Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai
jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling
berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini
adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh
karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi
tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit
yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem
muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya
bahkan membahayakan jiwa. 1
Osteomielitis berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan
myelo yang berarti sum-sum, yang dikombinasikan dengan itis yang
berarti inflamasi. Osteomielitis merupakan suatu proses keradangan tulang
baik akut maupun kronik. Osteomielitis biasanya disebabkan oleh bakteri,
tapi bisa juga karena jamur. Osteomielitis dapat memberikan klinis pada
tulang mana yang terinfeksi oleh mikroorganisme. Perjalanan infeksi dapat
terjadi pada tulang melalui aliran darah atau penyebaran melalui jaringan
tissue yang dekat. Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia, kebanyak
pada anak-anak dan usia lebih dari 50 tahun. Osteomielitis lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada wanita. 2

Osteomielitis akut terutama ditemukan pada anak-anak. Tulang


yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal,
humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. 2
Osteomielitis masih merupakan permasalahan dinegara kita karena: 1

Tingkat higienis yang masih rendah dan pengertian mengenai

pengobatan yang belum baik


Diagnosis yang sering terlambat sehingga biasanya berakhir

dengan osteomielitis kronis


Fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesmas
Angka kejadian tuberkulosis di Indonesia pada saat ini masih
tinggi sehingga kasus kasus tuberkulosis tulang dan sendi juga

masih tinggi
Pengobatan osteomielitis memerlukan waktu yang cukup lama dan

biaya tinggi
Banyaknya penderita dengan fraktur terbuka yang datang
terlambat dan biasanya datang dengan komplikasi osteomielitis

BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI

A.

Anatomi Tulang
Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui
proses osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam
kalsium. 3
Sel-sel yang terdapat pada jaringan tulang: 4

Osteoblas : Sel yang berperan dalam aktivitas sintesis komponen


organik tulang, yang disebut sebagai prebone atau osteoid.
Osteoblas terletak dalam suatu garis di sepanjang permukaan
jaringan tulang. Saat aktif, osteoblas cenderung berbentuk kubus
dan bersifat basofilik. Sedangkan saat kurang aktif, maka
bentuknya akan menjadi lebih kempis dan kurang basofilik. Ketika
aktivitas sintesis matriks berhenti dan osteoblas telah memasuki
matriks tersebut maka osteoblas berubah namanya menjadi

osteosit.
Osteosit : Sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
Osteosit berada di dalam suatu ruangan berbentuk oval bernama
lakuna yang terletak di dalam matriks yang telah termineralisasi.
Lakuna memiliki penjuluran halus yang disebut kanalikuli.
Kanalikuli menghubungkan antar lacuna yang berdekatan sehingga
osteosit mampu mencapai pembuluh darah untuk pertukaran nutrisi
dan sisa metabolisme.

Osteoklas : Sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan


mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti
osteoblast dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini
menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

Lapisan-lapisan tulang: 5

Periosteum :
Bagian luar lebih banyak mengandung sabut sabut jaringan pengikat,
pembuluh darah, dan saraf dengan sedikit sel. Lapisan ini dinamakan
stratum fibrosum. Bagian dalam lebih banyak mengandung sel sel pipih
yang mampu berdiferensiasi menjadi osteoblas, sabut sabut elastis, dan
kolagen tersusun lebih longgar. Bagian ini disebut stratum germinativum.

Endosteum :
Mempunyai struktur dan komponen yang sama dengan periosteum tetapi
lebih tipis dan tidak memperlihatkan 2 lapisan seperti pada periosteum. Ke
arah luar bersifat osteogenik, ke arah dalam bersifat hemopoetik.

Gambar 2.1. Tulang dan lapisan tulang


Bagian anatomi tulang panjang: 4
a. Diafisis atau batang: Bagian tengah tulang yang berbentuk silinder.
Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar.
b. Metafisis: Bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.
Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa
yang mengandung sel-sel hematopoietik. Bagian ini juga menopang sendi
dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan
ligamen pada epifisis.
c. Lempeng epifisis: Daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak,
dan bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.
d. Epifisis: Epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang
bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang
panjang berhenti.

Gambar 2.2. Anatomi tulang panjang


1. Os Femur
Femur, tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh. Caput femoris
menganjur kearah kraniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi
dengan acetabulum. Ujung proksimal terdiri dari sebuah caput femoris,
collum femoris dan dua trochanter. Caput femoris dan collum femoris
membentuk sudut (115-140o) terhadap poros panjang corpus femoris,
sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis kelamin. Jika sudut ini
berkurang disebut coxa vara dan jika sudut bertambah disebut coxa
valga. Corpus femoris berbentuk lengkung yakni cembung kearah

anterior. Ujung distal femur berakhir menjadi dua condylus yaitu


epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang melengkung. 6

Gambar 2.3. Os femur


2. Os Tibia
Tibia yang besar dan merupakan penyangga beban, proksimal
besendi dengan condylus femur dan distal dengan talus. Foramen
nutriens tibia yang paling besar pada seluruh kerangka, terletak pada
permukaan posterior bagian sepertiga proksimal tulang tersebut. 6

Gambar 2.4. Os tibia


3. Os Fibula
Fibula yang ramping, terletak posterolateral dari tibia dan terutama
berguna sebagai tempat lekat untuk otot dan tidak atau hanya sedikit
berguna untuk menopang berat tubuh. Corpus tibiae dan corpus fibulae
dihubungkan oleh selembar membrane interossea cruris. 6

Gambar 2.5. Os fibula


4. Os Humerus
Humerus bersendi dengan scapula pada articulatio humeri, dan
dengan radius pada articulatio cubiti. Caput humerus yang menyerupai
bola,

bersendi

pada

cavitas

glenoidalis

scapulae.

Sulcus

intertubercularis membatasi tuberculum mayor dan tuberculum minor.


Tepat distal dari caput humerus, collum anatomicum membatasi caput
humerus terhadap kedua tuberculum. Distal dari kedua tuberculum
terdapat collum chirurgicum yang merupakan tempat humerus
menyempit untuk menjadi corpus humeri. 6
Pada kedua corpus humeri, terdapat dua ciri yang mencolok, yakni
tuberositas deltoidea disebelah lateral dan sulcus nervi radialis di

10

sebelah posterior. Ujung distal humerus memiliki dua permukaan


artikular, sebuah capitulum humeri di sebelah lateral untuk bersendi
dengan caput radii dan sebuah trochlea di sebelah medial untuk
bersendi dengan ulna. 6

Gambar 2.6. Os humerus


5. Os Ulna
Antara kedua tulang lengan bawah ulna adalah yang lebih panjang
dan lebih medial. Pada ujung proksimal ulna terdapat olecranon di

11

sebelah belakang dan processus coronoideus di sebelah depan. Pada


permukaan anterior olecranon terdapat incisura trochlearis yang
menampung trochlea humeri. Pada sisi lateral processus coronoideus
terdapat tuberositas ulnae. Di sebelah proksimal corpus ulnae
berbentuk gemuk, tetapi pada ujung distal menjadi sempit. Pada ujung
distal terdapat sebuah kepala yang membulat dan sebuah processus
styloideus yang kecil dan berbentuk kerucut.6

Gambar 2.7. Os ulna


6. Os Radius
Radius adalah tulang yang lebih pendek dan terletak lebih ke
lateral antara kedua tulang lengan bawah. Ujung proksimal radius
terdiri dari sebuah kepala yang menyerupai cakram, sebuah leher yang

12

pendek dan sebuah tuberositas. Ke arah proksimal caput radii


berwujud cekung untuk bersendi pada capitulum humeri. Collum radii
ialah bagian yang menyempit distal dari caput radii. Tuberositas radii
yang terletak tepat distal dari collum radii, membatasi ujung proksimal
radius terhadap corpus radii. Ujung distal radius memiliki sebuah
incisura ulnaris di sebelah medial, sebuah processus styloideus di
sebelah lateral dan sebuah tuberculum dorsale. 6

Gambar 2.8. Os radius


B.

Fisiologi tulang: 3
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2. Melindungi organ tubuh dan jaringan lunak
3. Memberikan pergerakan
4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang belakang
5. Menyimpan garam mineral (kalsium dan fosfor)

C.

Definisi Osteomielitis

13

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit


disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Beberapa ahli memberikan definisi terhadap osteomyelitis sebagai berikut:

Osteomielitis adalah infeksi bone marrow pada tulang oleh

Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influenza. 7


Osteomielitis (osteo + mielitis) adalah radang tulang yang disebabkan
oleh organisme piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain juga
dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat
tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan
kanselosa, dan periosteum. 1

Gambar 3.1. Tulang sehat dan tulang osteomielitis


D.

Etiologi

14

Sebanyak 90% disebabkan oleh stafilokokus aureus hemolitikus


(koagulasi positif) dan jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak
umur dibawah 4 tahun sebanyak 50 % disebabkan oleh Hemofilus
influenza. Adapun organisme lain seperti B. Colli, B. Aerogenus kapsulata,
Pneumokokus, Salmonella tifosa, Pseudomonas aerogenus, Proteus
mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides fragilis juga
dapat menyebabkan osteomielitis hematogen akut.
Infeksi dapat terjadi secara:
a.
b.

c.

E.

Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit dan tenggorokan


Kontaminasi dari luar: fraktur terbuka dan tindakan operasi pada
tulang
Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya 8

Patofisiologi
Tulang yang terinfeksi menyerang soft tissue dan sumsum tulang
hingga terjadi pembengkakan jaringan tersebut. Oleh karena itu
menekan dinding luar tulang, terjadilah kompresi pada sumsum tulang.
Proses ini menyebabkan pasokan darah ke tulang menjadi berkurang
atau berhenti. Pasokan darah yangtidak memadai ini lama-lama
membuat jaringanj-jaringan pada tulang menjadi mati. Pada daerah
yang jaringannya sudah mati tidak dapat melakukan perbaikan jaringan
kembali dan mengobati infeksi sel bahkan dengan antibiotik yang
seharusnya dapat mmbantu memerangi infeksi. Sehingga infeksi terus
berulang hingga dapat menyebar keluar jaringan tulang hingga
mengenai jaringan lunak sekitarnya seperti otot yang kemudian
terbentuk kumpulan nanah. Osteomyelitis dapat menyebar melalui

15

aliran darah, penyebaran langsung (infeksi), infeksi jaringan lunak


sekitarnya. 9
Gambaran patologis bervariasi tergantung umur pasien, tempat
terjadi infeksi,tingkat infeksi mikroorganisme, dan respon host.
Bagaimana pun berdasarkan variasinya ditemukan ciri khas dengan
adanya tanda radang, supurasi, nekrosis, pembentukan tulang baru dan
terjadi resolusi dan penyembuhan. Ciri-ciri tanda radang: 9
- Stadium Peradangan: Perubahan awal adalah reaksi radang akut
dengan gangguan vaskuler, cairan eksudat, dan infiltrate leukosit
PMN.

Tekanan

intraosseus

meningkat

secara

cepat,

menyebabkansemakin sering kesakitan, obstruksi peredaran dan


trombosis intravaskuler. Sering pada stadium awal jaringan
-

iskemik harus diobati segera.


Stadium Supurasi: Pada 2-3 hari, terbentuk pus berada di dalam
tulang dan memaksa menuju permukaan melalui kanal Volkmann
dimana akan terbentuk subperiosteal abses. Dari situ pus ini akan
menyebar sepanjang tepi tulang, untuk masuk kembali ke tulang
pada daerahlainnya, atau menyebar melalui jaringan lunak yang
mengelilinginya. Pada bayi, infeksisering menyebar melalui fisis
menuju epifisis dan kadang ke persendian. Pada anak yanglebih
tua, fisis merupakan sarana untuk penyebaran secara langsung tapi
pada sebagian metafisis intra kapsular (seperti pada tanggul), pus
dapat melewati periosteum menuju persendian. Pada orang dewasa,
abses lebih cenderung menyebar melalui celah medular.Infeksi

16

vertebrata
-

dapat

menyebar

melalui

end-plate,

dan

discus

intervertebralis ke tulangyang bersebelahan.


Stadium Nekrosis: Peningkatan intraosseus, vaskular statis,
trombosis, dan periosteum yang terlepas meningkatkan kompensasi
pembuluh darah, pada hari ke 7 biasanya ditemukan kejadian
kematian tulang secara mikroskomis. Racun bakteri dan enzim dari
leukosit juga dapat berperan dalam proses destruksi tulang. Pada
bayi, lempeng pertumbuhan sering rusak dan tidak dapat diperbaiki
dan

dapat

mengalami

nekrosis

avaskuler.

Dengan

tingkat pertumbuhan dari jaringan granulasi batas antara tulang


yang mati dan hidup dapat terlihat. Bagian dari tulang mati terpisah
sebagai bagian sekuestrum yang bervariasi bentuknya dari kecil ke
besar. Markofag dan limfosit juga meningkat jumlahnya, dan
sisanya perlahan dihilangkan dengan kombinasi fagositosis dan
reabsorbsi osteoklast. Bagaimanapun sekuestrum yang besar
menetap pada saluran tulang, tidak dapat dilalui sehingga terjadi
-

destruksi tulang akhir.


Stadium pembentukan tulang baru: Tulang baru terbentuk dari
bagian dalam dari periosteum yang terlepas,ini merupakan ciri
infeksi piogenik dan biasanya terlihat jelas pada akhir minggu ke
dua.

Seiring perjalanan

waktu,

tulang

baru

menebal

dan

membentuk involukrum yang berdekatan dengan jaringan yang


terinfeksi dan sekuestrum. Jika infeksi, pus dan tulang sekuestrum
yang tipis bertahan/menetap dapat berlanjut menjadi perforasi pada

17

involukrum dan melalui saluran menuju ke permukaan kulit, pada


-

kondisi ini dikenal osteomielitis kronis.


Stadium resolusi dan penyembuhan:

Once

osteomyelitis,

osteomyelitis forever. Jika infeksi ini dikendalikan dan tekanan


intraosseus dibebaskan pada stadium awal, maka perkembangan ini
dapat dicegah.
Tulang disekitar daerah infeksi sebagai tempat osteoporosis
awal (mungkin akibat hiperemi). Dengan penyembuhan didapatkan
jaringan fibrosis dan bentukan tulang baru yang posisinya berbeda
dari normalnya, hal ini bersama dengan reaksi periosteum
menghasilkan jaringan sklerosis dan penebalan tulang. Pada
beberapa kasus, remodeling dapat membentuk kembali tulang
kebentuk normal, sebaliknya pada penyembuhan yangterdapat
bunyi, tulang akan secara permanen berubah. Osteomielitis
hematogen biasanya mengenai metaphysic dari tulang panjang
(ujung tulang tungkai-proksimal tibia atau pada distal dan
proksimal femur, dan lengan) pada anak-anak. Pada bayi, dimana
masih ada anastomosis bebas antara pembuluh darah metaphyseal
dan epiphyseal, infeksi dapat dengan mudah mengandap di
epiphysis. 9
Pada orang dewasa, infeksi hematogen lebih banyak pada
tulang belakang dari pada tulang panjang. Sedangkan pada orang
yang menjalani hemodialisa ginjal dan penyalahgunaan obat suntik
illegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis
vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah

18

ditempelkan pada tulang,seperti yang terjadi pada perbaikan


panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang menyebabkan
tuberculosis juga bisa mendeteksi tulang belakang (penyakit Pott).
Osteomielitis yang paling sering terjadi melalui penyebaran
langsung dari mikroorganisme ke dalam tulang bias karena
penetrasi luka (pada patah tulang terbuka selama pembedahan
tulang) maupun kontaminasi benda yang tercemar yang menembus
tulang

pada

waktu

operasi.

Infeksi

pada

sendi

buatan

(arthroplasty), biasanya didapat selama pembedahan dan bias


menyebar ke tulang didekatnya. Osteomielitis pada jaringan lunak
di sekitarnya bisanya terjadi pada pasien dengan beberapa penyakit
vaskuler. Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bias
menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi
jaringan lunak bias timbul di kanker atau ulkus dikulit yang
disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing
manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bias menyebar
ke tulang tengkorak. Faktor host terutama meliputi penahanan
terhadap infeksi. Penyebabnya, factor host bisa mempengaruhi
individu-individu terhadap perkembangan osteomielitis,misalnya
karena malnutrisi, atau immunosupresi, dan bias karena suatu suatu
penyakitseperti diabetes. Banyak faktor lokal dan sistemik yang
mempengaruhi

kemampuan

terhadap infeksi. 9

hostuntuk

mendapatkan

respon

19

F.

Klasifikasi
1. Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan
sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah. Osteomielitis akut diidentifikasi dengan adanya onset
penyakit dalam 7-14 hari. Kelainan ini sering ditemukan pada anak anak
dan sangat jarang pada orang dewasa. Trauma, hematogen akibat trauma
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
osteomielitis hematogen akut. Lokasi osteomielitis hematogen akut sering
terjadi pada daerah metafisis karena daerah ini merupakan daerah aktif
tempat terjadinya pertumbuhan tulang. 1
Patologi dan Patogenesis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu : 1
1.Penyebaran umum
Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia
Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifocal pada
daerah - daerah lain
2.Penyebaran lokal
Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit
Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik
Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam
tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang local dengan
terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.

20

Gambar 3.2. Perjalanan penyakit osteomielitis


Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis: 1
A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini
menimbulkan edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat
inflamasi yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis
dibawah jaringan lunak
C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi
menembus periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana
abses dapat mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis
tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan
berlanjut kedalam kavum medula.
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung
pada umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman.
Infeksi terjadi melalui aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh
pada fase bakterimia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus infeksi

21

kemudian masuk kedalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang


panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah metafisis
disertai pembentukan pus. 1
Terbentuknya pus menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah.
Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi
dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang yang akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan tulang baru
yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis
(terutama anak anak ) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti
peti mayat yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum
didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus
menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus (discharge) dari involucrum
keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada
jaringan lunak dan kulit. 1
Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis
kronis. Pada daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta
diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronik yang
disebut abses Brodie. 1
Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau
cepat. Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial
pada kulit dan saluran napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang
konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi
anggota gerak yang bersangkutan. Gejalagejala umum timbul akibat

22

bakterimia dan septicemia berupa panas tinggi, malaise serta nafsu makan
yang berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya: 1
- Nyeri tekan
- Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan
gangguan akan bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
Pemeriksaan Radiologis: 1
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak.

Gambar 3.3. Proyeksi lateral tibia terlihat gambaran sklerotik di


diametafisis tibia

Gambar 3.4. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di


lateral diametafisis tibia.

23

Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2


minggu) berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis
dan pembentukan tulang baru dibawah periosteum yang terangkat. 1

Gambar 3.5. Tampak destruksi tulang pada tibia dengan


pembentukan tulang subperiosteal
2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena
organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan. 1
Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa
dan mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan
granulasi yang terdiri atas sel sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya
terdapat penebalan trabekula. 1
Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak
anak dan remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi
otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi

24

pincang. Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa
minggu atau mungkin berbulan bulan. Suhu tubuh biasanya normal. 1
Pemeriksaan Radiologis
Osteomielitis

subakut

memiliki

gambaran

radiologis

yang

merupakan kombinasi dari gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis


akut, maka ditemukan adanya osteolisis dan elevasi periosteal. Seperti
osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona sirkumferensial tulang
yang sklerotik. Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas
berdiameter 1-2 cm terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur
atau kadang kadang pada daerah diafisis tulang panjang. 1

Gambar 3.6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada
osteomielitis sub akut/kronik. (Pada gambar terlihat kavitas yang
dikelilingi oleh daerah sclerosis)
3. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis

kronis

umumnya

merupakan

lanjutan

dari

osteomielitis akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik.
Osteomielitis kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah
tindakan operasi pada tulang. osteomielitis kronik merupakan infeksi
tulang yang perjalanan klinisnya terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini

25

berhubungan dengan adanya nekrosis tulang pada episentral yang disebut


sekuester yang dibungkus involukrum. 1
Patologi dan patogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal
pada tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan
mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada
kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat
keluar/dibersihkan dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi.
Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat
pada foto rontgen. 1
Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari
luka/sinus setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang
kadang disertai demam dan nyeri lokal yang hilang timbul didaerah
anggota gerak tertentu. Pada pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus,
fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat
ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya
terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada penderita. 1
Pemeriksaan Radiologis: 1
1. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.

26

Gambar 3.7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan


sclerosis extensive dibagian distal metafisis pada radius

Gambar 3.8. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan.
Ditandai dengan adanya gambaran sekuestrum (panah).

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Kepaniteraan Klinik Radiologi. Makalah Osteomielitis. Fakultas


Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Jakarta. 2011
2. Apleys System of Orthopaedics and Fractures. 8th edition. Oxford
University Press Inc. New York. 2001
3. David Sutton. Text book of Radiology and imaging. Volume 2. Seventh
edition.
4. Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. EGC. Jakarta. 2006
5. RW King. Osteomyelitis.
http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview
6. Keith L. Moore dan Anne M. R. Agur. Anatomi Klinis Dasar.
Hipokrates. Jakarta. 2002
7. Departemen Kesehatan RI. Penyakit tulang. Depkes-RI. Jakarta. 2007
8. Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Departemen
Radiologi FK-UI RSCM. Jakarta.2005

28

9. Reksoprojo.S: Editor; Pusponegoro.AD; Kartono.D; Hutagalung.EU;


Sumardi.R; Luthfia.C; Ramli.M; Rachmat. KB; Dachlan.M. Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah. Penerbit Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSCM;
Jakarta.1995

Anda mungkin juga menyukai