Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PE N DAH U LUAN
PENGERTIAN AGREGAT
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton atau mortar. Pada dasarnya beton tidak akan terbentuk tanpa
adanya campuran agregat, disini membuktikan bahwa agregat memilki peranan yang
sangat penting dalam pembuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton
biasanya sangat tinggi sekali yaitu berkisar (60 - 70) % dari berat campuran beton.
Selain sebagai pengisi, agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu sifat mortar
atau mutu beton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batas antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus
dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (british standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM).
Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75
mm), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm).
agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm di bagi lagi menjadi dua yaitu, yang
berdiameter antara (4.80- 40) mm. disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm
disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil
dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah,
bronjong (bendungan), dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan
agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

B A B II
PE M B AH AS AN
2.1 Batuan
Pada umunya agregat berasal dari alam, dan salah satunya berasal dari batuan.
Seorang engineer melihat sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering kali
tahan lama dan kuat, yang diatasnya berdiri bangunan atau dapat digunakan untuk
mendirikan bangunan. Penambangan batuan kadang - kadang dilakukan dengan
peledakan (blasting), terutama pada batuan-batuan yang keras seperti granit. Batuan
dalam

teknik

sipil

dapat

dilihat

menurut

ilmu

yang

mempelajarinya

(Verhoef,1985:12), yaitu :
1) Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses siklus
batuan.
2) Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau
dengannya dapat dibangun berbagai macam konstruksi.
Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku (magma), bauan endapan (sedimentasi),
dan bauan peralihan/ malihan (metamorf).
1. Batuan Beku (Magma)
Batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat di dalam
lapisan bumi yang dalam atau dari hasil pembekuan magma yang kuat akibat
dari letusan gunung berapi
Batuan beku dibedakan menjadi dua, yakni batuan beku interusif (yang
membeku di bawah permukaan bumi), dan batuan beku eksterusif (yang
embeku di permukaan bumi).
Batuan beku seperti intrusi granit adakalanya ditemui dengan massa yang
tidak beraturan
Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%
2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%

2. Batuan Sedimen (Endapan)


Batuan sadimen terbentuk karena mengendapnya bahan-bahan yang terurai,
sehingga membentuk suatu lapisan bahan padat yang secara fisik diendapkan
oleh angin, air, atau es.
Dapat terbentuk dari bahan-bahan terlarut yang secara kimia terendapkan di
lautan, danau, atau sungai.
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
(1) Klastik, tersusun atas fragmen-fragmen dan bagian-bagian kecil yang
terbawa dalam keadaan padat. Klastik dibagi menjadi siliklastik (terdiri
dari bagian-bagian kecil silikat seperti batu pasir, lempung), piroklastik
(terdiri dari

dari material-material vulkanik seperti tuff, lapili), dan

kapur.
(2) Kimiawi, batuan sedimen yang diendapkan dari larutan. Batuan ini
dibagi menjadi evaporit (penguapan gips, garam), kapur (pengendapan),
dan dan endapan kimiawi lainnya seperti besi dan fosfat.
(3) Organik, yang dibagi menjadi kapur serta gambut, batubara, dan
sapropel yang merupakansedimen dengan banyak zat organik yang
membentuk minyak bumi.
3. Batuan Metamorf
Batuan Metamorf : Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah
mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh
perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.
Proses metamorphosis di abgi menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosis regional, yakni perubahan bentuk dalam skala besar yang
dialami batuan di dalam kulit bumi yang lebih dalam, sebagai akibat dari
terbentuknya pegunungan. (vulkanik).
2. Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami batuan
sebagai akibat dari intrupsi magma panas disekitarnya (misalnya granit).
Jenis-jenis Batuan Metamorf :
a. Schist : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halusnya
Schist Mika.
b. Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasarnya
Granit Gneis.
c. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir.
d. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur
karbonat.

Pada

umumnya,

peningkatan

temperatur

dan

tekanan

akan

memperbesar butiran yang terbentuk.

2.2 Karakteristik Agregat


Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates).
Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil,
sedangkan contoh agregat buatan adalah agregta yang berasal dari stone crusher,
hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan beton,
fly ash, dari residu PLTU, extended slag dan lainnya. Interaksi antara iklim
setempat dan golongannya akan menghasilkan quarry, yaitu sumber daya alam dari
batu-batuan (deposits), yang dibedakan menjadi :
1) Quarry batu-batuan dari bedrock
Quarry ini mebutuhkan pengeboran dan peledakan (drilling dan blasting) yang
menghasilkan bermacam-macam ukuran yang perlu disesuikan dengan
kebutuhan.
Derajat pelapukan quarry ini bergantung pada deposit buatan.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dari batuan-batuan segar (fresh rock),
penggalian pada deposit ini harus dilakukan hingga kedalaman yang cukup.
Makin segar batuan-batuannya, makin rendah nilai crushing value dan Los
Angelos Abbration serta semakin porosi (porosity).
Campuran agregat dengan mutu yang baik dan agregat dengan mutu yang
kurang baik dihasilkan suatu industri pemecah batu dapat mengakibatkan
kesulitan dalam perencanaan dan pengendalian mutu campuran beton.
Batu-batuan dari abu vulkanik biasanya cukup porous, sehingga nilai crushing
dan abrasinya tinggi, meskipun batu-batuannya dalam keadaan segar.
Agregat pecah dengan tangan (tradisional) ini hasilnya tidak konsisten, artinya
ukuran butir agregat yang dihasilkan tidak merata (akan ditemui agregat
dengan gradasi senjang, sehingga dalam pembuatan beton yang diproduksi
tidak cukup lecak (workability) serta mudah mengalami bleeding dan
segregation.
2) Pasir Sungai dan batu-batuan yang digali

Agregat yang bersal dari tanah galian, yaitu tanah yang dibuka lapisan
penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam, bersudut, berpori, dan
bebas dari kandungan garam.
Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan yang paling atas harus
dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
2.3 Mengolah Agregat Alam
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi
dan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.
Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas,
tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan
penyerahan agregat dilapangan.
Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti

JENIS-JENIS
AGREGAT

lempung dan lanau sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena
bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki.
Pemisahan bahan-bahan yang tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat
power-shovels, draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat
Agregat
Agregat
Agregat
dipertimbangkan apabila tebal
lapisan lebih dari 15 meter).
Normal
Berat
Ringan
Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup
dilakukan

pencucian.
Biji Besi,
Penggalian bahan yang keras dapat dilakukan dengan peledakan (blasting).
Terak
Setelah digali,
agregat diangkut dengan
kereta api,Agregat
truk, atau ban berjalan
(belt
Agregat
Agregat
Agregat
Tanur
Alam
Buatan
conveyor) ketempat pengolahan agregat.
Tinggi

Alam

Buatan

Batuan Beku

pencucian bahan baku.


Proses selanjutnya adalah memperkecil ukuran agregat dengan menggunakan
Kerikil
alat pemecah batu.

Tanpa

pengolah
an
n batuan
batuan
saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring dengan saringan hidrolik.
dengan
Dalam proses penyaringan, sekitar 70 % dari bahan yang disaring
harus lolos dengan
panas
panas
ehingga efesiensi serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai.
(batu
(terak, bat
Batuan
Metamorf

Pasir

Pasir
Gunung

Pasir
Sungai

Untuk menentukan ukuran dari agregat, agregat kasar disaring


menggunakan
pengolaha
Pasir Laut

Batuan Endapan

Bahan-bahan yang merusak kemudian dibuang, salah satunya adalah dengan

klinker

2.4 Jenis Agregat

Tanpa
pengola
han
batuan
dengan
panas
(batu
kapur,
batu

pengola
han
batuan
dengan
panas
(lempen
g, batu
tulis,skor
ia

tulis,
lempeng

Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam


campuran beton ada lima, yaitu (landgren, 1994):
1. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses
pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
2. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
control.
4. Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat jenis.
5. Kadar air permukaan agregat
Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada pengguaan air saat
pencampuran.

2.4.1 Jenis Agregat Berdasarkan Berat


Ada tiga jenis agreagat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal, agregat ringan
dan agregat berat. Peraturan beton 1989 mencakup agregat normal an agregat
ringan.
A. Agregat normal
Dihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry atau langsung dari sumber
alam. Agregat ini biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa dan sebagainya.
Berat jenis rata-ratanya adalah 2.5 2.7 atau tidak boleh kurang dari 1.2 kg/dm 3.
Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton normal, yaitu beton yang
dibuat dengan isi 2.200 -

2.500 kg/m 3 (SK. SNI.T-15-1990:1). Kekuatan

tekannya sekitar 15-40 Mpa. Ketentuan dan persyaratan dari SII.0052-80 Mutu
Dan Cara Uji Agregat Beton harus dipenuhi. Bila tidak tercakup dalam
SII.0052-80, maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C-33,
Specification For Concrete Aggregates(PB-89, 1989:9).
B. Agregat ringan
Digunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah bangunan yang
memperhitungkan berat dirinya. Agregat ringan digunakan dalam bermacam
produk beton, misalnya bahan-bahan untuk isolasi atau lahan untuk pra-tekan.
Agregat ini paling banyak digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang
dibuat dengan agregat ringan mempunyai sifat tahan api yang baik.
Kelemahannya adalah ukuran pori pada beton yang dibuaat dengan agrergat ini
besar, sehingga penyerapannya besar pula. Jika tidak diperhatikan hal ini akan
menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya. Agregat
ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang dihasilkan melalui pembekahan
(expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan bahan alam. Disarankan agar
penakarannya menggunakan volume. Berat isi agregat ini berkisar 350-880
kg/m3 untuk agregat kasarnya dan 750-1200 kg/m3 untuk agregat halusnya.
Campuran kedua agregat tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3.
Agregat ringan yang digunkan dalam campuran beton harus memenuhi syarat
mutu dari ASTM C-330, Specification For Lighweight Agragates For
Structural Concrete.
C. Agregat berat
Agregat berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3. Contohnya
adalah magnetic (fe304), barites (BaSO4), dan serbuk besi. Berat jenis beton yang
7

dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis bahannya. Beton yang dibuat
dengan agregat ini biasanya digunakan sebagai pelindung dari radiasi sinar-X.
Untuk mengetahui apakah suatu agregat termasuk agregat berat, ringan atau
normal dapat diperiksa berat isinya. Standar yang digunakan adalah C.29.
Definisi berat isi sendiri adalah berat dalam satuan volume untuk setiap
partikel (Brink, R.H and Timms, A.G, 1966).
Ukuran maksimum yang diizinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in(150 mm). Alat
yang digunakan dalam menentukan berat isi adalah bejana silinder dengan butir
yang telah ditentukan sesuai dengan syarat seperti yang tercantum dalam table
dibawah ini. Dalam hal in ukuran nominal agregat merupakan ukuran
maksimum dan volume alat ukur tidak boleh kurang dari 95% dari volume yang
tercantum pada tabel.

Ukuran maksimum butiran agregat

Kapasitas alat

in

mm

Ft3

M3

0.5
1
1.5
3
4.5
6

12.5
25.0
37.5
75
112
150

0.10
0.6667
0.50
1
2.5
3.5

0.0028
0.0093
0.014
0.028
0.070
0.100

Sumber : ASTM C.29-1995,p.2

2.4.2 Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk


Bentuk agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat
tersebut sulit diukur dengan baik. Sejumlah peneliti telah banyak membicarakan
hal ini, salah satunya adalah Mather yang menyatakan bahwa bentuk butir

agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling tergantung yaitu
kebulatan/ketajaman sudut (sifat yang tergantung pada ketajaman relatif , secara
numerik dinyatakan dengan rasio antara jari-jari rata-rata dari sudut lengkung
ujung atau sudut butir dari jari-jari maksimum lengkung salah satu
ujung/sudutnya) dan oleh sperikal yaitu rasio antara luas permukaan dengan
volume butir.
Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk
agregat

dipengaruhi

oleh

proses

geologi

batuan.

Setelah

dilakukan

penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun mesin


pemecah batu dan teknik yang digunakan.
Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran
beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan
pasta semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih
banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh
concrete).Tes standar yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk agregat
ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah
sebagai berikut :
1. Agregat Bulat
Agregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau
keseluruhannya terbentuk karena pergeseran. Rongga udaranya minimum
33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan dari
agregat ini kurang cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau
untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat kurang kuat.
2. Agregat Bulat Sebagian atau Tidak Teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena
pergeseran sehingga permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat. Rongga
udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%-38%, sehingga membutuhkan
lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari
agregat ini belum cukup baik untuk struktur yang menekankan pada kekuatan
atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat belum cukup baik
(masih kurang kuat).
3. Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang Nampak jelas, yang terbentuk
ditempat-tempat perpotongan bidang-bidang dengan permukaan kasar.
Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%-40%, sehingga

membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton
yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada
kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar agregatnya baik
(kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid
pavement).
4. Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang jika
ukuran terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran rata-rata adalah
ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agragat. Sebagai
contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan lolos ayakan 19mm dan
tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran
terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x 15mm). Agregat jenis ini
akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini
cenderung berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya.
Kekuatan tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
5. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuranukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat
panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika
ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata-ratanya. Untuk contoh diatas
agregat disebut pipih jika lebih kecil dari 9mm. Menurut (Galloway, 1994)
agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan
ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang
logam.
6. Agregat Pipih Dan Panjang
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.
2.4.3 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat
halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan
berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk menentukan definisi dari
susunan permukaan agregat. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan

10

yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin. Jenis
lain dari permukaan agregat adalah mengkilap dan kusam.
Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul,
tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang
telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan
permukaan ini sangat berpengaruuh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin
permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk dikerjakan. Jenis agregat
berdasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Agregat licin/halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat
dengan permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan
menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan butir
agregat sehingga beton yang menggunakan agregat ini cenderung metunya
lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh air, atau
akibat patahnya batuan (rocks)berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis.
2. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
3. Kasar
Pecahan kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang
mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
4. Kristalin (crystalline)
Agregat jenis ini mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
5. Berbentuk sarang lebah (honeycombs)
Tampak dengan jelas pori-porinya dan

rongga-rongganya.

Melalui

pemeriksaan visual, kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.


2.4.4 Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal
Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk
perbandingan bahan-bahan campuran tertentu, kekeuatan tekan beton berkurang
bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan menambah kesulitan
dalam pengerjaanya. Ukuran dan bentuknya harus disesuaikan dengan syarat
yang diberikan oleh ASTM, BS atau SNI/SII. Seerti yang diuraikan diatas,
ukuran agregat lebih banyak pula berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan
(workability). Pemilihan ukuran maksimum dari agregat ini cenderung
tergantung dari jenis cetakan dan tulangan. Untuk strukutur beton bertulang SK

11

SNI T-15-1991-03 memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang


digunakan sebesar 40mm.Sebagai dasar perancangan campuran beton besar butir
maksimum agregat, (ACI 318,1989:2-1) dan (PB, 1989:9), memberikan batasan
sebagai berikut:
1) Seperlima dari jarak terkecil anatara bidang samping cetakan,
2) Sepertiga dari tebal pelat
3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang tulangan
atau berkas-berkas (bundle bar) ataupun dari tendon prestress atau ducting.
Jika ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40mm, agregat tersebut dapat
saja digunakan, asal disetujui oleh ahlinya dengan mempertimbangkan
kemudahan pengerjaannya dan cara-cara pemadatan (consolidation) beton
selama pengerjaanya tidak menyebabkan terjadinya rongga-rongga udara atau
sarang kerikil (honeycombs). Untuk itu pengawasan ahli harus selalu melakukan
inspeksi dan bertanggungjawab terhadap batas maksimum dari butir agregat
tersebut (ACI 318,1989:2-1). Dari ukurannya ini, agregat dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus (Ulasan PB,1989:9).
1. Agregat halus ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan
berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau
5.0mm (BS.812,1976).
2. Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas ayakan
berlubang 4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau
5.0mm (BS.812,1976).
2.4.5 Jenis Agregat Berdasarkan Gradasi
Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini
bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi
menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk
mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai
dengan standar dari BS-812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27 ataupun standar
Indonesia. Beberapa ukuran saringan yang digunakan untuk mengetahui
gradasi agregat ditunjukkan oleh table berikut :

STANDAR ISO

ASTM E11

BRITISH

STANDAR

12

128
64 mm
32 mm
16 mm
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 m
250 m
125m
62m

100 mm
90 mm
75 mm
63 mm
50 mm
37.5 mm
25 mm
19 mm
12.5 mm
9.5 mm
4.75 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 m
300 m
150 m
75 m

STANDARD,
BS-812

JERMAN

(BS.410,1976)
75 mm
63 mm
50 mm
37.5 mm
28 mm
20 mm
14 mm
10 mm
5.0 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 m
300 m
150 m
75 m

63 mm
31.5 mm
16 mm
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 m
250 m
-

a. Gradasi Sela (Gap Gradation)


Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set
ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukkan satu garis horizontal
dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain :
1. Pada nilai faktor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan lebih
tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
2. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami segregasi,
oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat kemudahan
pengerjaan yang rendah, yang pemadatannya menggunakan penggetaran
(vibration).
3. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk pada kekuatan beton.
b. Gradasi Menerus
Didefinisikan jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan
terdistribusi dengan baik. Agregat ini lebih sering dipakai dalam campuran
beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan kemampatan yang
tinggi sehingga terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan
variasi ukuran butir agregat. Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam,
gradas menerus adalah yang paling baik.

13

c. Gradasi Seragam
Agregat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisikan sebagai
agregat seragam. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi,
agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai unutk beton ringan yaitu jenis
beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela,
atau untuk campuran agregat yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
2.5 K E K U A T A N A G R E G A T
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu
sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akn dibuat maka
agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Pada kasuskasus tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan lokal
cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton.
Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.
2.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:
a. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi
tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking).
Granite misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu kristal Quards dan
Feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya lebih rendah
daripada gabbros dan diabeses. Hal ini terjadi karena butir-butir granit tidak
terikat dengan baik.
b. Porositas yang besar.
Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan
terhadap beban kejut.
Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya
dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antar butir satu dengan lainnya. Agregat yang
lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian beban
uniaxal) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari pasta
semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat diandalkan.
Kekerasa sedang mungkin justru lebih menguntungkan, Karena dapat
mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan atau

14

pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan dengan demikian membantu


mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton.
Butiran yang lemah dan lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika
ketahanan terhadap abrasi yang kuat diperlukan.Modulus elastisitas agregat juga
penting diketahui karena memberikan kontribusi dalam modulus elastisitas
beton.
2.5.2 Cara Pengujian Kekuatan Agregat
Untuk menguji kekuatan agregat dapat menggunakan bejana Rudelloff
ataupun Los Angelos Test. Sesuai dengan SII.0052-80 (PB, 1989) untuk agregat
normal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Kekerasan dengan bejana

Kekerasan dengan bejana

Kelas dan mutu

Rudelloff, bagian hancur

geser Los Angelos,

beton

menembus ayakan 2mm, persen

bagian hancur menembus

(1)
Beton kelas I dan

(%)maksimum.
Fraksi butir
Fraksi butir
9.5-19 mm
19-30 mm
(2)
(3)
22-30
24-32

mutu B0 dan B1
Beton kelas II dan

ayakan 1.7mm, %maks.


(4)
40-50

14-22

16-24

27-40

Kurang dari

Kurang dari 16

Kurang dari 27

mutu K.125, K.175,


dan K.225
Beton kelas III dan

14

mutu >K.225 atau


beton pra-tekan
Bejana rodelloff yang banyak digunakan dinegara Inggris berupa bejana yang
berbentuk silinder baja dengan garis tengah bagian dalam 11.8 cm dan tingginya 40
cm dilengkapi dengan stempel pada dasarnya. Cara pengujiannya, butiran agregat
dimasukkan kedalam silinder tersebut dan diletakkan stempel kemusian ditekan
dengan gaya tekan 20 ton selama 20 menit. Bagian yang hancur yang lebih kecil dari
2mm kemudian ditimbang. Beratnya merupakan kekuatan dari agregat yang
dinyataan dalam persen hancur. Semakin banyak bagian yang hancur semakin rendah
kekuatan agregat tersebut.

15

Cara Rudelloff agak kurang tepat jika dipakai untuk menguji agregat yang
lemah, karena perkiraan akan terjadi gesekan yang kuat dengan dinding silinder baja
selama penekanan mengakibatkan beban yang ditahan butr-butir berkurang,sehingga
nilai yang dihasilkan nampaknya lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya.
Cara uji kekuatan yang lainnya dengan menggunakan alat Los Angelos Test.
Mesin ini berupa silinder baja yang tertutup di kedua sisinya dengan diameter 71 cm
da panjang 50 cm. silinder bertumpu pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar.
Pada silinder terdapat lubang untuk memasukkan benda uji dan tertutup rapat
sedemikian sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam
silinder terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. silinder ini dilengkapi
dengan bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 cm dan berat masing-masing
antara 390-445 gram atau sesuai dengan gradasi benda uji seperti pada tabel berikut
ini :
Tabel berat dan gradasi benda uji
Lubang ayakan (mm)
lewat
tertinggal
38.10
25.40
25.40
19.05
19.05
12.70
12.70
9.51
9.51
6.35
6.35
4.75

Berat benda uji (gram)


Gradasi A
Gradasi B
Gradasi C
1250
1250
1250
1250
1250
1250
1250
1250

Tabel jumlah dan berat bola-bola baja sesuai dengan gradasi


Gradasi
A
B
C

Jumlah bola
12
11
8

Berat semua bola


500025
458425
333020

Untuk mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30-33
rpm. Pengujian ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat
normal. Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke-100
kali yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika butiran yang
16

pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI memberi nilai batas
27%)daripada ke-500 dianggap bagianyang lunak sudah terlalu banyak.
Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya diberi
beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini biasanya
berhubungan

dengan

kekerasan

agregat.

Uji

kejut

dilaksanakan

dengan

menggunakan silinder baja dengan diameter dan tebal 25 cm yang dijatuhi hammer
seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan kelipatannya. Nilai kejut yang
baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang kurang dari 13 dianggap jelek. Uji
kuat tekan pada campuran beton dapatjuga digunakan untuk mengukur kekuatan
agregat yaitu dengan embuat kubus ukuran 50-200 mm yang kemudian diberi
tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai pecah.
2.6 Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat-sifat
ini harus kita ketahui dan pelajari agar dapat mengambil tindakan yang positif
dalam megatasi masalah yang timbul. Agregat yang digunakan diindonesia harus
memenuhi syarat SII 0052-80, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton dan dalam halhal yang tidak termuat dalam SII 0052-80 makaagregat tersebut harus memenuhi
syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-82, Standard Specification
For Concrete Aggregates (ulasan PB, 1989:14).
2.6.1 Serapan Air dan Kadar Air Agregat
Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan terjadinya udara yang terjebak
dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral pembentuk akibat
perubahan cuaca, mak terbentuklah lubang, atau rongga kecil didalam butiran
agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi yang cukup besardan
menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori mungkin menjadi reservoir air bebas didalam
agregat. Presentasi berat air yang mampu diserap agregat didalam air disebut sebagai
serapan air, sedangkan benyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar
air .
A. Serapan Air
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK), atau saturated surface dry (SSD),
kondisi ini merupakan :

17

a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton,
sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada kondisi
kering tungku.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah yang diperlukan
agregat dalam kodisi kering udara (Wku) menjadi SSD (WSSD), rumusnya adalah:
Ref =
Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan diserap
(Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan rumus :

Sehingga kelebihan air dalam campuran beton yang merupakan kontribusi


dari agregat dapat dihitung dengan rumus :

Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (W tam) terhadap
campuran adukan beton, yaitu :

Kelebihan (Wag)dan berat pada kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan untuk
menghitung banyaknya kandungan air (Kair) dalam agregat yang dinyatakan dalam
rumus:

B. Kadar Air

18

Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering
tetapi megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat menyerap air.
3) Jenuh kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di permukaan
agregat , tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi ini air dalam agregat
tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran beton.
4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung
air, sehngga akan menyebabkan penambahan pada kadar air campuran beton.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam
presentase dan dapat dihitung sebagai berikut :

Jika agregat basah ditimbang beratnya (W1 ), kemudian dikeringkan dalam


tungku dengan suhu 100050 sampai beratnya konstan (biasanya selama 16-24
jam), kemudian ditimbang beratnya (W2), maka kadar airnya (KA) dapat
diketahui.
C. Berat Jenis dan Daya Serap Agregat
Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat.
Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton
sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam
campuran beton. Hubungan antara berat jenias dan daya serap adalah jika semakin
tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap agregat tersebut.
D. Gradasi Agregat
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa gradasi dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapat campuran beton yang
baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat. Untuk tu
pengetahuan mengenai gradasi ini pun menjadi penting. Dalam pengerjaan beton
yang paling banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang ahrus

19

memenuhi syarat standar, namun untuk keperluanyang khusus sering dipakai


agregat ringan maupun agregat berat.
1. Gradasi Agregat Normal
SK. SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus yang
diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan dalam
empat daerah seperti dalam tabel berikut ini :
Lubang
ayakan (mm)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15

I
100
90-100
60-95
30-70
15-34
5-20
0-10

Persen berat butir yang lewat ayakan


II
III
100
90-100
75-100
55-90
35-39
8-30
0-10

100
90-100
85-100
75-100
60-79
12-40
0-10

IV
100
95-100
95-100
90-100
80-100
15-50
0-15

Keterangan : - daerah gradasi I = Pasir Kasar


- daerah gradasi II = Pasir Agak Kasar
- daerah gradasi III = Pasir Halus
- daerah gradasi IV = Pasir Agak Halus

ASTM C.33-86 dalam Standard Specification For Concrete Aggregates


memberikan syarat gradasi agregat halus seperti yang tercantum dalam tabel
dibawah ini, dimana agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos
pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayaka
berikutnya.

Ukuran lubang ayakan (mm)


9.5
4.75
2.36
1.18
0.6
0.3
0.15

Persen lolos kumulatif


100
95-100
80-100
50-85
25-60
10-30
2-10

Menurut British Standard (B.S), gradasi agregat kadar (kerikil/batu pecah)


yang baik sebaiknya masuk dalam batas yang tercantum dalam tabel berikut :
20

Lubang ayakan
(mm)
40
20
12.5
10
4.8

Persen butir lewat ayakan, besar butr maks.


40 mm
20 mm
12.5 mm
95-100
30-70
10-35
0-5

100
95-100
25-55
0-10

100
100
90-100
40-85
0-10

2. Gradasi Agregat Campuran


Gradasi yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari suatu
tempat (quarry). Dalam praktek biasanya dlakukan pencampuran agar
didapatkan gradasi yang baik antara agregat kasar dengan agregat halus. SK
SNI T-15-1990-03:21memberikan batas gradasi yang diadopsi dari B.S, seperti
yang tercamtum dalam tabel-tabel dibawah ini :

Lubang ayakan
(mm)

kurva 1

kurva 2

kurva 3

kurva 4

38
100
100
100
100
19
50
59
67
75
9.6
36
44
52
60
4.8
24
32
40
47
2.4
18
25
31
38
1.2
12
17
24
30
0.6
7
12
17
23
0.3
3
7
11
15
0.15
0
0
2
5
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 40 mm

21

Lubang ayakan
(mm)
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15

kurva 1

kurva 2

kurva 3

100
74
47
28
18
10
6
4
0

100
86
70
52
40
30
21
11
1

100
93
82
70
57
46
32
19
4

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 30 mm

22

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum20 mm
Lubang ayakan (mm)
0.15
0.3
0.6
1.2
2.4
4.8

kurva 1
0
2
9
16
23
30

kurva 2
0
3
14
21
28
35

kurva 3
0
5
21
28
35
42

kurva 4
2
12
27
34
42
48

23

9.6
19
38

45
100
100

55
100
100

65
100
100

75
100
100

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 10 mm
Lubang ayakan (mm)
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
2.6.2 Modulus Halus Butir

kurva 1
100
100
100
30
20
16
12
4
0

kurva 2
100
100
100
45
33
26
19
8
1

kurva 3
100
100
100
60
46
37
28
14
3

kurva 4
100
100
100
75
60
46
34
20
6

24

Modulus halus butir (fines modulus) atau biasa disingkat dengan MHB ialah suatu
indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat
(Abrams, 1918). MHB di definisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat
yang tertinggal di atas satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3 dan 0.15 mm),
kemudian nilai tersebut dibagi dengan seratus (Ilsley, 1942:232).
Makin besar nilai MHB suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai nilai MHB 5-8. Nilai ini juga dapat dipakai
sebagai dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai MHB yang biasa dipakai sekitar 5.0-6.0. Hubungan ketiga nilai MHB
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
W = (K-C)/(C-P)x100%
Dengan :
W = Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar (kerikil/
batupecah)
K = Modulus halus butir agregat kasar
P = Modulus halus butir agregat halus
C = Modulus halus butir agregat campuran
Untuk mempermudah perhitungan MHB agregat, pekerjaan sebaiknya dilakukan
dengan tabulasi.

2.6.3 Kekekalan
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi syarat
seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 Mutu dan Cara Uji agregat beton
untuk beton normal atau yang memenuhi syarat ASTM C.33-86, Standard
Specification for Concrete Aggregates . Syarat mutu untuk agregat normal adalah
sebagai berikut :
(1) Agregat halus jika di uji dengan larutan garam sulfat ( natrium sulfat,NaSO4),
bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan magnesium sulfat
(MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15%.

25

(2) Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat, NaSO 4),
bagiannya yang hancur maksimum 12% dan jika diuji magnesium sulfat
(MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 18%.

Perubahan Volume
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan dalam
volume adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air, seiring dengan
mengeringnya beton. Jika agregat mengandung senyawa kimia yang dapat
mengganggu proses hidrasi dari semen, maka beton yang terbentuk akan mengalami
keretakan. ASTM C.330, Specification for lightweight Aggregates for Structural
Concrete memberikan ketentuan bahwa susut-kering untuk agregat ringan tidak
boleh melebihi 0,10%.
2.6.4 Karakteristik Panas
Pada Agregat karakteristik panas akan sangat mempengaruhi keawetan dan
kualitas dari beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis dan
pengahantar panas.
1. Koefisien muai
Koefisien muai tergantung pada jenis bahan agregatnya. Koefisien muai
berkisar antara 5,4 x 10-6 sampai 12,6 x 10-6 per derajat celcius, adapun koefisien
muai pasta semen sekitar 10.8 x 10-6 sampai 16.2 x 10-6 per derajat Celsius. Jika
koefisien besar, maka perubahan suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan
sehingga saat melepaskan lekatan antara agregat dan pasta semen. Jika koefisien
muai dari keduanya berbeda lebih dari 5,4 x 10 -6 , beton akan retak , jika
mengalami panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.
2. Panas Jenis dan pengantar panas
Panas jenis dihitung jika beton digunakan untuk pekerjaan masa dan juga
untuk pekerjaan khusus.
2.6.5 Bahan-Bahan Lain yang Mengganggu
Bahan-bahan

yang

mengganggu

adalah

bahan

yang

menyebabkan

terganggunya proses pengikatan pada beton serta pengerasanya.

26

(1) Bahan padat yang menetap


Lempung, tanah liat dan abu batu tidak di ijinkan dalam jumlah banyak
karena mengakibatkan meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton yang
bersangkutan. Bahan-bahan ini tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga
menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat. Akibatnya kekuatan
beton berkurang karena tidak adanya saling mengikat.
(2) Bahan-bahan organik humus
Apabila agregat alam mengandung bahan-bahan organik maka proses
hidrasi akan terganggu, sehingga bahan agregat tersebut tidak dapat dipergunakan
dalam campuran beton.

2.7 Pemeriksaan Mutu Agregat


Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan
campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya
sesuai dengan yang diharapkan.
Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus
memenuhi syarat ASTM C.330-80 Standard Specification for Concrete Aggregates
Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM c.330-80
Specification for lightweight Aggregates for Structural Concrete. Sebagian syaratsyarat telah di jelaskan di atas.
2.7.1 Agregat Normal Menurut SII.0052
a. Agregat Halus
Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm) maksimum
5%
Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur agregat
halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%
kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butiran pasir pembanding
yang berasal dari pasir kuarsa Bangka memeberikan angka tidak lebih dari 2.20
Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%)

27

b. Agregat kasar
Modulus halus butir 6.0 sampai 7.1
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm) maksimum
1%
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum
5%
Kekekalan jiak diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12%
dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18%
Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai Na2O
lebih besar dari 0.6%
Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.

2.7.2 Agregat Normal Menurut ASTM C.33


Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuai dengan ASTM, berat
isinya tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.
a. Agregat halus
Modulus halus butir 2,3 sampai 3,12.
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau
No.200) dalam persen berat maksimum,
- Untuk beton yang mengalarni abrasi sebesar 3,0%
- Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.
Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum 3%.
Kandungan arang dan lignit.
- Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan diekspos),
maksimurn 0,5 %
- Beton jenis lainnya, maksimum (l - 0.5) %
Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan
larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna yang lebih tua
dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka ditolak kecuali :
- Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang sejenis
- Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat dengan
pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar dari 95%. Uji
kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan
yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan semen yang
mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.

28

Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%,
dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.
b. Agregat Kasar
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan
yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana penggunaan semen yang
mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.
Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los
Angeles. Batas ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton dan sifat
fisika yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for Agregat Deleterious
Substances and Physical Requirement of Coarse Aggregates for Concrete).

2.8 Penyimpanan Agregat


Agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang tertutup tetapi diletakan di udara
terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyimpanan
agregat ini, antara lain :
1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatanganya sampai dengan
pengambilan kembali.
2. Agregat harus ditimbun di atas bak-bak berlantai jika volumenya dibawah 10 kubik
meter. Jika volumenya besar, sebaiknya dibuatkan landasan menggunakan land
concrete campuran 1 : 3 : 5 untuk menghindari tercampurnya tanah dengan agregat
pada saat pengembalian.
3. Jika agregat yang ditimbun dalam keadaan kering, terutama untuk agregat yang
ditimbun di stock field, sebaiknya agregat disiram dengan menggunakan sprinkle
(slang air).
4. Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol kualitas bahan.
2.9 Agregat Jenis Lain dan untuk Hal-hal Khusus
1. Agregat jenis lain
Sebagai bahan pengganti agregat alami bisa digunakan agregat jenis lain seperti :
a. Batuh Pecah
Batu pecah merupakan hasil pengelolahan batu dengan stone crusher. Butiran
yang dihasilkan berbentuk tajam sehingga dapat memperkuat mortar. Batu pecah

29

ini paling sering digunakan untuk pekerjaan struktural. Ukuran yang dikenal
dalam pekerjaan beton adalah ukuran

dan

b. Pecahan bata atau genteng


Bahan yang dibuat dari pecahan bata atau genteng ini secara umum belum
dipakai. Peneliti sudah banyak meneliti pemakaian agregat ini dalam cmpuran
beton. Sifat agregat ini sangat dipengaruhi oleh bahan dasarnya yakni tanah liat.
Pecahan bata atau genteng yang halus bersifat :
-

Seperti pasir .
Sedikit menaikan kekuatan mortar.
Menaikan sifat hidrolis dari mortar.

c. Tanah liat bakar


Tanah liat dengan kadar air tertentu dibuat berbutir sekitar (5-20)mm, kemudian di
bakar. Hasilnya berbentuk bola, ringan dan berpori. Serapan airnya sekitar (820)%. Beton dengan agregat ini berat jenisnya sekitar 1900 kg/m3.
d. Herculite atau haydite
Agregat ini berasal dari shale yang dimasukan dalam tungku putar pada suhu
11000C. Gas dalam shale mengembang membentuk jutaan sel kecil udara yang
dikelilingi oleh slaput tipis air yang kuat dan bening. Agregat ini dipakai untuk
menggantikan agregat pada pekerjaan struktural. Berat jenis yang dihasilakan
sekitar

beton biasa, dengan kuat tekan yang sama dan pada jumlah semen

yang sama. Beton yang dibuat akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap
panas, sehingga biasanya digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan tahan
api untuk baja struktural. Agregat ini mempunyai sifat meredam suara yang baik.

e. Agregat abu terbang


Agregat ini merupakan jenis produk sisa pembakaran PLTU yang mengeras dan
membentuk butir-butir seperti kerikil. Beton yang dibuat dengan agregat jenis ini
akan mempunyai kuat tekan yang cukup baik.

30

f. Benda Limbah padat buangan


Kemungkinan pemakaian benda limbah padat buangan sebagai bahan pengganti.
Limbah padat ini dapat berupa kaleng-kaleng bekas, bahan-bahan bekas
bongkaran bangunan, maupun sampah padat dari hasil limbah industri maupun
rumah tangga. Sebelum barang ini dipakai sebaiknya ditinjau aspek ekonomi
keuntungan penggunaan bahan-bahan ini dibandingkan dengan pemakaian agregat
alami. Harus pula dipertimbangkan aspek teknisnya, yang meliputi pekerjaan dan
kekutan beton yang dihasilkan.

2. Agregat Jenis Lain Untuk Hal-hal Khusus


Untuk bahan yang harus kuat dan awet agregat yang harus digunakan adalah
corundum sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni (3.1 - 3.2) kg/dm 3. Selain itu,
dapat juga digunakan jenis agregat lain yang keras seperti batu alam misalnya
basalt, terak tanur tinggi dan jenis-jenis logam.
Agregat yang sangat ringan untuk isolasi terhadap panas atau yang tahan api
adalah perlit, sejenis gelas dari batuan beku (vulkanik) dengan berat isi sekitar
(0.06 - 0.2) kg/dm3, vermiculite dengan berat isi massa sekitar (0.07 - 0.09)
kg/dm3 dan foamglass.
Agregat yang digunakan sebagai perlindungan radiasi adalah jenis batuan
dengan berat isi murni yang tinggi, umpamanya spar (BaSO 4) yang memiliki
berat isi murni (4.15 - 4.45) kg/dm3, magnetit, besi dengan berat isi murni (4.40 5.00) kg/dm3 dan baja (dapat berbentuk pasir atau sebagai butiran-butiran)
dengan berta isi murni 6.80-7.60 kg/dm3.
Agregat untuk membuat bahan tahan panas dapat berupa lempung yang tahan
panas dengan titik lembur tinggi, yang terpecah-pecah menjadi butiran butiran
dengan berbagai macam ukuran. Agregat yang digunakan dalam pembuatan
asbes berasal dari endapan berupa serat-serat halus yang berasal dari magnesium
silikat hidrat. Kayu untuk panel-panel yang digunakan sebagai bahan bangunan
dapat digunakan sebagai agregat. Tatal serta serutan kayu dapat digunakan
sebagai bahan chip-wood, cement board, dan wood-wool cement board.

31

32

B A B III
K E S I M PU LAN
Agregat memilki peranan yang sangat penting dalam pembuatan beton.
Kandungan agregat dalam campuran beton berkisar (60 - 70) % dari berat campuran
beton. Selain sebagai pengisi, agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu
sifat mortar atau mutu beton yang akan dihasilkan.
Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates).
Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil,
sedangkan contoh agregat buatan adalah agregta yang berasal dari stone crusher,
hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan beton,
fly ash, dari residu PLTU, extended slag dan lainnya.
Dalam penggunaannya dilakukan pengolahan terhadap agregat. Tujuan utama
pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi dan biaya
yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.
Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas,
tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan
penyerahan agregat dilapangan.
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuran
beton ada lima, yaitu (landgren, 1994):
1. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses
pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
2. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
control.
4. Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat jenis.
5. Kadar air permukaan agregat
33

Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada pengguaan air saat


pencampuran.
Berat jenis agregat amat penting. Berat jenis digunakan untuk menentukan
volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan
menentukan berat jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan
banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat
jenias dan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka
semakin kecil daya serap agregat tersebut.gradasi dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapat campuran beton yang baik
kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat. Untuk tu
pengetahuan mengenai gradasi ini pun menjadi penting. Dalam pengerjaan beton
yang paling banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang ahrus
memenuhi syarat standar, namun untuk keperluanyang khusus sering dipakai
agregat ringan maupun agregat berat.
Agregat harus memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80
Mutu dan Cara Uji agregat beton untuk beton normal atau yang memenuhi syarat
ASTM C.33-86, Standard Specification for Concrete Aggregates . Syarat mutu
untuk agregat normal adalah sebagai berikut :
(1) Agregat halus jika di uji dengan larutan garam sulfat ( natrium sulfat,NaSO4),
bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan magnesium sulfat
(MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15%.
(2) Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat, NaSO 4),
bagiannya yang hancur maksimum 12% dan jika diuji magnesium sulfat
(MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 18%.
Perubahan - perubahan dalam volume adalah kombinasi reaksi kimia antar
semen dengan air, seiring dengan mengeringnya beton. Jika agregat mengandung
senyawa kimia yang dapat mengganggu proses hidrasi dari semen, maka beton yang
terbentuk akan mengalami keretakan. ASTM C.330, Specification for lightweight
Aggregates for Structural Concrete memberikan ketentuan bahwa susut-kering
untuk agregat ringan tidak boleh melebihi 0,10%.

34

Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan campuran


beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan
yang diharapkan.
Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus memenuhi
syarat ASTM C.330-80 Standard Specification for Concrete Aggregates Agregat
ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM c.330-80 Specification
for lightweight Aggregates for Structural Concrete. Sebagian syarat-syarat telah di
jelaskan di atas.
Agregat sangat berperan penting dalam kondisi khusus, seperti :
Untuk bahan yang harus kuat dan awet agregat yang harus digunakan adalah
corundum sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni (3.1 - 3.2) kg/dm3. Selain
itu, dapat juga digunakan jenis agregat lain yang keras seperti batu alam
misalnya basalt, terak tanur tinggi dan jenis-jenis logam.
Agregat yang sangat ringan untuk isolasi terhadap panas atau yang tahan api
adalah perlit, sejenis gelas dari batuan beku (vulkanik) dengan berat isi sekitar
(0.06 - 0.2) kg/dm3, vermiculite dengan berat isi massa sekitar (0.07 - 0.09)
kg/dm3 dan foamglass.
Agregat yang digunakan sebagai perlindungan radiasi adalah jenis batuan
dengan berat isi murni yang tinggi, umpamanya spar (BaSO4) yang memiliki
berat isi murni (4.15 - 4.45) kg/dm 3, magnetit, besi dengan berat isi murni
(4.40 - 5.00) kg/dm3 dan baja (dapat berbentuk pasir atau sebagai butiranbutiran) dengan berta isi murni 6.80-7.60 kg/dm3.
Agregat untuk membuat bahan tahan panas dapat berupa lempung yang
tahan panas dengan titik lembur tinggi, yang terpecah-pecah menjadi butiran
butiran dengan berbagai macam ukuran. Agregat yang digunakan dalam
pembuatan asbes berasal dari endapan berupa serat-serat halus yang berasal
dari magnesium silikat hidrat. Kayu untuk panel-panel yang digunakan
sebagai bahan bangunan dapat digunakan sebagai agregat. Tatal serta serutan
kayu dapat digunakan sebagai bahan chip-wood, cement board, dan woodwool cement board.

35

Anda mungkin juga menyukai