Anda di halaman 1dari 31

A.

JUDUL PENELITIAN
Penerapan Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write) untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIIB
SMP Dharmakerti Tukadmungga
B. IDENTITAS PENELITI
Nama
: Ni Made Yuli Antari
Kelas
: VI B
Jurusan : Pendidikan Matematika
C. LATAR BELAKANG
Dalam hidup bermasyarakat kita tidak dapat terhindar dari kegiatan
komunikasi. Sudah diketahui bahwa komunikasi bida dilakukan dimana saja,
baik di rumah, sekolah, kantor, bahkan komunikasi sanggup menyentuh segala
aspek kehidupan kita. Pada bidang pendidikan misalnya, tidak bisa berjalan
tanpa dukungan komunikasi.
Kehidupan manusia mengalami perkembangan dalam berbagai aspek.
Salah satu aspek tersebut adalah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menuntut manusia
untuk terus meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya. Usaha penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak lepas dari peran pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap
individu yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa
dan kehendak), sosialnya, dan moralitasnya (Sumitro, dkk, 2003: 16).
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berperan
penting dalam kehidupan, antara lain dalam pembentukan keterampilan
berkomunikasi dan pemecahan masalah serta mampu bekerjasama, kemudian
diharapkan yang memiliki keterampilan berpikir seperti ini mampu menghadapi
tantangan kehidupan secara mandiri. Matematika bukan hanya sekedar alat bagi
ilmu, tetapi lebih dari itu matematika adalah bahasa. Sejalan dengan itu Jujun S.
Suriasumantri (2007: 190) mengatakan, matematika merupakan bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Dalam upaya mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin maju, pembelajaran matematika di kelas perlu
direformasi, (Tandaliling, 2011: 45). Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai

pemberi informasi (transfer of knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa


belajar (stimulation of learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan
melalui berbagai aktivitas termasuk aspek berkomunikasi. Menurut Silver dan
Smith (1996: 20) mengutarakan bahwa tugas guru adalah: (1) melibatkan siswa
dalam setiap tugas matematika; (2) mengatur aktivitas intelektual siswa dalam
kelas seperti diskusi dan komunikasi; (3) membantu siswa memahami ide
matematika dan memonitor pemahaman mereka.
Pandangan kedua ahli Silver dan Smith ternyata kemampuan komunikasi
matematis memang perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Hal ini
diperkuat oleh Baroody (1993: 107), bahwa pembelajaran harus dapat membantu
siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu
representing, listening, reading, discussing dan writing. Selanjutnya disebutkan
sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam pembelajaran
matematika

perlu

ditumbuhkembangkan

di

kalangan

siswa.

Pertama,

mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu


berpikir ( a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan
masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga "an invaluable tool
for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succinctly. Kedua,
mathematics learning as social activity: artinya sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran matematika, sebagai wahana interaksi antar siswa, serta sebagai
alat komunikasi antara guru dan siswa.
Terdapat dua alasan penting mengapa pembelajaran matematika terfokus
pada pengkomunikasian. Pertama, matematika pada dasarnya adalah suatu
bahasa. Kedua, matematika dan belajar matematis dalam bathinnya merupakan
aktivitas social. Selain itu komunikasi matematika menjadi focus perhatian
dalam pembelajaran matematika sebab melalui komunikasi, siswa dapat
mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya dan siswa dapat
mengeksplore

ide-ide

matematika.

Kesadaran

tentang

pentingnya

memperhatikan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan


matematika yang dipelajari di sekolah perlu ditumbuhkan, sebab salah satu
fungsi pelajaran matematika adalah sebagai cara mengkomunikasikan gagasan
secara praktis, sistematis, dan efisien.

Kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi) untuk Sekolah


Menengah Pertama (Depdiknas, 2003) menyatakan bahwa potensi siswa harus
dikembangkan secara optimal, dan di dalam proses belajar matematika siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah
matematika. Kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari kemampuan
berpikir matematis tingkat tinggi. Agar kemampuan berpikir matematis tingkat
tinggi berkembang, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa
dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematik yang bermanfaat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas VIIB SMP Dharmakerti
Tukadmungga, terlihat saat pembelajaran matematika berlangsung komunikasi yang
terjadi antara siswa dan guru hanya berjalan satu arah. Guru terlihat lebih dominan
menjadi informan dan siswa hanya menyerap apa yang disampaikan oleh guru. Siswa
terlihat sangat pasif karena saat guru memberikan apersepsi ataupun memberi
pertanyaan mengenai hal-hal yang dipelajari hanya ada satu atau dua siswa saja yang
berani untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, saat guru
memberikan tugas, terlihat hanya ada sedikit beberapa siswa yang memang
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa kurang berani berkomentar atau
memberikan pendapat dan bahkan takut bertanya walaupun sebenarnya belum paham
tentang apa yang dipelajar, tidak merespon saat guru menyajikan pekerjaan yang
keliru. Siswa hanya mengerjakan dan mencatat apa yang diberikan oleh guru. Hal
tersebut merupakan salah penyebab dari tidak berkembangnya kemampuan
komunikasi siswa. Sehingga kemampuan siswa dalam memberikan alasan rasional
terhadap suatu pernyataan dianggap kurang. Sebagian besar siswa juga tidak terbiasa
membuat visualisasi untuk mendeskripsikan masalah matematika. Seringkali siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini menunjukan
kurangnya kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian.
Tentu hal ini berpengaruh pada kurangnya kemampuan siswa dalam mengubah
bentuk uraian ke dalam model matematika. Siswa hanya menunggu jawaban teman
yang dianggap lebih pintar atau menunggu jawaban dari guru. Hal ini menunjukan
bahwa komunikasi matematika siswa masih kurang.
Selain observasi kelas, dari hasil wawancara dengan guru bidang strudi
matekatika kelas VIIB yaitu ibu Komang Sukraniasih menyatakan bahwa hasil belajar

yang diperoleh siswa kelas VIIB masih terbilang rendah. Berikut adalah pendataan
yang diambil dari nilai ulangan harian pada awal semester genap.
Tabel 1. Hasil Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas VIIB

Evaluasi
Ulangan Harian

Nilai

Nilai

Terendah
25

Tertinggi
83

Rata-rata
62

Presentase
Ketuntasan
35%

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, maka diperlukan


suatu model pembelajaran yang baru yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa. Salah satu model pembelajaran yang
dianggap tepat untuk mengatasi masalah kemampuan komunikasi matematika
adalah model pembelajaran TTW (Think Talk Write).
Melalui model pembelajaran ini, siswa diberi masalah matematika dan
menyelesaikannya secara individu terlebih dahulu dengan membuat catatan kecil.
Dengan membuat catatan kecil ini akan melatih cara berpikir siswa untuk
mengatasi suatu permasalahan dengan terstruktur dan sistematis. Kemudian siswa
dilibatkan dalam kelompok diskusi untuk mendiskusikan hasil dari catatan kecil
yang memungkinkan siswa membangun kepercayaan diri dan terhadap
keampuannya. Dalam forum diskusi ini akan dapat meningkatkan keterampilan
berbicara dan berkomunikasi yang baik dengan sesama serta belajar untuk dapat
menyampaikan pesan dengan baik sehingga pendengar dapat mengerti dengan apa
yang disampaikan. Setelah diskusi, tahap akhir yang dilakukan siswa adalah
menulis hasil dari apa yang telah didiskusikan dalam forum diskusi. Dengan
menulis akan dapat melatih kemampuan komunikasi dalam bentuk tulisa. Selain
itu, dengan model pembelajaran ini akan mendorong siswa untuk lebih
bertanggung jawab, lebih berpikir kritis dan produktif, dan meningkatkan hasil
belajar dan suasana belajar yang kondusif.
Dengan menerapkan model pembelajaran TTW (Think Talk Write) pada
pembelajaran matematika di kelas VIIB SPM Dharmakerti Tukadmungga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di
kelas tersebut.
D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan


yaitu bagaimana model pembelajaran TTW (Think Talk Write) dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIIB SMP
Dharmakerti Tukadmungga?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa kelas VIIB SMP Dharmakerti Tukadmungga melalui model
pembelajaran TTW (Think Talk Write).
F. MANFAAT PENELITIAN
Secara umum, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi Siswa
Penerapan model pembelajaran TTW (Think Talk Write) dalam pembelajaran
matematika di kelas VIIB SMP Dharmakerti Tukadmungga dapat dijadikan
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
dalam pembelajaran matematika.
2. Bagi Guru
Model pembelajaran TTW (Think Talk Write) dapat diterapkan oleh guru
dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
dalam pelajaran matematika.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam hal perbaikan proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
tersebut.
4. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat menguasai dan memahami lebih
mendalam mengenai model pembelajaran TTW (Think Talk Write).
G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Model TTW (Think Talk Write)
TTW (Think Talk Write) adalah model pembelajaran dimana siswa mampu
membangun pemikiran untuk menciptakan ide, mengungkapkan ide dan berbagi
ide dengan temannya dan menulis hasil pemikiranya tersebut dalam proses
pembelajaran.
TTW terdiri dari beberapa kegiatan yaitu (1) siswa membaca sumber
belajar secara individual mengenai materi pembelajaran yang dipelajari kemudian

membuat catatan kecil mengenai materi yang telah dibaca, (2) siswa berdiskusi
dalam kelompok kecil mengenai materi yang telah dipelajari dan catatan hasil dari
kegiatan membaca, (3) siswa menulis atau membuat catatan mengenai
pengetahuan yang telah diperoleh dari kegiatan membaca dan berdiskusi.
2. Kemampuan Komunikasi Matematika
Kemampuan komunikasi matematika adalah suatu kemampuan siswa
dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau
saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas sehingga terjadi pengalihan
pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari
siswa.
H. KAJIAN PUSTAKA
H.1. MODEL PEMBELAJARAN TTW (THINK TALK WRITE)
H.1.1 Pengertian Model TTW
Menurut Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah
pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian
terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengn
bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Menurt Huinker dan Laughlin,
model pembelajaran TTW (Think Talk Write) merupakan model pembelajaran
yang dapat membangun pemikiran, merefleksi dan mengorganisasi ide, kemudian
menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis.
Model Think Talk Write merupakan model pembelajaran kooperatif
dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran
yaitu melalui berpikir, bertukar pendapat dan menulis hasil diskusi agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai (Arihi LS, 2012:68).
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran TTW (Thin Talk Write) adalah model pembelajaran dimana
siswa mampu membangun pemikiran untuk menciptakan ide, mengungkapkan
ide dan berbagi ide dengan temannya dan menulis hasil pemikiranya tersebut
dalam proses pembelajaran.
H.1.2. Tujuan TTW

Adapun tujuan dari model pembelajaran TTW (Think Talk Write) adalah
sebagai berikut:
a. Melatih siswa untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Memotivasi siswa untuk lebih giat belajar.
c. Melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara
sistematis sehinnga siswa akam lebih memahami materi dan membantu siswa
untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.
d. Mendorong siswa untuk dapat berpikir, berbicara dan membuat catatan secara
mandiri.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran.
f. Melatih siswa agar berani tampil dan dapat menyampaikan informasi dengan
bahasa yang baik.
g. Siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan
temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran.
h. Membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga
pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik
H.1.3. Karakteristik Pembelajaran TTW
Alur kemajuan TTW dimulai dari keteribatan siswa berpikir/berdialog
dengan dirinya sendiri setelah ada proses membaca, berbicara dan membagi ide
dengan temannya sebelum menulis. Melalui aktivitas berpikir, berbicara dan
menulis siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasa secara tepat
terutama saat menyampaikan ide-ide matematika. Sesuai dengan nama model
pembelajaran ini, ada tiga tahapan penting dalam proses pembelajaran model
TTW, yaitu:
a. Think
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks
matematika atau soal kontekstual matematika. Dalam tahap ini siswa secara
individu memikirkan kemungkinan jawaban (pendekatan penyelesaian),
membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu brupa apa yang diketahui,
maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasa sendiri.
b. Talk
Pada tahap berbicara (talk), siswa berkomunikasi dengan menggunakan katakata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang
diperolehnya pada tahap think kepada teman-teman diskusinya. Pemahaman
dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat
7

menghasilkan solusi atas maslah yang dibeikan. Selain itu, pada tahap ini
siswa memungkinkan untuk terampil berbicara.
c. Write
Aktivitas menulis (write) berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah
berdiskusi antar teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan
pembelajaran yaitu pemahaman siswa tentang penyelesaian masalah atau
materi yang telah dipelajari oleh siswa.
H.1.4. Langkah-langkah Pembelajaran TTW
Model pembelajaran TTW (Think Talk Write) memiliki langkah-langkah
atau sintaks dalam pembelajaran, sebagai berikut:
a. Guru

menginformasikan

materi

yang

akan

dipelajari

dan

tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.


b. Guru menjelaskan teknik pembelajaran dengan model TTW serta tugas-tugas
dan aktivitas siswa.
c. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil (3-5 siswa)
d. Siswa membaca LKS atau teks dan membuat catatan hasil bacaan individual
untuk dibawa ke forum diskusi (Think).
e. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi
catatan (Talk). Guru berperan sebagai mediator dalam lingkungan belajar.
f. Siswa mengkonstruksikan dan mencatat sendiri pengetahuan sebagai hasil
kolaborasi (Write).
g. Guru memantau dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
H.2. KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
H.2.1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematik
Komunikasi merupakan penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Onong Uchjana
Effendi, 2003: 10). Komunikator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Komunikator bisa jadi individu, kelompok,
organisasi atau bahkan perusahaan. Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh
sumber kepada penerima yang bisa berupa verbal (lisan atau tulisan) dan/atau
non-verbal (visual/gambar) yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud
komunikator. Komunikan merupakan orang yang menerima pesan.

Melalui komunikasi, gagasan menjadi objek-objek refleksi, penghalusan,


diskusi dan perombakan. Menurut Abdulhak (dalam Ansari, 2003; 3), komunikasi
dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepasa
penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang-orang dapat menyampaikan
informasi dengan bahasa matematika. Lindquist menyatakan bahwa jika kita
sepakat bahwa matematika merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai
bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi
merupakan esensi dari mengajar, belajar dan mengakses matematika. Depdiknas
(2001: 8) menyatakan bahwa mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa
matematika justru lebih praktis, sistematis dan efisien.
Sementara itu, Schoen, Bean dan Ziebarth (dalam Ansari, 2003:16)
mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan
siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan
masalah, kemampuan siswa mengkonstruksi dan menjelaskan sajian fenomena
dunia nyata grafik, kata-kata atau kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara
fisik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa dalam menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide
matematika, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika baik secara lisan
maupun tulisan dalam bentik gambar atau grafik, menjelaskan serta membuat
pertanyaan tentang matematika yang dipelajari dari suatu situasi yang diberikan.
H.2.2. Aspek yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematik
Terdapat lima aspek yang mempengaruhi kemampuan komunikasi
matematika menurut Baroody, diantaranya adalah:
a. Representasi (representing), membuat representasi berarti membuat bentuk
yang lain dari ide permasalahan. Representasi dapat membantu anak
menjelaskan konsep atau dan memudahkan anak mendapatkan strategi
pemecahan. Selain itu dapat meningkatkan fleksibelitas dalam menjawab soal
matematika.
b. Mendengarkan (listening), aspek mendengarkan merupakan salah satu aspek
yang pentng dalam diskusi. Kemampuan dalam mendengarkan topic-topik
9

yang sedang didiskusikan akan berpengaruh pada kemampuan siswa dalam


memberikan pendapat atau komentar.
c. Membaca (reading), proses membaca merupakan kegiatan yang kompleks,
karena didalamnya terkait aspek mengingat, memahami, membandingkan,
menganalisis serta mengorganisasikan apa yang terkandung dalam bacaan.
Dengan

membaca

seseorang

bisa

memahami

ide-ide

yang

sudah

dikemukakan orang lain lewat tulisan, sehingga dengan membaca


terbentuklah satu masyarakat ilmiah matematis dimana antar anggota saling
memberi dan menerima ide maupun gagasan matematis.
d. Diskusi (discussing), dengan diskusi siswa dapat mengungkapkan dan
merefleksi pikiran-pikirannya berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari. Huggins menyatakan bahwa salah satu bentuk komunikasi
matematis adalah berbicara (speaking). Hal ini identic dengan diskusi,
sehingga Baroody tidak memasukkan speaking dalam unsur komunikasi
matematis karena sudah memasukkannya ke dalam unsur discussing.
e. Menulis (writing), menulis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar
untuk mengungkapkan dan merefleksi pikiran, yang dituangkan dalam media,
baik kertas, computer maupun media yang lainnya. Menulis adalah alat yang
bermanfaat dari berpikir karena siswa memperoleh pengalaman matematika
sebagai suatu aktivitas yang kreatif. Dengan menulis siswa dapat mentransfer
pengetahuan yang dimilikinya dalam bentuk tulisan. Menulis tentang konsepkonsep matematika dapat menuntun siswa untuk menemukan tingkat
pemahamannya.
H.2.3. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik
Indikator komunikasi matematika menurut The National Council of
Teacher of Mathematics atau NCTM dalam pembelajaran matematika bagi siswa
SMP sebagai berikut:
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
b. Keampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya;
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan

struktur-strukturnya

untuk

menyajikan

ide-ide,

menggambarkan

hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

10

Guru

Belajar Bermakna Melalui Strategi

H.3. KERANGKA BERPIKIR


Dampak
Diagram 1. Keterkaitan Masalah, Teori, Hasil Penelitian yang Relevan dan
Situasi Masalah
PilihanOpen-Ended
Tindakan

Think
Membaca Teks & Membuat Catatan Secara Individual

Talk
Interaksi dalam Group: Untuk Membahas Isi Catatan

Write Pengetahuan Hasil dari Think & Talk Secara Individu


Konstruksi

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa


Meningkat
11

Dari hasil observasi awal yaitu dengan melakukan wawancara dengan guru
pengampu matapelajaran matematika kelas VIIB dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapa membelajaran
matematika. Salah satunya adalah kurangnya kemampuan siswa dalam hal
komunikasi matematika seperti siswa kurang dapat menuangkan hal-hal nyata ke
dalam bahasa matematika ataupun sebaliknya. Hal tersebut dapat dilihan oleh
guru saat siswa mengerjakan soal cerita matematika, siswa tidak dapat
menguraikan pertanyaan tersebut ke dalam bahasa matematika. Selain
wawancara, dari hasil observasi terhadap nilai ulangan harian siswa di kelas VIIB
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Dari hasil observasi, hal tersebut memperlihatkan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam hal komunikasi, sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan
komunikasi matematika siswa yang berimbas pada rendahnya hasil belajar siswa.
Untuk itu diperlukannya inovasi terhadap pembelajaran matematika di kelas VIIB
agar

pembelajaran

matematika

yang

berlangsung

dapat

meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika. Model pembelajaran yang dapat diterapkan


untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa adalah TTW
(Think Talk Write). Pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru
sebelumnya dapat diganti dengan model pembelajaran TTW (Think Talk Write).

12

Model pembelajaran TTW adalah model pembelajaran dimana siswa


mampu membangun pemikiran untuk menciptakan ide, mengungkapkan ide dan
berbagi ide dengan temannya dan menulis hasil pemikiranya tersebut dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan melali tiga tahapan yaitu Think
(berpikir), Talk (berbicara), dan Write (menulis).
Pada tahap think, siswa dituntut untuk dapat berpikir cepat dalam
menyelesaikan soal dan mempunyai pendapat sendiri dalam menyelesaikan soal.
Pendapat yang berbeda sangatlah penting, karena perbedaan pedapat dari masingmasing siswa akan mereka sampaikan pada tahapan talk. Pada tahap talk,
dilakukan

secara

berkelompok

dan

siswa

dituntut

untuk

dapat

mengkomunikasikan hasil dari pemikirannya dengan baik dan juga dapat


menerima kritik ataupun saran dari teman lain. Ketika siswa diberi kesempatan
untuk berkomunikasi secara matematika, merekapun akan berpikir bagaimana
cara mereka melengkapkannya dam tulisan yang aka dilakukan pada tahap write.
Sebab pada tahap write, siswa harus menuliskan hasil diskusi pada sebuah
catatan. Dan dengan aktivitas menulis, siswa dituntut untuk mengkonstruksikan
ide setelah berdiskusi dengan teman serta mengungkapkannya melalui tulisan.
Kemampuan komunikasi matematika siswa merupakan kemampuan yang
ditunjukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan pada setiap tahapan
penyelesaiannya. Seperti mengubah permasalahan kontekstual ke dalam bahasa
matematika. Atau saat siswa menyampaikan gagasannya kepada teman
kelompok. Hal tersebut juga merupakan salah satu kegiatan yang dapat
menimbulkan

suatu

komunikasi

matematika.

Sehingga,

dengan

model

pembelajarn TTW dapat menjadi upaya untuk meningkatkan kemampuan


komunikasi matematika siswa.
H.4. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan rumusan masalah dan uraian pada tinjauan pustaka maka
hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu model
pembelajaran TTW (Think Talk Write) dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa kelas VIIB SMP Dharmakerti Tukadmungga.
I. METODE PENELITIAN

13

I.1. JENIS PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Pada tiap
siklusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, observasi dan
evaluasi, serta merefleksi. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa.
I.2. SUBJEK DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SPM Dharmakerti Tukadmungga. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Dharmakerti Tukadmungga semester
genap tahun ajaran 2014/2015. Alasan dipilihnya siswa kelas VIIB SMP
Dharmakerti Tukadmungga adalah karena pada saat observasi dan wawancara
langsung dengan guru pengampu mata pelajaran matematika ditemukan
permasalahan yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam hal komunikasi
matematika. Sehingga dalam penelitian ini guru pengampu juga turut membantu
dalam menemukan penyebab permasalahan yang dihadapi siswa serta mengambil
keputusan terhadapa tindakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasinya.
I.3. OBJEK PENELITIAN
Objek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan komunikasi
matematika siswa kelas VIIB SMP Dharmakerti Tukadmungga.
I.4. DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN
Sesuai dengan prosedur suatu penelitian tindakan kelas, akan dilakukan dua
siklus pelaksanaan penelitian. Dimana pada tiap siklus teriri dari empat tahanapan
yaitu, perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.
Refleksi Awal
Refleksi awal dilakukan dengan cara wawancara terhadap guru pengampu
pelajaran matematika kelas VIIB SMP Dharmakerti Tukadmungga. Hal ini
dilakukan agar peneliti mengetahui situasi atau gambaran awal mengenai
pembelajaran di kelas, hasil belajar serta permasalahan yang dihadapi oleh siswa
dalam pembelajaran matematika.
Siklus Penelitian
Siklus I

14

Sesuai dengan diagram yang dipaparkan diatas, tahapan-tahapan pelaksanaan


penelitian tindakan kelas ini ialah sebagai berikut.
1. Perencanaan Siklus I
a. Pada tahap ini juga dibahas mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan,
kerjasama yang akan dilakukan mulai tahap perencanaan, proses
pembelajaran, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
b. Menentukan materi-materi yang diajarkan selama penelitian. Dalam hal
ini materi yang akan disampaikan dalam penelitian ialah materi Keliling
Lingkaran
c. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran sebagai berikut:
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) dan skenario
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk
Write.
2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), yang akan dikerjakan siswa
pada tahap penugasan secara berkelompok berdasarkan diskusi yang
mereka lakukan.
3. Menyiapkan alat dan bahan serta media yang digunakan dalam
pembelajaran.
d. Menyusun lembar observasi dan angket yang disesuaikan dengan model
pembelajaran Think Talk Write untuk mengukur aktivitas guru, aktivitas
siswa, dan kemampuan komunikasi matematika siswa kemudian
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan saat guru sedang membelajarkan materi keliling
lingkaran. Berikut adalah kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Tabel 2. Kegiatan Pembelajaran dengan Model TTW
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan

Guru

Alokasi
Siswa

Waktu

Pendahulu 1. Guru memberi salam dan 1. Siswa menjawab salam dari


an

mengabsensi siswa
2. Guru menyampaikan tujuan

guru

dan

ketua

kelas

10
menit

memberi tahu siswa yang

pembelajaran yang hendak

absen
dicapai yaitu siswa dapat 2. Siswa
menemukan pendekatan nilai
phi dan menentukan rumus
keliling lingkaran serta dapat

menyimak

pembelajaran

rujuan
yang

disampaikan guru.
3. Siswa menjawab pertanyaan

15

menghitung

keliling

lingkaran. lingkaran.
3. Guru memberikan apersepsi
dengan

cara

guru terkait dengan unsurunsur lingkaran.

menanyakan

pengertian lingkaran, unsurunsur apa saja yang ada pada


lingkaran serta menanyakan
rumus

keliling

lingkaran

yang

sebelumnya

didapatkan di SD.
4. Guru menyampaikan
pembelajaran
Inti

yang

telah
cara
akan

dilaksanakan.
Think
1. Siswa

dibagi

60
ke

dalam

kelompok-kelompok

kecil

(3-5 orang).
2. Guru membagikan LKS pada
tiap kelompok.

dalam

menit

bersama kelompoknya
masing-masing.
2. Siswa

membaca

atau

LKS

teks

dan

membuat catatan hasil

Talk
3. Guru

1. Siswa duduk melingkar

mengawasi

siswa

kelompok-kelompok

kecil.

bacaan

individual

untuk dibawa ke forum


diskusi
3. Siswa berinteraksi dan
berkolaborasi
teman

dengan
untuk

membahas isi catatan.


Write
4. Guru berkeliling memantau
siswa
siswa

dan

mengarahkan

untuk

mencatat

4. Siswa

saling

berbagi

ide dan masalah yang


dihadapi.

kembali secara individu hasil 5. Siswa


diskusi yang telah mereka

mengkonstruksikan

lakukan

dan mencatat sendiri

dengan

teman

16

pengetahuan

kolompok.

hasil
5. Guru menunjuk salah satu

sebagai

kolaborasi

atau

diskusi.

siswa untuk mepresentasikan


hasil catatan mereka.

6. Salah

satu

siswa

mempresentasikan
hasil catatan di depan
kelas.
7. Siswa yang lain dapat
memberikan
tanggapan

ataupun

pertanyaan

terhadap

jawaban
Penutup

1. Guru mengajak peserta didik

yang

disampaikan.
1. Siswa bersama

guru

menyimpulkan materi yang

menyimpulkan

telah dipelajari yaitu tentang

yaitu mengenai materi

keliling lingkaran.
2. Guru memberikan quis untuk
memperoleh

lingkaran

yang

materi
telah

dipelajari.
gambaran 2. Siswa menjawan soal

mengenai pemahaman siswa.


quis dengan mandiri.
3. Guru memberikan tugas 3. Siswa mendengarkan
mandiri

sebagai

pelatihan

keterampilan.
4. Guru menyampaikan materi
selanjutnya yang akan
dipelajari yaitu materi
hubungan sudut pusat,
panjang busur dan luas
juring.
5. Guru mengakhiri kegiatan
belajar dengan memberikan
pesan untuk tetap belajar dan

tugas yang diberikan


oleh guru dan arahan
mengenai

materi

hubungan sudut pusat,


panjang busur dan luas
juring
dibahas

yang

akan
pada

pertemuan berikutnya.
4. Siswa membalas salam
dari guru.

17

mengucapkan salam.

3.

Observasi dan Evaluasi Siklus I


Kegiatan observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses pembelajaran. Hal-hal penting yang terjadi selama
pemberian tindakan dan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dicatat dalam
catatan harian.
Hal-hal yang diobservasi seperti mengobservasi kemampuan komunikasi
matematika siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan menilai hasil
penyelesaian suatu permasalan yang dipecahkan oleh siswa, mengevaluasi
kendala-kendala yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan siklus I untuk
nantinya dilakukan perbaikan pada siklus II.
4. Refleksi Siklus I
Tahap refleksi dilakukan pada akhir siklus I dengan cara mengevaluasi
hasil observasi dan angket serta catatan harian mengeai kesulitan-kesulitan belajar
yang dialami dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi ini akan digunakan
sebagai dasar memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang dilakukan pada
siklus II.
Untuk tindakan pada siklus II mirip dengan tindakan pada siklus I. Tetapi
pemberian tindakan akan disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I.
I.5. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah lembar
observasi, angket respon siswa, tes dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi
atau pengamatan guna memperoleh data sesuai dengan keadaan yang diamati.
18

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar


keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berbentuk checklist dengan
pilihan Ya dan Tidak untuk menandai terjadi tidaknya kegiatan yang telah
direncanakan dalam RPP, serta memuat kolom deskripsi untuk memberikan
keterangan mengenai kejadian yang diamati untuk menggambarkan bagaimana
pelaksanaan pembelajaran dengan Think-Talk-Write (TTW) dan hambatanhambatan yang dialami siswa maupun guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Lembar kemampuan komunikasi matematika siswa berisi pedoman
dalam mengamati komunikasi matematika siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
2.

Angket Respon Siswa


Angket respon siswa berupa pernyataan-pernyataan yang memuat aspek

komunikasi matematika siswa untuk memperoleh data guna memperkuat data


yang telah diperoleh dari observasi terutama mengenai respon siswa terhadap
model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan juga digunakan untuk
melengkapi hasil obervasi mengenai aktivitas komunikasi matematika siswa.
Angket yang diberikan berisi beberapa pertanyaan positif dan negatif, dan
diberikan setelah siklus 2.
3.

Tes
Tes berbentuk uraian yang terdiri dari 5 soal. Tes diberikan pada setiap

akhir siklus. Cara yang digunakan dalam menyusun soal adalah dengan
berpedoman pada indikator untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi
matematika siswa.
I.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati serta mencatat
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pengamatan
dilakukan tanpa menggangu kegiatan individu atau kelompok yang diamati.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

19

Lembar observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Model


Pembelajaran TTW
Siklus/Pertemuan ke
Hari/Tanggal
Waktu
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan

:
: ....
:
:
:

Beri tanda ( ) pada salah satu kolom ya atau tidak yang tersedia sesuai
dengan apa yang anda amati selama proses pembelajaran.
Pelaksan
N

aan
Ya Tida

Jenis Kegiatan

Keterangan

k
1.

Pendahuluan
Guru
memberikan

apersepsi

mengenai materi sebelumnya


Guru menginformasikan materi
yang akan dipelajari dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
Guru
mengingatkan
kembali
teknik

pembelajaran

dengan

model TTW serta tugas-tugas dan


aktivitas siswa.
Guru memotivasi

siswa

untuk

belajar secara berkelompok dan


berperan

aktiif

dalam

pembelajaran.
Guru mengkondisikan siswa ke
dalam kelompok kecil (3-5siswa).
Siswa duduk sesuai dengan
kelompok yang telah ditentukan
sebelumnya.
Guru memberikan LKS kepada
siswa dan memberikan informasi
tentang

langkah-langkah

20

kegiatan yang harus dilakukan


2.

oleh siswa.
Kegiatan Inti
a. Think
Siswa menuangkan

ide-idenya

mengenai kemungkinan jawaban


dan langkah penyelesaian atas
permasalahan yang diberikan dan
ditulis

dalam

kecil.
b. Talk
Siswa

bentuk

catatan

mendiskusikan

hasil

catatannya (saling tukar ide) agar


diperoleh

kesepakatan-

kesepakatan kelompok.
c. Write
Siswa menuliskan semua jawaban
atas

permasalahan

yang

diberikan secara lengkap, jelas


dan mudah dibaca.
Beberapa perwakilan
dipilih

secara

kelompok

acak

untuk

memaparkan hasil diskusinya di


depan
kelompok

kelas,

sedangkan

lain

memberikan

tanggapan atau pendapatnya.


Selama diskusi guru dan observer
memantau jalannya diskusi dan
jika
3.

diperlukan

guru

membatu seperlunya.
Penutup
Guru
membimbing

dapat

siswa

merangkum/membuat
kesimpulan

dari

materi

yang

telah dipelajari.

21

Guru

memotivasi

siswa

untuk

belajar di rumah.
Pedoman Pengisian Lembar Observasi Komunikasi Matematika
Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa terdiri dari 8 aspek atau kegiatan
komunikasi matematika yang diamati. Kriteria pemberian skor tiap kelompok
adalah sebagai berikut:
0 jika tidak ada siswa yang melakukan aktivitas.
1 jika ada satu siswa yang melakukan aktivitas.
2 jika ada dua siswa yang melakukan aktivitas.
3 jika ada tiga siswa yang melakukan aktivitas.
4 jika ada empat siswa yang melakukan aktivitas.
Aspek atau kegiatan komunikasi matematika yang diamati jika siswa dalam
kelompok:
1. Memberikan simbol dan gagasan yang rasional baik secara lisan dan tulisan
dalam kelompok.
2. Berani mengungkapkan gagasan yang rasional baik secara lisan dan tulisan
dalam kelompok.
3. Dapat mempertahankan pendapatnya dan dapat menerima kritik dari
temannya atas pendapatnya itu.
4. Bertanya kepada guru dan teman jika ada materi yang kurang dipahami atau
tidak jelas.
5. Merefleksikan, gambar, sketsa, atau grafik baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
6. Membuat model matematika dari suatu masalah matematika melalui tulisan,
symbol, gambar dan grafik.
7. Menuangkan ide-ide matematika dalam bentuk tulisan untuk menyelesaikan
masalah matematika.
8. Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, siswa berusaha untuk
menemukan penyelesaian atau cara-cara yang baru dalam menyelesaikan
masalah.

22

Lembar Observasi Komunikasi Matematika Siswa


Siklus/Pertemuan ke
Hari/Tanggal
Waktu
Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan

:
: ....
:
:
:

Petunjuk pengisian:
Berilah skor pada setiap kelompok dengan ketentuan sesuai dengan pedoman
observasi.

N
o
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kelom
pok

Sk
or
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4

Aspek Komunikasi Matematika


2
3
4
5
6
7

23

2. Angket Respon Siswa


Angket digunakan untuk memperoleh data guna memperkuat data yang
telah diperoleh dari observasi dan wawancara terutama mengenai respon siswa
terhadap model pembelajaran koopertif tipe Think-Talk-Write (TTW). Angket
berbentuk pernyataan-pernyataan yang memuat aspek kemampuan komunikasi
siswa. Alternatif pilihan jawaban yang digunakan adalah tidak pernah, kadangkadang, sering dan sangat sering.

Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran TTW


Nomor

Nomor

Banya

Butir

Butir

Positif
2, 3, 5, 6,

Negatif

Butir

matematika tertulis dalam

11, 13, 14,

10

10

tahap Think
Aktivitas komunikasi ketika

18, dan 19

Aspek
Aktivitas komunikasi

mengikuti pembelajaran
dalam tahap Talk
Aktivitas komunikasi ketika
mengikuti pembelajaran
dalam tahap Write
Tanggapan siswa terhadap
pembelajaran TTW

4, 9, 16, 21,

8, 12, 17,

dan 22

dan 20

15, 25, dan

26
1, 7, 23,
dan 27

24

Angket Respon Siswa


Beri tanda ( ) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia untuk setiap
pernyataan berikut sesuai dengan keadaan Anda pada saat pembelajaran.
Keterangan pilihan jawaban :
TP

: Tidak Pernah

( 25 )

KK : Kadang-kadang ( 25 50 )
S

: Sering

( 50 75 )

SL

: Selalu

( 75 )
24

Pernyataan

o
Selama
1.

2.
3.
4.

5.

6.

7.

8.

mengikuti

pembelajaran

S
L

TTW saya dapat menyampaikan pendapat


dalam kelompok.
Saya berusaha memahami

maksud

soal

dalam LKS sebelum menjawab


Saya berusaha menyusun langkah-langkah
menyelesaikan masalah.
Saya bertanya pada teman

jika

mengerti dengan maksud soal.


Saya berusaha aktif mencari
informasi

yang

dapat

tidak

informasimembantu

menyelesaikan masalah.
Saya meneliti kembali penyelesaian yang
saya peroleh agar merasa yakin.
Saya senang berdiskusi untuk
pendapat

dengan

bertukar

teman

dalam

menyelesaikan masalah.
Penyelesaian yang saya peroleh selalu sama
yang

9.

berbeda

akan

mempertimbangkannya.
Saya
merasa
tidak

0.
1

penyelesaian masalah yang saya peroleh.


Saya membuat gambar atau sketsa untuk

1.

memperjelas maksud soal.


Ketika berdiskusi, saya merasa yakin dalam

2.

dengan

dengan teman atau kelompok lain.


Jika saya mempunyai pendapat

dengan

teman,

saya

senang

dengan

menjawab soal jika mempunyai kesamaan

pendapat dengan teman.


Saya menggunakan ide lain jika ide yang

3.
1

pertama gagal.
Saya merasa tertantang dengan masalah

4.

yang dberikan.

25

Guru

5.
1

terhadap penyelesaian yang saya berikan.


Saya
merasa
senang
menyampaikan

6.

pendapat dalam diskusi.


Saya
merasa
takut

1
7.

memberikan

tanggapan

positif

jika

diminta

menyampaikan ide/gagasan kepada teman


atau guru dalam menjawab soal.
Jika menemukan soal yang membutuhkan

alas an tentang suatu pernyataan, saya

8.

dapat memberikan alasan yang logis dan

mudah dimengerti dalam bentuk tulisan.


Saya menggunakan symbol matematika

9.
2

atau tabel untuk menyelesaikan soal.


Saya
menemukan
cara
penyelesaian

0.
2

masalah yang berbeda dengan teman.


Ketika ada teman yang berbeda pendapat,

1.

saya terdorong untuk menanggapi.


Saya akan mengemukakan alasan-alasan

2
2.
2
3.
2
4.
2
5.
2
6.
2
7.

untuk mempertahankan jawaban yang saya


anggap benar.
Saya
merasa

senang

selama

proses

pembelajaran yang saya ikuti.


Saya lebih suka mengerjakan LKS sendiri
daripada

mendiskusikan

dengan

teman

kelompok.
Saya dapat menilai mana cara yang lebih
mudah, jika ada dua teman saya yang
berbeda dalam mengerjakan soal.
Dalam mengerjakan soal, saya
tahap demi tahap.
Setelah mengikuti
menjadi

senang

kerjakan

pembelajaran,

terhadap

saya

pembelajaran

matematika.

3. Tes

26

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan matematika yang telah dimiliki


oleh siswa, serta untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang baru
saja dipelajari. Tes dikerjakan oleh siswa secara individual pada setiap akhir
siklus.
Lembar Tes Tulis
Kelas/Semester

: VIII/2 (dua)

Sub Materi

: Keliling Lingkaran

1. Budi berangkat ke sekolah menaiki sepeda beroda dua. Jika diameter roda
sepeda adalah 50cm dan Budi sampai di sekolah setelah roda
menggelinding sebanyak 1200 putaran, berapakah perkiraan jarak rumah
Budi ke sekolah?
2. Sebuah satelit melintasi suatu orbit yang berada pada 1600km di atas
permukaan bumi. Panjang jari-jari buli 6400km dan lintasan orbit
dianggap berbentuk lingkaran. Jika untuk melintasi orbit tersebut
diperlukan waktu 8 jam. Hitunglah panjang lintasan orbit tersebut.
3. Ada sebuah lingkaran berada tepat di tengah-tengah sebuah persegi.
Apabila persegi panjang tersebut adalah 35cm, coba kalian tentukan luas
persegi dan keliling lingkaran tersebut.
4. Tentukan keliling daerah yang diarsir pada bangun berikut.
5. Suatu ban mobil berdiameter 60cm (0,6m). ban tersebut bergaransi hingga

menempuh 70000km. sampai dengan berapa putaran ban tersebut hingga


masa garansinya hanis? (1km = 1000m)
Penilaian :
a.
b.
c.
d.

Skor 5 untuk siswa menjawab dengan langkah benar, lengkap dan jelas
Skor 4 untuk siswa menjawab dengan langkah tidak lengkap tetapi hasil benar
Skor 3 untuk siswa menjawab dengan langkah benar tetapi hasilnya salah
Skor 2 untuk siswa menjawab dengan langkah tetapi tidak lengkap dan hasil
salah

27

e. Skor 1 untuk siswa menjawab tidak menggunakan langkah dan hasil salah
f. Skor 0 untuk siswa tidak menjawab
I.7. TEKNIK ANALISIS DATA
Pada tahap ini dilakukan analisa hasil observasi, angket dan tes yang sudah
dicapai dengan cara sebagai berikut:
1. Analisis Data Hasil Obervasi
Analisis hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan aktivitas siswa
dan guru selama pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan lembar
observasi kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh 2
pengamat dengan menggunakan lembar observasi kemampuan komunikasi
matematika. Hasil observasi mengenai kemampuan komunikasi matematia
siswa dalam pembelajaran dianalisis dengan langkah:
d. Masing-masing butir pertanyaan dikelompokkan sesuai aspek yang
diamati.
e. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung rata-rata
skor setiap butir pernyataan seduai dengan indikator yang diamati.
f. Jumlah total skor yang diperoleh pada setiap aspek yang diamati
dipresentase dan dikualifikasi sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan untuk membuat simpulan mengenai komunikasi matematika
siswa. Cara menghitung presentase komunikasi matematika siswa adalah
sebagai berikut:

Total skor setiap aspek


100
Jumlah seluruh siswa banyaknya indikator
Presentase yang diperoleh kemudian dikualifikasikan berdasarkan
Presentase ( P )=

kualifikasi pesentase kemampuan komunikasi matematika berikut ini.


Tabel 3. Kualifikasi Presentase Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Berdasarkan Lembar Observasi.
Presentase
P 80
60 P<80
40 P<60
20 P< 40
P<20

Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
Sangat Kurang

2. Analisis Data Hasil Angket Respon Siswa


Angket respon siswa digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
aktivitas komunikasi pada pembelajaran TTW. Angket respon siswa terdiri dari 27
28

butir pernyataan dan dinyatakan dalam dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan
positif dan pernyataan negatif. Adapun penskoran tiap-tiap butir seperti pada tabel
berikut:
Tabel 4. Pedoman Penskoran Angket Respon Siswa
Skor Jawaban
TP
KK
S
SL
1
2
3
4

Pernyata
an (+)
Pernyata

an (-)
Keterangan:
TP : Tidak Pernah

S : Sering

KK : Kadang-kadang

SL : Selalu

Hasil angket kemampuan omunikasi matematika siswa dianalisis melalui


langkah-langkah sebagai berikut :
a. Masing-masing butir angket dikelompokkan sesuai dengan aspek-aspek
yang diamati.
b. Masing-masing butir dihitung jumlah skornya sesuai dengan aspek-aspek
yang diamati. Cara menghitung persentase hasil angket sebagai berikut:
JKS
x =
100
BNB skor maks n
Keterangan:
x
= presentase hasil angket
JKS
= jumlah keseluruhan skor pada setiap indikator
BNB
n

= banyak nomor butir indikator

= banyak siswa

c. Presentase yang diperoleh kemudian dikualifikasi untuk menentukan


seberapa

besar

tingkat

respon

siswa

dalam

mengikuti

proses

pembelajaran. Tabel 5. Kualifikasi Hasil Presentase Skor Angket.


Presentase
25 x < 40
40 x <60
60 x <75
x 75

Kategori
Kurang
Cukup
Baik
Baik Sekali

29

a. Analisis Data Hasil Tes


Tes diadakan setiap akhir siklus dengan jumlah tes terdiri dari 5 soal yang
di dalamnya terdapat indikator kemampuan komunikasi matematika. Pedoman
penskoran ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 6. Pedoman Penskoran Tes
Skor
5
4
3
2
1
0

Kategori
Siswa menjawab dengan langkah benar, lengkap dan jelas
Siswa menjawab dengan langkah tidak lengkap tetapi hasil benar
Siswa menjawab dengan langkah benar tetapi hasilnya salah
Siswa menjawab dengan langkah tetapi tidak lengkap dan hasilnya salah
Siswa menjawab tidak menggunakan langkah dan hasil salah
Siswa tidak menjawab

Dari perhitungan tersebut didapat skor maksimal yang dapat siswa peroleh
adalah 25. Untuk menghitung rata-rata skor tiap indikator digunakan rumus
sebagai berikut.

jumlah skor tiapindikator


jumlah siswa
Dengan kategori penilaian sebagai berikut.
Tabel 7. Kategori Penilaian Siswa
X

Rentangan Skor
Kategori
1
Sangat Kurang
0
X
2
Kurang
1
X

3
Cukup
2
X
4
Baik
3
X

5
Sangat Baik
4
X
Untuk mendapatkan nilai digunakan rumus:
jumlah skor tiapindikator
x 100
jumlah siswa
Dengan kategori nilai sebagai berikut.
Tabel 8. Kategori Penilaian Siswa yang Telah Dimodifikasi dengan Lembar
Nilai =

Observasi
Rentangan Skor
Kategori
0 Nilai 20
Sangat Kurang
20 Nilai 40
Kurang

40
Nilai
60
Cukup
60 Nilai 80
Baik
80 Nilai 100
Sangat Baik
Untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:

30

jumlah nilai
jumlah siswa
Dengan kategori sebagai berikut.
Tabel 9. Rata-rata Hasil Belajar Siswa
X

Rentangan Skor
Kategori

20 Hasil belajar siswa sangat kurang


0
X

40 Hasil belajar siswa kurang


20
X
X
60 Hasil belajar siswa cukup
40

80 Hasil belajar siswa baik


60
X

100 Hasil belajar siswa sangat baik


80
X
Suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar apabila di kelas tersebut telah
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap 65%. Untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa digunakan rumus berikut.
n
Persentase (%) =
x 100%
N
Keterangan :
n = jumlah siswa yang mendapat nilai 70
N = jumlah seluruh siswa
I.8. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata skor hasil observasi kemampuan komunikasi siswa mengalami
peningkatan dan minimal mampu mencapai tinggi.
2. Rata-rata skor hasil angket respon siswa mengalami peningkatan dan minimal
mampu mencapai kategori baik.
3. Rata-rata hasil tes siswa mengalami peningkatan dan mampu mencapai
kategori baik.

31

Anda mungkin juga menyukai