Anda di halaman 1dari 11

Makassar Healthy City, Healthy Spaces, Healthy

Citizens
Jika menyebut kota Makassar, apa yang terbayang di benak anda?
Pantai? Pisang ijo? Coto? Logatnya yang khas?
Semuanya merupakan opini yang lazim dijumpai dan didengar di masyarakat saat
membicarakan Makassar. Namun taukah anda, bahwa walikota Makassar saat ini, Moh.
Ramdhan Pomanto pernah menyebutkan bahwa pertumbuhan populasi penduduk kota
Makassar tahun 2013 hingga 2014 adalah 1,3 juta jiwa menjadi 1,7 juta jiwa?
(antarasulsel.com, 12/09/14). Ini mengasumsikan bahwa Makassar, yang merupakan
ibu kota dari provinsi Sulawesi Selatan, telah berkembang menjadi kota adibisnis
dengan pertumbuhan penduduk yang mulai melampaui kapasitas sebenarnya. Dalam
konteks penyediaan ruang-ruang publik di perkotaan, hampir semua kota besar
mengalami defisit karena jumlah besaran/luas ruang publik yang disediakan oleh
Pemerintah Kota tidak mampu menampung kebutuhan beberapa aktivitas sosial yang
semestinya merupakan hak dari warga kotanya. Dengan tujuan meraih gelar kota dunia
di tahun 2020, layakkah Makassar disebut sebagai kota yang menyandang gelar
prestisius tersebut? Telah cukupkah pembangunan ruang publik untuk penduduk kota
Makassar yang meroket sedemikian banyaknya? Melalui ulasan singkat ini penulis
menguraikan opininya mengenai beberapa ruang publik yang ada di kota Makassar dan
fungsinya sebagai sarana kesehatan.

Pantai Losari

foto: http://getlostmagz.com/

foto: http://hayuratna.blogspot.co.id/

Yang dimaksud dengan ruang publik dalam tata guna lahan atau pemanfaatan ruang
wilayah/area perkotaan adalah ruang terbuka (open space) yang dapat diakses atau

dimanfaatkan oleh warga kota secara cuma-cuma sebagai bentuk pelayanan publik dari
pemerintah kota yang bersangkutan demi keberlangsungan beberapa aktivitas sosial
(rekreasi, kebersihan, keindahan, keamanan dan kesehatan).
Pantai Losari sejatinya adalah ruang public (open space). Sudah begitu banyak
ulasan/artikel yang membahas mengenai tempat ini. Namun Pantai Losari tetap saja
menjadi bahan opini yang empuk dikarenakan kompleksitas dan perannya sebagai
ruang publik utama yang paling sering dikunjungi di Makassar.. Daya tariknya sebagai
tempat bagi warga Makassar untuk berolahraga di pagi hari, berkumpul menghabiskan
waktu di sore dan malam hari untuk menikmati pemandangan tenggelamnya matahari,
dan ditambah dengan reputasinya sebagai lokasi kuliner khas Makassar, menarik
begitu banyak pelancong untuk mengambil foto dan beraktivitas di lokasi ini. Pantai
Losari adalah suatu kebanggaan dan identitas yang menunjukkan keseharian kota
Makassar. Namun, taukah anda bahwa segelintir penduduk kota Makassar sendiri telah
enggan menghabiskan waktunya di tempat ini?
Izzan, warga Makassar yang dijumpai penulis di kawasan Pantai Losari
mengatakan, Rasanya malas mau lama-lama disini. Banyak pengamen dan
pengemis. Ya, pengemis dan pengamen tak ayal merupakan hal yang lazim ditemui di
anjungan Pantai Losari. Ia bahkan menambahkan sambil tertawa, Ini juga cuma karena
mau menemani keluarga dari luar kota. Kalau jalan-jalan sendiri, tidakji deh.
Miris untuk dipikirkan, bahwa Pantai Losari yang telah mengalami revitalisasi
besar-besaran masih saja dipusingkan dengan permasalahan pengemis, pengamen,
dan pedagang liar yang bergelimangan di tiap sudut anjungan. Padahal, konsep dan
tampilan dari Pantai Losari sendiri sudah sangat menarik dan tentunya dirancangkan
dengan matang. Tulisan City of Makassar yang mentereng dan pembagian area yang
menggambarkan empat suku yang ada di Sulawesi Selatan sungguh merupakan
pemandangan yang indah, ditambah dengan hiasan patung kerbau khas suku Toraja,
patung perahu dan lain-lain yang sangat mencerminkan budaya Sulawesi Selatan.
Cukup sehatkah Pantai Losari? Bisa dinilai sendiri dengan meninjau lokasi yang
digunakan pedagang untuk berjualan, air dari laut Losari itu sendiri, dan area panggung

yang seding dijadikan perhelatan acara musik dari artis luar kota, yang semua berada di
lokasi yang sama. Dengan begitu banyaknya fungsi ruangan yang ada di kawasan ini,
higienitas yang tergangu dan tentunya berhubungan dengan kesehatan adalah masalah
pelik yang hingga saat ini belum selesai ditangani. Bagaimana mungkin seseorang
dapat berjalan-jalan pagi dengan sehat saat begitu banyak sampah ditemukan di
sekitaran masyarakat yang beraktivitas? Menurut pengakuan penulis sendiri, yang
gemar berolahraga di pagi hari, berlari pagi di daerah Losari menyenangkan bila dilihat
dari sudut keramaian dikarenakan karena banyaknya orang yang kerap berolahraga,
namun terutama di hari Minggu pagi, sampah adalah problematika utama. Para
pedagang dan pengguna fasilitas umum seakan tidak sadar pentingnya membuang
sampah di tempat yang telah disediakan. Ini adalah masalah yang tentunya harus
masih terus harus dipecahkan oleh pemerintah kota Makassar.

Lapangan Karebosi

foto : notamansur.blogspot.co.id

foto : notamansur.blogspot.co.id

Lapangan Karebosi adalah salah satu lapangan olahraga dan ruang publik masyarakat
yang terdapat di pusat Kota Makassar. Lapangan Karebosi ini merupakan landmark
(simbol ternama) di kota Makassar selain Pantai Losari.
Lapangan Karebosi ini terletak kurang dari 500 meter dari Benteng Fort
Rotterdam.Terletak di Jl. Ahmad Yani, Kota Makassar, Lapangan yang memiliki luas
sekitar

11,29

hektare

atau

setara

dengan

112.900

meter

persegi

(id.wikipedia.org/wiki/Lapangan_Karebosi).
Secara umum, Lapangan Karebosi berfungsi sebagai pusat olahraga, namun
lapangan ini juga disebut sebagai alun-alun kota. Penulis menyoroti fungsinya sebagai
sarana kesehatan yang dapat dilihat dari lapangan bola yang kerap kali dipergunakan
tim sepak bola kesayangan kota Makassar, PSM Makassar, untuk berlatih.
Pemandangan ini sering dijadikan alasan bagi warga untuk datang dan sekedar
menonton tim kesayangan mereka berlatih, Selain itu, jogging track yang luas juga
menjadi favorit warga Makassar untuk jogging atau bersepeda. Rata-rata warga
Makassar yang penulis jumpai mengaku menjadikan Lapangan Karebosi sebagai

tempat olahraga andalan mereka karena lintasan larinya yang panjang dan suasananya
yang sangat sporty.
Satu hal yang menurut penulis harus ditambahkan ke dalam lapangan ini adalah
jumlah pohon yang ditanam, dikarenakan iklim kota Makassar yang panas, juga jumlah
kursi untuk pengunjung gunakan saat beristirahat.

Taman Macan

foto: timurindonesia.com

foto : muhyasir.files.wordpress.com

Tempat favorit penulis untuk berolahraga adalah sebuah taman di pusat kota Makassar,
tak jauh dari Pantai Losari dan Lapangan Karebosi. Tempat ini dinamai taman macan
karena adanya patung macan tepat di sudut taman yang berbentuk segitiga tersebut.
Secara personal penulis menyukai tempat ini karena masyarakat kota
Makassar dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, ibu hamil maupun lanjut usia
bisa ditemui di taman ini saat sedang berjalan santai, membawa anak-anak bermain
dengan sepeda mini, duduk bercengkrama, dan sebagainya. Suasana Taman Macan
cukup asri dengan banyaknya pohon di taman ini, dan kebersihan yang cukup terjaga.
Saat ini, Taman Macan yang dulunya hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi
sekarang beralih fungsi menjadi adalah salah satu ruang publik yang umumnya
digunakan warga kota Makassar sebagai sarana olahraga. Pemerintah menyulap
Taman Macan agar masyarakat bisa memanfaatkan taman tersebut untuk berolahraga,
Selain dimanfaatkan sebagai tempat jogging, tiga kali seminggu di tempat ini juga
diadakan senam kebugaran.

Fasilitas disini cukup lengkap, selain sarana olah raga untuk membakar lemak di
pagi hari, juga tersedia WC umum yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Sayangnya,
kebersihan toilet ini tak cukup diperhatikan dengan konsisten. Terkadang pula masih
ada tunawisma yang menggunakan tempat ini untuk tempat istirahat mereka.
Sebenarnya Taman Macan ini sangat kondusif untuk kesehatan karena dipenuhi
dengan banyak pepohonan rindang yang yang sempurna untuk sarana pertukaran
oksigen yang dibutuhkan para pengunjung terutama yang sedang berolahraga.

Makassar Kota Sehat


Dengan tujuan sekaliber kota dunia di tahun 2020, rasanya pantas apabila penulis
mengemukakan ide ataupun saran dengan jargon dalam bahasa Inggris global yang
mudah dimengerti, yaitu Makassar sebagai Triple H (Healthy City, Healthy Spaces,
Healthy Citizens. Sebagai calon penduduk dari kota dunia, kita harus terbiasa dengan
konsep ruang publik hijau dan sehat untuk masyarakat kota dunia yang sehat pula. Di
era pemanasan global yang marak 10 tahun terakhir ini, kesehatan merupakan hal yang
sangat berharga. Akankah Makassar menjaga stabilitasnya sebagai kota yang terkenal
akan makanan lezat, tapi tak mengembangkan potensinya sebagai kota yang sehat?
Dengan begitu banyaknya makanan khas yang dapat menjadi pilihan tubuh
penduduknya, acapkali warga Makassar melupakan bahwa kesehatan adalah harta
yang paling berharga dalam hidup. Bagaimana cara merangkul masyarakat agar
memelihara kesehatan? Salah satunya dengan menggunakan ruang publik di kota
masing-masing, yang harusnya dapat menarik minat warga untuk menggunakannya
berolahraga.
1. Mengajak investor atau pengembang untuk membangun ruang publik

Di samping membangun mall, hotel, atau apartemen yang menjadi cikal bakal
kota dunia, semestinya investor/pengembang menyumbang untuk pembangunan
taman yang akan berguna bagi masyarakat umum
2. Menggandeng komunitas atau warga setempat
Semakin banyak pihak yang merasa memiliki, semakin menjamin kelangsungan
taman yang sudah ada. Berikan tempat untuk komunitas sebagai tempat
berekspresi dan ruang untuk berkumpul tentunya secara gratis. Ruang publik
untuk semua, tentunya wajib dirawat bersama.
3. Menghadirkan infrastruktur yang baik dan menarik oleh ahlinya
Keindahan adalah sesuatu yang dipandang mata. Perancangan ruang publik
harus dilihat aspek-aspek yang terkait antara lain: aktivitas dan fungsi campuran,
ruang publik yang hidup (lifely), pedestrian yang ramah dan humanis, ruangruang yang berskala manusia dan memiliki aksesibilitas yang baik, struktur kota
yang jelas dan berkarakter, kerapian, dan memiliki visual yang baik disetiap
sudut kotanya.
4. Menghadirkan pengawas untuk tiap ruang publik
Ruang publik yang telah diciptakan dengan baik, tak jarang masih menjadi
incaran bagi oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Di era miskin mental
seperti sekarang ini, kehadiran bentuk tegas pemerintah yang diwujudkan dalam
rupa pengawas ruang publik sangat vital perannya. Tugas mereka adalah
memberikan

sanksi

dan

mengingatkan

warga

yang

menyalahi

aturan

pemeliharaan ruang publik.

Sebagai penduduk kota yang baik, melestarikan dan menjaga ruang publik merupakan
kewajiban yang harus kembali diingatkan dalam memperingati Hari Habitat Dunia.
Populasi dari penduduk Indonesia yang tidak proporsional dengan jumlah ruang publik

akan menghambat kemajuan negara kita. Maka meningkatkan kesadaran masyarakat


dan pemerintah adalah memo yang paling penting demi mewujudkan habitat yang baik
bagi bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai