PE N DAH U LUAN
PENGERTIAN AGREGAT
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton atau mortar. Pada dasarnya beton tidak akan terbentuk tanpa
adanya campuran agregat, disini membuktikan bahwa agregat memilki peranan yang
sangat penting dalam pembuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton
biasanya sangat tinggi sekali yaitu berkisar (60 - 70) % dari berat campuran beton.
Selain sebagai pengisi, agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu sifat mortar
atau mutu beton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batas antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus
dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (british standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM).
Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75
mm), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm).
agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm di bagi lagi menjadi dua yaitu, yang
berdiameter antara (4.80- 40) mm. disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm
disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil
dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah,
bronjong (bendungan), dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan
agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.
B A B II
PE M B AH AS AN
2.1 Batuan
Pada umunya agregat berasal dari alam, dan salah satunya berasal dari batuan.
Seorang engineer melihat sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering kali
tahan lama dan kuat, yang diatasnya berdiri bangunan atau dapat digunakan untuk
mendirikan bangunan. Penambangan batuan kadang - kadang dilakukan dengan
peledakan (blasting), terutama pada batuan-batuan yang keras seperti granit. Batuan
dalam
teknik
sipil
dapat
dilihat
menurut
ilmu
yang
mempelajarinya
(Verhoef,1985:12), yaitu :
1) Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses siklus
batuan.
2) Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau
dengannya dapat dibangun berbagai macam konstruksi.
Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku (magma), bauan endapan (sedimentasi),
dan bauan peralihan/ malihan (metamorf).
1. Batuan Beku (Magma)
Batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat di dalam
lapisan bumi yang dalam atau dari hasil pembekuan magma yang kuat akibat
dari letusan gunung berapi
Batuan beku dibedakan menjadi dua, yakni batuan beku interusif (yang
membeku di bawah permukaan bumi), dan batuan beku eksterusif (yang
embeku di permukaan bumi).
Batuan beku seperti intrusi granit adakalanya ditemui dengan massa yang
tidak beraturan
Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%
2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%
kapur.
(2) Kimiawi, batuan sedimen yang diendapkan dari larutan. Batuan ini
dibagi menjadi evaporit (penguapan gips, garam), kapur (pengendapan),
dan dan endapan kimiawi lainnya seperti besi dan fosfat.
(3) Organik, yang dibagi menjadi kapur serta gambut, batubara, dan
sapropel yang merupakansedimen dengan banyak zat organik yang
membentuk minyak bumi.
3. Batuan Metamorf
Batuan Metamorf : Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah
mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh
perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.
Proses metamorphosis di abgi menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosis regional, yakni perubahan bentuk dalam skala besar yang
dialami batuan di dalam kulit bumi yang lebih dalam, sebagai akibat dari
terbentuknya pegunungan. (vulkanik).
2. Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami batuan
sebagai akibat dari intrupsi magma panas disekitarnya (misalnya granit).
Jenis-jenis Batuan Metamorf :
a. Schist : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halusnya
Schist Mika.
b. Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasarnya
Granit Gneis.
c. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir.
d. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur
karbonat.
Pada
umumnya,
peningkatan
temperatur
dan
tekanan
akan
Agregat yang bersal dari tanah galian, yaitu tanah yang dibuka lapisan
penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam, bersudut, berpori, dan
bebas dari kandungan garam.
Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan yang paling atas harus
dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
2.3 Mengolah Agregat Alam
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi
dan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.
Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas,
tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan
penyerahan agregat dilapangan.
Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti
JENIS-JENIS
AGREGAT
lempung dan lanau sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena
bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki.
Pemisahan bahan-bahan yang tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat
power-shovels, draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat
Agregat
Agregat
Agregat
dipertimbangkan apabila tebal
lapisan lebih dari 15 meter).
Normal
Berat
Ringan
Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup
dilakukan
pencucian.
Biji Besi,
Penggalian bahan yang keras dapat dilakukan dengan peledakan (blasting).
Terak
Setelah digali,
agregat diangkut dengan
kereta api,Agregat
truk, atau ban berjalan
(belt
Agregat
Agregat
Agregat
Tanur
Alam
Buatan
conveyor) ketempat pengolahan agregat.
Tinggi
Alam
Buatan
Batuan Beku
Tanpa
pengolah
an
n batuan
batuan
saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring dengan saringan hidrolik.
dengan
Dalam proses penyaringan, sekitar 70 % dari bahan yang disaring
harus lolos dengan
panas
panas
ehingga efesiensi serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai.
(batu
(terak, bat
Batuan
Metamorf
Pasir
Pasir
Gunung
Pasir
Sungai
Batuan Endapan
klinker
Tanpa
pengola
han
batuan
dengan
panas
(batu
kapur,
batu
pengola
han
batuan
dengan
panas
(lempen
g, batu
tulis,skor
ia
tulis,
lempeng
tekannya sekitar 15-40 Mpa. Ketentuan dan persyaratan dari SII.0052-80 Mutu
Dan Cara Uji Agregat Beton harus dipenuhi. Bila tidak tercakup dalam
SII.0052-80, maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C-33,
Specification For Concrete Aggregates(PB-89, 1989:9).
B. Agregat ringan
Digunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah bangunan yang
memperhitungkan berat dirinya. Agregat ringan digunakan dalam bermacam
produk beton, misalnya bahan-bahan untuk isolasi atau lahan untuk pra-tekan.
Agregat ini paling banyak digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang
dibuat dengan agregat ringan mempunyai sifat tahan api yang baik.
Kelemahannya adalah ukuran pori pada beton yang dibuaat dengan agrergat ini
besar, sehingga penyerapannya besar pula. Jika tidak diperhatikan hal ini akan
menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya. Agregat
ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang dihasilkan melalui pembekahan
(expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan bahan alam. Disarankan agar
penakarannya menggunakan volume. Berat isi agregat ini berkisar 350-880
kg/m3 untuk agregat kasarnya dan 750-1200 kg/m3 untuk agregat halusnya.
Campuran kedua agregat tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3.
Agregat ringan yang digunkan dalam campuran beton harus memenuhi syarat
mutu dari ASTM C-330, Specification For Lighweight Agragates For
Structural Concrete.
C. Agregat berat
Agregat berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3. Contohnya
adalah magnetic (fe304), barites (BaSO4), dan serbuk besi. Berat jenis beton yang
7
dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis bahannya. Beton yang dibuat
dengan agregat ini biasanya digunakan sebagai pelindung dari radiasi sinar-X.
Untuk mengetahui apakah suatu agregat termasuk agregat berat, ringan atau
normal dapat diperiksa berat isinya. Standar yang digunakan adalah C.29.
Definisi berat isi sendiri adalah berat dalam satuan volume untuk setiap
partikel (Brink, R.H and Timms, A.G, 1966).
Ukuran maksimum yang diizinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in(150 mm). Alat
yang digunakan dalam menentukan berat isi adalah bejana silinder dengan butir
yang telah ditentukan sesuai dengan syarat seperti yang tercantum dalam table
dibawah ini. Dalam hal in ukuran nominal agregat merupakan ukuran
maksimum dan volume alat ukur tidak boleh kurang dari 95% dari volume yang
tercantum pada tabel.
Kapasitas alat
in
mm
Ft3
M3
0.5
1
1.5
3
4.5
6
12.5
25.0
37.5
75
112
150
0.10
0.6667
0.50
1
2.5
3.5
0.0028
0.0093
0.014
0.028
0.070
0.100
agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling tergantung yaitu
kebulatan/ketajaman sudut (sifat yang tergantung pada ketajaman relatif , secara
numerik dinyatakan dengan rasio antara jari-jari rata-rata dari sudut lengkung
ujung atau sudut butir dari jari-jari maksimum lengkung salah satu
ujung/sudutnya) dan oleh sperikal yaitu rasio antara luas permukaan dengan
volume butir.
Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk
agregat
dipengaruhi
oleh
proses
geologi
batuan.
Setelah
dilakukan
membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton
yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada
kekuatan atau untuk beton mutu tinggi karena ikatan antar agregatnya baik
(kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid
pavement).
4. Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang jika
ukuran terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran rata-rata adalah
ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agragat. Sebagai
contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan lolos ayakan 19mm dan
tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran
terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x 15mm). Agregat jenis ini
akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini
cenderung berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya.
Kekuatan tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
5. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuranukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat
panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika
ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata-ratanya. Untuk contoh diatas
agregat disebut pipih jika lebih kecil dari 9mm. Menurut (Galloway, 1994)
agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan
ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang
logam.
6. Agregat Pipih Dan Panjang
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.
2.4.3 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat
halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan
berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk menentukan definisi dari
susunan permukaan agregat. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan
10
yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin. Jenis
lain dari permukaan agregat adalah mengkilap dan kusam.
Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul,
tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang
telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan
permukaan ini sangat berpengaruuh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin
permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk dikerjakan. Jenis agregat
berdasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Agregat licin/halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat
dengan permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan
menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan butir
agregat sehingga beton yang menggunakan agregat ini cenderung metunya
lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh air, atau
akibat patahnya batuan (rocks)berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis.
2. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
3. Kasar
Pecahan kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang
mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
4. Kristalin (crystalline)
Agregat jenis ini mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
5. Berbentuk sarang lebah (honeycombs)
Tampak dengan jelas pori-porinya dan
rongga-rongganya.
Melalui
11
STANDAR ISO
ASTM E11
BRITISH
STANDAR
12
128
64 mm
32 mm
16 mm
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 m
250 m
125m
62m
100 mm
90 mm
75 mm
63 mm
50 mm
37.5 mm
25 mm
19 mm
12.5 mm
9.5 mm
4.75 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 m
300 m
150 m
75 m
STANDARD,
BS-812
JERMAN
(BS.410,1976)
75 mm
63 mm
50 mm
37.5 mm
28 mm
20 mm
14 mm
10 mm
5.0 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 m
300 m
150 m
75 m
63 mm
31.5 mm
16 mm
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 m
250 m
-
13
c. Gradasi Seragam
Agregat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisikan sebagai
agregat seragam. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi,
agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai unutk beton ringan yaitu jenis
beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela,
atau untuk campuran agregat yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
2.5 K E K U A T A N A G R E G A T
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu
sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akn dibuat maka
agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Pada kasuskasus tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan lokal
cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton.
Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.
2.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:
a. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi
tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking).
Granite misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu kristal Quards dan
Feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya lebih rendah
daripada gabbros dan diabeses. Hal ini terjadi karena butir-butir granit tidak
terikat dengan baik.
b. Porositas yang besar.
Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan
terhadap beban kejut.
Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya
dan tidak dipengaruhi oleh lekatan antar butir satu dengan lainnya. Agregat yang
lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian beban
uniaxal) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari pasta
semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat diandalkan.
Kekerasa sedang mungkin justru lebih menguntungkan, Karena dapat
mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan atau
14
beton
(1)
Beton kelas I dan
(%)maksimum.
Fraksi butir
Fraksi butir
9.5-19 mm
19-30 mm
(2)
(3)
22-30
24-32
mutu B0 dan B1
Beton kelas II dan
14-22
16-24
27-40
Kurang dari
Kurang dari 16
Kurang dari 27
14
15
Cara Rudelloff agak kurang tepat jika dipakai untuk menguji agregat yang
lemah, karena perkiraan akan terjadi gesekan yang kuat dengan dinding silinder baja
selama penekanan mengakibatkan beban yang ditahan butr-butir berkurang,sehingga
nilai yang dihasilkan nampaknya lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya.
Cara uji kekuatan yang lainnya dengan menggunakan alat Los Angelos Test.
Mesin ini berupa silinder baja yang tertutup di kedua sisinya dengan diameter 71 cm
da panjang 50 cm. silinder bertumpu pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar.
Pada silinder terdapat lubang untuk memasukkan benda uji dan tertutup rapat
sedemikian sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam
silinder terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. silinder ini dilengkapi
dengan bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 cm dan berat masing-masing
antara 390-445 gram atau sesuai dengan gradasi benda uji seperti pada tabel berikut
ini :
Tabel berat dan gradasi benda uji
Lubang ayakan (mm)
lewat
tertinggal
38.10
25.40
25.40
19.05
19.05
12.70
12.70
9.51
9.51
6.35
6.35
4.75
Jumlah bola
12
11
8
Untuk mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30-33
rpm. Pengujian ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat
normal. Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke-100
kali yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika butiran yang
16
pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI memberi nilai batas
27%)daripada ke-500 dianggap bagianyang lunak sudah terlalu banyak.
Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya diberi
beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini biasanya
berhubungan
dengan
kekerasan
agregat.
Uji
kejut
dilaksanakan
dengan
menggunakan silinder baja dengan diameter dan tebal 25 cm yang dijatuhi hammer
seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan kelipatannya. Nilai kejut yang
baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang kurang dari 13 dianggap jelek. Uji
kuat tekan pada campuran beton dapatjuga digunakan untuk mengukur kekuatan
agregat yaitu dengan embuat kubus ukuran 50-200 mm yang kemudian diberi
tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai pecah.
2.6 Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat-sifat
ini harus kita ketahui dan pelajari agar dapat mengambil tindakan yang positif
dalam megatasi masalah yang timbul. Agregat yang digunakan diindonesia harus
memenuhi syarat SII 0052-80, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton dan dalam halhal yang tidak termuat dalam SII 0052-80 makaagregat tersebut harus memenuhi
syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-82, Standard Specification
For Concrete Aggregates (ulasan PB, 1989:14).
2.6.1 Serapan Air dan Kadar Air Agregat
Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan terjadinya udara yang terjebak
dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral pembentuk akibat
perubahan cuaca, mak terbentuklah lubang, atau rongga kecil didalam butiran
agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi yang cukup besardan
menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori mungkin menjadi reservoir air bebas didalam
agregat. Presentasi berat air yang mampu diserap agregat didalam air disebut sebagai
serapan air, sedangkan benyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar
air .
A. Serapan Air
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK), atau saturated surface dry (SSD),
kondisi ini merupakan :
17
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton,
sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada kondisi
kering tungku.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah yang diperlukan
agregat dalam kodisi kering udara (Wku) menjadi SSD (WSSD), rumusnya adalah:
Ref =
Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan diserap
(Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan rumus :
Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (W tam) terhadap
campuran adukan beton, yaitu :
Kelebihan (Wag)dan berat pada kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan untuk
menghitung banyaknya kandungan air (Kair) dalam agregat yang dinyatakan dalam
rumus:
B. Kadar Air
18
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering
tetapi megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat menyerap air.
3) Jenuh kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di permukaan
agregat , tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi ini air dalam agregat
tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran beton.
4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung
air, sehngga akan menyebabkan penambahan pada kadar air campuran beton.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam
presentase dan dapat dihitung sebagai berikut :
19
I
100
90-100
60-95
30-70
15-34
5-20
0-10
100
90-100
85-100
75-100
60-79
12-40
0-10
IV
100
95-100
95-100
90-100
80-100
15-50
0-15
Lubang ayakan
(mm)
40
20
12.5
10
4.8
100
95-100
25-55
0-10
100
100
90-100
40-85
0-10
Lubang ayakan
(mm)
kurva 1
kurva 2
kurva 3
kurva 4
38
100
100
100
100
19
50
59
67
75
9.6
36
44
52
60
4.8
24
32
40
47
2.4
18
25
31
38
1.2
12
17
24
30
0.6
7
12
17
23
0.3
3
7
11
15
0.15
0
0
2
5
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 40 mm
21
Lubang ayakan
(mm)
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
kurva 1
kurva 2
kurva 3
100
74
47
28
18
10
6
4
0
100
86
70
52
40
30
21
11
1
100
93
82
70
57
46
32
19
4
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 30 mm
22
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum20 mm
Lubang ayakan (mm)
0.15
0.3
0.6
1.2
2.4
4.8
kurva 1
0
2
9
16
23
30
kurva 2
0
3
14
21
28
35
kurva 3
0
5
21
28
35
42
kurva 4
2
12
27
34
42
48
23
9.6
19
38
45
100
100
55
100
100
65
100
100
75
100
100
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum 10 mm
Lubang ayakan (mm)
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
2.6.2 Modulus Halus Butir
kurva 1
100
100
100
30
20
16
12
4
0
kurva 2
100
100
100
45
33
26
19
8
1
kurva 3
100
100
100
60
46
37
28
14
3
kurva 4
100
100
100
75
60
46
34
20
6
24
Modulus halus butir (fines modulus) atau biasa disingkat dengan MHB ialah suatu
indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat
(Abrams, 1918). MHB di definisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat
yang tertinggal di atas satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3 dan 0.15 mm),
kemudian nilai tersebut dibagi dengan seratus (Ilsley, 1942:232).
Makin besar nilai MHB suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai nilai MHB 5-8. Nilai ini juga dapat dipakai
sebagai dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai MHB yang biasa dipakai sekitar 5.0-6.0. Hubungan ketiga nilai MHB
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
W = (K-C)/(C-P)x100%
Dengan :
W = Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar (kerikil/
batupecah)
K = Modulus halus butir agregat kasar
P = Modulus halus butir agregat halus
C = Modulus halus butir agregat campuran
Untuk mempermudah perhitungan MHB agregat, pekerjaan sebaiknya dilakukan
dengan tabulasi.
2.6.3 Kekekalan
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi syarat
seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 Mutu dan Cara Uji agregat beton
untuk beton normal atau yang memenuhi syarat ASTM C.33-86, Standard
Specification for Concrete Aggregates . Syarat mutu untuk agregat normal adalah
sebagai berikut :
(1) Agregat halus jika di uji dengan larutan garam sulfat ( natrium sulfat,NaSO4),
bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan magnesium sulfat
(MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15%.
25
(2) Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat, NaSO 4),
bagiannya yang hancur maksimum 12% dan jika diuji magnesium sulfat
(MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 18%.
Perubahan Volume
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan dalam
volume adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air, seiring dengan
mengeringnya beton. Jika agregat mengandung senyawa kimia yang dapat
mengganggu proses hidrasi dari semen, maka beton yang terbentuk akan mengalami
keretakan. ASTM C.330, Specification for lightweight Aggregates for Structural
Concrete memberikan ketentuan bahwa susut-kering untuk agregat ringan tidak
boleh melebihi 0,10%.
2.6.4 Karakteristik Panas
Pada Agregat karakteristik panas akan sangat mempengaruhi keawetan dan
kualitas dari beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis dan
pengahantar panas.
1. Koefisien muai
Koefisien muai tergantung pada jenis bahan agregatnya. Koefisien muai
berkisar antara 5,4 x 10-6 sampai 12,6 x 10-6 per derajat celcius, adapun koefisien
muai pasta semen sekitar 10.8 x 10-6 sampai 16.2 x 10-6 per derajat Celsius. Jika
koefisien besar, maka perubahan suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan
sehingga saat melepaskan lekatan antara agregat dan pasta semen. Jika koefisien
muai dari keduanya berbeda lebih dari 5,4 x 10 -6 , beton akan retak , jika
mengalami panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.
2. Panas Jenis dan pengantar panas
Panas jenis dihitung jika beton digunakan untuk pekerjaan masa dan juga
untuk pekerjaan khusus.
2.6.5 Bahan-Bahan Lain yang Mengganggu
Bahan-bahan
yang
mengganggu
adalah
bahan
yang
menyebabkan
26
27
b. Agregat kasar
Modulus halus butir 6.0 sampai 7.1
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm) maksimum
1%
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum
5%
Kekekalan jiak diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12%
dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18%
Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai Na2O
lebih besar dari 0.6%
Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.
28
Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%,
dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.
b. Agregat Kasar
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan
yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana penggunaan semen yang
mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.
Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los
Angeles. Batas ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton dan sifat
fisika yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for Agregat Deleterious
Substances and Physical Requirement of Coarse Aggregates for Concrete).
29
ini paling sering digunakan untuk pekerjaan struktural. Ukuran yang dikenal
dalam pekerjaan beton adalah ukuran
dan
Seperti pasir .
Sedikit menaikan kekuatan mortar.
Menaikan sifat hidrolis dari mortar.
beton biasa, dengan kuat tekan yang sama dan pada jumlah semen
yang sama. Beton yang dibuat akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap
panas, sehingga biasanya digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan tahan
api untuk baja struktural. Agregat ini mempunyai sifat meredam suara yang baik.
30
31
32
B A B III
K E S I M PU LAN
Agregat memilki peranan yang sangat penting dalam pembuatan beton.
Kandungan agregat dalam campuran beton berkisar (60 - 70) % dari berat campuran
beton. Selain sebagai pengisi, agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu
sifat mortar atau mutu beton yang akan dihasilkan.
Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates).
Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil,
sedangkan contoh agregat buatan adalah agregta yang berasal dari stone crusher,
hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan beton,
fly ash, dari residu PLTU, extended slag dan lainnya.
Dalam penggunaannya dilakukan pengolahan terhadap agregat. Tujuan utama
pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi dan biaya
yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.
Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas,
tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan
penyerahan agregat dilapangan.
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuran
beton ada lima, yaitu (landgren, 1994):
1. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses
pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
2. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
control.
4. Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat jenis.
5. Kadar air permukaan agregat
33
34
35