11. Compressor
12. Spray gun
13. Clear
14. Jangka sorong
15. Baju las (apron)
16. Sarung tangan las
17. Kaca mata alas.
18. Masker
19. Topi
c. Ujung- ujung dari pipa dipotong dengan bentuk tertentu ( dibuat coakan) untuk
selanjutnya disatukan atau disambung dengan proses las
d. Pipa yang telah dipotong kemudian dibengkokkan dengan proses cold drawing
menggunakan mesin roll bending pipe yang telah dipasang dies sesuai dengan
ukuran pipa yang akan dibentuk.
e. Kemudian pipa yang telah dibengkokkan ini di ukur dengan kembali untuk
memastikan kepresisian hasil pembengkokan pipa.
2. Proses pengelasan
Proses pengelasan yang banyak digunakan sekarang oleh pabrikan sepeda adalah Las
GTAW (gas tungsten arc welding) atau yang lebih dikenal dengan Las TIG. Skema
pemasangan las TIG.
Pada proses penyambungan potongan potongan rangka pipa, potongan pipa ini
dicekam pada jig dan fixtures sedemikian rupa sesuai bentuk rangka sepeda yang
diinginkan. Diposisikan dengan presisi dan dicekam dengan kuata untuk meinimalkan
deformasi selama proses pengelasan.
4. Pengelasan
a. Masukkan kawat pengisi ke ujung depan logam cair
b. Majukan kawat setelah pencairan logam dengan penjang yang optimal
c. Ulangi pengelasan sepanjang garis las.
d. Pemakanan kawat pengisi pada 10 15 derajat terhadap benda kerja.
Gambar 8 Posisi kawat las dan torch las pada proses las TIG
Gambar 9 Proses aligning rangka sepeda gayung yang diletakakan pada jig dan fixture
6. Finisning
Setelah permukaan dari rangka halus dan bersih, proses elanjutnya adalah pengecetan
rangka. Proses pengecetan diawali dengan pelapisan undercoat dan kemudian dicat
dengan warna yang diinginkan. Proses pengecetan ini dapat dilakukan dengan handspray atau dengan melewatkan rangka sepeda melaui ruangan automatic electrostatic
spraying. Terakhir dilakukan transfers dan laquer unutk mengkilapkan hasil finishing.
c. Uji penetran
Untuk pengujian ini digunakan cairan berdaya penetrasi tinggi terhadap
specimen. Cairan tersebut menmbus celah-celah kecil atau daerah-daerah
kerusakan serupa yang terbuka terhadap permukaan specimen, karena adanya daya
kapiler. Biasanya pengujian ini menggunakan bahan celup kering sebagai zat
penetran, walaupun zat penetran floresan bias digunakan sebagau gantinya. Zat
penetran floresan mengandung unsur floresen, yang memancarkan cahaya floresen
berwarna hijau muda apabila disinari dengan sinar ultraviolet. Table dibawah
memperlihatkan urutan proses uji zat penetran.
Gambar 12 urutan proses uji oenetran
d. Uji electromagnet
Seperti terlihat pada gambar apabila koil yang dialiri arus listrik AC didekatkan
ke specimen non magnetic, maka akan dihasilkan medan magnet, termasuk putaran
arus listrik di dalam specimen. Putaran arus listrik itu menghasilkan medan magnet
baru yang arahnya berlawanan denga arah medan magnet yang pertama. Sebagai
akibatnya, tegangan listrik AC baru terinduksi ke dalam koil. Pada saat ini, jika
terdapat kerusakan pada specimen itu didekat permukaan, maka putaran arus listrik
itu akan berubah besaran dan arahnya, yang menyebabkan induksi tegangan listrik
pada koil akan berubah. Pengujian terhadap putaran arus listrik akan menentukan
lokasi kerusakan dengan mendeteksi perubahan pada induksi tegangan listrik
tersebut. Metode pengujian ini dapat diterapkan pada metrial konduktif nonmagnetik.
b. Uji radiografi
Dengan metode pengujian ini, kerusakan tiga dimensi pada suatu pada suatu
specimen misalnya lubang cacing dan pemasukan terak dapat divisualisasikan
seperti rongga rongga kecil. Selembar film sinar x diletakkan dibagian belakang
specimen. Jumlah radiasi yang dipancarkan dan sampai ke titik A dan B pada sisi
lain specimen yang berasal dari sumber radiasi pasti berbeda, karena daerah yang
mengalami kerusakan memancarkan radiasi lebih banyak daripada daerah lainnya.
Meningkatnya radiasi yang terpancar menyebabkan meningkatnya kepadatan pada
film itu, yang tampak seperti bercak hitam ketika film itu dicuci. Uji radiografi
dapat diklasifikasikan berdasarkan metode pendeteksian radiasi yang digunakan
yaitu radiografi langsung, radiografi tidak langsung, dan fluroskopi.
mekanik meliputi kekuatan Tarik, kekuatan luluh, kekerasan, elongasi, batas leleh,
dumping capacity, kekuatan lentur dan flexural dan sebagainya. Sifat teknologi meliputi
sifat teknologi meliputi sifat mampu bentuk, mampu las, mampu Tarik, mampu tempa, dan
sebagainya. Sedangkan sifat kimia menunjukkan perilaku logam terhadap lingkungannya
seperti ketahanan korosi.
3.1 Pengujian Tarik Hasil Lasan
Prinsip pengujian adalah dengan memberi gaya satu arah atau uniaxial pada sampel
uji yang memiliki bentuk dan dimensi tertentu pengujian dilakukan dengan
menggunakan mesin Tarik. Sampel Tarik dengan menggunakan mesin Tarik. Sampel
ditarik dengan gaya yang membesar secara kontinu. Akan terjadi perpanjangan bahan
logam pada setiap penambahan gaya yang diberikan. Uji dilkukan sampai sampel putus.
Data gaya dan pertambahan panjang diplot dalam grafik. Dari pengujian Tarik akan
diperoleh data data seperti: kuat Tarik, kuat luluh, dan elongasi (perpajangan). Kurva
tegangan regangan dibuat dengan memplot data tegangan dan regangan dari hasil
perhitungan data pengujian. Tegangan ditungan berdasarkan persamaan berikut. Untuk
perhitungan tegangan teknik
=
(1 0)
100%
0
=
100%
0
10
= 2/(3.14 ( (2 2 )2 )
Dimana : BHN adalah bilangan kekerasan brinell
F adalah beban, gaya tekan dalam kg
D adalah diameter indentor bola dalam mm
Di adalah diameter jejak indentasi dalam mm
b. Metode pengujian kekerasan Vickers
Pengujian kekerasan metode Vickers menggunakan indentor dengan sudut
piramida sebesr 136 derajat, aplikasi dari metode ini sangat luas mulai untuk logam
yang memiliki niali Vickers rendah %HV pada logam yang lunak samapi logam
dengan nilai Vickers tinggi sekitar 1500 HV pada logam yang sangat keras. Beban
yang digunakan sangat bervariasi mulai dari 1 kgf sampai 120 kgf, untuk uji
kekersan makro dan 15-1000 gram untuk uji kekerasan makro.waktu yang
digunakan untuk pembebanan indentasi biasanya adalah selama 30 detik. Bilangan
kekerasan Vickers (HV) dihitung dengan formula :
= 1.854 2
11
Para peneliti perpatahan getas logam telah menggunakan bebagai bentuk benda uji
untuk pengujian impak bertakik. Secara umum benda uji dikelompokkan ke dalam dua
golongan standar. Dikenal ada dua metoda percobaan impak, yaitu;
12
1.
Metoda Charpy
Batang impak biasa, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda uji
Charpy mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10 x 10 mm) dan
mengandung takik V-45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm.
Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak
bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16
ft/detik). Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi,
kia-kira 103 detik.
2.
Metoda Izod
Dengan batang impak kontiveler. Benda uji Izod lazim digunakan di Inggris,
namun saat ini jarang digunakan. Benda uji Izod mempunyai penampang lintang
bujursangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang dijepit.
Perpatahan impak
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan digolongkan menjadi 3 yaitu
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme
pergeseran bidang bidang Kristal di dalam bahan logam yang ulet.
Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple yang
menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular/ kristalin, yang dihasilkan oleh meknisme pembelahan
pada butir butir dari bahan yang rapuh. Ditandai dengan permukaan
patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang
tinggi.
3. Perpatahan campuran merupakan kombinasi dari perpatahan berserat dan
patahan granular.
3.4 Uji lengkung
Uji lengkung dilaksanakan untuk memriksa pipa saluran dan keutuhan mekanik dari
material las. Pada pengujian ini sebuah specimen dilengkungkan sampai radiun
tertentu, kemudian diperiksa keretakan dan kerusakannya. Uji lengkung dapat
digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji lengkung bawah dan uji lengkung sisi
sesuai dengan arah pemberian tekanan pada specimen.
13
14