangaaat.
Penderita DM juga rentan terkena infeksi kakinya, seringnya itu aerob gram
positif macem stafilokokus gitu. Jadi biasanya dikasih pengobatan antibiotik
empirik atau di rujuk ke bagian bedah untuk dilakukan debridement.

Older Adults
Recommendations
Kadar gulanya cut offnya tidak terlalu rendah ya (dilihat lagi yang diatas), apalagi
untuk umur >65 tahun karena rentan terjadi hipoglikemia.
Pada orang tua yang masih sehat secara fungsional dan kognitif dan memiliki
harapan hidup yang signifikan layak menerima perawatan diabetes dengan tujuan
yang hampir sama dengan orang yang lebih muda.
Target glikemik untuk beberapa orang tua mungkin bisa lebih disesuaikan sama
dirinya sendiri, pake kriteria individual, tapi hiperglikemi bisa merujuk kepada gejala
atau resiko terjadinya komplikasi hiperglikemik akut dan hal tersebut harus dihindari.
Faktor resiko cardiovaskular lain harus ditangani pada orang tua. Treatment
hipertensi diindikasikan hampir untuk semua orang tua dan penurunan profil lipid
dan terapi aspirin mungkin dapat bermanfaat apalagi kalo harapan hidupnya lumayan
panjang.
Screening untuk komplikasi diabetes itu beda-beda kalo buat orang tua tapi kalo
perhatiannya setengah setengah bisa bikin impairment secara fungsional.
Orang tua (65 tahun) dengan diabetes harus dipertimbangkan dengan high priority
juga untuk screening depresi dan perawatannya.

This is the last magic table guys ..

Komplikasi Muskuloskeletal

Jadi penderita DM tuh ya bisa mengalami komplikasi muskuloskeletal temen-temen. Dan


komplikasi itu bisa terjadi di tangan, bahu, dan lalala. Yuk disimak ..
a. Tangan :
Diabetic cheiroarthropathy sindrom tangan kaku, tangannya nggak bisa bergerak
dengan leluasa. Nah dibawah ini adalah prayer sign yang mengindikasikan adanya
diabetic cheiro ini. Jadi si pasiennya tuh nggak bisa nutup sempurna antara telapak
tangan dan jari-jari tangannya, jadinya bolong gtu kayak yang digambar.

Flexor tenosynovitis (trigger finger) : jadi pasiennya itu pas nekuk jarinya terus mau
ngelurusin jari-jari tangannya, jari tengahnya nggak bisa, masih nekuk gitu kayak
yang ada digambar. Bisa lurusnya ya kalo dibantu ngelurusin, gak bisa lurus sendiri
gitu makanya disebut trigger finger. Ini banyak ditemukan pada pasien DM ya,
biasanya di fisioterapi biar membaik.

Dupuytrens contracture
Carpal tunnel syndrome : hayoo kuliah dr.Pinzon lhoo masa lupaa
b. Bahu :
Adhesive capsulitis (frozen shoulder)
Calcific periarthritis
Reflex sympathetic dystrophy
c. Kaki :
Diabetic osteoarthropathy (Charcot or neuropathic arthropathy)
d. Otot :
Diabetic muscle infarction
e. Skeletal :
Diffuse idiopathic skeletal hyperostosis (DISH)
Dan ada juga kondisi-kondisi yang menyertai pasien DM tapi bukan komplikasinya yaa.
Misalnya Diffuse idiopathic skeletal hyperostosis (DISH), Gout/Pseudogout,Osteoarthritis.
Inilah DISH ya sejawat..
Jadi pada DISH, terjadi kalsifikasi metaplastik di ligamen spinal. Diagnosisnya pake radiografi
lateral pada tulang belakang disertai juga dengan pembentukan osteofit. Tapi diskus spacenya,
sendi apofisealnya, dan sendi sacroiliaka nya masih bagus-bagus aja cuman yang paling sering
kena itu di vertebra thorakal. DISH dapat juga disertai dengan ekstra kalsifikasi dibagian lain.
yang dipanah itu seperti tulang tumbuh gitu kan nah nanti bisa lama-lama jadi saling nempel gitu
tulangnya.

Hipoglikemia

Hipoglikemia ini serem lho, bisa menyebabkan 2-4% kematian pada penderita DM tipe 1 dan
umum terjadi pada penderita DM tipe 2 dengan tingkat prevalensi 70-80% dalam uji klinis
menggunakan insulin untuk mencapai kontrol metabolik yang baik.
Berdasarkan EIMED PAPDI, hipoglikemi merupakan kumpulan gejala klinis yang disebabkan oleh
konsentrasi glukosa darah yang rendah.
Pada hipoglikemia ada TRIAD WHIPPLE, yang terdiri dari gejala-gejala hipoglikemia (nanti ada
tabelnya), konsentrasi glukosa plasma rendah, dan hilangnya gejala hipoglikemia setelah
konsentrasi glukosa plasma meningkat. Inilah tabelnyaa

Dan ini dia klasifikasinya :


Klasifikasi
Ringan
Sedang
Berat

Tanda dan Gejala


Simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.
Simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.
Sering (tidak selalu) simptomatik, karena gangguan
kognitif pasien tidak dapat mengatasi sendiri.
Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak
memerlukan terapi parenteral.
Membutuhkan terapi parenteral (glukagen,
intramuskular atau glukagon intravena).
Disertai dengan koma atau kejang.

Etiologi :
Hipoglikemia umum terjadi pada pasien DM yang sedang mengonsumsi obat anti diabetes
(OAD) atau insulin. Nah salah satu OAD yang bisa bikin hipoglikemi apa hayo? Golongan
sulfonylurea yaa temans terutama glibenclamide.

Bisa juga disebabkan oleh beberapa penyakit yaitu, insulinoma, penyakit kritis disertai gagal
organ apalagi gagal hati (makanya jagala hati ya sejawat ternyata bisa bikin hipoglikemi
lhoo), sepsis, defisiensi hormon, penyakit metabolik turunan dan operasi prior gastric.
Konsentrasi glukosa plasma normalnya dipertahankan pada batas nomal sekitar 70-110 mg/dL pada
saat puasa.
Tambahan dari dr.Lisa, ada pasien datang dengan hipoglikemi berulang dan hipokalemi berulang
kemudian disertai kelemahan anggota gerak bawah itu disebut hipokalemi periodik paralysis.
Terapi :
Penatalaksaan utama pada hipoglikemia adalah mengatasi hipoglikemianya dan mencari
penyebabnya dan penilaian keadaan pasien.
Jika pasien masih sadar dapat diterapi dengan diberikan sumber karbohidrat oral, biasanya
pake larutan glukosa murni 20-30 gram atau 2 sendok makan.
Kalo pasiennya nggak sadar, dipasang jalur intravena ya. Diberikan 50cc dekstrosa 40%
secara bolus dan diteruskan selama 10-20 menit. Terus dikasih juga cairan dekstrosa 10% per
infus 6 jam per kolf untuk mempertahankan glukosa darah dalam nilai normal.
Kalo pasiennya masih nggak sadar meskipun udah dikasih dekstrose itu tadi, dikasih
hidrokortisone 100mg per 4 jam selama 12 jam atau deksametasone 10 mg iv bolus
dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol iv 1,5 2 g/kgBB setiap 6-8 jam sambil dicari
penyebabnya lagi.
Yang perlu ditekankan adalah timbulnya hipoglikemia berulang yaa kawans, bahaya.
Ini ada algoritme penanganan hipoglikemi :

Hiperglikemia

Jadi hiperglikemia ini bisa menyebabkan dua kejadian yaitu, ketoasidosis diabetik dan
hiperosmolar hiperglikemik state (HHS).
Biasanya KAD itu terjadi pada usia yang lebih muda kalo HHS itu kebanyakan orang tua yang
ngalamin.
Nah ada tabel nih buat ngebedain KAD/DKA dan HHS. Cek-i-dot yuk shayy

HHS punya prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan DKA


Nah pada pasien DKA itu kadar natriumnya bisa terbaca rendah. Jadi pada pasien DKA
itu bisa terdapat pseudohiponatremia.
Ini ada penatalaksanaan DKA/KAD ..
Jadi insulin masih tetep eksis ya untuk penatalaksanaannya. Tapi nggak insulin aja, kita
memberikan cairan, kalium (potassium), dan pemberian bikarbonate kalo perlu.
Kenapa diberikan kalium pada pasien DKA?
Jadi insulin itu bisa memasukkan kalium ke dalam intrasel sehingga kalo kita ngasih
insulin terus menerus tapi nggak kita kasih kalium bisa terjadi hipokalemia.
Karena ada defisit cairan, kita akan memberikan cairan intravena, kita liat dehidrasi
nggak pasiennya, biasanya dikasih NaCl. Dan kita akan sedikit kesulitan kalo pasiennya
mengalami gagal jantung karena kan kalo gagal jantung nggak kuat kalo kita berikan
cairan terlalu banyak sedangkan kalo nggak diberikan cairan nggak sembuh
hiperglikemianya. Jadi masuk ICU dehh
Insulinnya yang dipake yang kerja pendek ya nggak boleh yang kerja panjang.
Perhatian .. nggak boleh cepat menurunkan kadar glukosanya karena bisa menyebabkan
edema serebri.
Bikarbonate diberikan kalo pH nya dibawah 7 yaa kalo di atas 7 nggak usah.
Dan lakukan evaluasi seperti yang ada pada algoritma nya itu yaa.

Ini penatalaksanaan HHS

Anda mungkin juga menyukai