SKRIPSI
Oleh :
MUH. YUSUF MALLE
I 111 06 014
SKRIPSI
Oleh :
MUH. YUSUF MALLE
I 111 06 014
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama
NIM
: I111 06 014
Makassar,
Oktober 2011
Ttd
iii
Judul Skripsi
Nama
NIM
: I 111 06 014
Program Studi
: Produksi Ternak
Jurusan
: Produksi Ternak
Diketahui oleh
iv
ABSTRAK
Muh Yusuf Malle (I11106014). Keadaan Status Hematologi Sapi Bali
Jantan dan Betina. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc
selaku Pembimbing Utama dan Prof. Dr. Ir. Herry Sonjaya, DEA, DES selaku
Pembimbingan Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hematologis sapi Bali
jantan dan betina. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi
Bali jantan dan betina masing-masing sebanyak tujuh ekor serta larutan HCl 0,1
N, larutan hayem, larutan turk, antikoagulan. Parameter yang diukur dalam
penelitian ini adalah nilai hematokrit, kadar hemoglobin (Hb), sel darah merah
dan sel darah putih. Data yang diperoleh pada penelitian ini diuji dengan Uji TStudent yakni untuk mengetahui perbedaan keadaan status hematologis ternak
sapi bali jantan dan betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sel darah
merah jantan dan betina masing-masing 3958,57 dan 4068,5, dengan nilai
hematokrit masing-masing 26,29 dan 41,14 pada ternak jantan dan betina. Kadar
Hemoglobin sapi jantan dan betina masing-masing 87,14 dan 84,29, sedangkan
jumlah sel darah putih ternak sapi jantan dan betina masing-masing 7735,71 dan
3964,29. Dapat disimpulkan bahwa: 1) Tidak terdapat perbedaan jumlah sel darah
merah dan kadar hemaglobin pada sapi Bali jantan dan betina. 2) Nilai hematokrit
sapi Bali jantan sangat nyata (P<0,01) lebih rendah dibanding dengan nilai
hematokrit sapi Bali betina. Sebaliknya jumlah sel darah putih sapi Bali jantan
sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah sel darah putih
sapi Bali betina. 3) Terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara nilai
hematokrit dan jum sel darah putih pada ternak sapi Bali jantan dan betina.
Kata Kunci: Sapi Bali, jantan, betina, status hematologi
ABSTRACT
Muh Yusuf Malle (I11106014). Haematology Status of Male and Famale
of Bali Cattle. Supervised by: Djoni Prawira Rahardja, Supervised by and
Herry Sonjaya.
v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sekalian hamba-hamba-Nya
Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasullullah
Muhammad SAWW, ahlulbaitnya serta para pembela beliau dalam menegakkan
ajaran tauhid.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis haturkan
dengan penuh rasa hormat kepada :
1. Kedua orang tua tercinta yang tak henti-hentinya mencuruhkan segala
perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga bisa menjadi seperti
sekarang ini.
2. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc selaku pembimbing utama dan Prof. Dr.
Ir. Herry Sonjaya, DEA, DES. selaku pembimbing anggota yang telah
meluangkan banyak waktu dan sumbangsih pemikiran kepada penulis sampai
penyelesaian penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt. yang telah banyak membantu penulis dalam
penyelesaian tugas akhir skripsi ini, Semoga Tuhan Senantiasa membalas
kebaikan bapak.
4. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan,
Prof. Dr. Ir. Lellah Rachim, M.Sc selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak
hingga 2010, Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Ketua Jurusan
vii
Produksi Ternak mulai 2010 dan Prof. Dr. Ir. H. MS. Effendi Abustam, M.Sc
selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Ternak hingga 2011. Prof. Dr.
Drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi
Hasil Ternak mulai 2011.
5. Semua Dosen-Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah
memberi ilmunya kepada penulis.
6. Kepada angkatan tanduk 01, caput 02, spider 03, hamster 04, Lebah
05, colagen 06, rumput 07, Bakteri 08, merpati 09, dan lion 10
atas segala bantuannya selama penulis menjalani perkuliahan.
7. Terkhusus penulis haturkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada kakanda
Mawardi Asja dan Muh. Akhsan yang banyak mengajari penulis tentang
berbagai pengetahuan, serta kepada seluruh teman-teman yang pernah
menjalani kesehariannya bersama penulis dalam setiap aktifitas, serta kepada
seluruh orang yang telah berjasa kepada penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi
semuanya telah penulis lakukan dengan sebaik-baiknya demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya.
viii
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi diri penulis sendiri. Amin.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR KEASLIAN.....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
ABSTRACT.....................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
xiii
PENDAHULUAN............................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
A. Karateristik Sapi Bali....................................................................
B. Pakan Ternak.................................................................................
C. Hematologis Sapi Bali..................................................................
D. Hemaglobin (Hb)..........................................................................
E. Penetuan Nilai Hematokrit...........................................................
F. Gambaran Hematologi Sapi Hematokrit dan Hemaglobin..
10
11
13
Materi Penelitian.
13
Metode Penelitian .
13
xi
15
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
1.Nilai Total Hematokrit PVC dan Kadar Hemaglobin Sapi-sapi
Indonesia oleh Beberapa Peneliti..........................................................
8
2.Nilai Total Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Sapi-sapi
Indonesia oleh Beberapa Peneliti..........................................................
11
3.Jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan jumlah
sel darah putih pada sapi bali jantan dan betina ...............
17
xii
xiii
PENDAHULUAN
Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan
pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan. Tingginya permintaan masyarakat atas
kebutuhan daging membuat pemerintah harus melaksanakan swasembada daging.
Data Dirjen Peternakan (2008) pada tahun 2006-2007 menyatakan bahwa
kebutuhan nasional daging sapi pada tahun 2006 adalah 395,80 ton. Hal ini juga terjadi
pada tahun 2007 yaitu sebanyak 418,20 ton akibatnya terjadi perlambatan peningkatan
produksi daging. Kekurangan daging sapi tersebut dapat dipenuhi lewat penggemukan
sapi bakalan ekspor -import dan daging beku import. Hal ini tentu merugikan pemerintah
dan konsumen karena harus mengeluarkan biaya untuk mengimport daging.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan daging sapi
tersebut adalah meningkatkan program IB dengan memanfaatkan teknologi dibidang
reproduksi serta memberdayakan sapi lokal hasil peternakan rakyat yaitu dengan
penggemukan serta perbaikan manajemen pemeliharaan sehingga dapat menghasilkan
sapi-sapi yang bermutu dengan berat badan yang tinggi.
Jenis sapi yang umum dipelihara dan digemukkan adalah jenis sapi Bali yang
mempunyai banyak keistimewaan.
terhadap lingkungan maupun pakan serta dapat digunakan sebagai tenaga kerja.
Keunikan lain dari sapi Bali sekaligus kelebihannya yaitu tingkat kesuburannya tinggi.
Hal ini menyebabkan sapi Bali berpotensi untuk dikembangkan di seluruh Indonesia.
Penggemukan yang dilakukan oleh peternak rakyat belum maksimal. Faktor
penyediaan hijauan pakan ternak masih merupakan kendala bagi peternak. Pada musim
hujan, pakan akan melimpah tetapi pada musim kemarau, pakan sangat sulit didapatkan
sehingga dapat berpengaruh terhadap sapi Bali jantan dan betina. Perbaikan manajemen
pemeliharaan sangat dibutuhkan karena dapat meningkatkan mutu dan produktivitas
ternak dengan memberikan pakan yang dapat memacu pertumbuhan ternak.
Darah merupakan komponen penting yang memenuhi tubuh ternak. Didalam
tubuh ternak, darah mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai alat transportasi zat-zat
makanan keseluruh sel tubuh namun dilain hal darah juga rentan sebagai media
penyebaran penyakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status hematologis sapi Bali
jantan dan betina di fakultas peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi data awal bagi peneliti
selanjutnya yang akan mengembangkan ternak sapi bali.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Sapi Bali
Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai
hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi
tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi Bali. Sebagai keturunan banteng, sapi
Bali memiliki warna dan bentuk tubuh persis seperti banteng liar (Guntoro,2002)
Sapi Bali lebih unggul dibandingkan bangsa sapi lainnya, misalnya sapi Bali akan
memperlihatkan perbaikan performan pada lingkungan baru dan menunjukkan sifat-sifat
yang baik bila dipindahkan dari lingkungan jelek ke lingkungan yang lebih baik. Selain
cepat beradaptasi pada lingkungan yang baru, sapi Bali juga cepat berkembang biak
dengan angka kelahiran 40% - 85% (Martojo, 1988).
Salah
satu sapi asli di dunia adalah sapi Bali dan merupakan sapi yang
mempunyai beberapa karakteristik. Ciri khas sapi Bali (Bos sondaicus) adalah warna
bulunya merah bata dan mempunyai garis belut di sepanjang punggungnya. Beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh sapi Bali yaitu terletak pada kemampuan reproduksinya
yang tinggi, mampu menghasilkan kualitas daging dan karkas yang baik. Persentase
produksi karkas juga paling tinggi sehingga cocok untuk dikembangkan sebagai sapi
potong (Guntoro, 2002).
Keunggulan lain sapi Bali adalah sangat disenangi oleh petani karena memiliki
kemampuan kerja yang baik, reproduksinya sangat subur, tahan caplak, mampu
berkembang biak pada lingkungan yang jelek dan dapat mencapai
persentase karkas 56,6% apabila diberi pakan tambahan konsentrat (Moran, 1978).
Pakan Ternak
Pemberian pakan, baik berupa hijauan maupun konsentrat harus diperhitungkan
dengan cermat. Jika jumlah pakan yang diberikan sangat terbatas, akan menyebabkan
terjadinya kompetisi dalam memperebutkan pakan. Akibatnya sapi-sapi yang kuat akan
pesat pertumbuhannya, sedangkan sapi yang lemah pertumbuhannya lambat. Sebaliknya,
jika pemberian pakan sangat berlebihan, tidak ada kompetisi dalam memperebutkan
pakan. Akibatnya sapi-sapi yang kuat akan pesat pertumbuhannya, sedangkan sapi yang
lemah pertumbuhannya lambat. Sebaliknya, jika pemberian pakan sangat berlebihan,
tidak ada kompetisi, tetapi sisa pakan yang tidak terkonsumsi merupakan pemborosan
(Abidin,2002)
Abidin (2002) menyatakan bahwa ada beberapa syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh suatu pakan yang akan diberikan pada ternak yaitu murah, disukai oleh
ternak (palatabilitas) dan mudah diperoleh serta tidak bersaing dengan kebutuhan pakan
manusia
Salah satu cara baru yang dapat diterapkan dalam upaya penggemukan sapi
potong adalah dengan menggunakan pakan tambahan. Pakan tambahan berupa suatu
bahan yang mengandung koloni mikrobe terpilih dan digunakan untuk mengatur
keseimbangan mikroorganisme di dalam rumen (alat pencernaan) (Guntoro, 2002)
Pemberian pakan tambahan merupakan salah satu upaya teknologi penggemukan
sapi modern. Mikrobe didalam pakan tambahan akan menghasilkan enzim yang
menguraikan serat kasar pada pakan sapi, dengan begitu daya cerna pakan oleh sapi lebih
efesien sehingga akan meningkatkan berat badan ( Sugeng, 2006).
Fungsi utama dari hemoglobin adalah sebagai transport oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan sebaliknya membawa karbodioksida darah dan membantu regulasi asam-asam
melalui CO2 dalam paru-paru serta buffer dari imidazole histidin hemoglobin (Benjamin,
1994), selanjutnya Phillis (1976) menyatakan bahwa hemoglobin berfungsi sebagai pigmen
respiratoris darah dan sebagai bagian dari system buffer intrinsik darah. Oksigen tersedia dan
dibebaskan secara mudah oleh kandungan atom Fe dalam molekul hemoglobin sambil darah
melintasi kapiler paru-paru.
Penentuan Nilai Hematokrit
Hematokrit value adalah volume sel-sel darah terhadap volume darah secara
keseluruhan. Penentuan nilai hematokrit (dengan pemberian zat anti gumpal), setelah itu
disentrufuge. Sel-sel darah merah akan berkumpul pada bagian bawah tabung dan sebagai
patokan kasar nilai hematokrit sapi 40 % sel darah merah.
Volume sel dalam sirkulasi darah biasanya lebih sedikit dari pada volume plasma
dan pada hewan normal hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit
dan kandungan hemoglobin (Swenson, 1984). Lebih lanjut Mitruka dan Rawsley (1981)
menyatakan bahwa hematokrit merupakan ukuran proporsi dari sel darah merah dengan
plasma dalam darah periperial. Hematokrit tubuh memberi ratio dari massa total eritrosit
dengan volume total darah.
Ada banyak variasi nilai normal dalam spesies hewan. Umumnya pada sebagian
besar darah hewan normal nilai hemoglobinnya antara 13 sampai 15 gram per 100
mililiter (Swenson,1970; Benyamin, 1978; Mitruka dan Rawnsley, 1981; Phillis, 1976).
Sedangkan sebagian besar hewan piaraan mempunyai nilai hematokrit dari 38 sampai
40% dengan rata-rata 40% (Swenson,1984).
Ditekankan bahwa jika hewan eksperimen tidak dipelihara dibawah kontrol
kondisi dengan hati-hati, maka nilai hematologis dapat bervariasi. Hematokrit dan
hemoglobin relatife tinggi pada kelahiran dan menurun setelah sapi mendapatkan
colostrums sebagai akibat dari pengenceran plasma (Mitruka dan Rawnsley, 1981).
Jumlah hemoglobin berubah-ubah seperti jumlah eritrosit dengan hypoxia sebagai
stimulus utama peningkatan produksi hemoglobin (Phillis, 1976).
Nilai total hematokrit dan kadar hemoglobin sapi-sapi Indonesia oleh beberapa
peneliti, disajikan pada Table 1.
Tabel 1. Nilai Total Hematokrit PVC dan Kadar Hemoglobin Sapi-sapi Indonesia
oleh Beberapa peneliti.
No.
1.
Uraian
Sapi Bali di Bali
PCV (%)
Hb (g/100 ml)
29,06
8,97
29,6
9,20
2.
3.
30,1
9,49
4.
33,9
14,7
33,5
11,5
31,8
11,31
42,00
17,28
39,00
15,04
sebelum
masuk
sirkulasi.
Pembentukan
sel
darah merah
(erithropoiesis) terjadi di sum-sum tulang. Pada fetus eritrosit dibentuk juga di dalam
hati dan limpa. Eritrhopoiesis merupakan suatu proses yang kontinu dan sebanding
dengan tingkat pengrusakan sel darah merah. Erithtopoiesis diatur oleh mekanisme
umpan balik dimana prosesnya dihambat oleh peningkatan level sel darah merah yang
bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia (Swenson, 1984).
Leukosit (Sel Darah Putih)
Perbedaan sel darah putih dengan eritrosit adalah leukosit selalu mempunyai inti
sel dan sitoplasma serta mampu bergerak bebas. Jumlah leukosit lebih sedikit dari
eritrosit yaitu
granula di dalam sitoplasma dibagi menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri
dari netrofil , basofil dan eosinofil, sedangkan agranulosit atas limposit dan monosit.
Jumlah total sel darah putih dinyatakan dengan 109/l, sedangkan jumlah total darah
merah dinyatakan dengan 1012/l (Swenson, 1984).
Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang
berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan,bangsa
(breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut (Swenson, 1984).
Tabel 2. Nilai Total Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Sapi-sapi Indonesia
oleh Beberapa Peneliti
No
Uraian
SDM
10
SDP
1.
(juta/mm3)
(ribu/mm3)
5,649
6,87
5,790
6,886
5,900
7,026
5,600
6,300
2.
3.
4.
5.
6,500
9,000
6.
4,899
6,852
5,690
8,940
7,010
8,460
(Jatman, 1993)
7.
8.
11
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
12
Prosedur Kerja
13
14
Menghitung jumlah sel darah putih dengan cara mengisap darah hingga angka 0,5
dengan menggunakan pipet, lalu mengisap larutan turk sampai angka 11, kemudian
melepas pembuluh karet dari pipet dan pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian mengeceknya. Setelah itu meletakkan ke dalam kamar hitung dan mengamati
dibawah mikroskop. Perhitungan dilakukan pada kotak persegi bertanda W (W1, W2,
W3,W4) kemudian mengalikan 50 dengan menggunakan pengenceran 50 kali.
Analisis Data
15
1
1
n1 n 2
2
(n 1) s1 (n 2 1) s 2
s = 1
n1 n 2 2
Keterangan:
t = Parameter yang di ukur
x1 = Rata-rata perlakuan sapi Bali jantan
x2= Rata-rata perlakuan sapi Bali betina
s2 = Simpangan baku rataan
s1 = Simpangan baku sapi Bali jantan
s2= Simpangan baku sapi Bali betina
n1 = Banyaknya jumlah sapi Bali jantan
n2= Banyaknya jumlah sapi Bali betina
16
Jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan jumlah
sel darah putih pada sapi Bali jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan
jumlah sel darah putih
Parameter
Jantan
Betina
Signifikasi
3958,57
4068,5
Ns
26,29
87,14
7735,71
41,14
84,29
3964,29
**
Ns
**
Sel darah merah (eritrosit) mengandung hemoglobin dan berfungsi sebagai alat
transportasi oksigen. Berdasarkan hasil uji t-student menunjukkan bahwa nilai
hemaglobin sapi Bali jantan dan betina tidak berbeda nyata (P>0,05).
Susunan dari sel darah merah adalah air (62%-72%) dan kira-kira sisanya
berupa solid terkandung homoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma
dan membran sel, lipid, enzim, vitamin dan glukosa serta urin. Umur sel darah
merah pada hewan kira-kira 25 hingga 140 hari (Guyton, 1997).
17
(Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai hematokrit sapi Bali betina tersebut nyata
lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan sapi Bali betina.
Kondisi Nilai
hematokrit yang diperoleh dalam penelitian ini, pada sapi jantan terlihat angka
yang lebih rendah dari nilai hematokrit yang ada di Bali dan nilai yang lebih
tinggi pada ternak betina, yakni sebesar 29,06 (Wahyuni, 2003).
Namun
18
19
3. Berdasarkan hasil uji t-student menunjukkan bahwa jumlah sel darah putih sapi bali
jantan dan betina P<0,01 sangat berbeda nyata.
20
Perbedaan status hematologis sapi Bali jantan dan betina dicirikan oleh
nilai hematokrit yang rendah dan jumlah sel darah putih yang tinggi pada sapi
Bali jantan dibandingkan sapi Bali betina.
Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel
yang lebih banyak dan dengan tingkat umur yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin.Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta
21
Ali, H. M. 1994. Pertumnuhan, Jumlah Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Sapi
Bali jantan dan betina dari Beberapa Daerah Di Sulawesi Selatan yang
Dipelihara Intensif. (Skripsi) Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Anonim. 2007. The Merc Veteriner Manual. 5th Ed. Merck and Co. Inc, Rahway,
New york.
Ginting, N. 1984. Gambaran Darah Sapi Frisien Holstein diBogor dan Pontianak.
Penyakit Hewan 16 : 2224-227
Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogyakarta.
Guyton. 1997. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Gadjah Mada University.
Press. Yogyakarta.
Hughes, N. C. dan Wickramasinghe, S. N. 1995. Catatan Kuliah Hematologi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
22
Moran, J.B. 1978. Growth and Carcass Development of Indonesian Beef Breeds.
Dalam Pros. Sem. Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan.
Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.
Phillis, J. W. 1976. Veterinary Physiology. Bristol Wright. Scientechnica.
Sarwono.2001. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Gadjad Mada University Press.
Yogyakarta.
Sugeng. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta Sarwono.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Swenson, M.J.1984. Dukes Physiologi of Domestic Animals, 10th ed. Ithaca.
Cornel University Press.
Wahyuni, 2003. Fermentasi Dedak Padi Oleh Kapang Aspergillus Ficvum dan
Pengaruhnya Terhadap Kadar Fitrat, Kualitas Protein Kasar Serta Energi
Metabolis Pada Ayam. Jurnal Bionatura. L.P. Unpad. Bandung. Vol. 5.
No.2 (143-145).
23
RIWAYAT HIDUP
Muh. Yusuf Malle (I11106014), lahir pada tanggal 22
Januari
24
25