Anda di halaman 1dari 18

BASIC LIFE SUPPORT

UNIT 1V
PENANGANAN PADA PERDARAHAN
Disusun oleh
Kelompok 4
Faisal Fahrur Arifin

22020112110088

Fitria Mega Wardani

22020112130070

Hanun Arifah

22020112110043

Henny Kumala Sari

22020112140091

Lastina Fahrurnisa

22020112140018

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Semarang 2013

A. DEFINISI
Perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskuler, disertai
penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari
tubuh.
Untuk mengatasi perdarahan, kita harus tahu dahulu tentang sistem
peredaran darah (sistem sirkulasi) yang bertanggung jawab mengedarkan
(mengalirkan) darah ke seluruh tubuh manusia. Adapun 3 komponen utama
dalam sistem ini adalah jantung, pembuluh darah, dan darah, yang ketiganya
harus berfungsi dengan baik agar tidak terjadi gangguan dalam tubuh.
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya istilah perfusi yaitu sirkulasi yang
adekuat ke seluruh tubuh, memasok sel dan jaringan dengan oksigen dan bahan
nutrisi, serta mengangkut kembali zat karbon dioksida dan sisa pembakaran
tubuh.
Jika hal di atas terganggu pada salah satu atau lebih sel dan organ tubuh oleh
satu atau beberapa penyebab, maka sel atau organ tersebut akan mengalami
keadaan berbahaya, yaitu akan berkurangnya pasokan darah, oksigen, dan
nutrisi sehingga zat sampah (karbon dioksida dan sisa pembakaran) akan
bertumpuk. Keadaan ini dikenal dengan istilah Hipoperfusi atau Syok.
B. ETIOLOGI PERDARAHAN
1. Kerusakan pembuluh darah
2. Trauma
3. Proses patoloogik
4. Penyakit yang berhubungan dengan gangguan pembekuan darah.
5. Kelainan pembuluh darah.

C. SYOK HEMORAGIK
1. Definisi

Syok hemoragik adalah kehilangan akut volume peredaran darah yang


menyebabkan suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan
menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan
sel. Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel
dan organ akan berada dalam keadaan syok.
Syok Hemoragik adalah suatu kondisi dimana perfusi jaringan menuru
dan menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang
diperlukan sel. Keadaan apapun yang menyebabkan kurangnya oksigenasi
sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan syok. Ditingkatkan
multiseluler syok lebih sulit untuk dijelaskan karena tidak semua jaringan
dan organ secara klinis terganggu akibat kurangnya oksigen ini. Dekade
terakhir ini para klinisi berusaha menjelaskan dan memonitor utilisasi
oksigen tingkat intraseluler, yang bermanfaat secara fisiologis dalam
menegakkan klinis dan pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan.
Hemorhagi dapat terjadi pada kapiler, vena, arteri, atau jantung.
Hemorhagi dapat terjadi karena darah keluar dari susunan kardiovaskuler
atau karena diapedesis (artinya eritrosit keluar dari pembuluh darah yang
tampak utuh).
2. Klasifikasi Syok Hemoragik

Hilang
(ml)
Denyut

Kompensasi
darah < 1000

Ringan
1000 - 1500

Sedang
1500 2000

Berat
>2000

>100

>120

>140

Normal
Normal

Ortostatik
Mungkin

Sangat turun
Sering

Tidak terukur
Selalu

Normal

terlambat
Peningkatan

terlambat
Takipnea

terlambat
Takpinea nyata,

sedang
5 20
Konfusi

Gagal nafas
Anuria
Letargi, tidak

nadi < 100

(bpm)
Tekanan darah
Pengisian
kapiler
Pernapasan
Urine (ml/h)
Status mental

> 30
Normal
agitasi

ringan
20 -30
atau Agitasi

sadar

3. Gambaran Klinik Syok Hemoragik


Sistim
Saraf pusat
Kardial

Syok Dini
Perubahan status mental
Takikardi
Hipotensi Ortostatik

Renal
Respirasi

Oligouri
Takipnua

Hepatik
Gastro intestinal
Hematologi
Metabolik

Anemia
-

Syok Lanjut
Perubahan kesadaran
Hipotensi
Arithmia
Gagal jantung
Anuri
Takipnua
Gagal napas
Gagguan fungsi hepar
Perdarahan mukosa
Koagulopati
Asidosis
Hipokalemia
Hipomegnesemia

4. Klasifikasi Syok Hemorogik berdasarkan persentase Kehilangan volume


darah
Pendarahan kelas I : kehilangan volume darah hingga 15%
Gejala klinis minimal. Bila tidak ada komplikasi, akan terjadi takikardi
minimal. Tidak ada perubahan berarti dari tekanan darah, tekanan nadi,
atau frekuensi pernapasan. Pada penderita yang dalam keadaan sehat,
jumlah kehilangan darah ini tidak perlu diganti, karena pengisian
transkapiler dan mekanisme kompensasi akan memulihkan volume darah
dalam 24 jam.
Pendarahan kelas II: kehilangan volume darah 15-30%
Pada laki-laki 70 kg, kehilangan volume darah 750-1500 cc. Gejala klinis
berupa takikardi ( >100 x/menit), takipneu, penurunan tekanan nadi,
perubahan sistem saraf sentral yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan,
atau sikap permusuhan. Walau kehilangan darah dan perubahan
kardiovaskular besar, namun produksi urin hanya sedikit terpengaruh (2030 ml/jam untuk orang dewasa).
Pendarahan kelas III: kehilangan volume darah 30-40%
Kehilangan darah dapat mencapai 2000 ml. Penderita menunjukkan tanda
klasik perfusi yang tidak adekuat, antara lain: takikardi dan takipneu yang
jelas, perubahan status mental dan penurunan tekanan darah sistolik.

Penderitanya hampir selalu memerlukan transfusi darah. Keputusan untuk


memberikan transfusi darah didasarkan atas respon penderita terhadap
resusitasi cairan semula, perfusi dan oksigenasi organ yang adekuat.
Pendarahan kelas IV: kehilangan volume darah > 40%
Jiwa penderita terancam. Gejala: takikardi yang jelas, penurunan tekanan
darah sistolik yang besar, tekanan nadi sangat sempit (atau tekanan
diastolik tidak teraba), kesadaran menurun, produksi urin hampir tidak ada,
kulit dingin dan pucat.

Penderita membutuhkan transfusi cepat dan

intervensi pembedahan segera. Keputusan tersebut didasarkan atas respon


terhadap resusitasi cairan yang diberikan. Jika kehilangan volume darah
>50%, penderita tidak sadar, denyut nadi dan tekanan darah menghilang.
5. Tanda-tanda dan Gejala Syok Hemoragik
Gejala Obyektif
a. Pernapasan cepat & dangkal
b. Nadi capat dan lemah
c. Akral pucat, dingin & lembab
d. Sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung
e. Pandangan hampa & pupil melebar
Gejala Subyektif
a. Mual dan mungkin muntah
b. Rasa haus
c. Badan lemah
d. Kepala terasa pusing

6. Patofisiologi Syok Hemoragik


Pada syok hemoragik, penurunan volume darah yang akut mengakibatkan
mekanisme kompensasi dari saraf simpatis melalui vasokonstriksi perifer,
takikardi dan meningkatnya kontraktilitas myokardia, yang mana
meningkatkan kebutuhan oksigen dari myokard sampai pada suatu
tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi. Secara tidak langsung hipoperfusi
jaringan akibat dari vasokonstriksi mengakibatkan metabolisme anaerob
dan asidosis .
Hipoksia jaringan,

asidosis

dan

pelepasan

berbagai

mediator

mengakibatkan respon inflamasi sistemik. reperfusi luka timbul ketika


radikal oksigen dilepaskan selama fase akut secara sistemik selama
perbaikan perfusi seluruh tubuh. Humoral dan selular inflamator juga
teraktivasi dan dikonstribusi ke vaskuler dan seluler yang luka.
Berpindahnya mikroorganisme dan endotoksin melalui pertahanan mukosa
yang lemah mengakibatkan terjadinya systemic inflammatory response
syndrome (SIRS) dan multipel organ failure. Gagalnya mekanisme
kompensasi pada syok perdarahan dapat mengakibatkan kematian. Pada
bentuk syok ringan, tekanan darah arterial dipertahankan oleh peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer dan takikardi ringan dalam usahanya
meningkatkan curah jantung, menimbulkan pengecilan tekanan pulsasi.
Karena jantung bekerja lebih keras, maka terjadi peningkatan konsumsi O2.
Bentuk hipovolemik yang ringan ditoleransi oleh tubuh dengan
perpindahan cairan ekstraselular ke dalam ruang intravaskular dan
menyebabkan hemodilusi, kecuali pada syok hemoragik yang terjadi sangat
cepat, karena hematokrit tidak akan berubah karena banyaknya darah yang
keluar dari tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk memindahkan
cairan ke tekanan osmotik yang lebih tinggi .
Pada syok berat, fungsi ginjal terganggu, dimana ginjal hanya mampu
menoleransi pengalihan darah ke organ-organ penting untuk periode 1,5
jam. Jika melewatinya, maka kerusakan berkembang menjadi nekrosis
tubular akut .

Beberapa faktor mempengaruhi respon hemodinamis terhadap pendarahan,


yakni meliputi: usia penderita, parahnya cedera (jenis dan lokasi anatomis),
rentang waktu antara cedera dan mulai terapi, terapi cairan pra-rumah sakit,
obat-obatan yang pernah dikonsumsi oleh karena penyakit kronis .
D. MACAM MACAM PERDARAHAN
1. Perdarahan Terbuka (Luar)
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga
darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal
dengan nama Perdarahan Luar (terbuka).
Bila sebagai seorang pelaku pertolongan pertama menemukan korban
dengan kondisi seperti itu, maka harus berhati-hati dalam melakukan
pertolongan karena sebagai penolong harus menganggap darah ini dapat
menulari. Pastikan untuk memakai alat perlindungan diri, segera
membersihkan darah yang menempel baik pada pakaian, tubuh, maupun
peralatan.
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar
ini dibagi menjadi tiga bagian:
a. Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur
sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya
dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus
terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga
diperoleh bantuan medis.
b. Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap,
walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini
mudah dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila
terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang
tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
c. Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang
keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah
pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi
perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar

biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap
seperti darah vena.
Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan
tingkat perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat
diberikan antara lain:
a. Tekanan Langsung pada Cedera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah
beberapa saat sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut.
Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka
sayatan yang tidak terlalu dalam).
Cara yang terbaikpada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa
steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat
perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai perdarahan
berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa
boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti
dengan yang baru.
b. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut)
sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di
atas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka
balutan yang pertama.
Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja
dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak
dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan
benda tertancap.
c. Tekanan pada titik nadi
Pembuluh nadi bertugas membawa darah segar dari jantung ke seluruh
bagian tubuh. Kebanyakan pembuluh nadi ini tersimpan dalam di bawah
jaringan tubuh, dan hanya beberapa saja yang dekat permukaan ke kulit.
Tanda-tanda

pendarahan

pembuluh

nadi

adalah:

darah

keluar

menyembur sesuai dengan denyut jantung. Darah yang keluar berwarna


merah segar.

Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah


menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu
temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common
carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang selangka ), brachial
artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral
artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery
(di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
Tindakan pertolongan harus segera diberikan karena penderita akan
cepat kehilangan darah dan terjadi shock. Ada tiga cara penghentian
perdarahan nadi:
1. Tekanan di tempat perdarahan
Cara ini adalah yang terbaik untuk perdarahan nadi pada umumnya.
Caranya adalah dengan menggunakan setumpuk kasa steril (kain
bersih biasa), tempat perdarahan itu ditekan. Tekanan tersebut harus
dipertahankan sampai terhenti atau sampai pertolongan yang lebih
lanjut (pertolongan oleh tenaga medis) dapat di berikan. Penekanan ini
dilakukan selama 15-20 menit atau sampai terfiksasi sehingga tidak
ada lagi perdarahan.
Kasa boleh dilepas apabila kasa sudah terlalu basah oleh darah dan
perlu diganti dengan yang baru. Kemudian kasa tersebut di tutup
dengan dengan balutan yang menekan, dan bawa penderita ke rumah
sakit. Selama perjalanan, bagian yang mengalami perdarahan diangkat
lebih tinggi dari letak jantung.

Gambar 3
2. Tekanan pada tempat-tempat tertentu

Tempat-tempat yang di tekan adalah hulu (pangkal) pembuluh nadi


yang terbuka. Jadi tujuan dari penekanan ini adalah untuk
menghentikan aliran darah yang menuju ke pembuluh nadi yang
cidera.
Perhatikan gambar berikut, garisgaris panah menunjukkan arah aliran
darah di dalam pembuluh nadi, tempat-tempat yang ditekan terletak
diantara jantung dan tempat luka.
A: untuk pedarahan di daerah muka;
B: untuk perdarahan muka dan kepala;
C: untuk perdarahan di kaki;
D: untuk perdarahan di daerah bawah lutut;
E: untuk perdarahan di lengan;
F: untuk perdarahan di bawah siku;
G: untuk perdarahan di pundak dan sepanjang lengan;
H: untuk perdarahan kulit kepala dan kepala bagian atas.

Gambar 4 Tempat-tempat untuk penekanan perdarahan pembuluh


nadi.
d. Immobilisasi
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka.
Dengan sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka
tersebut menurun.
e. Torniquet
Torniket adalah bulatan yang menjepit sehingga aliran darah di
bawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut
segitiga yang di lipat-lipat, atau sepotong ban dalam sepeda dapat
digunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket harus cukup untuk dua
kali melilit bagian yang hendak di balut. Tempat yang paling baik untuk
memasang torniket ini adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdrahan
di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki)
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di
tangan atau kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan
jika ada kemungkinan amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat
dengan sangat kuat sehingga darah tidak dapat mengalir. Tempat yang
terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari di bawah ketiak (untuk
perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan
di kaki).
Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas
dan tidak boleh ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30
detik setiap 10 menit sekali. Sementara itu, tempat perdarahan diikat
dengan kasa steril. Torniket hanya digunakan untuk perdarahan yang
hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera hebat.
Korban harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan,
bagian yang luka bisa membusuk.
Cara menggunakan torniket ini adalah:
- Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih bagus lagi
apabila sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa untuk
mencegah timbulnya lecet pada kulit yang terkena torniket langsung.

Apabila menggunakan kain maka ikatkan dengan sebuah simpul


hidup, kemudian selipkan sebatang kayu di atas simpul tersebut.
Selanjutnya diikat lagi dengan simpul air untuk mengencangkan
torniket, tetapi jangan diputar terlalu keras, karena dapat melukai

jaringan-jaringan di bawahnya.
Tanda-tanda apabila torniket ini sudah dapat memperkecil denyut
nadi bagian tubuh yang berada di bawah torniket, akan terlihat dari

warna kulit di sekitar daerah tersebut menjadi kekuningan.


Untuk memudahkan pengusungan, perlihatkan torniket, jangan di
tutup dengan selimut. Selain itu setiap 10 menit torniket harus
dikendurkan selama 30 detik, untuk memberi kesempatan darah
memberi makanan-makanan ke jaringan di bawah torniket tersebut.

Sementara torniket kendor, luka dapat ditekan dengan kasa steril.


Penderita yang ditorniket harus segera dikirim ke rumah sakit, untuk
memperoleh pertolongan selanjutnya.

Gambar 5 Cara memasang torniket.

Gambar 6 Cara memasang torniket. Segulung perban dapat di


selipkan di bawah torniket.
f. Kompres dingin
Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan
pembuluh darah yang mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga
perdarahan dapat dengan cepat terhenti.
2. Perdarahan Tertutup (Dalam)
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban
dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,
ledakan, dan lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal
tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai
walaupun luka luarnya terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena
kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah
permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga
bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan
kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:
a. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa
menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.
b. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak
jaringan dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat
menimbulkan syok.
c. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita
meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.
Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar),
maka penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik
lengkap termasuk wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih
baik kita menganggap korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak,

karena penatalaksanaan perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan


korban yang ternyata tidak mengalaminya.
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
a. Memar disertai nyeri tubuh
b. Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
c. Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian
dalam yang mengalami cedera
d. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
e. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut
membesar
f. Muntah darah
g. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti
kopi
h. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh
i. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
j. Batuk darah
k. Buang air kecil bercampur darah
l. Gejala dan tanda syok.
Jika tanda-tanda tersebut terlihat atau teraba pada pemeriksaan fisik,
lakukan segera pertolongan pertama untuk penatalaksanaan korban dengan
perdarahan dalam.
Cara cara penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah
sebagai berikut:
a. Baringkan korban
b. Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
c. Berikan oksigen bila ada
d. Periksa pernafasan dan nadi secara berkala
e. Rawat sebagai syok
f. Jangan memberikan makan atau minum
g. Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya
h. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan
pada korban yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
a. Rest

Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin


b. Ice
Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah
yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui
sirkulasi dan metabolisme tubuh.
c. Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat
proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah
d. Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
E. KLASIFIKASI PERDARAHAN
Kelas
Jumlah perdarahan
I
15% (Ringan)
II
20 25% (Sedang)

III

30 35% (Berat)

IV

40 45% (Sangat berat)

F. JENIS

PENANGANAN

CIDERA

Gejala Klinik
Tekanan darah dan nadi normal
Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi <30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Tekanan darah kapiler lembat
Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolik (pH <7.5)
Hipertnesi berat
Hanya nadi karotis yang teraba
Syok Irreversibel
DIMULAI

LEWAT TINGKATAN

CEDERA BERDASARKAN ADANYA PENDARAHAN LOKAL


1. Akut (0-24 jam)
Kejadian cedera antara saat kejadian sampai proses perdarahan berhenti,
biasanya 24 jam, pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2. Sub-akut (24-48 jam)
Masa akot telah berakhir, perdarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah
lagi. Bila pertolongan tidak benar akan kembali ke tingkat akut, berdarah
lagi.
3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pedarahan telah berhenti, kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut,
penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baik masa ini dapat

dipersingkat, pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus
meminta pertolongan dokter.
G. ANALISIS GAMBAR

A. Terjadi luka terbuka tepat di daerah bawah siku


Lakukan penanganan tekan pada pembuluh nadi yang terbuka dari gambar
daerah yang terbuka daerah bawah siku maka yang ditekan adalah brachial
artery dengan tujuan dari penekanan ini adalah untuk menghentikan aliran
darah yang menuju ke pembuluh nadi yang cidera.

B. Terjadi luka perdarahan tepat dibawah lutut


Lakukan penanganan tekan pada pembuluh nadi yang terluka yaitu pada
daerah bawah lutut maka yang ditekan pada femoral artery dengan tujuan
menghentikan aliran darah yang menuju ke pembuluh nadi yang cidera.

C. Terjadi luka terbuka pada daerah lengan bawah


Lakukan tindakan tekanan pada tempat perdarahan dengan menggunakan
setumpuk kasa steril (kain bersih biasa). Tekanan tersebut harus
dipertahankan sampai sampai darah berhenti mengalir ataupun sampai
datangnya pertolongan lebih lanjut (pertolongan oleh tenaga medis).

DAFTAR PUSTAKA
Mohammad, Kartono. Pertolongan Pertama. 1975. Gramedia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai