Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Hadist Pokok Zakat Makanan Hasil Pertanian


1. Hadist shahih riwayat Imam Bukhari, dari Salim bin Abdillah,
dari ayahnya, dari Nabi SAW bersabda:


)
1

Artinya:
Dari Salim bin Abdillah, dari Ayahnya r.a, Nabi SAW
bersabda: Tanaman yang diairi air hujan atau sungai
wajib dikeluarkan zakatnya sepersepuluh dan yang
diairi dengan yang disirami maka zakatnya separuh
dari sepersepuluh atau 5%. (HR. Bukhari)
2. Hadist riwayat Imam Muslim bahwa Jabir bin Abdillah pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda:

( )

Artinya:
Diceritakan sesungguhnya Aba Zubair mendengar dari
Jabir

bin

Abdillah

berkata

sesungguhnya

(Dia)

mendengar Nabi SAW berkata: Dalam tanaman yang


diairi air sungai atau air hujan terdapat kewajiban zakat
1Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Riyadh: Dar al-Salam, 2000),h.117
2Muslim, Sahih Muslimi, (Riyadh: Daar al-Salam, 2000),h.832

sepersepuluh, sedngkan dalam dalam tanaman yang


diairi

melalui

pengangkutan

(sanniyah)

terdapat

kewajiban seperduapuluh. (HR. Muslim)


Kedua hadist diatas , dalalahnya umum, mencakup
segala macam tumbuh-tumbuhan, tidak membedakan antara
yang tahan lama atau tidak, antara yang dimakan atau tidak,
antara makanan pokok atau tidak, maupun antara yang
ditakar atau tidak.
Sedangkan mereka

yang

tidak

setuju

dengan

pandangan diatas, mentakhsiskan keumuman sabda Rasul


tentang

tidak

diwajibkannya

zakat

atas

sayur-sayuran.

Hadistnya adalah sebagai berikut:

:
, : .
3
( " )
Artinya:
Atha bin saib berkata: Abdullah bin Mughirah hendak
mengambil zakat sayuran dari Musa bin Thalhah. Abu
Musa berkata: tidak ada zakat pada sayur-sayuran,
sesungguhnya Rasul SAW bersabda: tidak ada zakat
pada sayur-sayuran. (HR.Al-Atsram)
Menurutnya hadist diatas tidak memenuhi kualifikasi
shahih untuk dapat mentakhsiskan keumuman ayat tersebut.
Dengan demikian landasan Abu Hanifah kuat sekali.
Dalam bukunya Sumber-sumber Penggalian Zakat,
Sjekhul Hadi Permono memberi dua unsur penting yang
3 Al-Syaukany, Mua,,al Hamidy, imron A.M, umar Fanany, BA (terj), Nail alAuthar, (Surabaya: Bina Ilmu, tt), jilid III, h.117

dipandang oleh Imam Abu Hanifah dalam member makna


keumuman ayat Al-Quran tentang zakat, tanam-tanaman,
dan empat jenis tanaman yang ditegaskan dalam hadist Nabi
Saw. Dua unsur inilah yang dijadikan illat hokum oleh Imam
Abu Hanifah untuk dapat mengumpulkan bermacam-macam
jenis tanaman dalam satu hokum kewajiban zakat, dibawah
keumuman ayat Al-Quran tersebut. Dua unsur itu adalah:
1. Al-Nama, jadi unsur produktif. Jadi dalam hal ini tidak ada
perbedaan makna antara biji-bijian dan sayur-sayuran,
karena sama-sama mempunyai sebab wajib zakat, yaitu:
Al-Nama, sifat berkembang, dalam hal ini penghasilan
bumi, bahkan penghasilan sayur-sayuran lebih besar
daripada

penghasilan

biji-bijian,

dikarenakan

kesuburannya lebih terjamin.4


2. Biasa ditanam orang untuk diambil hasilnya, jadi unsur
ekonomis.

Semua

jenis

tumbuh-tumbuhan

yang

mempunyai nilai produktif ekonomis wajib dikenakan


zakat padanya. Illat inilah yang sesuai dengan keumuman
surah Al-Baqarah ayat 267 dan keumuman surah AlAnam ayat 141 dan sesuai dengan perkembangan social
dan ekonomi dewasa ini, khususnya bidang pertanian.5

4Sjhekhul Hadi Permono,op.cit ,h.78


5Ibid.,h.79

BAB II
PEMBAHASAN

A. Nisab, Kadar Zakat Makanan Hasil Pertanian yang Wajib


Zakat
1. Nisab
Abu Hanifah berpandangan bahwa nisab bukanlah
syara dikenakannya kewajiban zakat hasil tanaman. Baginya,
zakat tanaman itu tetap dikeluarkan baik hasil tanaman itu
sedikit maupun banyak atas dasar firman Allah SWT dan
Hadis Rasulullah SAW sebagai berikut :

........
..
Artinya :
Belanjakanlah sebagian yang baik-baik dari harta yang
usahakanlah dan dari yang kami keluarkan untukmu
dari bumi(Al Baqarah : 267)

,

(143 : )
Artinya :
Dan

dialah

yang

menjadikan

kebun-kebun

yang

berjunjung yang tidak berjunjung , pohon kurma,


tanam-tanaman

yang

Bermacam-macam

buahnya,

zaitun dan delima yang serupa Bentuk dan warnanya


dan tidak sama rasanya. Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam

itu)

bila

dia

berbuah,

dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan


diserahkan kepada fakir miskin) dan janganlah kamu
berlebih-lebiha,
menyukai

sesungguhnya

orang-orangnya

Allah

yang

SWT

tidak

berlebihan.

(Al-

Annam : 141).


)
6

Artinya :
Dari salim bin Abdullah dari ayahnya r.a Nabi SAW
bersabda : tanaman yang diari air hujan atau sungai
wajib dikeluarkan Zakatnya sepersepuluh dan yang
diairi dengan yang disirami, maka zakatnya separuh
atau 5 %. (H.R Bukhari)

( )

Artinya :
Diceritakan sesungguhnya Aba Zubair mendengar dari
Jabir

bin

Abdillah

mendengarkan

berkata

sesungguhnya

(Dia)

Nabi SAW berkata : dan yang diairi

dengan sungai atau hujan, akatnya 10 % sedangkan


yang diairi dengan pengairan 5 % . (HR. Muslim)
Hadis tersebut tidak disertai rincian secara eksplisit
mengenai

batasan

dihasilkan

6Al-Bukhari, Sah ih al-Bukhari,op.cit ,h.117


7Muslim. Sah ih Muslim, op, cit.,h.832

dari

tanaman

tersebut.

Kewajiban zakatnya dalam konteks ini tetap sepersepuluh.


Illat kewajiban zakat sepersepuluh dalam hal ini adalah tidak
adanya biaya pengairan. Upah buruh, biaya penanaman
seperti

alat

alat

pertanian,

tidak

menggugurkan

pengeluaran zakat sepersepuluh. Karena nabi Muhammad


SAW memuskan kewajiban tersebut tanpa memperhitungkan
biaya biaya itu. Biaya penanaman dibebankan kepada
petani, yang harus mengeluarkan zakatnya untuk semua
hasil pertaniannya, tanpa harus mengurangi terlebih dahulu
dengan

biaya

yang

telah

dikeluarkan.

Dalam

hal

ini

kebanyakan para jumhur ulama sepakat bahwa nisab zakat


itu adalah hasil keseluruhan panen yang belum dikurangi
ongkos produksi dan perawatan selama masa tanam.8
Jumhur ulama9 yang terdiri dari para sahabat, tabian, ,
dan

para

ulama

sesudah

mereka

berpendapat

bahwa

tanaman dan buahan sama sekali tidak wajib zakat sampai


berjumlah limawasaq.
2. Kadar Zakat Makanan Hasil Pertanian yang Wajib
Zakat
Dalam masalah kadar zakat hasil pertanian ini imam
Abu

Hanifah

Dan

para

fuqaha

sepakat

bahwa

zakat

sepersepuluh dikenakan atas tanaman yang disiram oleh air


8Wahbah al-Zuhaili,op.cit ,h.193
9Yusuf Qardawii,op.cit ,h.342

hujan atau tanpa system irigasi. Sedangkan zakat seperdua


puluh dikenakan atas tanaman yang disiram dengan biaya
dan jerih payah pemilinya, misalnya dengan memakai system
irigasi.10
Dalil atas pernyataan diatas ialah Hadist sahih riwayat
imam bukhari, dari Salim Bin Abdillah, dari ayahnya,
Jika tanaman itu disiram dengan jerih payah pemiliknya
selama setengah tahun, dan setengah tahun sisanya disiram
oleh air hujan, zakatnya adalah tiga per empat puluh (7,5 %).
Dan jika salah satu cara penyiraman itu (dengan jerih payah
atau

siraman

air

hujan).

Ada

yang

lebih

banyak

jumlah,zakatnya dihitung dengan kategori penyiraman yang


lebih banyak,

11

yang sedikit mengikuti.12

B. Waktu Pengeluaran Zakat Makanan Hasil Pertanian


Imam Abu Hanifah13 berpendapat, kewjiban mengeluarkan
zakat hasil pertanian adalah pada saat memanen tanaman dan
memetik buah, berdasarkan firman Allah SWT:

10Syauqi Ismail syahlatih, Penempatan zakat dalam dubia modern, (Jakarta :


Pustaka Dian, 1987), cet. I ,h.274

11Al-Bukhari, Sah ih al-Bukhari,op.cit ,h.117


12Wahbah al-Zuhaili,op.cit ,h.198
13Wahbah al-Zuhaili,op.cit ,h.198

........
..
Artinya:
belanjakanlah sebagian yang baik-baik dari harta yang
kami usahakan dan dari yang kami keluarkan untukmu dari
bumi. (Al-Baqarah : 267)
Allah SWT

memerintahkan agar kita memberikan infaq

dari apa-apa yang telah dikeluarkan dari bumi. Ini menunjukan


bahwa kewajiban zakat ini berkaitan dengan keluarnya hasil kita.
Jika pemilik tanaman merusak tanmannya sendiri setelah jatuh
tempo

kewajiban

tersebut

harus

menunaikan
menanggung

dikeluarkan

zakatnya.

tanamannya

sebelum

zakatnya,

dia

Dan
jatuh

tidak

jika

zakatnya,

pemilik

sepersepuluh
pemilik

tempo

menanggung

tanaman

yang

tanaman

kewajiban
zakat

harus

merusak

menunaikan
yang

harus

dikeluarkannya. Tetapi jika misalnya tanamanitu rusak dengan


sendirinya, tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat pada
tanaman rusak dengan sendirinya. Pendapat ini sama dengan
pendapat madzhab Hanafi yang juga mengatakan, hal-hal diatas
merupakan gugurnya zakat hasil pertanian.
Pendapat

Jumhur

waktu

mengeluarkan

zakat

hasil

pertanian adalah pada biji- bijian bila bijinya telah keras dan
dapat dimakan. Dan untuk buah-buahan wajib bila tampak
baiknya, ditandai dengan dagingnya kemerah-merahan dan pada

anggur

terasa

manis

dan

zakatnya

dikeluarkan

setelah

dibersihkan bijinya dan kering buahnya.14


C. Pendapat Fuqaha
Tidak seorangpun dari kalangan ulama yang menyangkal
wajibnya zakat pada tanaman dan buah-buahan, tetapi mereka
berbeda pendapat pada jenis-jenis tanaman dan bauh-buahan
yang wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam hal ini, ada beberapa
pendapat dan kami menyimpulkannya sebagai berikut:
a. Hasan Bashri, ats-Tsauri, dan asy-Syabi berpendapat bahwa
tidak wajib zakat kecuali pada jenis-jenis yang mempunyai
keterangan tegas dari syara: gandum, padi, biji-bijian, kurma,
dan anggur. Adapun buah-buahan dan tanaman yang lainnya
tidak wajib dikeluarkan zakatnya karena tidak ada keterangan
mengenai hal itu. Syaukani berpendapat bahwa pendapat
mazhab inilah yang lebih benar.
b. Menurut pendapat Abu Hanifah, wajib zakat pada setiap
sesuatu yang tumbuh dipermukaan bumi, baik sayur-sayuran
maupun tumbuhan lainnya. Akan tetapi, disyaratkan bahwa
tumbuhan itu ditananm dan memang ingin diambil hasilnya
bumi, kecuali kayu bakar, pingping, rumput, dan pohon yang
tidak berbuah. Alasannya ialah keumuman sabda Nabi SAW.
Yang menegaskan, Setiap sesuatu yang disiram air hujan
14Sayyid Sabuq,op.cit ,h.59

maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak sepersepuluh. Ini


merupakan kata-kata umum dan merangakum seluruh jenis
tanaman dan tumbuhan. Jadi, setiap sesuatu yang ditanam
dan kemuadian diambil manfaatnya, termasuklah seluruh bijibijian, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
c. Menurut mazhab Abu yusuf bin Muhammad, zakat diwajibkan
atas setiap sesuatu yang tumbuh dari tanah, dengan syarat
dapat bertahan dalam satu tahun tanpa pengawetan, baik ia
ditakar seperti biji-bijian maupun ditimbang seperti kapas dan
gula. Jika tanaman atau buah-buahan tersebut tidak dapat
bertahan selama setahun, seperti timun, petula, semangka,
dan buah-buahan sertas sayur-sayuran lainnya, ia tidak wajib
dizakati.
d. Menurut mazhad Malik, hasil bumi yang wajib dikeluarkan
zakatnya disyaratkan mesti dapat bertahan lama, dikeringkan
dan sengaja ditanam, baik hasil bumi yang dijadikan sebagai
makanan pokok seperti gandum dan padi maupun yang tidak
dijadikan sebagai makanan pokok seperti kunyit dan wijen.
Menurut pendapatnya, tidak wajib zakat pada sayur-sayuran
dan buah-buahan seperti buah tin, delima dan jambu.15
e. Madzhab Syafii juga menambahkan serta menyimpulkan
tiga

syarat tambahan, seperti pendapat madzhab Abu

Hanifah diatas yaitu:

15Fikih Sunnah, Juz 2, Sayyid Sabiq,(PT. Pena Ilmu dan Amal)

10

1) Tanaman yang tumbuh dari tanah tersebut merupakan


tanaman

yng

mengenyangkan,

menjadi
bisa

makanan

disimpan,

dan

pokok

dan

ditanam

oleh

manusia, misalnya dari kelompok biji-bijian hinthah (biji


gandum), gandum, tembakau, jagung beras, dan yang
semacamnya.16 Dari kelompok buah-buahan, contohnya
ialah kurma dan anggur. Zakat tidak diwajibkan dalam
sayur mayor dan fakihah, seperti mentimun, semangka,
buah delima dan rebung.
2) Tanaman tersebut telah mencapai nisab yang sempurna,
yakni 5 wasaq, sekitar 1600 reathl Baghdad atau menurut
aturan damaskus yang paling shahih, 342 6/7 reathl,
sekitar 653 Kg atau 930 Liter.
3) Tanah tersebut merupakan tanah yang dimiliki orang
tertentu. Dengan demikian, zakat sepersepuluh tidak
wajib atas tanah yang diwakafkan. Untuk masjid-masjid,
sebab tanah tersebut tidak memiliki oleh orang tertentu.
Qurtubi mengatakan :

SyafiI berkata bahwa buah-buahan yang wajib zakat


hanyalah kurma dan anggur, oleh karena itu Nabi
Muhammad SAW memungut zakat dari kedua buahbuahan itu dan merupakan makanan pokok yang bisa
disimpan bagi penduduk Hijas. Dan juga Imam SyafiI
16Wahbah al-Zuhaili,op.cit ,h.184

11

berkata pala dan badam juga bisa disimpan tetapi


tidak wajib zakat, oleh karena kedua buahan itu tidak
menjadi makan pokok di Hijaz tetapi hanya buahan
saja.17
Dasar-dasar hokum yang dipakai Imam SyafiI adalah :
1) Hadis Rasulullah SAW yang memandang bahwa tidak
ada zakat pada tanaman selain : korma, gandum,
syair, dan ditambah satu jenis lagi, hadis ini juga
dijadikan

dasar

oleh

pendapat

Ibnu

Hazm,

berdasarkan :
Hadis yang diriwayatkan oleh muslim dari abu
Said ra. Nabi SAW bersabda :



( )

18

Artinya :
Dari Abi Said Al-Khudry r.a. berkata bersabda
Rasulullah SAW : Tidak ada zakat pada kurma
dan habb (gandum dan syair) yang kurang dari
lima wasaq.(H.R Muslim)

17Yusuf Qardawii,op.cit ,h.334


18Muslim. Sah ih Muslim, op, cit.,h.308

12

2) Hadis Rasulullah SAW dalam pesannya kepada Abu


Musa al-Asyari dan Muaz bin jabal pada waktu beliau
mengutusnya ke yaman :



)
(
Artinya :
Dari Abu Musa al-asyri dan Muaz r.a bahwa
Nabi SAW bersama keduanya : Janganlah kamu
mengambil zakatnya selain dari empat macam
ini, yaitu : syair, gandum, kismis dan kurma.
(H.R. Tabrani dan Hakim)19
Dari hadis Nabi SAW diatas, jelas dapat diketahui
bahwa

Rasulullah

SAW

hanya

memerintahkan

pengambilan zakat dari empat macam tanaman, yaitu


kurma, gandum, syair dan anggur kering (kismis).
Penentuan Rasulullah SAW mengenai jenis tanaman
yang wajib dikeluarkan zakatnya, tidak dapat diartikan
taabbudi. Dengan demikian hasr (pembatasan) dalam
hadis ini bukan merupakan hasr haqiqi (betul-betul
pembatasan).
kewajiban zakat pada empat macam tanaman
tersebut

disebabkan

adanya

illat-Iqtiyat

(makan

19al-Sanani, subul al-Salam, (Bandung : Dahlan, tth). Cet ke-II h. 132. Hadis
ini diriwayatkan oleh Daru Qutni, Hakim dan Tabrani

13

pokok), tahan disimpan dan ditanam orang. Jadi Imam


SyafiI berpendapat, bahwa semua tumbuh-tumbuhan
yang mengandung illat tersebut dikenakan zakat sama
dengan empat macam hasil tanaman tersebut. 20
Dengan

demikian

sayur-sayuran

tidak

dikenakan

zakat, karena tidak mengandung illat tersebut.


D. Sebab-Sebab Adanya Perselisihan Pendapat
Ibnu

Rusyd

mengatakan,

sebab-sebab

timbulnya

perselisihan pendapat antara ulama yang membatasi wajibnya


zakat pada jenis-jenis yang telah disepakati oleh nash dan ulama
yang meluaskannya hingga kepada sesuatu yang dapat disimpan
dan yang menjadi makanan ialah berdasarkan pada perbedaan
pendapat mereka tentang kaitan zakat denga jenis-jenis hasil
bumi

yang

disebabkan

empat

tersebut,

bendanya

apakah

ataukah

karena

kewajiban
adanya

zakat
illat,

itu

yaitu

fungsinya sebagai bahan pangan.


Adapun ulama yang mengatakan bahwa kewajiban zakat
itu hanya pada hasil bumi karena berdasarkan bendanya, mereka
membatasi wajib zakat itu kepada jenis yang empat saja. Adapun
ulama yang berpendapat bahwa zakat itu disebabkan kedudukan
komoditas itu sebagai bahan pangan, mereka meluaskan hukum
wajib zakat kepada semua bahan pangan.
20Sjekhul Hadi Permono, Sumber-sumber Penggalian Zakat, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993, cet. I, h. 69

14

Penyebab perselisihan pendapat antara ulama yang


mebatasi wajibnya zakat hanya pada bahan pangan dan ulama
yang meluaskannya kepada komuditas yang dihasilkan bumi
kecuali yang telah disepakati bersama bahwa komuditas itu tidak
wajib dizakati, seperti rumput, kayu bakar, dan jenis pimping,
ialah adanya pertentangan qiyas dengan keumuman lafal nash.
Lafadz nash yang menyatakan keumuman itu ialah sabda
Nabi SAW., Segala sesuatu yang disiram dengan air hujan maka
ia

wajib

dikeluarkan

zakatnya

sebanyak

sepersepuluh,

sedangkan tanaman yang disiram dengan alat penyiraman maka


zakat yang wajib dikeluarkan adalah seperduapuluh.
Frase segala sesutau adalah kata-kata umum. Juga firman
Allah SWT., Dan dialah (Allah) yang menjadikan kebun-kebun
yang berjunjung....sampai kepada ayat ......dan tunaikannya
baknya (Zakatnya) pada hari memetik hasilnya.... .
Adapun qiyas menyebutkan bahwa zakat adalah untuk
menutup kebutuhan perut dan ini tak mungkin dilakukan kecuali
dengan bahan pangan. Karena itu, ulama yang mebatasi katakata umum tersebut dengan qiyas ini, mereka menggugurkan
zakat pada tanaman yang tidak termasuk pangan. Sebaliknya,
ulama yang mempertahankan makna kata-kata umum, mereka
mewajibkan zakat pada tanaman-tanaman selainya kecuali yang

15

telah disepakati bersama bahwa tanaman tersebut tidak wajib


dikeluarkan zakatnya.
Ulama yang sepakat tentang kewajiban membayar zakat
dari bahan-bahan pangan, mereka masih berselisih pendapat
mengeai beberapa tanaman yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Perselisihan pendapat antara Syafii dan Malik tentang zakat buat
zaitun. Malik mengatakan wajib mengeluarkan zakat, sedangkan
Syafii menurut qaul qadim-nya di Mesir, zaitun tidak wajib
dikeluarkan zakatnya. Yang menyebabkan perselisihan mereka
tidak lain: apakah komoditas tersebut merupakan bahan pangan
atau bukan.

E. Nisab, Kadar Zakat Hasil Pertanian


1. Nisab
Imam Syafii mengatakan nisab adalah syarat.21 Oleh
karena itu, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan tidak harus
dikeluarkan zakatnya kecuali bila hasilnya telah sampai lima
wasaq (653 kg) atau (930 liter). Hadist Riwayat Imam Bukhari
dari

Abi

Said

Al-Khudry,

dari

Bersabda :

21Wahbah al-Zuhaili,op.cit ,h.184

16

Rasulullah

SAW.

Beliau



22

( )

Artinya :
Tidaklah sedekah (zakat pada apa-apa yang kurang
dari lima wasaq, ada kewajiban zakat. Dan tidak pula
pada

perak

yang

kurang

dari

lima

wasaq,

ada

kewajiban zakat. (HR. Al-Bukhari).


Hadis tersebut dipegang oleh jumhur ulama, termasuk maliki,
Ahmad, Abu Yusuf dan Muhammad, murid Abu Hanifah untuk
menetapkan adanya nisab yang telah ditentukan. Zakat
diwajibkan yang harus dikeluarkan adalah kekayaan yang
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Zakat
sebelum mencapai nisabnya.23 Tidak bisa dikatakan kaya
kalau orang hanya mempunyai hasil tanam-tanaman yang
mungkin tidak bisa menghidupi dirinya sendiri bersama
keluarga, yang mana zakat itu dipungut dari orang-orang
yang kaya raya dan diberikan kepada orang-orang fakir,
sesuai dengan hadis muaz ra yang diriwayatkan oleh AlBukhari dan muslim.
22Al-Bukhairi, Sahih Bukhari, (Beirut : Dar al-Qalam, 1987), Kitab alZakat, bab, ma Adda Zakatah fa laisa bi kanz, No. 1317
23

24

Wahbah al-Zuhaili,op.cit ,h.195

17


:

24

() .

Artinya :
Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Nabi SAW mengutus
Muaadz ke Yaman, lalu ia sebut hadis itu dan ada
disitu. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada
mereka zakat atau sedekah pada harta mereka, yang
diambil dari orang kaya dan diberikan kepada orang
fakir dikalangan mereka.(HR. Al-Bukhari muslim).
Zakat diambil dari kebutuhan pokok sedangkan diantara yang
paling pokok adalah pangan. Oleh karenanya nisab itu adalah
menjadi satu ukuran minimal bagi kategori kaya.
Imam Syafii berpendapat, biji-bijian yang berkulit,
misalnya pada dan gandum, nisabnya adalah sepuluh wasaq.
Karena dapat disimpan lama bersama kulitnya dan lebih
awet.25
Mazhab syafii berpendapat, nisab lima wasaq yaitu apabila
biji-bijian tersebut dari tanah dan Abu dan telah dibuang
24

25

Al-Bukhari, Sah ih al-Bukhari,op.cit ,h.195

25Ibid, h. 196

18

kulitnya jadi padi yang masih bercampur yang masih


bercampur dengan kerikil seperti tanah dan abu, tidak
diperhitungkan kecuali telah bersih dan mencapai Nisab. 26
Pendapat ini sejalan dengan pendapat al-nawawy kemudian
ia juga membagi kulit tumbuh-tumbuhan itu kepada tiga
macam :
1.) Kulit yang tidak menyimpan biji-bijian didalamnya, dan
tidak dimakan bersama-sama

kulitnya tidak dihitung

dalam nisab.
2.) Kulit yang menyimpan biji-bijian didalamnya, tapi tidak
dimakan besertanya, seperti beras , maka kulitnya masuk
kedalam nisab
3.) Kulit yang menyimpan bijan di dalamnya, tetapi tidak
dimakan besertanya, seperti beras, maka kulitnya tidak
termasuk kedalam nisab.27
2. Kadar Zakat Hasil Pertanian yang Wajib Zakat
Mengenai kadar zakat hasil pertanianini, para imam-iman
yang empat sepakat, bahwa kewajiban zakat pada tanaman
diairi tanpa biaya adalah 1/10 (10%)-nya, sedang yang diairi
dengan biaya adalah 1/20 (5%)-nya.28
26Abdurrahman Al-Jaziri ,op.cit ,h.151
27Hasbi Ash-Shiddieqy,op.cit ,h.120

28Syauqi Ismail syahlatih, Penempatan zakat dalam dubia modern, (Jakarta :


Pustaka Dian, 1987), cet. I ,h.274

19

Imam syafii mengatakan, bahwa perbedaan antara seper


sepuluh dan seperduapuluh adalah dikarenakan beratnya
pembiayaan bagi tanaman yang diairi dengan menggunkan
timba, sedang yang cukup dengan air hujan biayanya ringan.
Sementara itu juga para imam empat pun sepakat,
kalau tanaman itu diairi dengan mengeluarkan biaya selama
setengah tahun, sedang setengah tahunnya tanpa biaya,
maka zakatnya ialah 3/40 (7,5%).
Adapun kalau tanaman yang diairi dengan air hujan dan
timba, tetapi tidak jelas berapa kali masing-masingnya, maka
menurut fuqoha syafiI, itu terkena zakat 3/40 (7,5%)-nya,
berdasarkan hokum pertengahan.29 Namun ada pula yang
mengataka hanya terkena 1/20 (5%)-nya saja. Pendapat ini di
dasarkan pada qaidah fiqh :


Artinya :
Pada asalnya tidak ada tanggungan untuk member
tambahan
3. Waktu Pengeluaran Zakat Hasil Pertanian yang Wajib
Zakat
Waktu pengeluaran zakat tanaman menurut Imam syafii
yaitu ketika dipanen, sesudah dibersihkan dari kulitnya dan
lain-lain.30

29Ibid, h. 274
30Anshory Umar (terj), al-Fiqh al-Manhaj, (Damsyik : Dar al-Qalam, 1978), cet.
II ,h.74

20

Berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Al-AnNam Ayat


141

...............


............

Artinya :
Dan berilah haknya dihari mengetamnya (memuainya
atau memetiknya memetiknya).. . (Al-Annam : 141)

.......

Artinya :
Belanjakanlah sebagian yang baik-baik dari harta yang
kamu ushakan dan dari yang kami keluarkan untukmu
dari bumi...(Al-baqarah : 267)
Imam Syafii berpendapat waktu wajib zakat pada bijibijian,

ialah

sesudah

menjadi

keras.

Mazhab

Syafii

berpendapat; zakat harus dilakukan, begitu tampak bahwa


buah-buahan yang hendak dikeluarkan zakatnya itu baik,
karena ketika itulah buah menjadi sempurna, selain itu
tampak padat dan berisi, saat itu layak dimakan. 31 Dan juga
apabila warna kurma telah keliatan atu kulitnya mulai empuk
dan bisa dimakan, atau biji dan tanaman itu telah keras.32

BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan

31Ibid, h. 274
32Abdurrahman Al-Jaziri, op, cit ,h.151

21

Setelah menelusuri pandangan-pandangan Imam Abu Hanifah


dan Imam SyafiI, penulis sampai pada bebrapa kesimpulan
antara lain:
a. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa dalam masalah hasilhasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah
semua hasil ;tanaman yang dimaksud untuk mengekploitasi
dan memperoleh penghasilan dari penanamannya. Hanya
ada beberapa pengecualian terhadapa beberapa tanaman,
yaitu : tanaman kayu bakar, rerumputan, bamboo parsi,
pelapah kurma, tangkai pohon dan ganja. Tetapi tanaman
tersebut disengaja ditanam dan dirawat secara teratur maka
wajib mengeluarkan zakat 10% atau 5%.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa dalam zakat hasil
pertanian tidak disyaratkan adanya nisab.
Dalam masalah zakat sewaan Imam

Abu

Hanifah

berpendapat bahwa beban zakat ditanggung oleh pemilik


tanah (orang yang menyewakan). Karena beliau beranggapan
bahwa kewajiban zakat adalah kewajiban tanah bukan
kewajiban tanaman.
b. Imam SyafiI berpendapat bahwa hasil-hasil pertanian yang
wajib

dikeluarkan zakatnya

adalah setiap

makan yang

dijadikan bahan makanan pokok, dapat disimpan dan tahan


lama.
Dalam masalah nisab, Imam SyafiI mensyaratkan adanya
nisab.

22

Mengenai zakat tanah sewaan, Imam SyafiI berpendapat


bahwa kewajiban zakat dibebankan kepada pihak penyewa,
karena anggapan bahwa zakat adalah beban tanaman bukan
beban tanah.
c. Pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam SyafiI dalam masalah
kadar zakat hasil pertanian, sama-sama sepakat apabila
pemakai system tanpa irigasin zakatnya 10% dan untuk
system irigasi zakatnya 5%. Dan jika diairi dengan dua cara
pengairan silih berganti, kadarnya adalah 3/40 (7,5%). Dan
jika salah satu penyiraman itu ada yang lebih banyak maka
yang sedikit mengikuti yang banyak.
Dalam masalah pengeluaran zakat hasil pertanian, Imam Abu
Hanifah dan Imam Syafii sama-sama berpendapat pada saat
memanen dan dipetik buahnya

23

DAFTAR PUSTAKA

24

25

Anda mungkin juga menyukai