Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Produk peternakan merupakan komoditi pangan yang tidak bisa diganti
oleh produk lain, sama strategisnya dengan beras, jagung dan produk pertanian
lain. Perunggasan di Indonesia merupakan ujung tombak dalam pemenuhan
kebutuhan akan konsumsi hewani. Saat ini ayam memberikan kontribusi terbesar
yaitu 60,73% kemudian disusul daging sapi sebesar 23,39% (Sjamsul, 2005).
Dewasa ini dengan semakin bertambahnya populasi manusia dan semakin
tingginya kesadaran akan manfaat dari mengkonsumsi komoditi peternakan
mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap produk produk peternakan.
Akibatnya populasi ternak baik ternak ruminansia maupun ternak non ruminansia
akan bertambah. Hal ini merupakan sinyal positif semakin meningkatnya
perkembangan sektor peternakan di Indonesia.
Akan tetapi ada yang perlu diwaspadai, yakni dengan semakin
meningkatnya populasi ternak sudah pasti limbah yang dihasilkan juga semakin
banyak. Limbah ini memerlukan perhatian khusus, karena jika tidak ditangani
dengan tepat dan cepat akan menimbulkan dampak yang dapat merusak
lingkungan maupun menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang berada di
lingkungan yang tercemar limbah peternakan tersebut.
Peternak sering membuang limbah ke tempat lain seperti badan sungai
tanpa pengelolaan, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran ini
disebabkan oleh aktivitas peternakan, terutama berasal dari limbah yang
dikeluarkan oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air sisa pembersihan
ternak dan kandang, yang pada akhirnya sering menimbulkan berbagai protes dari
kalangan masyarakat sekitarnya, terutama rasa gatal ketika menggunakan air
sungai yang tercemar, di samping bau yang sangat menyengat. Hal tersebut
selaras dengan pendapat Hidayatullah (2005) yang mengemukakan bahwa
sebanyak 56,67% peternak membuang limbah ke badan sungai tanpa pengelolaan,
sehingga terjadi pencemaran lingkungan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang
selama ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan
perlu ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain
berupa keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini
diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga
karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan,
sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya
(Hidayatullah 2005).
Limbah peternakan masih dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan,
apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak.
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein,
lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau
biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat
dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media
berbagai tujuan. Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies,
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
ras petelur di Kabupaten Sidrap adalah sekitar 3.306.401 ekor. Namun demikian,
ayam ayam tersebut juga menghasilkan limbah atau kotoran yang bisa
mengganggu kenyamanan dari masyarakat. Perlu diketahui jumlah kotoran ayam
yang dikeluarkan setiap harinya banyak, rata-rata per ekor ayam 0, 15 kg (Charles
dan Hariyono, 1991). Selanjutnya dikatakan bahwa rata-rata produksi buangan
segar ternak ayam petelur adalah 0,06 kg/hari/ekor, dan kandungan bahan kering
sebanyak 26%. Jika limbah atau kotoran tersebut dibiarkan begitu saja tanpa
dilakukan perlakuan yang tepat, maka akan menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan di sekitarnya. Akan tetapi akan berlaku kebalikannya jika limbah atau
kotoran tersebut dijual untuk dimanfaatkan sesuai dengan potensi yang masih
dimiliki seperti sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, maka hal ini juga
bisa memberikan kontribusi positif bagi peternak untuk mendapatkan sumber
penerimaan alternatif.
Dengan melihat adanya sejumlah manfaat dan nilai ekonomi yang
terkandung dalam kotoran ternak, dan untuk mengembangakan pemanfaatan
limbah peternakan maka, dilakukan penelitian yang mengkaji tentang suatu nilai
ekonomi yang terdapat pada limbah kotoran ternak dengan judul penelitian
Kontribusi Penerimaan Penjualan Limbah Kotoran Ternak Unggas
Terhadap Penerimaan Total Peternak Ayam Petelur di Kec. Kulo Kab
Sidrap.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu : seberapa besarkah kontribusi penerimaan dari
penjualan kotoran ayam petelur terhadap total penerimaan peternak ayam petelur
untuk berbagai skala usaha ?
1. 3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beasrnya kontribusi
penerimaan dari pemanfaatan kotoran ternak ayam petelur terhadap total
penerimaan peternak ayam petelur di Kecamatan Kulo, Kab. Sidenreng Rappang.
1. 4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dan
pertimbangan bagi pihak peternak untuk memanfaatkan kotoran ternak ayam
petelur sebagai suatu penghasilan tamabahan bagi peternak ayam petelur di
Kecamatan Kulo, Kab. Sidenreng Rappang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia
No.362/kpts/TN.120/5/1990, skala usaha peternakan di Indonesia dapat dibedakan
menjadi perusahaan peternakan dan peternakan rakyat. Perusahaan peternakan
adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu
tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi
kegiatan menghasilkan ternak (ternak bibit atau ternak potong), telur, susu serta
usaha menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan
dan memasarkan produk-produk peternakan. Peternakan rakyat adalah usaha
peternakan yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang jumlah
maksimum kegiatannya untuk tiap jenis ternak 15.000 ekor per periode produksi.
Sementara peternakan ayam ras didefinisikan dalam Kepres No.22 tahun
1990 sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras pedaging, tidak
termasuk pembibitan. Tujuan umum suatu peternakan adalah mencukupi
kebutuhan masyarakat akan protein dan bahan lain yang berasal dari hewan atau
ternak (Pulungan dalam Yamesa, 2010)
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan
dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak.
Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para
pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi
dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam
seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging
dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan
ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga
kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan
seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang
ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik
dipertahankan (terus dimurnikan). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam
petelur unggul (Aziz, 2007).
Secara umum ayam mengalami tiga tahapan pertumbuhan yaitu periode
awal (starter) dari DOC sampai umur 6 minggu, periode tumbuh (grower) mulai
umur 6 minggu sampai 18 minggu dan periode produksi (layer) mulai dari umur
18 minggu sampai diafkir. Periode layer adalah periode dimana ayam petelur
mulai menghasilkan telur sampai masa produksi berakhir. Factor yang
menentukan saat bertelur antara lain adalah kedewasaan kelamin ayam yang
dipelihara (Rasyaf, 2007).
Usaha ternak ayam ras petelur untuk saat ini dan yang akan datang cukup
menjanjikan karena seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, permintaan
akan telur semakin bertambah. Menurut Triana et al. (2007), untuk skala usaha
500 ekor dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.891.145,00; skala usaha 500
ekor diperoleh pendapatan sebesar Rp 1.891.145,00; skala usaha 1.000 ekor
memperoleh pendapatan sebesar Rp 5.067.087,00; skala usaha 1.500 ekor
pendapatan sebesar Rp 7.478.864,00; untuk skala usaha 3.500 diperoleh
pendapatan sebesar Rp 16.885.471,00. Ayam ras petelur dapat menghasilkan telur
antara 250 sampai 280 butir per tahun, bahkan untuk jenis Leghorn dapat
mencapai 284-300 butir per tahun (Yuwanta, 2000).
2.2 Penerimaan Usaha
Keberhasilan
usaha
peternakan
dari
segi
penerimaannya
dinilai
yang digunakan untuk input usaha tani peternak, penjualan produk untuk
konsumsi keluarga merupakan penerimaan tidak tunai.
Ditambahkan oleh Harnanto (1992), menyatakan bahwa penerimaan setiap
peternak bervariasi tergantung pada jumlah populasi ternak yang dimiliki oleh
setiap peternak dengan menggunakan hubungan antara penerimaan dan biaya
maka dapat diketahui cabang-cabang usaha tani yang menguntungkan untuk di
usahakan.
Menurut Heriyatno (2009), menyatakan bahwa penilaian besarnya
penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu
kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio penerimaan atas biaya (R/C
rasio). Hasil dari penghitungan rasio penerimaan atas biaya, dapat mengetahui
apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan atau tidak dalam
pelaksanaannya.
2.3 Harga
Dalam perekonomian kita sekarang ini untuk mengadakan pertukaran atau
untuk mengukur nilai suatu produk kita menggunakan uang, bukan sistem barter.
Jumlah uang yang digunakan di dalam pertukaran tersebut mencerminkan tingkat
harga dari suatu barang. Jadi, harga dapat didefinisikan sebagai berikut, harga
adalah jumlah uang ( ditambah beberapa produk apabila memungkinkan ) yang
dibutuhkan
untuk
mendapatkan
sejumlah
kombinasi
dari
produk
dan
lainnya) yang ditukarkan dengan memperoleh hak kepemilikan suatu barang atau
jasa (Tjiptono, 2001).
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2005) harga adalah sejumlah
uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga
adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat
dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Lebih jauh lagi, harga
adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat
dengan mamiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari sudut pandang pemasaran,
harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa
lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikian atas penggunaan
suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran
(exchange) dalam pemasaran (Kotler, 2005).
Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba
perusahaan. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas barang yang
dijual. Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena
kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya
dengan efisiensi produksi. Oleh karena itu penetapan harga mempengaruhi
pendapatan total dan biaya total, maka keputusan dan strategi penetapan harga
memegang peranan penting dalam setiap perusahaan (Verina, 2001).
10
Kotler dan Armstrong (2005) berpendapat bahwa ada dua factor utama
yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yakni factor internal
perusahaan dan faktor lingkungan eksternal. Faktor internal perusahaan mencakup
tujuan pemasaran perusahaan, strategi bauran pemasaran, biaya, dan organisasi.
Sedangkan faktor lingkungan eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan,
persaingan, dan unsur-unsur lingkungan lainnya.
2.4 Limbah Usaha Peternakan Ayam Petelur
Menurut Santi (2007) limbah peternakan meliputi semua kotoran yang
dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan
cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang
berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, sisa
makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk atau isi
perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk
cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat).
Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
Ditambahkan oleh Sihombing (2000), limbah peternakan umumnya
meliputi semua kotoran atau hasil buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan
usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan.
Limbah padat itu sendiri merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau
dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan
ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada
dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas
adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
11
12
serat selulosa yang tidak dicerna. Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat,
lemak dan senyawa organik lainnya. Protein pada. kotoran ayam merupakan
sumber nitrogen selain ada pula bentuk nitrogen inorganik lainnya. Komposisi
kotoran ayam sangat bervariasi bergantung pada jenis ayam, umur, keadaan
individu ayarn, dan makanan (Foot et al., 1976).
Sumber pencemaran usaha peternakan ayam berasal dari kotoran ayam
yang berkaitan dengan unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung dalam kotoran
tersebut, yang pada saat penumpukan kotoran atau penyimpanan terjadi proses
dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk gas amonia, nitrat, dan nitrit serta
gas sulfida. Gas-gas tersebutlah yang menyebabkan bau (Svensson, 1990;
Pauzenga, 1991). Kandungan gas amonia yang tinggi dalam kotoran juga
menunjukkan kemungkinan kurang sempurnanya proses pencernaan atau protein
yang berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak semua nitrogen diabsorbsi
sebagai asam amino, tetapi dikeluarkan sebagai amonia dalam kotoran (Pauzenga,
1991).
Kotoran ayam, sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai pupuk di bidang
pertanian. Sudah dibuktikan bahwa kotoran ternak merupakan pupuk yang cocok
dan baik untuk kesuburan tanah pertanian. Oleh sebab itu penanganan kotoran
ternak secara baik perlu di-lakukan agar tidak menyebabkan bau yang menyengat,
dan kotoran masih tetap dapat dimanfaatkan sebagai pupuk (Rachmawati, 2007).
13
14
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan yaitu pada
bulan April sampai dengan Juni 2012 di Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap,
Sulawesi Selatan.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan atau
menguraikan variable penelitian yaitu penerimaan dari penjualan kotoran ternak
ayam petelur dan penerimaan total usaha peternakan ayam petelur peternak di
Kecamatan Kulo, Kab. Sidenreng Rappang.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan peternak ayam petelur
yang ada di Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap yakni sebanyak 91 peternak.
Berhubung dengan luasnya cakupan daerah penelitian maka dilakukan
pengambilan sampel. Untuk menentukan besarnya sampel, maka dilakukan
dengan menggunakan statistic deskriptif dengan menggunakan rumus Slovin,
yaitu (Umar, 2003):
N
n=
1 + N (e)2
16
Dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan 10%
sebagai nilai kritis.
Penentuan jumlah sampel dapat diketahui sebagai berikut :
n=
91
1+91.0,12
n=
91
1+0.91
n=
91
1.91
n=
47,6 = 48 peternak
17
No.
1.
2.
3.
4.
Skala Usaha
Jumlah Peternak
(Ekor)
(Orang)
1000
8
1001 10.000
75
10.001 20.000
5
> 20.000
3
Jumlah
91
Sumber : Data Primer yang telah Diolah, 2012.
Jumlah Sampel
per Skala
4
39
3
2
48
18
1. Data Primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan
peternak meliputi identitas responden, jumlah penjualan limbah / kotoran
ternak, harga penjualan, dan lain sebagainya.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, Kantor
Kecamatan Kulo dan lain sebagainya yang telah tersedia, seperti gambaran
umum lokasi, sejarah singkat dan lain sebagainya.
3.6 Analisa Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisa statistik
deskriptif yaitu dengan mengitung rata rata penerimaan, persentase, menghitung
besarnya sampel dan melakukan penyederhanaan data serta penyajian data dengan
menggunakan tabel. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan petrnak dari
usaha ayam ras petelur digunakan rumus menurut Soekartawi (2006) :
TR = Q x P
Yaitu TR = Total Penerimaan
Q = Jumlah produksi yang diperoleh dalam suatu usaha ternak
(Telur, Feses dan Ayam Afkir)
P = Harga Produk (Rp)
Sedangkan untuk menghitung kontibusi penerimaan peternak dari
penjualan kotoran ternak digunakan rumus sebagai berikut : (Handayani, 2009)
Qx
P = --------- x 100%
Qy
Dimana ;
19
Qx
Qy
20
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Keadaan Geografis
Kecamatan Kulo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Sidenreng Rappang. Kecamatan Kulo berjarak sekitar 20 km sebelah utara kota
Pangkajene, dan berada pada garis kordinat antara 343 - 409 lintang selatan, dan
119 - 120 bujur timur, secara administratif Kecamatan Kulo terbagi atas 6 desa.
Wilayah Kecamatan Kulo masing masing berbatasan dengan :
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
: Berbatasan
dengan
Kecamatan
panca
Rijang
dan
Kecamatan Baranti
Sebelah Barat
21
No
1
2
3
4
5
6
Desa / Kelurahan
Luas
(Km2)
Mario
12, 20
Rijang Panua
20,00
Kulo
10,10
Abbokongeng
9,14
Maddenra
12,02
Binabaru
11,50
Jumlah
74,76
Sumber : Kecamatan Kulo dalam Angka, 2010.
Ketinggian dari
Permukaan Air Laut
(meter)
< 500
< 500
< 500
< 500
< 500
< 500
Luas
(Ha)
163,57
74,35
520,98
82,03
840.93
4.1.3 Kependudukan
22
Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa)
Laki-Laki
6780
Perempuan
5570
Total
12.350
Sumber: Kecamatan Kulo dalam Angka, 2010.
Persentase (%)
54,89
45,01
100
23
Jenis Pekerjaan
Petani / Peternak
Pedagang
TNI / POLRI
PNS
JUMLAH
Sumber : Kecamatan Kulo dalam Angka, 2010.
Jumlah ( Jiwa )
3670
239
40
650
4599
Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sekitar 3670 jiwa yang
berprofesi sebagai petani / peternak dan merupakan pilihan profesi yang paling
banyak digeluti oleh penduduk di Kecamatan Kulo, sedangkan profesi yang
paling sedikit digeluti oelh warga adalah sebagai aparat keamanan atau TNI /
POLRI dengan jumlah hanya 40 jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
penggunaan lahan di bidang peternakan dan pertanian sehingga membuat
masyarakat memilih pekerjaan sebagai petani dan peternak.
4.1.4 Keadaan Peternakan
Kecamatan Kulo merupakan salah satu daerah di Kabupaten Sidenreng
Rappang yang terkenal dengan usaha peternakan ayam ras petelur, begitu pula
dengan berbagai jenis ternak lain yang juga banyak dipelihara oleh masyarakat
setempat.
Adapun jenis dan populasi ternak yang terdapat di Kecamatan
Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang dapat dilihat pada Tabel 7.
24
2.
3.
4.
Ayam Buras
19754
Ayam Ras Petelur
456714
Itik
4403
Jumlah
479432
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidenreng Rappang,
2011.
Dari Tabel 7, dapat diketahui bahwa jenis ternak yang paling banyak
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keadaan Umum Responden
25
5.1.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dalam
melakukan atau mengambil keputusan dan dapat bekerja secara optimal serta
produktif. Seiring dengan perkembangan waktu, umur manusia akan mengalami
perubahan dalam hal ini penambahan usia yang dapat mengakibatkan turunnya
tingkat produktifitas seseorang dalam bekerja. Menurut Badan Pusat Statistika
(BPS), berdasarkan komposisi penduduk, usia penduduk dikelompokkan menjadi
3 yaitu :
Umur
Jumlah
Persentase
(Tahun)
(Orang)
(%)
14
15 64
48
100
65
Jumlah
48
100
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012.
Kategori
Produktif
-
bahwa
tenaga
kerja
26
yang
umurnya
masih
muda
No
1
2
yaitu laki-laki sebanyak 45 orang atau 93, 75 % dan perempuan hanya 3 orang
atau 6,25%. Hal ini disebabkan oleh karena status laki-laki sebagai kepala rumah
tangga yang berkewajiban untuk mencari nafkah, sedangkan bagi kaum
perempuan hanya membantu pada kegiatan usaha ternak yang mudah dan dalam
jangka waktu yang singkat sebab harus mengurus urusan rumah tangga.
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Peranan sektor pendidikan bagi suatu penduduk atau masyarakat sangat
menentukan dalam rangka mencapai kemajuan di semua bidang kehidupan,
utamanya
peningkatan
kesejahteraannya.
27
Tingkat
pendidikan
seseorang
No.
1
2
3
4
28
penting
terhadap
produktivitas
usaha
dan
merupakan
faktor
pelancar
29
30
usaha
peternakan
dari
segi
penerimaannya
dinilai
31
No
1
2
3
4
Total Penerimaan
Rata Rata Penerimaan
Skala Usaha
Penjualan Telur
Penjualan Telur
(Ekor)
(Rp/ Periode)
(Rp/Periode/Peternak)
1000
965,035,000
241,258,750
1001 10.000
44,564,895,000
1,142,689,615
10.001 20.000
11,727,100,000
3,909,033,333
> 20.000
21,237,010,000
10,618,505,000
Total
78,494,040,000
15,911,486,698
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012
Terlihat pada Tabel 13, hasil penjualan telur merupakan komponen
penerimaan peternak yang paling besar. Adapun besar kecilnya penerimaan dari
peternak tergantung dari jumlah ternak yang dimilikinya dan harga dari produk
yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006) yang
menyatakan bahwa penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual dan sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi
yang dihasilkan dan harga dari produksi tersebut.
5.2.2 Penjualan Ayam Afkir
Setelah melewati fase layer atau masa puncak produksi bertelurnya, secara
bertahap tahap jumlah produksi telur yang dihasilkan oleh ayam petelur akan
berkurang sampai pada akhirnya akan memasuki akhir masa produksi. Setelah
memasuki masa akhir produksi maka ayam ayam tersebut akan diafkir, Ayam
diafkir biasanya setelah berumur 20 bulan maksimal atau tergantung kondisi ayam
pada saat akan diafkir dan hasil dari penjualan ayam ayam afkir tersebut
dimasukkan sebagai penerimaan.
Adapun besarnya penerimaan dari penjualan ayam afkir yang didapatkan
oleh peternak ayam ras petelur di Kecamatan Kulo, kabupaten Sidrap dari bebagai
skala usaha dapat dilihat pada Tabel 14.
32
Tabel 14. Penerimaan dari Hasil Penjualan Ayam Afkir Peternak dari
Berbagai Skala Usaha di Kecamatan Kulo
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012
33
No
1
2
3
4
Skala Usaha
(Ekor)
1000
1001 - 10.000
10.001 - 20.000
> 20.000
Total
Rata - Rata
Penerimaan Penjualan
Ayam
(Rp/Perio/Peternak)
6,093,750
22,084,615
110,000,000
215,000,000
353,178,365
Penjualan Limbah
Limbah peternakan ayam petelur meliputi limbah padat yang berasal dari
sisa makanan yang tidak dicerna oleh ternak, sisa pakan dan kerbing telur.
Penerimaan penjualan limbah ayam petelur juga merupakan penerimaan
sampingan yang memberikan manfaat cukup penting terhadap keuntungan usaha
peternakan
Penjualan limbah dilakukan tiap bulannya dalam per karung dengan harga
Rp. 5000 per karung. Kotoran ayam banyak dicari petani karena harganya yang
cukup terjangkau untuk dijadikan pupuk kompos. Untuk dapat mengetahui hasil
penjualan limbah yang diterima oleh peternak ayam ras petelur di Kecamatan
Kulo, Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Tabel 15.
34
No
1
2
3
4
Total Penerimaan
Rata - Rata Penerimaan
dari Penjualan Feses
Penjualan Feses
(Rp/ Perio)
(Rp/Perio/Ptrnk)
1000
15,750,000
3,937,500
1001 - 10.000
684,000,000
17,538,462
10.001 - 20.000
193,500,000
64,500,000
> 20.000
337,500,000
168,750,000
Total
1,230,750,000
254,725,962
Tabel 15. Penerimaan dari Hasil Penjualan Feses Peternak dari
Berbagai Skala Usaha di Kecamatan Kulo
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012
Skala Usaha
(Ekor)
Terlihat dari Tabel 15, dapat dilihat apabila semakin besar skala usaha
yang dikelola peternak maka akan semakin besar pula peningkatan pendapatan
yang diperoleh dari hasil penjualan limbah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Harnanto (1992), menyatakan bahwa penerimaan setiap peternak bervariasi
tergantung pada jumlah populasi ternak yang dimiliki oleh setiap peternak.
Penjualan limbah merupakan salah satu sumber penerimaan peternak ayam ras
petelur, meskipun nilainya lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan dari telur
dan ayam afkir akan tetapi penjualan kotoran juga mempunyai manfaat lain selain
manfaat ekonomi yakni manfaat ekologi terhadap lingkungan, yakni mengurangi
pencemaran lingkungan.
5.3 Total Penerimaan Usaha
Total penerimaan adalah penjumlahan seluruh komponen penerimaan dari
peternakan ayam ras petelur yakni hasil penjualan telur, penjualan ayam afkir dan
penjualan limbah yang dinyatakan dalam bentuk rupiah. Adapun besarnya total
penerimaan yang didapatkan peternak di Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidrap dari
berbagai skala usaha dapat dilihat pada Tabel 16
Tabel 16. Total Penerimaan Peternak dari Berbagai Skala Usaha di
Kecamatan Kulo
35
No
1
2
3
4
Total Penerimaan
dari Pen. Limbah
(Rp/ Perio)
15,750,000
684,000,000
193,500,000
337,500,000
1,230,750,000
kontribusi penerimaan
dari penjualan
limbah
terhadap
penerimaan total peternak ayam ras petelur dari berbagai skala usaha di
Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Kontribusi Usaha Penjualan Limbah Peternakan Ayam Ras
Petelur dari Berbagai Skala Usaha di Kecamatan Kulo
36
No
1
2
3
4
Penerimaan dari
Total
Penjualan Limbah
Penerimaan
(Rp/Perio)
(Rp/Perio)
1000
15,750,000
992,685,000
1001 - 10.000
684,000,000
45,201,060,000
10.001 - 20.000
193,500,000
12,033,600,000
> 20.000
337,500,000
21,621,760,000
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012
Skala Usaha
Kontribusi
(%)
1.59%
1.51%
1.61%
1.56%
Dilihat dari Tabel 17, kontribusi penerimaan peternak dari hasil penjualan
kotoran sangat kecil yakni dibawah 2 %, hal ini menunjukkan bahwa penjualan
kotoran merupakan suatu usaha sampingan yang dilakukan oleh peternak. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sodiq dan Abidin (2008), menyatakan bahwa Tingkat
pendapatan dari usaha tidak lebih dari 30 % total pendapatnya adalah usaha yang
dilakukan sambil lalu, disamping usaha pokoknya. Walaupun kontribusinya tidak
terlalu besar, namun sumber penerimaan dari feses dirasakan berperan cukup
penting dalam menambah pendapatan peternak.
5.4 Pemanfaatan Hasil Penjualan Limbah
Penjualan limbah merupakan salah satu sumber penerimaan peternak ayam
ras petelur, meskipun nilainya lebih kecil namun hasil penjualan limbah dapat
manfaat cukup penting terhadap keuntungan usaha peternakan. Hasil dari
penjualan limbah yang didapatkan peternak selain untuk dimasukkan dalam kas
usaha, mereka juga berikan untuk pekerja (anak kandang) sebagai bonus untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari mereka, sehingga dapat memacu produktivitas
dari pekerja (anak kandang), selain itu hasil penjualan biasanya digunakan untuk
pembayaran biaya operasional kandang seperti biaya listrik dan air.
37
No
1
2
3
4
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Penerimaan usaha peternakan ayam ras petelur diperoleh dari produksi
telur, penjualan limbah, dan ayam afkir. Besar kecilnya penerimaan dari
peternak tergantung dari jumlah ternak yang dimilikinya dan harga dari
produk yang dihasilkannya
Kontribusi penerimaan peternak dari hasil penjualan kotoran sangat kecil
yakni dibawah 2 %, hal ini menunjukkan bahwa penjualan kotoran
merupakan suatu penerimaan sampingan yang dilakukan oleh peternak
Hasil dari penjualan limbah yang didapatkan peternak selain untuk
dimasukkan dalam kas usaha, untuk pekerja (anak kandang) sebagai bonus
untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, selain itu hasil penjualan
39
40
41
42
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Hj. Ira
H. Raupon
A. Mirwan
A.Najib. S
H. Samade
Kamal
A. Agus
Arifuddin
Abd Rahman
Zainal Abidin
A. Maisur
Abd Rahim
Muh. Tahir. S
Umur
(Thn)
48
42
43
41
32
35
50
43
46
46
49
36
43
Pendidikan
SD
SMA
SMA
SMA
Tsanawiah
SMP
SMK
SMA
SMA
S1
SMA
SMA
Diploma
43
Lama Baternak
(Thn)
11
11
11
13
4
5
17
15
13
12
15
5
12
Jumlah Ternak
(Ekor)
6500
9500
7500
4000
1500
2100
2000
7500
5000
6000
4000
2000
3000
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Batareng
La Dema
Rasman
Basri
H. Fatahuddin
H. Umar
Abd Latif
Parussangi
Sultan
Mariama
Mulyamin
H. Julali
Nasrul
Hamzah
Arifuddin
Syarifuddin
Basaria
P. Toaha
H. Lemba
Mandong
Syahruddin
Hj. Marta
41
31
44
27
47
60
33
32
33
33
42
53
32
47
43
41
33
44
46
42
31
55
SMA
SMP
SMA
SD
S1
Diploma
SMA
SMK
SMA
Tsanawiah
SMA
SMA
SMP
SMK
SMA
S1
SMP
SMP
Tsanawiah
SD
SMK
SMP
44
14
4
20
3
11
10
4
5
6
4
17
11
3
12
11
18
4
11
17
12
5
15
4000
1500
7500
1200
2500
4300
1500
1100
2000
2000
5500
4000
2000
5100
4700
5500
2000
3000
7500
4000
2500
4000
No
Nama
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Hj. Halipa
Drs. Rusdi
Ma'tang
H. Langka
Jamal
Salman
Samidon
Abd. Malik
Muh Jufri
H. Bakri
H. Yahya
H. Darmin. P
H. Said. AP
Umur
(Thn)
52
31
43
45
27
26
28
25
41
51
47
45
47
Pendidikan
SMA
S1
SMP
SD
SMP
SMP
SMP
SD
SMA
SMA
SMP
SMA
SMA
45
Lama Baternak
(Thn)
15
3
16
16
2
2
3
3
23
21
22
23
25
Jumlah Ternak
(Ekor)
3000
2000
4000
5000
500
1000
1000
1000
20000
11000
12000
22000
53000
No
Prod Telur
(Rak / Bln)
4500
6630
5640
3180
1050
1560
1590
5610
3510
5100
3180
1500
2100
3180
1050
5640
960
1800
3000
1200
840
1410
1650
4350
3000
1350
4080
3600
3900
1650
2100
5700
3000
1800
3000
2400
1500
2880
3480
1001 - 10.000
Prod Telur
(Rak/Perio)
81000
119340
101520
57240
18900
28080
28620
100980
63180
91800
57240
27000
37800
57240
18900
101520
17280
32400
54000
21600
15120
25380
29700
78300
54000
24300
73440
64800
70200
29700
37800
102600
54000
32400
54000
43200
27000
51840
62640
Jumlah
Rata2
46
Harga
(Rp / Rak)
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
22,000
21,000
22,000
22,000
22,000
22,000
22,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
22,000
22,000
22,000
22,000
22,000
22,000
22,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
Total Penerimaan
(Rp/Perio)
1,701,000,000
2,506,140,000
2,131,920,000
1,202,040,000
396,900,000
589,680,000
601,020,000
2,120,580,000
1,326,780,000
2,019,600,000
1,202,040,000
594,000,000
831,600,000
1,259,280,000
415,800,000
2,233,440,000
362,880,000
680,400,000
1,134,000,000
453,600,000
317,520,000
532,980,000
623,700,000
1,644,300,000
1,188,000,000
534,600,000
1,615,680,000
1,425,600,000
1,544,400,000
653,400,000
831,600,000
2,154,600,000
1,134,000,000
680,400,000
1,134,000,000
907,200,000
567,000,000
1,088,640,000
1,315,440,000
43,655,760,000
1,119,378,462
Skala Usaha
500
40
1000
41
1000
42
1000
43
Skala Usaha
1001 - 10.000
80
70
75
70
420
660
750
690
1000
20000
44
11000
45
12000
46
Skala Usaha
70
13800
75
8250
70
8400
10.001 - 20.000
22000
47
53000
48
Skala Usaha
70
75
> 20.000
15420
39750
Jumlah
Rata2
7560
11880
13500
12420
Jumlah
Rata2
248400
148500
151200
Jumlah
Rata2
277560
715500
Jumlah
Rata2
47
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
21,000
43,655,760,000
1,119,378,462
158,760,000
249,480,000
283,500,000
260,820,000
952,560,000
238,140,000
5,216,400,000
3,118,500,000
3,175,200,000
11,510,100,000
3,836,700,000
5,828,760,000
15,025,500,000
20,854,260,000
10,427,130,000
Skala
Usaha
1
6500
2
9500
3
7500
4
4000
5
1500
6
2100
7
2000
8
7500
9
5000
10
6000
11
4000
12
2000
13
3000
14
4000
15
1500
16
7500
17
1200
18
2500
19
4300
20
1500
21
1100
22
2000
23
2000
24
5500
25
4000
26
2000
27
5100
28
4700
29
5500
30
2000
31
3000
32
7500
33
4000
34
2500
35
4000
36
3000
37
2000
38
4000
39
5000
Skala Usaha
No
Ayam Yang
Dijual
1300
1900
1500
800
300
525
400
1500
1000
1200
800
500
600
800
450
1500
240
625
1075
450
330
500
300
1100
1000
500
1530
940
1100
400
900
1500
800
750
1000
600
500
1200
1500
1001 - 10.000
Total Penerimaan
(Rp/Periode)
34,125,000
47,500,000
37,500,000
20,000,000
7,875,000
13,125,000
10,000,000
39,375,000
25,000,000
30,000,000
20,000,000
13,000,000
15,000,000
20,000,000
11,250,000
39,000,000
6,000,000
15,625,000
26,875,000
11,250,000
8,250,000
12,500,000
7,500,000
28,875,000
25,000,000
13,125,000
38,250,000
24,675,000
27,500,000
10,000,000
22,500,000
39,375,000
20,000,000
18,750,000
26,000,000
15,000,000
12,500,000
31,500,000
37,500,000
861,300,000
22,084,615
Lampiran 3 Penerimaan Hasil Penjualan Ayam Afkir Peternak Ayam Ras Petelur
di Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidrap.
48
No
Skala
Usaha
Ayam Yang
Dijual
40
41
42
43
500
1000
1000
1000
100
300
250
300
Skala Usaha
44
45
46
20000
11000
12000
Skala Usaha
47
48
22000
53000
Skala Usaha
1000
6000
3300
3600
10.001 - 20.000
6600
10600
> 20.000
25,000
25,000
26,000
26,250
Jumlah
Rata2
26,250
25,000
25,000
Jumlah
Rata2
25,000
25,000
Total Penerimaan
(Rp/Periode)
2,500,000
7,500,000
6,500,000
7,875,000
24,375,000
6,093,750
157,500,000
82,500,000
90,000,000
330,000,000
110,000,000
165,000,000
265,000,000
Jumlah
430,000,000
Rata2
215,000,000
49
Skala
Usaha
Prod Feses
(Karung/Bln)
Prod Feses
(Karung/Perio)
Harga
(Rp/Karung)
Total Penerimaan
(Rp/Perio)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
6500
9500
7500
4000
1500
2100
2000
7500
5000
6000
4000
2000
3000
4000
1500
7500
1200
2500
4300
1500
1100
2000
2000
5500
4000
2000
5100
4700
5500
2000
3000
7500
4000
2500
4000
325
475
375
200
75
105
100
375
250
300
200
100
150
200
75
375
60
125
215
75
55
100
100
275
200
100
255
235
275
100
150
375
200
125
200
5850
8550
6750
3600
1350
1890
1800
6750
4500
5400
3600
1800
2700
3600
1350
6750
1080
2250
3870
1350
990
1800
1800
4950
3600
1800
4590
4230
4950
1800
2700
6750
3600
2250
3600
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
29,250,000
42,750,000
33,750,000
18,000,000
6,750,000
9,450,000
9,000,000
33,750,000
22,500,000
27,000,000
18,000,000
9,000,000
13,500,000
18,000,000
6,750,000
33,750,000
5,400,000
11,250,000
19,350,000
6,750,000
4,950,000
9,000,000
9,000,000
24,750,000
18,000,000
9,000,000
22,950,000
21,150,000
24,750,000
9,000,000
13,500,000
33,750,000
18,000,000
11,250,000
18,000,000
50
36
3000
37
2000
38
4000
39
5000
Skala Usaha
Skala
Usaha
40
500
41
1000
42
1000
43
1000
Skala Usaha
No
20000
44
11000
45
12000
46
Skala Usaha
22000
47
53000
48
Skala Usaha
150
100
200
250
2700
1800
3600
4500
1001 - 10.000
5,000
5,000
5,000
5,000
Jumlah
Rata2
Prod Feses
Prod Feses
Harga
(Karung/Bln) (Karung/Perio) (Rp/Karung)
25
450
5,000
50
900
5,000
50
900
5,000
50
900
5,000
1000
Jumlah
Rata2
1000
18000
5,000
550
9900
5,000
600
10800
5,000
10.001 - 20.000
Jumlah
Rata2
1100
19800
5,000
2650
47700
5,000
> 20.000
Jumlah
Rata2
51
13,500,000
9,000,000
18,000,000
22,500,000
684,000,000
17,538,462
Total Penerimaan
(Rp/Perio)
2,250,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
15,750,000
3,937,500
90,000,000
49,500,000
54,000,000
193,500,000
64,500,000
99,000,000
238,500,000
337,500,000
168,750,000
Skala
Usaha
Penerimaan
Penjualan Telur
(Rp/Perio)
Penerimaan dari
Ayam Afkir
(Rp/Perio)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
6500
9500
7500
4000
1500
2100
2000
7500
5000
6000
4000
2000
3000
4000
1500
7500
1200
2500
4300
1500
1100
2000
2000
5500
4000
2000
5100
4700
5500
2000
3000
7500
4000
2500
1,701,000,000
2,506,140,000
2,131,920,000
1,202,040,000
396,900,000
589,680,000
601,020,000
2,120,580,000
1,326,780,000
2,019,600,000
1,202,040,000
594,000,000
831,600,000
1,259,280,000
415,800,000
2,233,440,000
362,880,000
680,400,000
1,134,000,000
453,600,000
317,520,000
532,980,000
623,700,000
1,644,300,000
1,188,000,000
534,600,000
1,615,680,000
1,425,600,000
1,544,400,000
653,400,000
831,600,000
2,154,600,000
1,134,000,000
680,400,000
34,125,000
47,500,000
37,500,000
20,000,000
7,875,000
13,125,000
10,000,000
39,375,000
25,000,000
30,000,000
20,000,000
13,000,000
15,000,000
20,000,000
11,250,000
39,000,000
6,000,000
15,625,000
26,875,000
11,250,000
8,250,000
12,500,000
7,500,000
28,875,000
25,000,000
13,125,000
38,250,000
24,675,000
27,500,000
10,000,000
22,500,000
39,375,000
20,000,000
18,750,000
52
Penerimaan
dari Penjualan
Feses
(Rp/Perio)
29,250,000
42,750,000
33,750,000
18,000,000
6,750,000
9,450,000
9,000,000
33,750,000
22,500,000
27,000,000
18,000,000
9,000,000
13,500,000
18,000,000
6,750,000
33,750,000
5,400,000
11,250,000
19,350,000
6,750,000
4,950,000
9,000,000
9,000,000
24,750,000
18,000,000
9,000,000
22,950,000
21,150,000
24,750,000
9,000,000
13,500,000
33,750,000
18,000,000
11,250,000
Total
Penerimaan
(Rp/Perio)
1,764,375,000
2,596,390,000
2,203,170,000
1,240,040,000
411,525,000
612,255,000
620,020,000
2,193,705,000
1,374,280,000
2,076,600,000
1,240,040,000
616,000,000
860,100,000
1,297,280,000
433,800,000
2,306,190,000
374,280,000
707,275,000
1,180,225,000
471,600,000
330,720,000
554,480,000
640,200,000
1,697,925,000
1,231,000,000
556,725,000
1,676,880,000
1,471,425,000
1,596,650,000
672,400,000
867,600,000
2,227,725,000
1,172,000,000
710,400,000
35
4000
36
3000
37
2000
38
4000
39
5000
Skala Usaha
1,134,000,000
26,000,000
907,200,000
15,000,000
567,000,000
12,500,000
1,088,640,000
31,500,000
1,315,440,000
37,500,000
1001 - 10.000
40
500
41
1000
42
1000
43
1000
Skala Usaha
Penerimaan
Penerimaan dari
Penjualan Telur
Ayam Afkir
(Rp/Perio)
(Rp/Perio)
158,760,000
2,500,000
249,480,000
7,500,000
283,500,000
6,500,000
260,820,000
7,875,000
1000
44
20000
45
11000
46
12000
Skala Usaha
5,216,400,000
157,500,000
3,118,500,000
82,500,000
3,175,200,000
90,000,000
10.001 - 20.000
47
22000
48
53000
Skala Usaha
5,828,760,000
165,000,000
15,025,500,000
265,000,000
> 20.000
No
Skala
Usaha
53
18,000,000
13,500,000
9,000,000
18,000,000
22,500,000
Jumlah
Rata2
Penerimaan dari
Penjualan Feses
(Rp/Perio)
2,250,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
Jumlah
Rata2
90,000,000
49,500,000
54,000,000
Jumlah
Rata2
99,000,000
238,500,000
Jumlah
Rata2
1,178,000,000
935,700,000
588,500,000
1,138,140,000
1,375,440,000
45,201,060,000
1,159,001,538
Total
Penerimaan
(Rp/Perio)
163,510,000
261,480,000
294,500,000
273,195,000
992,685,000
248,171,250
5,463,900,000
3,250,500,000
3,319,200,000
12,033,600,000
4,011,200,000
6,092,760,000
15,529,000,000
21,621,760,000
10,810,880,000
Skala Usaha
Total Penerimaan
(Rp/Perio)
Kontribusi
(%)
1
2
3
4
1001 - 10.000
1000
10.001 - 20.000
> 20.000
684,000,000
15,750,000
193,500,000
337,500,000
45,201,060,000
992,685,000
12,033,600,000
21,621,760,000
1.51%
1.59%
1.61%
1.56%
54
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Sapril Ramadhan dilahirkan di Ujung
Pandang, pada tanggal 07 April 1989, sebagai anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan bapak
Diddy Leto dan ibu St. Hadenah. Memulai mengenyam
dunia pendidikan pada TK Sinar Fajar tahun 1994, dan
pada tahun 1995 melanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SDN Minasa Upa,
Makassar, pada tahun 2001 melanjutkan ke sekolah menengah pertama yakni
SMPN 1 Makassar, pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan di SMKN 2
Makassar.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Mengengah Atas, penulis
diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makasssar dan lulus pada tahun 2012. Selama menjadi
mahasiswa penulis cukup aktif di organisasi kemahasiswaan anatara lain :
1. Koordinator Departemen Hubungan Masyarakat Himpunan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Peternakan (HIMSENA) periode 2010 2011
55
56