Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan antara pencemaran primer dan pencemaran sekunder adalah sebagai

berikut:
1. Pencemaran Primer
Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara. Seperti partikulat, aerosol, berkurang, teroksidasi. Kadar racun yang
rendah, tidak menunjukkan sinergisme, dan polutan primer bertahan dalam bentuk asli saat
dilepaskan ke lingkungan.
2. Pencemaran Sekunder
Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemarpencemar primer di atmosfer. Polutan berkembang sebagai hasil interaksi polutan primer
dan konstituen lingkungan. Umumnya dalam bentuk oksidasi, kadar racun lebih tinggi,
polutan sekunder menunjukkan sinergisme, dan produk yang dihasilkan dari modifikasi.
Standar kualitas lingkungan untuk polusi udara di Jepang, terdiri dari 11 parameter
kualitas udara, sebagai berikut :

Perbandingan Standar Baku Mutu Udara Ambien Nasional di Indonesia, Pakistan, dan
Filipina

Mereduksi tingkat pencemaran udara di Filipina harus dilakukan karena Filipina


memiliki tingkat populasi penduduk yang cukup tinggi. Pihak yang membuat aturan
mengenai standar kualitas udara ambien di Filipina adalah Environmental Management
Bureau (EMB), yang secara struktural berada di bawah DENR.
Baik Indonesia maupun Filipina tidak memiliki data parameter untuk PM2.5 pada
standar kualitas udara ambien karena biaya perawatan dan operanalnya yang relatif mahal.
Dapat dilihat pada tabel 2 di atas, banyak Negara berkembang lainnya yang juga tidak
memiliki data parameter PM 2.5 (Brunei, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Vietnam, dan
lain-lain). Namun pengukuran parameter TSP sudah mencakup PM2.5 dan PM10 yang
memiliki ukuran partikel lebih kecil.
Untuk pengukuran PM10 dan TSP, Indonesia memiliki standar yang sama dengan
Filipina, kecuali untuk waktu pengukuran 1 tahun di Filipina. Hal ini dapat mengindikasikan
bahwa Filipina juga mempertimbangkan efek jangka panjangnya yang dapat menyebabkan

efek kronik (akumulasi). Baru-baru ini ada penelitian yang menyebutkan bahwa partikel solid
yang berukuran lebih kecil dapat menimbulkan risiko kesehatan yang lebih tinggi, namun
pada umumnya montoring kualitas udara di Filipina masih terfokus kepada pengukuran TSP.
Indonesia memiliki standar kualitas udara untuk parameter SO 2 sebesar 900
g/m3 untuk waktu pengukuran 1 jam yang dapat menimbulkan efek akut. Untuk waktu
pengukuran 24 jam, Filipina memiliki aturan yang lebih ketat dibanding Indonesia.
Pada parameter NO2, Indonesia dan Filipina memiliki standar yang sama pada waktu
pengukuran 24 jam karena Filipina tidak memiliki standar dengan waktu pengukuran 1 jam
dan 1 tahun. Standar O3 di Filipina memiliki aturan yang lebih ketat dibanding standar di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada standar di Indonesia yang memiliki nilai standar hampir
2 kali lipat dari nilai standar O3 di Filipina. Untuk parameter CO, ke-2 negara tidak memiliki
perbedaan yang terlalu jauh. Sampai saat ini, tidak ada rencana untuk merevisi standar yang
berlaku.
Metode pengukuran tidak dapat dibandingkan karena metode pengukuran parameter
kualitas udara Filipina tidak ditemukan. Standar kualitas udara Indonesia terbentuk sekitar 20
tahun setelah standar kualitas udara Filipina.

Sumber :
http://cleanairinitiative.org/portal/system/files/AQ_Standards_Report_Draft_2_Dec_FINAL.
pdf
http://www.aecen.org/sites/default/files/forums/2012/GHG%20-%20AQ%20Standards%20in
%20Asia_KPATDU_23Mar2012.pdf

Perbandingan Standar Baku Mutu Udara Ambien Nasional Indonesia dan Pakistan
Pakistan merupakan salah satu Negara Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi
yang sangat cepat. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi ini lantas diikuti dengan
meningkatnya permintaan pelayanan terutama di daerah perkotaan. Akibat tingkat populasi
yang begitu tinggi di Pakistan, standar kualitas udara ambien diperlukan untuk menghindari
efek-efek buruk yang dapat ditimbulkan akibat pencemaran udara.
Hampir semua parameter dipergunakan untuk mempertimbangkan efek jangka
panjang dan efek jangka pendek. Pakistan memiliki aturan yang lebih ketat untuk parameter
PM2.5 sebagai aksi reaktif dari tingginya pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Untuk
parameter PM10, Pakistan memiliki nilai yang sama dengan Indonesia pada waktu
pengukuran 24 jam namun Pakistan tidak memiliki waktu pengukuran 1 tahun. Sedangkan
jika ditinjau dari parameter TSP, aturan yang ditetapkan Indonesia (230 g/m3)lebih ketat
dibandingkan Pakistan (500 g/m3) pada rentang waktu pengukuran 24 jam.
Pakistan memiliki standar kualitas udara spesifik untuk parameter SO2 pada
pembangkit listrik tenaga batu bara dan minyak bumi termasuk limit untuk emisi
buangannya. Standar spesifik untuk SO2 dibagi dalam 4 kategori, yaitu unpolluted,
moderately polluted (low), moderately polluted (high), dan very polluted. Berikut merupakan
tabel standar kualitas udara spesifik SO2 pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan minyak
bumi.
Baku mutu SO2 di Pakistan memiliki nilai yang lebih rendah dibanding Indonesia
untuk waktu pengukuran 24 jam, begitu pula nilai baku mutu untuk parameter NO 2 dan O3.
Untuk parameter CO, nilai standar baku mutu Pakistan 3 kali lebih rendah dari standar baku
mutu Indonesia. Akibat adanya fuel extraction di Pakistan, pemerintah Pakistan menetapkan
standar kualitas udara yang ketat.
Aturan mengenai standar kualitas udara ambien di Indonesia (1999) sudah ditetapkan
sekitar 10 tahun lebih dulu dibanding standar di Pakistan. Ada beberapa metode pengukuran
yang digunakan baik di Indonesia dan Pakistan untuk mengukur konsentrasi baku mutu udara
ambien, seperti High Volume Method, Non Dispersive Infra-Red (NDIR) untuk mengukur
parameter CO, dan metode ASS untuk mengukur konsentrasi Pb. Namun untuk parameter
PM10 dan PM2.5, tiap Negara menggunakan metode yang berbeda untuk mengukur
konsentrasinya, Indonesia menggunakan High Volume Method dan Pakistan menggunakan
Ray Absorption Method.

Tabel Standar Baku Mutu Udara Ambien Nasional Pakistan

Tabel Standar Baku Mutu Udara Ambien Nasional Indonesia


Sumber :
http://www.cleanairinitiative.org/portal/system/files/documents/pakistan_0.pdf
http://www.aecen.org/sites/default/files/forums/2012/GHG%20-%20AQ%20Standards%20in
%20Asia_KPATDU_23Mar2012.pdf
http://www.ajkepa.gov.pk/files/ambient-air.pdf

Anda mungkin juga menyukai