Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

February 23, 2009 by denovoidea


(sumber:http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-danpendidikan/)
PENDAHULUAN
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui
apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa
tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.
Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus
terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan
perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu
membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi
yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya
sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas
permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es
itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu
lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan
ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya
pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan
diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan

memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup


manusia.
PEMBAHASAN
<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->PENDIDIKAN
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a).
pendidikan, b). teori umum pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
Pengertian pertama, pendidikan pada umumnya yaitu mendidik yang dilakukan oleh
masyarkat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di muka
bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara
insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya.
Yang termasuk insting manusia antara lain sikaf melindungi anak, rasa cinta terhadap
anak, bayi menangis, kempuan menyusu air susu ibu dan merasakan kehangatan
dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan
perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan,
pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Mendidik
bermaksud membuat

manusia

menjadi

lebih sempurna,

membuat

manusia

meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah


membudayakan manusia.
Kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey pendidikan itu adalah
The general theory of education dan Philoshophy is the general theory of education,
dan dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filsafat
pendidikan sama dengan teri pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah
teori umum pendidikan.

Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif, inti
filsafat pragmatis yang mana berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti
filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna
hidup dan kehidupan manusia.
Ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan
yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan
dibentuk oleh sejumlah teori.
<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->FILSAFAT
Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu
sampai keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti
tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila
berarti tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang
sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat
ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi
yang bisa diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati
hanya sebagian kecil saja. Misalnya mengamati gunung es, hanya mampu melihat
yang di atas permukaan di laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai
kedasar gunung es itu untuk meraba sesuatu yang ada dipikiran dan renungan yang
kritis.
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu: metafisiska, epistemologi,
logika, dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
1). Metafisika adalah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang
terdapat dialam ini. Dalam kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan
menurut Callahan (1983) yaitu :

a. Manusia pada hakekatnya adalah spritual. Yang ada adalah jiwa tau roh, yang
lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jwa dari ikatan
semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasikan diri, pandangan ini dianut
oleh kaum Idealis, Scholastik, dan beberapa Realis.
b. Manusia adalah organisme materi.Pandangan ini dianut kaum Naturalis,
Materialis, Eksprementalis, Pragmatis, dan beberapa Realis. Pendidikan adalah
untuk hidup. Pendidikan berkewajiban membuat kehidupan menusia menjadi
menyenangkan.
2). Epistemologi adalah filfat yang membahas tentang pergaulan dan kebenaran,
dengan rincian masing-masing sebagai beikut :
a. ada lima sumber pengetahuan yaitu:
(1). Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedia, buku teks yang baik, rums dan
tabel.
(2). Comman sense yang ada pada adat dan tradisi
(3). Intuisi yang berkaitan dengan perasaan
(4). Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengelaman
(5).Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara
ilmiah.
b. ada empat teori kebenaran yaitu:
(1). Koheren, sesuatu akan benar bila ia konsesten dengan kebenaan umum.
(2). Koresponden, sesuatu akan benar bila ia dengan tepat dengan fakta yang
jelas.

(3). Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya memberi


manfaat bagi kehidupan.
(4). Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang
lengkap.
3). Logika adalah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar.
Dengan memahami filsafat logika diharapkan manusia bisa berpikir dan
mengemukakan penadapatnya secara tepat.
4). Etika adalah filsafat yang menguaraikan tentang perilaku manusia, Nilai dan norma
masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini.
Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan
untuk mengembangan perilaku manusia, anatara lain afeksi peserta didik.
Junjun (1981) membagi proses perkembangan ilmu menjadi dua bagian yang seling
berkaitan satu dengan yang lain. Tingkat proses perkembangan yang dimaksud adalah:
1). Tingkat empiris adalah ilmu yang baru ditemukan di lapangan. Ilmu yang masih
berdiri sendiri, baru sedikit bertautan dengan penemuan yang lain sejenis. Pada
tingkat ini wujud ilmu belum utuh, masing-masing sesuai dengan misi
penemuannya karena belum lengkap.
2). Tingkat penjelasan atau teoretis, adalah ilmu yang sudah mengembangkan suatu
struktur teoretis. Dengan struktur ini ilmu-ilmu emperis yang masih terpisah-pisah
itu dicari kaitannya satu dengan yang lain dan dijelaskan sifat kaitan itu. Dengan
cara ini struktur berusaha mengintergrasikan ilmu-ilmu empiris itu menjadi suatu
pola yang berarti.
Dari uraian di atas kita sudah berkenalan dengan ilmu empiris berupa simpulansimpulan penelitian dan konsep-konsep serta ilmu teoretis dalam bentuk teori-teori
atau grand theory-grand theory.

Pendidikan adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu
yang lain, pendidikan lahir dari induknya filsafat. Sejalandengan proses perkembangan
ilmu ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya
pendidikan bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri
dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup
manusia.
<!--[if !supportLists]-->C. <!--[endif]-->HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN
PENDIDIKAN
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika
formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip
menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan
pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa
yang disebut dengan filsafat pendidikan.
<!--[if !supportLists]-->D. <!--[endif]-->FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar-akarnya mengenai pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut
oleh bangsa-bangsa di dunia, namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga
pertanyaan pokok sebagai berikut:
1). Apakah pendidikan itu?
2). Apa yang hendak dicapai?
3). Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan itu?
Masing-masing pertanyaan ini dapat dirinci lebih lanjut. Berbagai pertanyaan yang
bertalian dengan apakah pendidikan itu, antara lain :
1). Bagaimana sifat pendidikan itu?
2). Apakah pendidikan itu merupakan sosialisasi?

3). Apakah pendidikan itu sebagai pengembangan individu?


4). Bagaimana mendefinisikan pendidikan itu ?
5). Apakah pendidikan itu berperan penting dalam membina perkembangan atau
mengarahkan perkembangan siswa?
6). Apakah perlu membedakan pendidikan teori dengan pendidikan praktek?
Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang hendak dicapai oleh
pendidikan, antara lain :
1). Beberapa proporsi pendidikan yang bersifat umum?
2). Beberapa proporsi pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing individu?
3). Apakah peserta didik diperbolehkan berkembang bebas?
4). Apakah perkembangan peserta didik diarahkan ke nilai tertentu?
5). Bagaimana sifat manusia?
6). Dapatkah manusia diperbaiki?
7). Apakah manusia itu sama atau unik?
8). Apakah ilmu dan teknologi satu-satunya kebenaran utama dalam era globalisasi?
9). Apakah tidak ada kebenaran lain yang dapat dianut pada perkembangan manusia?
Pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan cara terbaik merealiasi tujuan
pendidikan, anatara lain ?
1). Apakah pendidikan harus berpusat pada mata pelajaran atau peserta didik?
2). Apakah kurikulum ditentukan lebih dahulu atau berupa pilihan bebas?
3). Ataukah peserta didik menentukan kurikulumnya sendiri?
4). Apakah lembaga pendidikan permanen atau bersifat tentatif?
5). Apakah proses pendidikan berbaur pada masyarakat yang sedang berubah cepat?
6). Apakah diperlukan kondisi-kondisi tertentu dalam membina perkembangan anak?

7). Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam mendidik anak-anak?


8). Perkembangan apa saja yang diperlukan dalam proses pendidikan?
9). Apakah dperlukan nilai-nilai penuntun dalam proses pendidikan?
10). Bagaimana sebaiknya proses pendidikan itu, otoriter, primitif, atau
demokratis?
11). Belajar menekan prestasi atau terpusat pada pengembangan cara belajar dan
kepuasan akan hasil belajar?
Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut.
1). Menginspirasikan
2). Menganalisis
3). Mempreskriptifkan
4). Menginvestigasi
Maksud menginsparasikan adalah memberin insparasi kepada para pendidik untuk
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan,
filosof memaparkan idennya bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan
itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta
peran pendidik. Sudah tentu ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang
anak manusia, masyarakat atau lingkungan, dan negara.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah
memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas
validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara
utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan
demkian ide-ide yang komplek bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan
yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan dengan tepat.

Francis Bacon dalam bukunya The Advencement of Leraning mengemukakan tesis bahwa
kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur-unsur
valitditas yang bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, bila
pengetahuan itu berisikan dari salah satu konsep yang telah berlangsung selama
bertahun-tahun. Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik krisis atau analisis
untuk menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan. Melalui pengalaman secara
kritis dengan logika induktif akan dapat ditemukan konsep-konsep pendidikan.
Mempreskriptifkan dalam filsafat pendidikan adalah upaya mejelaskan atau memberi
pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa
hakekat manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik
yang patut dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang
bisa diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan
pendidik, arah pendidikan yang jelas , target-target pendidikan bila dipandang perlu,
perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minat anak-anak.
Johann Herbart dalam bukunya Scence of education menginginkan agar guru mempunyai
informasi yang dapat dihandalkan mengenai tujuan pendidikan yang dapat dicapai dan
proses belajar sebelum guru ini memasuki kelas. Pondasi pendidikan yang dikontruksi
di atas asumsi yang disangsikan kebenarannya atau di atas tradisi yang masih kabur
perlu segera diganti dengan informasi-informasi yang valid. Suatu informasi yang
direkonstruksi dari atau secara ilmiah.
Yang dimaksud menginvestigasi dalam filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau
meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil
begitu saja suatau konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan.
Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau
melalui penelitian-penelitian. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar
pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah
filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai pembanding,

untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan itu menjadi lebih
mantap.
John Dewey dalam bukunya Democracy and Education menyatakan bahwa pengelaman
adalah tes terakhir dari segala hal. Mereka memandang pengalaman sebagai panjipanji semua filsafat pendidikan yang mempunyai komitmen terhadap inquiry atau
penyelidik. Filosfo berfungsi memilih pengalaman-pengalaman yang cocok untuk
memanjukan efisiensi sosial. Filsafat pendidikan berusaha menafsirkan proses belajarmengajar menurut prosedur pengujian ilmiah dan kemudian memberi komentar
tentang nilai atau kemanfaatannya. Filsafat pendidikan mencari konsekuensi proses
belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa kelemahannya, dan bagaimana cara
mengatasi kelemahan itu
Para filosof, melalui filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru tentang
pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan
peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar gografis, sosologis, dan budaya
suatu bangsa. Dari sudut pandang keberadaan manusia akan menimbulkan aliran
Perennialis, Realis, Empiris, Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan dari sudut
geografis, sosiologis, dan budaya akan menimbulkan aliran Esensialis, Tradisionalis,
Progresivis, dan Rekontruksionis.
Berbagai aliran filafat pendidikan tersebut di atas, memberikan dampak terciptanya
konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan
mendukung filsafat pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat
pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas ebenaran
berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus
disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :
1). Esensialis
2). Perenialis

3). Progresivis
4). Rekonstruksionis
5). Eksistensialisi
Filsafat pendidikan Esesialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti
berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah
kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik
yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis
dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.
Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan
mempelajari kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit
itu, diyakini otak peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan
berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan
materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang
bagaimana cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses
belajar mengajar tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses
pendidikan meraka sama-sama tradisional.
Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan,
dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang
pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat
relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun
depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi
kehidupan manusia hari ini.
Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan
adalah mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir

yang baik. Hal ini bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang
dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak.
Untuk mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip
mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan
individual juga sangat mereka perhatikan dalam pendidikan.
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang
menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983).
Meraka bercita-cita mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua
bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang ektrim. Ini berupaya
merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata susunan
hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan
segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran
Progresivis.
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran
adala eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini
tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia
adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan komitmennya
sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu,
memberikesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan
pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen
diri sendiri. Materi pelajaran harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan
melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang
dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta
didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual
mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar langsung.
PENUTUP

Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran


ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja. Filsafat menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau
mewarnai semua aktivitas warga negara dari suatu bangsa.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensipotensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada
didalam lingkungan masyarakat dan lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki,
merenungi tentang gejala-gejalan perbuatan mendidik.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika
formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip
menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan
pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa
yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya
filsafat Pendidikan tidak bolah bertentangan dengan filsafat.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan bercorak
Indonesia, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai