Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

UNIT DAN PROSES KIMIA I

FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS DALAM UNGGUN


TERFLUDISASI
uNI

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2R
Nama Anggota

Asisten

1. Ainu Safira Corni

(1206263332)

2. Denny Setyadarma

(1206263351)

3. Gifari Setyarso

(1206263295)

4. Jeriko Rama

(1206201984)

: Denis Yanuardi

Dosen Pembimbing : Dr. Dianursanti, S.T., M.T.

LABORATORIUM PROSES DAN OPERASI TEKNIK


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2014

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum UOP 1 untuk modul Fluidisasi dan
Transfer Panas dalam Unggun Terfluidisasi ini.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan dalam melakukan praktikum dan juga menyelesaikan laporan
praktikum UOP 1 untuk modul ini. Pihak-pihak yang turut membantu penulis antara lain:
1. Ibu Dr. Dianursanti, S.T., M.T.. selaku dosen pembimbing praktikum modul fluidisasi dan
transfer panas dalam unggun terfluidisasi.
2. Denis Yanuardi selaku asisten laboratorium praktikum modul fluidisasi dan transfer panas
dalam unggun terfluidisasi yang telah banyak mendampingi praktikan selama kegiatan
praktikum.
3. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penulisan proposal ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa Tiada gading yang tak retak. Penulis-pun juga
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan praktikum ini. Oleh
sebab itu, penulis memohon maaf apabila terjadi kesalahan teknis maupun non teknis di dalam
laporan praktikum ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan pada penulisan berikutnya.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan praktikum UOP 1 untuk modul fluidisasi dan
transfer panas dalam unggun terfluidisasi ini dapat menjadi sumber referensi di bidang Teknik
Kimia yang bermanfaat bagi banyak pihak.
Terima kasih.
Depok, 9 November 2014

Penulis

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan Percobaan ...........................................................................................................................5
C. Perumusan Masalah ........................................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 6


A. Fenomena Fluidisasi .......................................................................................................................6
B. Fenomena pada Unggun Fluidisasi .................................................................................................7
C. Jenis-jenis Fluidisasi .....................................................................................................................13
D. Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi Fluidisasi ...........................................................................14
E. Perhitungan Fenomena Fluidisasi .................................................................................................15
F. Sifat dan Karakteristik Unggun Terfluidisasi................................................................................17
G. Perilaku Gelembung pada Ketinggian Unggun ............................................................................21
H. Campuran Gas dan Padatan dalam Unggun Terfluidisasi ............................................................22
I. Fluidisasi dan Transfer Panas ........................................................................................................22
J. Penyimpangan dari Keadaan Ideal Fluidisasi ................................................................................24

BAB III. PERCOBAAN ........................................................................................................ 27


BAB IV. PENGOLAHAN DATA ........................................................................................ 34
BAB V. ANALISIS ................................................................................................................ 49
BAB VI. KESIMPULAN ...................................................................................................... 58

SARAN ................................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 60

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 3

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan ( bed ) dalam
suatu reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke
dalamnya, baik berupa liquid maupun gas. Jika suatu aliran udara melewati partikel
unggun yang ada dalam tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag
force) pada partikel dan menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop
akan naik jika kecepatan superficial naik.
Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang kosong,
sedangkan kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun. Pada
kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan superfisial
dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang
dan menyebabkan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret
tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun. Hal ini menyebabkan
unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida menunjukkan sifat-sifat seperti fluida.
Kecepatan superfisial terendah yang dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum
fluidization velocity ( Umf ). Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri
kimia, misalnya dalam proses katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses
fluidisasi ini memiliki beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan
tipe fluidisasi, aplikasi dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya.
Aplikasi fluidisasi dalam proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada
tahun 1926 untuk Gasifier Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking
(FCC) crude oil menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin
berkembang dan pada tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia
katalitik (seperti FCC dan sintesis Fischer-Tropsch), proses-proses kimia nonkatalitik
(seperti thermal cracking dan gasifikasi batubara), dan proses-proses fisik (seperti
pengeringan dan absorpsi). Selain itu, fluidisasi kontinu banyak dimanfaatkan dalam
pabrik pengolahan untuk memindahkan padatan dari satu tempat ke tempat lain.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 4

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

2. Tujuan Percobaan
Percobaan Fluidisasi dan Transfer Panas dalam Unggun Terfluidisasi ini
memiliki tujuan percobaan dalam pelaksanaannya, sebagai berikut :
1. Mengetahui perilaku partikel unggun (bed) dengan udara yang mengalir ke atas
2. Mengetahui hubungan antara pressure drop dan ketinggian unggun dengan laju alir
atau kecepatan superficial fluida baik menggunakan heater maupun tidak.
3. Mengetahui dan memahami pengaruh transfer panas pada unggun terfluidisasi
4. Mengetahui hubungan antara transfer panas pada unggun terfluidisasi dengan
kecepatan superficial, pressure drop

dan ketinggian unggun terhadap suatu

permukaan panas terendam maupun tidak terendam


5. Mengetahui karakteristik dan jenis-jenis fluidisasi
6. Mengetahui posisi Heater guna memeroleh proses transfer panas yang optimal

3. Perumusan Masalah
Berikut adalah perumusan masalah dari percobaan ini
1. Bagaimana hubungan antara ketinggian unggun dan pressure drop serta kaitannya
dengan kecepatan superfisial baik dengan menggunakan atau tidak menggunakan
heater.
2. Bagaimana pengaruh kecepatan superfisial dan kedalaman kerendaman (depth
immersion) suatu permukaan yang terendam dalam unggun terfluidisasi tarhadap
transfer panas pada unggun.
3. Bagaimana pengaruh laju alir fluida terhadap transfer panas dalam unggun
terfluidisasi yang meliputi suhu heater, koefisien transfer panas, kedalaman heater
dan kedalaman termokopelnya.
4. Bagaimanakah posisi heater yang baik untuk mendapatkan hasil transfer panas yang
optimal pada unggun terfluidisasi.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 5

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fenomena Fluidisasi
Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed) dalam suatu
reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke dalamnya, baik
berupa liquid maupun gas. Hal ini dikarenakan adanya kontak antara butiran-butiran padatan
dengan fluida baik cair maupun gas dengan cara mengalirkannya melalui padatan tersebut.
Pada percobaan ini, padatan unggun (bed) memiliki perilaku menyerupai fluida setelah
dialirkan fluida berupa gas dari bawah unggun.
P2
Padatan unggun

P1

Fluida mengalir dari bawah unggun

Gambar 1. Skema awal proses fluidisasi


(Sumber : http://tekim.undip.ac.id)
Ketika udara awal dengan kecepatan relatif rendah dilewatkan dari bawah unggun
melewati padatan, maka akan terjadi penurunan tekanan (pressure drop) pada sistem, di mana
P1>P2 akibat adanya hambatan partikel padatan terhadap aliran udara. Apabila kecepatan fluida
berangsur-angsur dinaikkan, maka nilai pressure drop (P) oleh tahanan partikel juga akan
meningkat, namun partikel unggun tetap tidak bergerak dan tinggi unggun pun tidak berubah.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 6

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Saat kecepatan fluida diperbesar hingga mencapai kecepatan minimum, yaitu kecepatan di
mana gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih atau sama dengan gaya berat
partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang semula diam akan mulai terekspansi (partikelpartikel solid memiliki jarak bebas rata-rata antar partikel dan partikel-partikel didukung oleh
gaya seret fluida) dan jika laju alir fluida semakin ditingkatkan maka partikel padat mulai
tergerak dan terangkat sampai terjadi suspensi sempurna (fluidized bed) dan pada suatu saat
pressure drop mulai mencapai nilai yang konstan walaupun kecepatan superfisial terus
dinaikkan dan sama dengan berat efektif padatan per satuan luas.

Gambar 2. Skema fluidisasi dimana unggun diam (kiri), unggun


terfluidakan (kanan)
(Sumber : http://tekim.undip.ac.id)

B. Fenomena pada Unggun Fluidisasi


Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan
dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada gambar di
bawah ini:

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 7

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Gambar 3. Ilustrasi fluidisasi partikel unggun melalui perubahan laju alir gas
(Sumber: McCabe, Warren L. dkk. 399:499)

Berdasarkan gambar di atas, fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses


fluidisasi partikel padatan unggun saat dilewatkan aliran fluida dengan kecepatan superfisial
tertentu dapat dibagi dalam beberapa peristiwa berikut ini :

a) Fenomena Fixed Bed


Fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap
diam dan tidak bergerak sehingga unggun berlaku sebagai fixed bed dan kondisi ini ditunjukkan
dengan gambar 4.

Gambar 4. Fenomena Fixed Bed


(Sumber: McCabe, Warren L.)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 8

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


b) Fenomena Minimum or Incipient Fluidization
Fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju
alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat
mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Fenomena Minimum Fluidization


(Sumber: McCabe, Warren L.)

c) Fenomena Smooth or Homogenously Fluidization


Fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi ketika kecepatan dan distribusi aliran
fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga
ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Fenomena Homogenously Fluidization


(Sumber: McCabe, Warren L.)

d) Fenomena Bubbling Fluidization


Fenomena ini merupakan fenomena dimana terjadi ketika gelembung-gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Terjadinya gelembunggelembung gas pada unggun menyebabkan sirkulasi partikel padatan menjadi lebih turbulen.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 7.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 9

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Gambar 7. Fenomena bubbling fluidization


(Sumber: McCabe, Warren L.)

e) Fenomena Slugging Fluidization


Fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar
yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi
ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini dapat dilihat
pada gambar 8.

Gambar 8. Fenomena Slugging Fluidization


(Sumber: McCabe, Warren L.)

f) Fenomena Chanelling Fluidization


Fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Fenomena Chanelling Fluidization


(Sumber: McCabe, Warren L.)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 10

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


g) Fenomena Disperse Fluidization
Fenomena ini merupakan fenomena yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran
fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 10.

Gambar 10. Fenomena Disperse Fluidization


(Sumber: McCabe, Warren L.)

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor


berikut:
a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.
Fenomena sistem gas-padat dapat direpresentasikan dalam persamaan Bernoully
dengan aliran laminer yaitu :

150Vs (1 )2 x
...(1)
F
2 3
( Dp )

PgzF ...(2)
dengan gambar sebagai berikut :
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 11

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Gambar 11. Fenomena Fluidisasi Gas-Padat


(Sumber: McCabe, Warren L.)

Pada gambar terlihat bahwa besarnya penurunan tekanan sepanjang unggun berbanding
lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum tercapai. Pada praktikum ini, butiran
padatan yang digunakan dapat bervariasi seperti butiran pasir ataupun butiran lainnya. Ukuran
partikel juga dapat divariasikan dengan mengatur ukuran partikel dengan proses pengayakan
dengan mesh tertentu. Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut
terhadap aliran flida akan menurun dengan meningkatknya porositas partikel tersebut.
Pengukuran P pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut

150Vs (1 ) 2 x
P
( Dp )2 3
Maka bila Vs meningkat, meningkat dan P dijaga agar konstan. Dalam hal ini x juga akan
meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan x ini lebih kecil dibandingkan pengaruh yang
ditimbulkan oleh perubahan . Adapun hubungan x, P dan kecepatan aliran fluida dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 12

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Gambar 12. Grafik Transisi dari Fenomena Packed Bed ke Fluidized Bed
(Sumber: McCabe, Warren L.)

Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf) maka unggun
akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran fluida dinaikkan melebihi
Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi partikel akan bergerak dan akan saling
berbenturan satu sama lain dan akhirnya keseluruhan massa partikel akan menjadi fluida.

C. Jenis-jenis Fluidisasi
1. Fluidisasi Partikulat
Fluidisasi Partikulat merupakan suatu proses fluidisasi di mana partikel-partikel
bergerak menjauh satu sama lain dan gerekannya bertambah hebat dengan bertambahnya
kecepatan. Tetapi, densitas hamparan rata-rata pada suatu kecepatan tertentu adalah sama di
segala arah hamparan. Ciri dari proses ini adalah adanya ekspansi hamparan yang cukup besar
tetapi seragam pada kecepatan yang cukup tinggi. Seiring dengan bertambahnya kecepatan
fluida dan penurunan tekanan, maka unggun akan terekspansi dan pergerakan partikel semakin
cepat. Jalan bebas rata-rata suatu partikel di antara tumbukan-tumbukan dengan partikel lainnya
akan bertambah besar dengan meningkatnya kecepatan fluida. Akibatnya porositas unggun
akan meningkat.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 13

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


2. Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung

Hamparan zat padat yang terfluidisasi dalam udara biasanya menunjukkan peristiwa yang
dikenal dengan fludisasi agregat atau gelembung. Fluidisasi ini terjadi jika kecepatan gas di
atas kecepatan fluidisasi minimum. Pada kondisi ini unggunakan mengalami bubbling dan
rongga-rongga seperti gelembunguap akan membangkitkan sirkulasi partikel unggun.
Dalam fluidisasi gelembung pengembangan volume hamparan terutama disebabkan oleh
volume yang dipakai oleh gelembung gas karena fasa rapat pada umumnya tidak berekspansi
dengan peingkatan aliran. Akan tetapi jika kecepatan ditambah maka hamparan akan
mengembang secara seragam sehingga akhirnya gelembung mulai terbentuk. Dan jika
kecepatan ditingkatka lagi sampai melewati titik gelembung, hamparan itu akan berangsurangsur mengempis kembali, tetapi akan mengembung lagi.
Dalam fluidisasi agregat fluida akan membuat gelembung pada padatan unggun dalam
tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida akan meningkat melalui unggun dan pecah pada
permukaan unggun dan akan terjadi splashing di mana partikel unggun akan bergerak atas.
Seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida, prilaku gelembung akan bertambah besar.
Kriteria untuk fluidisasi partikulat dan agregat dapat ditentukan dengan bilngan Froude
: v2/(gDp) yang dipakai untuk menentukan apakah suatu sistem akan terfluidisasi partikulat atau
terfluidisasi agregat.

3. Fluidisasi Kontinu
Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua partikel
dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan suatu fluidisasi kontinu.
Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam pengangkutan zat padat dari suatu titik ke titik
lain dalam suatu pabrik pengolahan di samping ada beberapa reaktor gas zat padat lama yang
bekerja dengan prinsip ini. Contohnya adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi
pneumatic.

D. Kelebihan dan Kekurangan aplikasi fluidisasi


Pada proses fluidisasi, sifat-sifat partikel-partikel padatan menyerupai sifat fluida cair
dengan viskositas tinggi, sehingga metoda pengontakan fluidisasi ini memiliki kekurangan dan
kelebihan. Kelebihan dari aplikasi fluida adalah :
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 14

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Sifat unggun yang menyerupai fluida akan memungkinkan adanya aliran zat padat yang
bergerak secara kontinu dan memudahkan dalam pengoperasiannya dengan sistem otomatis
dan pengontrolannya.

Laju pencampuran antar padatan yang tinggi akan membantu pencapaian kondisi isotermal
yang lebih cepat dan membuat reaktor dapat selalu berada dalam kondisi isotermal sehingga
memberi kemudahan dalam pengendalian kondisi operasi.

Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan perpindahan


sejumlah panas yang besar dalam reaktor.

Laju perpindahan panas dan perpindahan massa antar partikel cukup tinggi.

Fluidisasi dapat dilakukan untuk jenis operasi dengan skala yang besar.

Perpindahan panas antara medium perpindahan panas (partikel fluida) dengan partikelpartikel padatan terfluidakan yang muncul di permukaan sangat cepat dan baik sehingga
memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan yang kecil.

Kekurangan dari aplikasi fluida adalah :


Selama operasi karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu akibat pengikisan
yang dialami oleh partikel-partikel padatan (solid).
Proses fluidisasi seringkali menyebabkan adanya erosi terhadap bejana dan sistem
pendingin.
Terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat dihindari
sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini terjadi pada reaktor,
konversi reaksi akan kecil.
Laju pencampuran yang cepat pada partikel padat juga dapat menimbulkan waktu tinggal
yang tidak seragam di dalam reaktor.
Kesulitan untuk menggambarkan aliran gas dan bagaimana gas dapat membentuk
gelembung pada partikel unggun, dan kesulitan untuk menggambarkan kontak antara gas
dan partikel secara efisien.

E. Perhitungan Fenomena Fluidisasi


Bila cairan atau gas dilewatkan pada unggun partikel padat pada kecepatan rendah dari
bawah ke atas, unggun tidak bergerak. Pada keadaan tersebut, penurunan tekanan di sepanjang
unggun dinyatakan dalam persamaan berikut :

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 15

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


. 3
150 (1 )
=
+ 1,75
2 (1 ) /
Keterangan :
S

= sphericity, perbandingan luas permukaan bola terhadap luas partikel


sesungguhnya pada volume yang sama

= bed porosity, perbandingan volume rongga/sela unggun terhadap


volume unggun

Vo

= superficial velocity, Vo = V., V = laju alir rata-rata

= tinggi unggun

= density fluida

Dp

= diameter partikel
Persamaan (4) disebut persamaan ERGUN. Bila kecepatan fluida yang melewati

unggun dinaikkan maka perbedaan tekanan di sepanjang unggun akan meningkat pula. Pada
saat perbedaan tekanan sama dengan berat unggun dibagi luas penampang, maka unggun akan
mulai bergerak dan melayang ke atas. Partikel padat ini kemudian akan bergerak-gerak dan
mempunyai perilaku sebagai fluida. Keadaan unggun seperti ini dikenal sebagai unggun
terfluidakan (fluidized bed).

a. Penurunan Tekanan (Pressure Drop) atau P


Penentuan besarnya penurunan tekanan dalam unggun terfluidakan dihitung
berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam (persamaan Ergun) dan
diturunkan oleh Blake, Carman maupun peneliti-peneliti lainnya.
Jika laju fluida (aliran gas) dinaikkan maka pressure drop oleh tahanan partikel padat
juga meningkat. Jika laju alir fluida terus ditingkatkan, partikel padat mulai tergerak dan
terangkat sampai terjadi suspensi sempurna (fluidized bed). Pada kondisi ini pressure drop akan
konstan.
b. Penurunan Tekanan dalam Unggun Diam
Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubungan antara penurunan
tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh pertama kali pada
tahun 1922 oleh Blake melalui metode yang bersifat semi empiris yaitu dengan menggunakan
bilangan-bilangan tak berdimensi. Untuk aliran laminar di mana kehilangan energi utama
disebabkan oleh viscous losses, Blake memberikan hubungan :
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 16

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

2
=


3
di mana :

: penurunan tekanan per satuan panjang atau tinggi unggun

: faktor konversi
: viskositas fluida
: porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong dan dalam
unggun dengan volume unggun
: kecepatan alir superfisial fluida
: luas permukaan spesifik partikel

c. Kecepatan Minimum Fluidisasi


Kecepatan minimum fluidisasi dengan notasi Vom adalah kecepatan superfisial fluida
minimum di mana fluidisasi mulai terjadi. Nilainya diturunkan dari persamaan berikut :
150 (1 )
2

1,75
2 = ( )
3

d. Penurunan Tekanan dalam Unggun Terfluidakan


Pressure drop pada unggun terfluidakan:

(1 )( )
=

F. Sifat dan Karakteristik Unggun terfluidisasi


a. Ukuran partikel
Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran dan mengacu
pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung ukuran partikel rata-rata dengan
menggunakan diameter rata-rata permukaan (dsv).
d sv

1
x
di
pi

di mana:
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 17

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk desain
dsv = diameter dari suatu bidang
b. Densitas padatan
Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya yaitu bulk, skeletel,
dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat dari keseluruhan partikel dibagi
dengan volume partikel. Pengukuran ini menyertakan faktor kekosongan dalam pori-pori
partikel. Skeletel adalah densitas suatu padatan jika porositasnya nol. Adapun densitas
partikel adalah berat dari suatu partikel dibagi dengan volumenya dengan menyertakan poripori. Jika tidak ada nilai untuk densitas partikel, maka pendekatan untuk densitas partikel
dapat diperoleh dengan membagi dua densitas bulk.
c. Sphericity
Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari area permukaan
volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi dengan area permukaan partikel.

d sv
dv

Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity sebesar 0.9
atau lebih.
d. Kecepatan terminal
Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang dibutuhkan untuk
mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas. Kecepatan terminal suatu
partikel dinyatakan dalam persamaan:
4 gd p ( p g )
Ut

3 g C d

1/ 2

Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:

Cd

Re p

24
Re p
d pU g

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 18

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah

Ut

g ( p g )d p

18

untuk Rep < 0.4

Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43


3,1( p g ) gd p
Ut

1/ 2

untuk Rep > 500

Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran kecil viskositas
merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel berukuran besar densitas
merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan di atas mengabaikan gaya antar
partikel. Secara umum kecepatan selip (Uselip) atau kecepatan efektif terminal untuk partikel
dalam suspensi (U*t) adalah:
Uselip = U*t = Ut . f(e)
Kekosongan f(e) dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang terjadi oleh gas.
Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman berikut.
f(e) = 0.1 e2/(1-e)
Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi Richardson-Zaki
untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:
U/Ut =en
n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan.

e. Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)


Kecepatan fluidisasi minimum adalah kecepatan superficial terendah yang dibutuhkan untuk
terjadinya fluidisasi. Umf dapat dicari dengan menggunakan persamaan

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 19

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Umf = m[(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(rgdp)
Di mana bilangan Archimides (Ar) adalah :
Ar = rgdp3(rp-rg)g/m2
Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara menyamakan
pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas dan diperoleh persamaan
sebagai berikut.

Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku kedua
dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari grafik P vs Umf, yaitu
sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar seperti yang digambarkan pada
gambar II.10.
f. Batas partikel
Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut terfluidisasi dalam
udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi:
Partikel halus
Partikel kasar
Kohesif, partikel yang sangat halus
Unggun yang bergerak

g. Gaya antar partikel


Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun dalam banyak kasus
gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang digunakan dalam banyak korelasi. Gaya
antar partikel yang berhubungan atau berkaitan dengan unggun yang terfluidisasi, misalnya van
der waals, elektrostatik, dan kapilaritas.
h. Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes)
Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan berada pada
kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya seret, dan gaya buoyant

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 20

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel tersebut. Pada fluidisasi minimum partikel
memperlihatkan pergerakan yang minimal dan secara langsung unggun akan sedikit terangkat.
i. Penurunan tekanan
Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan dalam beragam
bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi untuk gas dan padatan. Untuk
aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika akselerasi penurunan tekanan dapat diterima,
penurunan tekanan akan dihasilkan dari static head padatan. Untuk itu, berat suatu partikel
unggun jika dibagi dengan tinggi padatan akan menghasilkan densitas sesungguhnya dari
unggun yang terfluidisasi. Formulanya dirumuskan sebagai berikut :
DP/L=rp(1-e) (g/gc)

G. Perilaku Gelembung pada Ketinggian unggun


a. Perilaku Gelembung
Gelembung yang lebih besar cenderung naik lebih cepat dibanding gelembung yang
kecil sehingga antar gelembung akan terjadi tumbukan dan bergabung (coalescence) dan
gelembung semakin bertambah besar. Dinding tabung juga mempengaruhi gerekan
gelembung sehingga gelembung cenderung bergerak ke arah dalam unggun.
Gelembung terjadi dalam kebanyakan unggun yang terfluidisasi dan peranannya sangat
penting karena akibat laju dari perubahan massa atau energi di antara gas dan padatan dalam
unggun. Gelembung terbentuk dalam unggun yang terfluidisasi dari ketidakstabilan sistem
2 fasa. Pengontrolan ukuran gelembung dapat diperoleh dengan mengontrol distribusi
ukuran partikel atau dengan meningkatkan kecepatan gas.
Mengacu pada teori gelembung dua fasa dan fluidisasi, semua gas yang dibutuhkan
untuk fluidisasi minimum melewati unggun dalam proses pembentukan gelembung.
Gelembung meningkat melalui unggun dalam 2 kondisi yang berbeda. Gelembung yang
meningkat secara padat dapat terjadi pada kecepatan gas kurang dari Umf dan hal ini
memberikan kesempatan untuk gas melewati partikel unggun dan sirkuit pendek melalui
gelembung menuju ke permukaan unggun.
Kecepatan suatu gelembung yang bertambah besar melalui fluida unggun dinyatakan
dalam rumus:
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 21

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Uhr = 0.71(gDb)0.5
Jika terjadi slugging, berlaku persamaan
Uhr = Uslug = 0.35(gD)0.5
Jadi kecepatan aktual peningkatan gelembung dalam unggun yang terfluidisasi
dinyatakan dengan rumus:
Ub = (U-Umf)+Ubr
b. Ketinggian unggun
Tinggi unggun dapat diplot terhadap kecepatan superficial. Untuk kecepatan superficial
tinggi permukaan berfluktuasi karena pecahnya gelembung di permukaan sehingga
ketinggian unggun hanya dapat diukur dengan perkiraan.

H. Campuran Gas dan Padatan dalam Unggun yang Terfluidisasi


a. Pola aliran gas
Keberadaan dan pergerakan dari gelembung gas unggun yang terfluidisasi menghasilkan
pengaruh pada pola aliran gas. Penelitian telah dilakukan pada aliran gas ini. Namun
hasilnya kurang memuaskan dan secara khusus tergantung dari alat yang digunakan.
b. Pola aliran padatan
Pergerakan dari partikel padatan dalam gas unggun yang terfluidisasi tekah dipelajari
dengan menggunakan bermacam-macam teknik. Jadi secara umum ditemukan bahwa bila
suhu pencampuran tinggi, maka padatan unggun akan tercampur secara menyeluruh.

I. Fluidisasi dan Transfer Panas


1. Pengaruh Fluidisasi terhadap Transfer Panas
Campuran antara fluida dengan butiran padat serta pergerakan yang disebabkan oleh
fluida menyebabkan panas yang diberikan dapat tersebar secara merata. Semakin cepat aliran
fluida, maka transfer panas juga semakin bagus. Pada unggun, partikel yang terlibat bersifat

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 22

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


isotermal. Hal ini disebabkan meratanya seluruh campuran dan area kontak yang luas antara
gas dan partikel.

2. Sifat-Sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi


Unggun yang terfluidisasi oleh gelembung-gelembung tercampur dengan sangat baik
karena pertikel-partikel unggun tersirkulasi oleh gelembung udara yang naik. Akibatnya suhu
unggun sangat seragam, walaupun terdapat reaksi yang sangat eksoterm. Jika luas permukaan
tranfer panas antara gas dan unggun cukup tinggi sehingga gas dan pertikel cepat mencapai
suhu yang sama. Laju transfer panas yang tinggi juga dapat diperoleh antara permukaan panas
yang tercelup di dalam unggun dengan unggun itu sendiri. Tiga mekanisme yang
menyumbangkan transfer panas antara unggun terfluidisasi dan permukaan adalah sebagai
berikut.

Untuk partikel unggun dengan diameter lebih kecil dari 500 dan densitas lebih kecil dari
4000 kg/m3 (kecuali partikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah adanya
sirkulasi antara bulk unggun dan partikel yang berdekatan dengan permukaan panas
(particle convective mechanism). Partikel mampu mentransfer banyak panas karena
mempunyai kapasitas panas. Pada saat awal partikel berdekatan dengan permukaan panas,
terdapat gradien suhu lokal yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara bulk
unggun dengan permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat besar. Tapi, semakin
lama suhu unggun semakin mendekati suhu permukaan. Jadi untuk selang waktu tertentu
laju transfer panas semakin tinggi jika pertikel bersinggungan dengan permuikaan panas
dalam resident time yang singkat yang dapat diperoleh dengan mengatur kondisi operasi.
Tetapi harus diingat bahwa resident time yang kecil untuk memperoleh koefisien
perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh konduktivitas panas gas dan jarak jalur
transfer panas terpendek di mana panas mengalir secara konduksi antara partikel unggun
dan permukaan panas.

Untuk partikel unggun dengan ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan interstitial
yang terjadi adalah turbulen, yang berarti bahwa transfer panas konveksi melalui gas
menjadi penting. Jika transfer panas mode ini menjadi dominan, maka transfer panas akan
naik dengan naiknya diameter partikel. (karena makin besar partikel, makin besar turbulensi
kecepatan interstitial).

Untuk partikel unggun dengan temperatur yang lebih tinggi, partikel akan terdapat
perbedaan temperatur yang sangat besar antara unggun dan permukaan panas sehingga

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 23

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


transfer panas secara radiasi menjadi penting. Perpindahan kalor ke permukaan dalam
sistem padat-gas koefisien perpindahan panas ke permukaannya sangat tergantung pada
kualitas fluidisasi yang terjadi (Coulson, 1968:215).

Salah satu persamaan empiris yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien
perpindahan panas dari heateri yang ditempatkan secara vertikal di dalam unggun adalah
persamaan empiris dari Wender-Cooper.
=

= 0,01844 (1 ) (

0,43

0,23

( )

0,8

0,66

( )

...(20)

Keterangan :
-

Dp = diameter partikel unggun;

kg = konduktivitas termal gas;

CR = faktor korelasi, jika heater diletakkan vertikal, maka CR = 1;

= fraksi gas pada unggun terfluidisasi. Secara estimasi, nilai bisa dirumuskan:

Cg = kapasitas panas gas, dalam hal ini udara;

g = densitas udara;

Cs = kapasitas panas partikel unggun;

Re = bilangan tak berdimensi Reynold

J. Penyimpangan dari keadaan ideal fluidisasi


1. Interlock

Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya terjadi pada
kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan mudah saling melepaskan
pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret dengan berat partikel. Pada kenyataannya,
keadaan di atas tidak selamanya bisa terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel
untuk saling mengunci satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan
hilang tekan (P) sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada
dibawah, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun tetap
menjadi unggun terfluidakan.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 24

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Umf
Gambar 13. Kurva Karakteristik Fluidisasi saat terjadi interlock
(Sumber: McCabe, Warren L.)

2.

Fluidisasi Heterogen (Aggregative Fluidization)


Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat fluidisasi partikel-partikel padat

tidak terpisah-pisahkan secara sempurna tetapi berkelompok membentuk suatu agregat.


Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen atau aggregative fluidization.
Tiga jenis fluidisasi heterogen yang biasa terjadi adalah karena timbulnya :
a) Penggelembungan (bubbling, gambar 14a)
b) Penorakan (slugging, gambar 14b)
c) Saluran-saluran fluida yang terpisah (channeling, gambar 14c)
d) Spouting (gambar 14d)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 25

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 14. Kurva Karakteristik Fluidisasi Heterogen

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 26

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

BAB III
PERCOBAAN
A. Instrumentasi Percobaan (Alat dan Bahan)
Berikut adalah penjelasan tiap komponen dari alat fluid bed heat transfer unit H692 yang
digunakan pada percobaan ini :

Gambar 15. Fluid Bed Heat Transfer Unit H692


1) Chamber
Data spesifikasi chamber :
o Diameter chamber : 105 mm
o Luas chamber : 8,66 x 10-3 m2
o Panjang chamber: 220 mm

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 27

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Chamber merupakan tabung yang berisi partikel unggun (bed). Chamber terdiri dari
sebuah tabung kaca dengan pelat logam di bagian atas dan di bagian bawah bed. Chamber
memiliki saluran udara pada bagian bawah untuk jalur masuk udara ke dalam chamber dan
pada bagian atas untuk jalur keluar udara tersebut dari chamber. Udara memasuki unggun
melalui pelat bawah dan filter distribusi. Tujuan dari pelat distribusi adalah untuk
mendistribusikan udara saat proses operasi unggun dan untuk memastikan bahwa materi
unggun tidak akan jatuh saat unit dimatikan.
Udara dari sistem bertekanan memasuki unit melalui katup reduksi sehingga pengaturan
laju alir udara dapat dilakukan. Setelah itu, udara mengalir melalui dua rotameter yang
dihubungkan secara seri. Udara kemudian keluar melalui unggun dan menuju ke pipa keluaran.
Pada dinding chamber, terdapat semacam garis ukur untuk mengukur ketinggian
unggun selama proses pengamatan. Selain itu, pada bagian atas chamber terdapat pula penahan
sekaligus penyaring unggun yang menahan agar unggun tidak jatuh saat tidak ditiupkan udara.
Di bagian dalam chamber, terdapat tiga batang besi yang menggantung yaitu batang
termokopel, heater, dan manometer. Ketiganya digunakan untuk mengukur variabel suhu dan
tekanan dalam chamber baik saat sebelum terjadi fluidisasi ataupun saat kondisi fluidisasi
tercapai. Elemen pemanas listrik (heater) yang dipasang pada pelat atas unggun tersebut sangat
mudah untuk dipindahkan ke atas ataupun ke dalam unggun. Kekuatan dari elemen dapat diatur
dari agregat thyristor.

2) Cylinder Mounting
Bagian ini terdiri dari elemen pemanas (heater), termokopel, dan pengukur tekanan.
Ketiga alat tersebut dapat digerakkan secara vertikal untuk disesuaikan dengan ketinggian bed
di dalam bed chamber. Tiga elemen ini sudah terhubung dengan masing-masing alat
pengukurnya yaitu indikator suhu, indikator tekanan manometer, dan kontrol suhu pemanas.
Spesifikasi elemen heater :
o 12.7 mm diameter x 37 mm panjang
o Surface area 16 cm2

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 28

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


3) Indikator suhu
Pada permukaan heater, terdapat dua buah termokopel yang berfungsi untuk mengukur
temperatur permukaan heater dan yang lainnya berfungsi untuk melindungi dari nilai setting
yang berlebih. Temperatur dari permukaan heater, bed, serta udara masuk yang mengalir akan
ditampilkan pada panel display. Temperatur yang terbaca adalah temperatur heater (T1),
temperatur di sekitar probe temperatur (T2), dan temperatur udara yang keluar dari kompresor
dan masuk ke dalam unggun (T3) seperti ditunjukkan pada gambar 21.

4) Kontrol Suhu
Variabel transformer merupakan alat untuk mengontrol laju perpindahan panas dari
heater. Pada permukaan heater, terdapat dua buah termokopel yang berfungsi untuk mengukur
temperatur permukaan heater dan yang satunya lagi berfungsi untuk melindungi dari nilai
setting yang berlebih.
Temperatur dari permukaan heater, bed, serta udara masuk yang mengalir akan
ditampilkan pada panel display lainnya. Pada bagian lain terdapat dua buah manometer yang
berisi fluida untuk mengukur penurunan tekanan udara yang mengalir sebelum dan sesudah
melewati bed chamber.

5)

Unggun

Gambar 16. Unggun Terfluidisasi


Spesifikasi elemen unggun :

Fused Alumina (Al2O3 putih)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 29

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Densitas 3770 kg/m3

Ukuran material 250m-320m


Ukuran Butir

54

80

100

Ukuran Rata-Rata Partikel (mm)

320

177

125

Ukuran Partikel Minimum (mm)

460

274

194

Ukuran Partikel Maksimum (mm)

460

274

194

Perkiraan Densitas (kg/m3)

1720

1620

1560

Partikel unggun (bed) yang digunakan dalam percobaan ini adalah alumina. Pada
dasarnya, jenis bed yang digunakan dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan. Namun,
karena keterbatasan (misalnya harus melepas beberapa komponen alat), maka dalam percobaan
ini variasi bed tidak dilakukan.

6) Manometer
Pada bagian lain alat ini terdapat dua buah manometer yang berisi fluida air. Manometer
pertama digunakan untuk mengukur penurunan tekanan unggun sedangkan manometer kedua
digunakan untuk mengukur penurunan tekanan udara sebelum dan sesudah melewati orifice.

7) Pengukur Laju Alir


Spesifikasi pengukur laju alir :

Fluida yang digunakan : udara

Densitas fluida : 1.2 kg/m3

Pengukur laju alir ini sangatlah penting karena semua hasil pengukuran harus ada
variasi kecepatan laju fluida untuk mendapatkan nilai kecepatan fluidisasi. Nilai yang tertera
pada tabung ini berkisar antara 0,2-1,7 m3/s. Kita dapat menentukan besarnya laju alir dengan
memutar valve yang ada pada bagian bawah. Pada alat pengukur laju alir udara ini, terdapat
penunjuk besanya kecepatan berupa beban yang akan terangkat saat udara diperbesar.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 30

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


B. Prosedur Percobaan
Percobaan 1

a. Penurunan Laju Alir

1. Mengatur laju alir udara dengan mengatur keran atau knop aliran udara sebesar Q = 1.7
L/s.
2. Mencatat ketinggian unggun awal (Ho).
3. Mengurangi laju alir udara secara bertahap sehingga diperoleh variasi laju udara dari
1.6 L/s ; 1.4 L/s ; 1.2 L/s ; 1 L/s ; 0.8 L/s ; 0.6 L/s ; dan 0.4 L/s.
4. Mencatat ketinggian fluida dalam unggun dalam tiga posisi setiap penurunan laju alir
udara, yaitu sisi kanan (H1), tengah (H2) dan kiri (H3).
5. Mencatat nilai tekanan 1 dan 2 (P1 dan P2) setiap penurunan laju alir udara.

b. Kenaikan Laju Alir

1. Mengatur laju alir udara dengan mengatur keran atau knop aliran udara sebesar Q = 0.4
L/s.
2. Mencatat ketinggian unggun awal (Ho).
3. Menaikkan laju alir udara secara bertahap sehingga diperoleh variasi laju udara dari 0.4
L/s ; 0.6 L/s ; 0.8 L/s ; 1 L/s; 1.2 L/ s; 1.4 L/s; 1.6 L/s ; dan 1.7 L/s.
4. Mencatat ketinggian fluida dalam unggun dalam tiga posisi setiap penurunan laju alir
udara, yaitu yaitu sisi kanan (H1), tengah (H2) dan kiri (H3).
5. Mencatat nilai tekanan 1 dan 2 (P1 dan P2) setiap penurunan laju alir udara.
Percobaan 2
1. Mengatur heater agar berada di dalam unggun Suhu heater diset pada nilai 80 oC.
2. Dengan cara yang sama termokopel diset dalam kondisi tercelup.
3. Mengatur laju alir udara (Q = 1.7 L/s) dengan mengatur knop aliran udara.
4. Mencatat datadata berikut dengan cara mengubahubah knop temperature indicator:
tempetatur termokopel dalam heater (T1), temperatur termokopel (T2) dan temperatur
udara (T3).
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 31

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


5. Mencatat ketinggin bed tiga kali, yaitu sisi kanan (H1), tengah (H2) dan kiri (H3),
6. Mencatat ketinggian fluida pada kedua manometer.
7. Mengulangi langkah 1-6 dengan mengubah setingan suhu heater menjadi 120oC.
8. Mengulangi langkah 1-7 dengan variasi laju alir udara masing-masing 1.6 L/s; 1.4 L/s; 1.2
L/s; 1 L/s; 0.8 L/s; 0.6 L/s; dan 0,4 L/s.
9. Mengulangi langkan 1-8 untuk kondisi termokopel tidak tercelup.

C. Data Pengamatan
Percobaan 1

a. Penurunan Laju Alir

Nilai Ho (pengukuran 3 kali) = 5.7, 5.7 dan 5.6


Tabel 1. Data Percobaan Unggun Terfluidisasi Laju Alir Turun
U (L/s)

H1 (cm)

H1 (cm)

H2 (cm)

P1 (cmH2O)

P2 (cmH2O)

1.7

9.6

9.7

9.9

5.1

5.8

1.6

9.5

8.7

9.3

4.8

5.9

1.4

8.2

9.2

9.2

4.2

5.8

1.2

7.5

8.2

8.1

3.6

5.7

6.5

6.9

7.4

3.1

5.6

0.8

5.7

5.5

6.9

2.5

5.5

0.6

5.6

5.5

5.6

2.9

5.2

b. Kenaikan Laju Alir

Tabel 2. Data Percobaan Unggun Terfluidisasi Laju Alir Naik


U (L/s)

H1 (cm)

H1 (cm)

H2 (cm)

P1 (cmH2O)

P2 (cmH2O)

0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.7

5.6
5.5
6.7
7.3
7.8
8.7
8.9

6.2
5.5
6.9
8.2
8.2
9.2
9.7

5.6
5.7
7.1
8.4
8.4
9.4
9.9

2.9
2.4
3.1
3.6
4.2
4.9
5.1

5.2
5.5
5.6
5.7
5.9
5.9
5.9

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 32

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Percobaan 2
Nilai Ho (pengukuran 3 kali) = 5.8, 4.8 dan 4.8
Saat suhu heater adalah 80 oC
Tabel 3. Data Percobaan Transfer Panas saat Suhu Heater 80OC
T = 80 C

U (L/s)

TERMOKOPEL
DI ATAS

TERMOKOPEL
TERCELUP

1
1
1
1.4
1.4
1.4
1
1
1
1.4
1.4
1.4

H1
(cm)
6.5
7
7.2
8.1
8.4
8.5
7.5
8
7.5
9
9.5
10

H2
(cm)
7.1
6.9
6.9
7.9
7.8
7.9
7.7
8.2
7.7
9.7
10.2
10.2

H3
(cm)
7.4
7.2
7.2
7.4
7.8
8.2
9
8.9
9.9
10.4
10.2
10.9

P1
(cmH2O)
2.9
2.8
2.9
4.1
4.1
4.1
3
3
3
3.9
4.1
4.1

P2
T1 (oC)
(cmH2O)
5.6
73
5.7
68
5.7
61
5.9
44
5.9
47
5.9
44
5.8
51
5.8
50
5.8
52
6
44
6
46
6
44

T2 (oC)

T3 (oC)

65
64
66
44
47
49
58
56
54
52
51
50

23
25
25
24
25
26
30
29
29
29
29
29

Saat suhu heater adalah 120 oC


Tabel 4. Data Percobaan Transfer Panas saat Suhu Heater 120OC

TERMOKOPEL
DI ATAS

TERMOKOPEL
TERCELUP

T = 120 C

U (L/s)
1
1
1
1.4
1.4
1.4
1
1
1
1.4
1.4
1.4

H1
(cm)
7.2
7.3
7.7
8.7
8.5
8.6
7
7.5
7.5
9.5
9
9

H2
(cm)
7.2
7.2
7.2
7.8
8
8.1
7.2
7.2
7.4
8.7
9.2
10.2

H3
(cm)
7.1
7.7
7.9
8.4
8.9
8.9
7.9
7.4
7.9
9.1
10.4
9.9

P1
(cmH2O)
2.9
2.8
2.9
4.1
4.1
4.1
3
3
3
3.9
4.1
4.1

P2
T1 (oC)
(cmH2O)
5.6
108
5.7
93
5.7
91
5.9
78
5.9
82
5.9
82
5.8
88
5.8
88
5.8
89
6
89
6
88
6
87

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

T2 (oC)

T3 (oC)

81
81
85
65
66
68
60
57
57
56
58
60

25
26
27
27
27
28
28
28
28
28
29
29

Page 33

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Percobaan 1
Berikut ini adalah tabel dan hasil perhitungan untuk perilaku unggun terfluidisasi dengan laju
alir naik dan laju alir turun.
Ketinggian awal bed (Ho) adalah 5,667 cm.
Tabel 5. Pengolahan data percobaan 1 laju alir naik
U
(L/s)
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.7

H1
(cm)
5.6
5.9
6.7
7.3
7.8
8.7
8.9

H2
(cm)
6.2
6.3
6.9
8.2
8.2
9.2
9.7

H3
(cm)
5.6
6.4
7.1
8.4
8.4
9.4
9.9

Laju Alir Naik


Hb
H
(cm)
(cm)
5.800
0.133
6.200
0.533
6.900
1.233
7.967
2.300
8.133
2.467
9.100
3.433
9.500
3.833

P1
(cmH2O)
2.4
2.9
3.1
3.6
4.2
4.9
5.1

P2
(cmH2O)
5.2
5.5
5.6
5.7
5.9
5.9
5.9

P
(cmH2O)
2.8
2.6
2.5
2.1
1.7
1.0
0.8

P2
(cmH2O)
5.8
5.9
5.8
5.7
5.6
5.5
5.3

P
(cmH2O)
0.7
1.1
1.6
2.1
2.5
2.6
2.8

Tabel 6. Pengolahan data percobaan 1 laju alir turun


U
(L/s)
1.7
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6

H1
(cm)
9.6
9.5
8.2
7.5
6.5
5.7
5.7

H2
(cm)
9.7
8.7
9.2
8.2
6.9
5.5
5.7

H3
(cm)
9.9
9.3
9.2
8.1
7.4
6.9
5.9

Laju Alir Turun


Hb
H
(cm)
(cm)
9.733
4.067
9.167
3.500
8.867
3.200
7.933
2.267
6.933
1.267
6.033
0.367
5.767
0.100

P1
(cmH2O)
5.1
4.8
4.2
3.6
3.1
2.9
2.5

Dimana :
-

U = laju alir superfisial udara yang masuk ke dalam unggun

P1 = nilai tekanan pada manometer saat batang manometer di atas unggun (tekanan
udara di luar unggun)

P2 = nilai tekanan pada manometer saat batang manometer di dalam unggun (tekanan
dalam unggun)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 34

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


-

P = penurunan tekanan pada unggun saat laju alir udara tertentu

Hb = tinggi unggun setelah dialiri udara dengan laju tertentu

H = perubahan ketinggian unggun sebelum dan setelah dialiri udara

U vs H
1,8
1,6
1,4

U (L/s)

1,2
1,0
Increasing Flowrate

0,8

Decreasing Flowrate

0,6
0,4
0,2
0,0
0,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

H (cm)

Grafik 1. Kurva Pengaruh Perubahan Laju Alir Superfisial Udara terhadap Perubahan
Ketinggian Bed

U vs P
1,8
1,6
1,4

U (L/s)

1,2
1,0
0,8

Increasing Flowrate

0,6

Decreasing Flowrate

0,4
0,2
0,0
0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

P (cmH2O)

Grafik 2. Kurva Pengaruh Perubahan Laju Alir Superfisial Udara terhadap Penurunan
Tekanan (Pressure Drop)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 35

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Dari Grafik 1 dan 2, maka dapat ditentukan bahwa laju alir superfisial udara minimum yang
dapat menyebabkan fluidisasi adalah 0,6 liter/sekon. Pada laju alir di atas 1 liter/ sekon, terjadi
kondisi fluidisasi sempurna, sementara rentang laju alir 0,6 sampai 1 liter/sekon merupakan
daerah transisi dari kondisi fixed bed menuju kondisi fluidisasi. Pada laju alir kurang dari 0,6
liter/sekon merupakan kondisi fixed bed. Meskipun kondisi fluidisasi dikatakan berada pada
rentang laju alir superfisial udara di atas 1 liter/sekon, namun praktikan mengatakan bahwa laju
alir minimum fluidisasi berada pada nilai 0,6 liter/sekon karena pada laju alir inilah bed
(unggun) mulai mengalami kondisi tepat akan bergerak sesuai dengan definisi laju alir
minimum fluidisasi. Selain itu, dari Grafik 2, terlihat bahwa nilai pressure drop maksimum
yang terjadi pada sistem unggun terfluidisasi ini adalah 1,2 cm-H2O.

Percobaan 2
Tabel 7. Data Q, Hbed, T1, T2, T3 dan P dengan variasi posisi termokopel saat T = 80oC

TERMOKOPEL
TERANGKAT

TERMOKOPEL
TERCELUP

T = 80 C

Q
(m3/s)
0,0010
0,0010
0,0010
0,0014
0,0014
0,0014
0,0010
0,0010
0,0010
0,0014
0,0014
0,0014

Hb
0,070
0,070
0,071
0,078
0,080
0,082
0,081
0,084
0,080
0,097
0,100
0,104

P1(mmH2O) P2(mmH2O) T1(OC) T2(OC) T3(OC)


2,900
2,800
2,900
4,100
4,100
4,100
3,000
3,000
3,000
3,900
4,100
4,100

3,600
5,700
5,700
5,900
5,900
5,900
5,800
5,800
5,800
6,000
6,000
6,000

73,000
68,000
61,000
44,000
47,000
44,000
51,000
50,000
52,000
44,000
46,000
44,000

65,000
64,000
66,000
44,000
47,000
49,000
58,000
56,000
54,000
52,000
51,000
50,000

23,000
25,000
25,000
24,000
45,000
46,000
30,000
29,000
29,000
29,000
29,000
29,000

Tabel 8. Data Q, Hbed, T1, T2, T3 dan P dengan variasi posisi termokopel saat T = 120oC

TERMOKOPEL
TERCELUP

T = 120
OC

Q
(m3/s)
0,00100
0,00100
0,00100
0,00140
0,00140
0,00140

Hb
(m)
0,072
0,074
0,076
0,083
0,085
0,085

P1
(mmH20)
2,900
3,000
2,900
4,100
4,100
4,100

P2
T1
T2
T3
O
O
(mmH2O)
( C)
( C)
(OC)
5,700 108,000 81,000 25,000
5,700 93,000 81,000 26,000
5,700 91,000 85,000 27,000
5,900 78,000 65,000 27,000
5,900 82,000 66,000 27,000
6,000 82,000 68,000 28,000

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 36

TERMOKOPEL
TERANGKAT

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


0,00100
0,00100
0,00100
0,00140
0,00140
0,00140

0,074
0,074
0,076
0,091
0,095
0,097

2,700
2,700
2,800
3,900
4,100
4,200

5,800
5,800
5,800
6,000
6,000
6,000

88,000
88,000
89,000
89,000
88,000
87,000

60,000
57,000
57,000
56,000
58,000
60,000

28,000
28,000
28,000
28,000
29,000
29,000

Dari data percobaan diatas, dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Grafik percobaan vs suhu heater (T1) pada T 80oC


80
70

suhu(C)

60
Q=1 termokople tercelub
T1

50

Q=1,4 termokople
tercelup T1

40
30
20

Q=1 termokople tidak


tercelup T1

10

Q=1,4 termokopel tidak


tercelup T1

0
0

0,5

1,5

2,5

3,5

percobaan

Grafik 3. Hubungan antara Suhu Heater (T1) dengan Percobaan pada saat T= 80oC

Grafik Percobaan vs Suhu Heater (T1) pada T 120oC


120

Suhu (C)

100
80

Q=1, Termokopel Tercelup

60

Q=1.4, Termokopel Tercelup

40

Q = 1, Termokopel Tidak
Tercelup

20

Q = 1.4, Termokopel Tidak


Tercelup

0
0

0,5

1,5

2,5

Percobaan

Grafik 4. Hubungan antara Suhu Heater (T1) dengan Percobaan pada saat T= 120oC
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 37

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Grafik percobaan vs suhu termokopel (T2) pada T 80oC


70
60
Q=1 termokopel tercelup T2

suhu(C)

50
40

Q=1,4 termokopel tercelup


T2

30
20

Q=1 termokople tidak


tercelup T2

10

Q=1,6 termokopel tidak


tercelup T2

0
0

percobaan

Grafik 5. Hubungan antara Suhu Termokopel (T2) dengan Percobaan pada saat T= 80oC

Grafik Percobaan vs Suhu Termokopel (T2) pada T 120oC


90
80
70
Q=1, Termokopel Tercelup

Suhu (C)

60
50

Q=1.4, Termokopel Tercelup

40
Q = 1, Termokopel Tidak
Tercelup

30
20

Q = 1.4, Termokopel Tidak


Tercelup

10
0
0

0,5

1,5

2,5

Percobaan

Grafik 6. Hubungan antara Suhu Termokopel (T2) dengan Percobaan pada saat T= 120oC

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 38

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Grafik percobaan vs suhu udara (T3) pada T 80oC


35
30

suhu(C)

25

Q=1 termokopel tercelup T3

20
15

Q=1,4 termokopel tercelup


T3

10

Q=1 termokopel tidak


tercelup T3
Q=1,4 termokopel tidak
tercelup T3

5
0
0

percobaan

Grafik 7. Hubungan antara Suhu Udara (T3) dengan Percobaan pada saat T= 80oC

Grafik Percobaan vs Suhu udara (T3) pada T 120oC


29,5
29
28,5

Suhu (C)

28

Q=1, Termokopel Tercelup

27,5
Q=1.4, Termokopel Tercelup

27
26,5

Q = 1, Termokopel Tidak
Tercelup

26
25,5

Q = 1.4, Termokopel Tidak


Tercelup

25
24,5
0

0,5

1,5

2,5

Percobaan

Grafik 8. Hubungan antara Suhu udara (T3) dengan Percobaan pada saat T= 120oC
Pada percobaan kedua, digunakan heater sehingga peristiwa fluidisasi yang terjadi
mempengaruhi perpindahan panas.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 39

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Gambar 16 Pressure drop versus kecepatan fluida untuk packed dan fluidized beds

Gambar 4.1 di atas analog dengan grafik 4.2. Garis lurus OA merupakan region packed bed. Di
sini, partikel tidak berpindah relatif satu sama lain dan pemisahan nya konstan. Kehilangan
tekanan versus kecepatan fluida pada zona ini digambarkan dalam persamaan Ergun berikut.

p 150 1 2
H

U
x sv2

1 fU
1.75

x sv

..(1)

Daerah BC merupakan daerah unggun terfluidisasi. Pada titik A, peningkatan pressure drop
lebih tinggi daripada nilai yang diprediksi. Kenaikan ini terjadi ketika kecepatan fluidisasi
minimum dicapai; disini diperlukan gya tarik interpartikel yang lebih besar karena pada kondisi
yang demikian partikel unggun saling berasosiasi. Persamaan yang berlaku untuk daerah ini
adalah:
p H 1 p f g

..(2)

Untuk mengetahui besarnya kecepatan superficial di semua region, melalui kedua persamaan
diatas dikombinasikan sehingga diperoleh persamaan berikut ini:

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 40

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

..(3)
Dari persamaan tersebut diperoleh bilangan tak berdimensi, Ar (Archimedes number) yang
didefinisikan dengan

Ar 150

1 Re 1.75

Re 2
..(4)

atau

f p f gxsv3
Ar
2
..(5)
dengan nilai Reynolds number sebagai berikut:

Uxsv f
Re

..(6)

Dengan menentukan Ar dari persamaan (5), kemudian mendapatkan nilai Re dari persamaan
(4), maka dapat ditentukan nilai U dari persamaan (6). Untuk menggunakan persamaan (5) dan
(4) diperlukan harga viskositas dan porositas. Karena yang sedang diujicoba adalah pengaruh
fluidisasi terhadap perpindahan panas, maka nilai viskositas merupakan fungsi suhu; untuk
menghitungnya digunakan persamaan Hagen-Poiseuille berikut:

pR 4
8QL ..(7)

Perhitungan porositas menggunakan persamaan,

f
p ..(8)

Nilai pressure drop dapat dihitung terlebih dahulu dari persaman hidrosatis, P = .g.H. Berikut
adalah tabulasi perhitungan untuk mendapatkan harga kecepatan superfisial. Untuk
menyelediki pengaruh fluidisasi terhadap transfer panas, hendak dicari nilai koefisien
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 41

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


perpindahan panas gas terhadap partikel (hc). Bed yang digunakan dalam percobaan berbentuk
bola dan dari perhitungan menggunakan persamaan Ergun didapat bahwa aliran fluidanya
laminar. Untuk memperoleh nilai hc, terlebih dahulu dihitung nilai bilangan Nusselt, karena
bilangan Nusselt sebanding dengan hc,

Nu

hc d p
k g ..(9)

Untuk partikel berbentuk bola, digunakan persamaan empiris yang dikemukakan oleh Morelus
dan Schweinzer,
Nu 0.0247 ( Ar )0.4304Pr

0.33

..(10)

Dimana Ar merupakan Archimedes number yang telah dinyatakan dalam persamaan (5) dan Pr
merupakan bilangan Prandtl,
C
Pr p
k g ..(11)

Nilai kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp merupakan fungsi suhu,yang nilainya disajikan
pada tabel berikut:

Tabel 9. Nilai Cp pada suhu tertentu


T(C)

T(K)

Cp(J/kg.K)

-150

123

1.026

-100

173

1.009

-50

223

1.005

273

1.005

20

293

1.005

40

313

1.005

60

333
353
373
393
413

1.009

80
100
120
140

1.009
1.009
1.013
1.013

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 42

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


160

1.017
433
180
1.022
453
200
1.026
473
250
1.034
523
300
1.047
573
350
1.055
623
400
1.068
673
Sumber : http://www.engineeringtoolbox.com/air-properties-d_156.html

Grafik T vs Cp
1.080
6
5
4
3
2
1.070 y = 9E-14x - 2E-10x + 2E-07x - 0,0001x + 0,0328x - 4,7842x + 1290,5

Cp (J/kg.K)

1.060
1.050
1.040
1.030
1.020
1.010
1.000
0

100

200

300

400

500

600

700

800

T(K)
T vs Cp

Poly. (T vs Cp)

Grafik 9. Hubungan antara T dengan Cp

Dengan mengeplot T terhadap Cp, akan diperoleh grafik seperti di atas, sehingga untuk udara,
hubungan konduktivitas termal dan temperatur dinyatakan dalam persamaan,
Cp = 9E-14x6 - 2E-10x5 + 2E-07x4 0.0001x3 + 0.032x2 4.784x + 1290

Selain itu, nilai konduktivitas termal, k, juga merupakan fungsi suhu berdasarkan persamaan,

k k 0 1 T k 0T k 0

..(12)

Dibawah ini ditampilkan nilai konduktivitas termal udara pada berbagai macam suhu:

Tabel 10. Nilai K pada Suhu Tertentu


T

k (W/m K)

-150

0.0116

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 43

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


-100

0.016

-50

0.0204

0.0243

20

0.0257

40

0.0271

60

0.0285

80

0.0299

100

0.0314

120

0.0328

140

0.0343

160

0.0358

180

0.0372

200

0.0386

250

0.0421

300

0.0454

350

0.0485

400

0.0515

sumber: engineeringtoolbox.com/air-properties-d_156.html

Hubungan T vs k
0,06
y = 7E-05x + 0,0068

k(W/m.K)

0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0

100

200

300

400

500

600

700

800

T(K)
Hubungan T vs k

Linear (Hubungan T vs k)

Grafik 10. Hubungan antara T dengan K

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 44

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Dengan mengeplot k terhadap T, akan diperoleh grafik seperti di atas, sehingga untuk udara,
hubungan konduktivitas termal dan temperatur dinyatakan dalam persamaan,
k 7 E 05 T 0.0042

..(13)

Selanjutnya dibawah ini adalah tabel data nilai viskositas untuk menghitung nilai Pr:
Tabel 11. Nilai Untuk Menghitung Pr

TERMOKOPEL
TERANGKAT

TERMOKOPEL
TERCELUP

T = 80 C

T3

T3(K)

.10^-5

23,0000
25,0000
25,0000
24,0000
45,0000
46,0000
30,0000
29,0000
29,0000
29,0000

296,0000
298,0000
298,0000
297,0000
318,0000
319,0000
303,0000
302,0000
302,0000
302,0000

1,851
1,8608
1,8608
1,8559
1,9576
1,9624
1,8853
1,8804
1,8804
1,8804

0,0014 29,0000 302,0000

1,8804

0,0014 29,0000 302,0000

1,8804

Q
(m3/s)
0,0010
0,0010
0,0010
0,0014
0,0014
0,0014
0,0010
0,0010
0,0010
0,0014

Tabel 12. Nilai Untuk Menghitung Pr

TERMOKOPEL
DIATAS

TERMOKOPEL
TERCELUP

T=
120 OC

Q
(m3/s)
0.00100
0.00100
0.00100
0.00140
0.00140
0.00140
0.00100
0.00100
0.00100
0.00140
0.00140
0.00140

T3
( C)
25.000
26.000
27.000
27.000
27.000
28.000
28.000
28.000
28.000
28.000
29.000
29.000
O

T3
(K)
298.000
299.000
300.000
300.000
300.000
301.000
301.000
301.000
301.000
301.000
302.000
302.000

.10^5
(kg/m.s)
1.8608
1.8657
1.8706
1.8706
1.8706
1.8755
1.8755
1.8755
1.8755
1.8755
1.8804
1.8804

Sumber : http://www.lmnoeng.com/Flow/GasViscosity.php
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 45

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Dengan menggunakan persamaan-persamaan dan data yang telah ada di atas, kita dapat
menghitung nilai k dan hc untuk masing-masing variasi pada. Data tambahan yang digunakan
berupa:
* f = udara = 1,205 kg/m3 (pada 19 < T < 40 OC); 1,127 kg/m3 (pada 39 < T < 60 OC)
* partikel = white aluminium oxide = 3770 kg/m3
*Ukuran partikel rerata = xsv = 125 m = 1,25 . 10-4 m
Lalu, dengan menggunakan software microsoft excel didapatkan hasil kalkulasi sebagai
berikut:
Tabel 13. Perhitungan Pr, Nu, hc untuk T 80oC

TERMOKOPEL
TERANGKAT

TERMOKOPEL
TERCELUP

T = 80
C

Q
T3
(m3/s)
0,0010 23,0000

296,0000

0,0010

25,0000

0,0010

T3(K)

Visc

Cp

Ar

Pr

Nu

hc

1,851

0,02672

1226,1076

253,7072

0,84937

0,25359

54,20643

298,0000

1,8608

0,02686

1230,4813

251,0419

0,85245

0,25274

54,30808

25,0000

298,0000

1,8608

0,02686

1230,4813

251,0419

0,85245

0,25274

54,30808

0,0014

24,0000

297,0000

1,8559

0,02679

1228,2876

252,3693

0,85091

0,25316

54,25718

0,0014

45,0000

318,0000

1,9576

0,02826

1277,3169

212,1503

0,88481

0,23798

53,80308

0,0014

46,0000

319,0000

1,9624

0,02833

1279,811

211,1137

0,88652

0,23763

53,85699

0,0010

30,0000

303,0000

1,8853

0,02721

1241,6572

244,5596

0,86031

0,25066

54,56473

0,0010

29,0000

302,0000

1,8804

0,02714

1239,3942

245,8358

0,85872

0,25107

54,51311

0,0010

29,0000

302,0000

1,8804

0,02714

1239,3942

245,8358

0,85872

0,25107

54,51311

0,0014

29,0000

302,0000

1,8804

0,02714

1239,3942

245,8358

0,85872

0,25107

54,51311

0,0014

29,0000

302,0000

1,8804

0,02714

1239,3942

245,8358

0,85872

0,25107

54,51311

0,0014

29,0000

302,0000

1,8804

0,02714

1239,3942

245,8358

0,85872

0,25107

54,51311

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 46

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Tabel 14. Perhitungan Pr, Nu, hc untuk T 120oC

Dari tabel diatas, dibuat grafik pada masing-masing suhu, yaitu:

Grafik Percobaan VS hc pada T 80oC


54,7
54,6
54,5

hc (W/m2.K)

54,4
54,3

koefisien Q=1 tercelup

54,2

koefisien Q=1,4 tercelup

54,1

koefisien Q=1 tidak tercelup

54

koefisien Q=1,4 tidak tercelup

53,9
53,8
53,7
0

Percobaan

Grafik 11. Hubungan antara percobaan dengan hc pada saat TTermokopel = 80oC

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 47

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Grafik Percobaan vs hc pada T 120oC


54,55

hc (W/m2.K)

54,5
54,45

Termokopel Tercelup;
Q=0,001 m3/s

54,4

Termokopel Tercelup;
Q=0,0014 m3/s

54,35

Termokopel Terangkat;
Q=0,001 m3/s

54,3

Termokopel Terangkat;
Q=0,0014 m3/s

54,25
0

Percobaan

Grafik 12. Hubungan antara percobaan dengan hc pada saat TTermokopel = 120oC

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 48

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

BAB V
ANALISIS
Percobaan 1
A. Analisis Percobaan
Percobaan pertama (perilaku unggun terfluidisasi) dilakukan untuk memenuhi tujuan
percobaan dalam menentukan pengaruh perubahan laju alir superfisial udara yang diberikan
dari bawah unggun (U) terhadap perubahan ketinggian unggun (H), menentukan pengaruh
laju alir superfisial udara yang diberikan dari bawah unggun (U) terhadap penurunan tekanan
unggun (P), menentukan pengaruh perbedaan kondisi pemberian laju alir udara (penambahan
atau penurunan laju alir) terhadap perubahan ketinggian unggun (H), menentukan pengaruh
perbedaan kondisi pemberian laju alir udara (penambahan atau penurunan laju alir) terhadap
penurunan tekanan unggun (P), menentukan laju alir superfisial udara minimum yang dapat
menyebabkan fluidisasi (Um), dan menentukan penurunan tekanan (pressure drop) unggun
maksimal yang terjadi pada saat fluidisasi (Pmax).
Unggun yang digunakan pada percobaan ini ialah merupakan padatan alumina (Al2O3)
sementara fluida yang dialirkan ke dalam chamber berisi unggun tersebut adalah udara. Pada
percobaan pertama ini, variabel yang diukur adalah perubahan ketinggian bed dan pressure
drop (P1 dan P2) yang terjadi saat unggun (bed) dialiri dengan laju alir udara yang berbedabeda besarnya. Pengukuran ketinggian bed dilakukan dengan melihat ketinggian bed rata-rata
dalam bed chamber dengan cara mengambil nilai tengah dari ketinggian maksimum dan
ketinggian minimum bed yang terjadi. Hal ini dilakukan karena ketinggian bed pada setiap titik
(ketika unggun sudah terfluidisasi) pada bed chamber tidak sama. Di satu titik, terdapat bed
(unggun) yang terhempas naik ke atas namun di titik yang lain bed tidak bergerak ke atas.
Pergerakan bed yang tidak beraturan membuat praktikan mengalami kesulitan dalam membaca
ketinggian bed yang terjadi pada saat dialiri udara dengan laju alir tertentu. Oleh karena itu,
maka ketinggian bed yang diukur dan dicatat ialah ketinggian bed rata-rata dalam bed chamber.
Pada saat melakukan percobaan pertama ini tidak diperlukan heater karena praktikan hanya
ingin mengetahui fenomena fluidisasi yang terjadi saat udara dialirkan ke dalam unggun. Oleh
karena itu, batang heater dan batang termokopel dalam chamber dinaikkan ke atas unggun agar
tidak mempengaruhi ketinggian bed.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 49

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Hal pertama yang praktikan lakukan sebelum memulai percobaan ini adalah
menyalakan kompresor dinyalakan dan mendiamkannya beberapa saat. Kompresor berfungsi
sebagai alat yang mengalirkan udara ke peralatan Fluid Bed Heat Transfer Unit yang
digunakan. Setelah kompresor dinyalakan, alat tidak boleh langsung digunakan melainkan
harus didiamkan beberapa saat karena diperlukan waktu yang cukup agar compressor mencapai
keadaan yang cukup stabil dalam memompakan udara (laju alirnya stabil). Waktu tersebut
dapat dikatakan sebagai waktu pemanasan kompresor. Setelah didiamkan beberapa saat di
mana bunyi yang dikeluarkan kompresor menjadi lebih halus dibandingkan dengan saat
pertama kali dinyalakan, percobaan dapat dimulai. Pada kenyataannya, laju alir udara yang
dikeluarkan dari kompresor tidak akan berada dalam kondisi yang terus stabil karena cara kerja
kompresor yang berfluktuasi. Yang dimaksudkan dengan cara kerja kompresor yang
berfluktuasi adalah kompresor akan mengisi (meng-compress) udara dari lingkungan sekitar
hingga kapasitasnya terpenuhi, setelah itu proses peng-compress-an akan berhenti. Saat udara
di dalam kompresor habis, barulah proses peng-compress-an dimulai kembali. Kondisi kerja
kompresor ini akan menyebabkan laju alir udara akan sedikit terganggu kestabilannya dan akan
mempengaruhi kualitas data yang diperoleh praktikan baik pada percobaan pertama maupun
percobaan kedua.
Tujuan dari percobaan pertama ini adalah menentukan pengaruh perubahan laju alir
udara terhadap ketinggian bed dan pressure drop yang terjadi, maka besar laju alir superfisial
udara yang dialirkan ke unggun (bed) harus divariasikan sehingga terlihat perubahan ketinggian
unggun dan perubahan nilai penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi. Laju alir
superfisial udara mempunyai definisi sebagai kecepatan udara yang mengalir pada saat tabung
kosong. Laju alir udara yang dicatat dapat dikatakan sebagai laju alir superfisial udara karena
laju alir udara tersebut diukur pada saat sebelum udara mengalir pada tabung yang berisi
unggun, yaitu pada tabung kosong pengukur laju alir (lihat gambar 2). Satuan ukur untuk
kecepatan udara yang terdapat pada alat pengukur tersebut adalah liter/sekon.
Pada percobaan ini, pertama-tama dialirkan udara hingga kecepatan maksimum (1,7
L/s) terlebih dahulu dengan tujuan agar kita dapat memperoleh nilai ketinggian bed awal (Ho)
yang sesuai stabil. Pengamatan diawali dengan mengalirkan bed dengan udara berkecepatan
superfisial maksimum kemudian diturunkan dengan tujuan agar partikel yang tadinya rapat dan
memiliki gaya kohesi partikel yang besar dapat saling berpisah karena laju alir yang besar akan
memberikan gaya seret yang besar sehingga gaya kohesi partikel tersebut dapat dihilangkan
serta untuk menghilangkan tetesan air dalam tabung aliran udara. Selain itu, kecepatan
maksimum dialirkan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa bed terfluidisasi. Dengan
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 50

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


demikian, ketika sudah tidak terjadi fluidisasi lagi (kecepatan udara yang diberikan lebih kecil
daripada kecepatan minimum fluidisasi, Umf), ketinggian bed saat itu merupakan ketinggian
awal bed pada saat terdapat udara yang terperangkap di antara bed atau ketinggian awal setelah
beberapa kali fluidisasi.
Setelah itu, praktikan mulai melakukan pengukuran ketinggian bed (Hb) dan pressure
drop (Pa dan Pb) pada saat laju alir udara 0,2 liter/sekon. Setelah itu pengukuran dilakukan
dengan kecepatan udara yang semakin meningkat (0,4 liter/sekon; 0,6 liter/sekon; 0,8
liter/sekon; 1 liter/sekon; 1,2 liter/sekon; 1,4 liter/sekon; 1,7 liter/sekon). Setelah dilakukan
pengukuran laju alir naik, percobaan langsung dilanjutkan dengan pengukuran saat kondisi laju
alir turun dimulai dari 1,7 liter/sekon; 1,4 liter/sekon; 1,2 liter/sekon; 1 liter/sekon; 0,8
liter/sekon; 0,6 liter/sekon; 0,4 liter/sekon; hingga 0,2 liter/sekon.
Pada saat laju alir superfisial udara besar maka partikel unggun terfluidisasi yang
kemudian diukur pressure drop dan ketinggian bed-nya. Namun, pada kecepatan superfisial
rendah, unggun hanya diam (tidak terfluidisasi). Hal ini disebabkan karena gaya dorong udara
jauh lebih kecil daripada gaya berat partikel unggun. Jika kecepatan superfisial dinaikkan, maka
pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan menyebabkan
tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk
mendukung gaya berat partikel unggun. Pada saat ini terjadi keseimbangan antara gaya dorong
udara dengan berat efektif partikel partikel unggun. Pada keadaan ini partikelpartikel
unggun tepat akan bergerak dan kecepatan aliran udaranya disebut kecepatan minimum
fluidisasi (Umf). Jika kecepatan gas di atas Umf, unggun akan mulai membentuk gelembung gas
(bubbling). Kondisi ini disebut aggregative fluidization dan ronggarongga seperti gelembung
uap akan membangkitkan sirkulasi unggun. Hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan
partikelpartikel unggun karena gaya dorong udara pada kondisi tersebut dapat melampaui
besarnya gaya berat partikel unggun. Dengan diketahuinya perilaku unggun untuk setiap
kecepatan udara yang diberikan, maka dari percobaan ini, dapat diketahui berapa kecepatan
minimum supaya terjadi fluidisasi dan pressure drop maksimum yang terjadi pada sistem
tersebut. Kecepatan minimum fluidisasi terjadi pada saat ketinggian bed mulai mengalami
pergerakan naik (kondisi bed tepat akan bergerak). Sementara itu, pressure drop maksimum
merupakan nilai pressure drop yang terjadi pada saat kondisi fluidisasi sempurna di mana nilai
pressure drop sudah konstan walaupun laju alir superfisial udara diperbesar.

B. Analisis Hasil, Perhitungan, dan Grafik


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 51

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


Perilaku unggun terfluidisasi secara kuantitatif dapat dilihat dan dipelajari dengan
mengamati, menentukan, dan menghitung besarnya ketinggian unggun dan pressure drop yang
didapatkan berdasarkan variasi dari laju alir superfisial fluida udara yang melewati hamparan
unggun dalam proses fluidisasi. Data-data tersebut ditinjau dan diukur dalam dua kondisi yaitu
ketika laju alir udara perlahan dinaikkan dan ketika laju alir udara kembali diturunkan secara
perlahan. Laju alir udara akan berbanding lurus dengan kecepatan superfisial sesuai dengan
QT2 103
hubungan :
U
Sb T3
di mana :
Q

laju alir udara (m3/s)

T2

suhu bed (oC)

Sb

8,66 . 10-3 m2

T3

suhu udara (oC)

kecepatan superfisial udara

sehingga untuk menjelaskan hubungan dari kecepatan superfisial udara (laju alir udara pada
kolom kosong) dengan ketinggian unggun dan pressure drop telah dapat dijelaskan dengan
variasi laju alir udara yang ditentukan dalam percobaan ini.

Hubungan Antara Laju Alir Udara dan Perubahan Ketinggian Unggun


Pada grafik 1, garis berwarna biru merupakan garis pada grafik yang menunjukkan
perubahan ketinggian bed (unggun) ketika laju alir udara dinaikkan, sedangkan garis berwarna
jingga menunjukkan perubahan ketinggian bed ketika laju alir udara diturunkan. Dapat dilihat
pada grafik bahwa perubahan atau variasi kondisi laju alir udara baik dengan dilakukan
penurunan dan kenaikan laju alir menunjukkan pengaruh yang relatif sama terhadap perubahan
ketinggian bed. Pengaruh akibat penurunan maupun kenaikan laju alir penurunannya cukup
stabil dan sama baiknya. Penyimpangan yang terjadi pada kondisi laju alir yang tinggi
disebabkan oleh perkiraan dan pengelihatan tinggi unggun yang bersifat fluktuatif dan tidak
menentu sehingga terdapat perbedaan sedikit dalam pengamatan tinggi unggun pada dua
kondisi tersebut. Hal ini sesuai dengan tinjauan teoritis, di mana ketinggian unggun hanya
dipengaruhi besarnya laju alir udara yang dialirkan ke dalam unggun (bed) dan tidak
dipengaruhi oleh bagaimana udara dialirkan baik itu diturunkan dari kondisi laju alir yang
tinggi maupun dinaikkan dari kondisi laju alir yang rendah.
Pada laju alir udara sebesar 0,2 liter/sekon hingga 0,6 liter/sekon, kondisi unggun
berada pada kondisi packed bed (unggun tetap) di mana secara teori tidak ada perubahan
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 52

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


ketinggian unggun dari ketinggian unggun awal dan bersifat konstan baik pada kondisi
kenaikan maupun penurunan laju alir udara. Kondisi packed bed (unggun tetap) pada laju aliran
udara yang rendah, gaya yang disebabkan oleh aliran udara tidak mampu mengangkat gaya
tahan partikel (gaya gravitasi) sehingga ketinggian unggun tetap. Hal ini secara teoritis
disebabkan karena pada laju alir udara yang kecil, gaya seret dari fluida terhadap partikel kecil
sehingga tidak bisa mengimbangi gaya berat partikel serta gaya antar partikel yang
menyebabkan partikel berada dalam kondisi tetap. Selain itu, semakin kecil laju alir fluida maka
semakin kecil bilangan Reynold dan nilai faktor friksi semakin besar. Semakin besar faktor
friksi, maka hambatan gerak partikel semakin besar dan partikel cenderung kaku sehingga
ketinggian unggun menjadi tetap.
Pada saat udara dialirkan dengan laju alir di atas 0,6 liter/sekon, terlihat sifat khas dari
unggun terfluidisasi yaitu ketinggian unggun bertambah karena laju alir udara yang lebih besar
akan memberikan gaya seret yang lebih besar. Akibat dari gaya seret dari fluida yang semakin
meningkat dan tahanan partikel tetap maka partikel akan terseret atau terdorong lebih jauh ke
atas jika laju alir udara semakin ditingkatkan.
Pada grafik 1, didapatkan besar ketinggian bed yang sama baik pada saat laju alir
dinaikkan ataupun diturunkan di semua besaran laju alir udara yang sama.

Hubungan Antara Laju Alir Udara dan Pressure Drop (Penuurunan Tekanan)
Grafik hubungan antara laju alir dan pressure drop yang diperoleh dari data pada sistem
percobaan ini cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kestabilan garis grafik nilai pressure drop
pada grafik 2 saat laju alir udara dinaikkan ataupun diturunkan. Perbedaan kondisi pemberian
laju alir baik itu diturunkan maupun dinaikkan tidak berpengaruh pada penurunan tekanan
sistem. Hal ini dapat dilihat dari grafik 2 yang cukup konstan dan menunjukkan perubahan
pressure drop yang sama dan stabil pada saat berbagai laju alir. Hal ini sesuai dengan tinjauan
teoritis, di mana pressure drop hanya dipengaruhi besaran laju alir udara yang di-set dan tidak
dipengaruhi oleh bagaimana udara dialirkan baik itu diturunkan dari kondisi laju alir yang
tinggi maupun dinaikkan dari kondisi laju alir yang rendah.
Pada saat laju alir udara sebesar 0,2 1 liter/sekon, unggun menunjukkan perilaku
mengalami peningkatan pressure drop. Hal ini disebabkan gaya seret dari fluida terhadap
partikel akan meningkat seiring meningkatnya laju alir fluida. Gaya seret yang semakin besar
akan menimbulkan penurunan tekanan yang semakin besar di sepanjang unggun. Aliran udara
pada keadaan tersebut menunjukkan laju alir yang semakin besar namun viskositas alirannya
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 53

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


semakin kecil terhadap partikel unggun, sehingga pressure drop-nya juga semakin besar. Hal
ini juga didukung dengan semakin besarnya udara yang mengalir, semakin banyak pula partikel
unggun yang bergerak ke atas sehingga laju alir udara di dalam tabung akan banyak dipengaruhi
oleh partikel unggun (ruang udara di dalam tabung semakin sempit dan kontak udara dengan
unggun semakin meningkat dan pada akhirnya mempengaruhi besarnya gaya seret dari fluida
terhadap partikel padatan). Pada saat unggun dialiri laju alir udara sebesar itu, maka dikatakan
bahwa aliran udara yang mengalir ke dalam unggun termasuk dalam aliran laminar sehingga
dapat dihubungkan dengan persamaan untuk unggun berisi partikel:
=

2
3
72 (1 )2

di mana dapat terlihat bahwa laju alir superfisial udara (u) berbanding lurus dengan pressure
drop. Semakin besar u, dengan tetapnya luas permukaan, maka pressure drop (P) yang
dihasilkan pun semakin besar pada aliran udara yang kecil.
Pada laju alir di atas 1 liter/sekon, menunjukkan bahwa nilai pressure drop cenderung
konstan. Hal ini disebabkan karena gaya seret udara terhadap partikel-partikel padatan sudah
cukup atau sudah mampu mengimbangi gaya berat partikel. Kondisi ini merupakan fenomena
yang khas dari unggun terfluidisasi. Pada kondisi unggun terfluidisasi, porositas unggun
semakin besar seiring dengan kenaikan laju alir udara (u). Namun, untuk mengimbangi
peningkatan u, maka nilai P (pressure drop) menjadi relatif konstan. Dengan kata lain, pada
unggun terfluidisasi, porositas unggun semakin menurun seiring meningkatnya u namun nilai
P akan menjadi lebih konstan sehingga peningkatan laju alir hanya akan mempengaruhi
penurunan porositasnya saja.
Pada grafik 2, ditunjukkan bahwa nilai P (pressure drop) maksimum sistem pada
kondisi laju alir udara dinaikkan dicapai pada laju alir udara sebesar 1,0 L/s di mana laju alir
tersebut merupakan batas antara region kondisi fixed bed dengan kondisi fluidized bed. Pada
saat kondisi laju alir udara diturunkan, terlihat pula bahwa pada laju alir 1,0 liter/sekon
merupakan batas kondisi fixed bed ke fluidized bed di mana nilai P mulai menunjukkan nilai
yang konstan.
Hubungan antara kenaikan laju alir dan ketinggian unggun serta pressure drop dapat
membantu untuk memberikan hubungan antara ketinggian unggun dengan pressure drop. Dari
kedua grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju alir yang diberikan maka
semakin besar pula ketinggian unggun dan semakin besar pula pressure drop yang berada pada
sistem.. Fenomena ini dapat pula dijelaskan dengan persamaan :
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 54

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS


= (1 )( )

C. Analisis Kesalahan

Kesalahan pengukuran tinggi bed awal.


Pada awal percobaan, praktikan menaikkan laju alir dari fluida hingga unggun
terfluidisasi lalu mematikan laju alir fluida. Hal ini dilakukan sebelum melakukan
pengukuran ketinggian bed dengan harapan ketinggian bed awal yang terukur memiliki
nilai yang stabil. Tinggi bed awal akan stabil apabila partikel bed kembali ke susunan
awal setelah difluidisasi. Namun, hal ini tidak terjadi dikarenakan fluidisasi yang
dilakukan di awal percobaan (sebelum melakukan pengukuran tinggi bed awal) terlalu
cepat sehingga tinggi bed awal yang terukur bukanlah tinggi bed awal yang stabil. Hal
ini mengakibatkan tinggi bed akhir setelah laju alir fluida diturunkan tidak kembali
seperti pada tinggi bed awal pada saat percobaan pertama (perilaku unggun
terfluidisasi). Menurut teori, seharusnya variasi kondisi laju alir udara baik saat
dinaikkan maupun diturunkan tidak berpengaruh pada fluidisasi.

Alat ukur yang belum dikalibrasi.


Pada saat percobaan, digunakan beberapa alat ukur seperti manometer dan termokopel.
Alat ukur tersebut belum dikalibrasi dengan baik sehingga menyebabkan data yang
diambil tidak akurat dan mengurangi keakuratan hasil perhitungan.

Kesalahan praktikan dalam melihat ketinggian bed.


Pada saat fluidisasi terjadi, partikel unggun terlontar keatas karena peristiwa bubbling.
Gelembung-gelembung yang terbentuk bergabung satu sama lain dan pecah ketika
sampai diatas bed. Pecahnya gelembung ini menyebabkan partikel bed terlontar dengan
tinggi yang berbeda-beda, tergantung pada ukuran gelembung yang pecah. Tinggi
partikel yang berbeda-beda dan proses lontaran partikel yang sangat cepat
menyebabkan praktikan agak kesulitan untuk mengukur tinggi bed yang sebenarnya.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 55

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

Percobaan 2
A. Analisis Percobaan
Pada percobaan 2 ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan superfisial
dan posisi thermocouple pada koefisien transfer panas. Oleh karena itu, pada percobaan ini,
data yang diambil meliputi ketinggian unggun, suhu heater, suhu udara, suhu unggun, dan
pressure drop pada thermocouple tercelup/tidak tercelup. Seperti pada percobaan sebelumnya,
ketinggian unggun yang diukur ialah ketinggian unggun rata-rata yang dilihat dari tiga sisi
berbeda, karena ketinggian unggun pada tiap sisi tidak selalu sama, khususnya ketika terjadi
fluidiasi.
Selain itu, pada percobaan ini, suhu heater yang diberikan juga divariasi, yaitu pada suhu
80oC, dan 120oC. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap koefisien transfer panas. Percobaan dimulai dengan suhu yang lebih rendah, yaitu
80oC. Lalu terdapat dua perlakuan pada thermocouple, yakni tercelup atau diatas unggun.
Maksud dari thermocouple tercelup adalah thermocouple tercelup di dalam unggun saat terjadi
fluidisasi, sedangkan thermocouple diatas berarti thermocouple terdapat diatas unggun saat
terjadi fluidisasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses penyebaran transfer panas terjadi
secara merata di dalam chamber atau tidak. Pengukuran pressure drop dan suhu dilakukan
sebanyak 3 kali dalam rentang waktu 3 menit. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
waktu terhadap suhu yang digunakan.

B. Analisis Grafik
Dalam percobaan kedua ini didapatkan data berupa ketinggian unggun, suhu udara,
suhu unggun, suhu termokopel dan tekanan. Setelah melalui pengolahan data didapatkan nilai
koefisien transfer panas. Nilai koefisien transfer panas antara termokopel tercelup dan
termokopel tidak tercelup tidaklah beda jauh. Hal ini disebabkan karena pada percobaan telah
terbentuk gelembung yang menyatakan bahwa unggun telah terfluidisasi. Dengan
terfluidisasinya unggun maka profil suhu dalam kolom akan merata atau sama.
Selanjutnya pengaruh laju alir udara dan nilai k. Dalam grafik ini terlihar bahwa dengan
bertambahnya laju alir maka nilai k akan semakin besar. Hal ini membuktikan bahwa dengan
ditambahnya kecepatan superfisial akan berbanding lurus dengan perpindahan panas dalam
unggun. Ketika kecepatan superfisial naik maka akan terjadi turbulensi yang membentuk
gelembung. Hal ini akan membantu dalam perpindahan panas.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 56

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

C. Analisis Kesalahan

Ketidakstabilan pada compressor (yant terus cenderung turun sedikit demi sedikit). Hal
tersebut tentunya mempengaruhi besarnya kecepatan superfisial yang diberikan pada
unggun sehingga data yang diperoleh menjadi kurang tepat.

Pembacaan tinggi unggun sangat bersifat relatif karena mengharuskan praktiktan untuk
mengira-ngira tinggi berdasarkan penglihatan saja, terlebih lagi bubbling terjadi sangat
cepat. Hal ini menyebabkan data yang diperoleh menjadi kurang akurat.

Kedalaman dari thermocouple maupun heater yang dicelupkan ke dalam ungguun tidak
selalu sama untuk setiap percobaan sehingga mempengaruhi nilai temperatur yang
diperoleh yang kemudian akan mempengaruhi perhitungan proses transfer panasnya.

Suhu yang terbaca pada alat cenderung naik turun dan sulit untuk konstan pada suatu
nilai, sehingga mengharuskan praktikan untuk mengambil salah satu nilai suhu yang
terbaca, yang memungkinkan terjadinya sedikit ketidakakuratan data

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 57

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

BAB V
KESIMPULAN
1. Pada laju alir rendah (di bawah laju alir fluidisasi minimum), unggun berperan sebagai fixed
bed karena tidak ada pergerakan partikel unggun walaupun telah dialiri udara.
2. Pada laju alir menengah (dalam percobaan 0,8-1 liter/sekon), terjadi non-bubbling
fluidization dimana partikel unggun telah bergerak dan gaya berat partikel masih mampu
menahan agar tidak terbentuk rongga udara.
3. Pada laju alir tinggi (dalam percobaan lebih dari 1,2 liter/sekon), terjadi bubbling
fluidization dimana gaya berat partikel unggun tidak dapat lagi menahan agar rongga udara
tidak terbentuk.
4. Fluidisasi yang terjadi dipengaruhi oleh laju alir udara. Semakin besar laju alir, maka
semakin tinggi bed.
5. Variasi kondisi laju alir (dinaikkan atau diturunkan) tidak mempengaruhi proses fluidisasi.
6. Laju alir udara mempengaruhi besarnya pressure drop yang terjadi. Semakin besar laju alir,
semakin besar pressure drop pada kolom hingga pressure drop bernilai stabil. Pressure
drop akan bernilai stabil apabila gaya seret partikel padatan sudah cukup mengimbangi
gaya berat partikel.
7. Perbedaan kondisi pemberian laju alir baik itu diturunkan maupun dinaikkan tidak
berpengaruh pada penurunan tekanan sistem.
8. Laju alir udara mempengaruhi distribusi kalor yang terjadi pada bed. Semakin besar laju
alir, semakin baik distribusi kalor yang terjadi, dilihat dari suhu bed yang meningkat seiring
dengan kenaikan laju alir. Jadi, fluidisasi mempengaruhi transfer panas yang terjadi.
9. Besarnya transfer panas tidak mempengaruhi proses fluidisasi yang terjadi.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 58

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

SARAN

Kesimpulan dari percobaan fluidisasi antara lain :


1. Posisi manometer dari alat cenderung tidak stabil dan sering mengalami penurunan.
Praktikan harus terus memantau posisi manometer agar laju alir dalam unggun sesuai
dengan apa yang diinginkan
2. Pada saat mengukur tinggi unggun, praktikan akan kesulitan untuk menentukan tinggi
unggun karena harus mengukur ketinggian unggun pada saat terjadi bubbling. Sehingga,
praktikan harus lebih jeli dalam menentukan ketinggian dari unggun dan melakukan
pengukuran pada 3 titik.
3. Nilai T1, T2, dan T3 dalam percobaan 2 terkadang tidak stabil dan praktikan akan sulit
menentukannya karena nilai tersebut selalu berubah ubah. Praktikan harus menunggu
untuk menentukan nilai T1, T2, dan T3 dimana nilai sudah mulai stabil.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 59

LAPORAN PRAKTIKUM UOP 1 FLUIDISASI DAN TRANSFER PANAS

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Modul Praktikum POT 1. Depok : Departemen Teknik Gas dan Petrokimia
De Nevers, Noel. Fluid Mechanics Chemical Engineering. 1951. New York : McGraw-Hill
Inc.
McCabe W.L., J. C. Smith, and P. Harriot .1985. Unit Operations of Chemical Engineering.
McGraw Hill : New York.
.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA

Page 60

Anda mungkin juga menyukai