Salah satu masalah lingkungan yang menarik untuk ditelaah adalah masalah lingkungan di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. TPA di kecamatan Bantar
Gebang merupakan salah satu TPA terbesar di Indonesia dengan rata-rata sampah 6.500 ton/ hari
dari seluruh Jakarta. TPA seluas 108 hektar ini dimanfaatkan oleh Pemkot Jakarta dan Pemkot
Bekasi. Jumlah yang sangat besar ini membawa beberapa kerugian dan masalah lingkungan,yang
salah satunya merupakan pencemaran tanah.
Masalah dari sampah yang dapat menyebabkan pencemaran tanah adalah adanya air lindi.
TPA Bantar Gebang adalah TPA yang menggunakan sistem landfill, namun pada kenyataannya
TPA Bantar Gebang cenderung terlihat menggunakan sistem open dumping karena tidak
memenuhi kriteria TPA landfill. Sampah dari open dumping lah yang akan menghasilkan air lindi.
Air lindi adalah cairan hasil dekomposisi yang keluar dari urugan atau timbunan sampah yang
bercampur air hujan. Air ini berasal dari hasil degradasi sampah. Air lindi umumnya bersifat toksik
karena mengandung mikroorganisme dalam jumlah tinggi, mengandung logam berat yang
berbahaya jika terpapar ke lingkungan, dan lain-lain. Selain itu tingkat kemampuan degradasi air
lindi di alam rendah, hal ini ditandai dengan rendahnya nilai rasio BOD/COD.
Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit,
jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi
pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organic (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat
dan Galat) dan anirganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat, Fenol, Nitrogen
dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air
lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi daripada konsentrasi dalam air tanah,
Pencemaran air tanah (groundwater) oleh air lindi menjadi ancaman yang serius bagi
masyarakat. Penduduk Bantar Gebang, Bekasi merasa terancam kehidupannya dengan adanya
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang dikirim dari DKI Jakarta. Beberapa penduduk di
sekitar TPA mengeluhkan bahwa air sumurnya agak bau dan tidak lagi terasa segar. limbah air
lindi diduga telah mencemari air tanah bawah permukaan hingga radius ratusan meter dari lokasi
TPA. Penyebaran air limbah ini bisa terjadi melalui proses osmosis, mekanisme kapilaritas dan
proses elektrokinetik.
Persoalannya karena pengolahan air lindi sampah di TPA Bantar Gebang sampai saat ini
tak pernah beres sehingga mencemari tanah dan merembes ke sumur-sumur warga. Menurut
pengelola TPA, pencemaran air lindi hingga mencemari air sumur warga itu memang kenyataan
yang diakibatkan ada kebocoran dari saluran air lindi. Kondisi itu disebabkan ada instalasi
pengolahan air sampah yang tidak berfungsi karena kebocoran saluran air lindi yang melewati inlet
atau sumur isap.
Pengaruh pencemaran lindi terhadap lingkungan disekitar TPA antara lain dapat
berpengaruh pada perubahan sifat fisik air, suhu air, rasa, bau dan kekeruhan. Suhu limbah yang
berasal dari lindi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air yang tidak tercemar lindi. Hal
ini dapat mempercepat reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan oksigen dalam air,
mempercepat pengaruh rasa dan bau.
Terkontaminasinya sumber air tanah dangkal oleh zat-zat kimia yang terkandung dalam
lindi seperti misalnya nitrit, nitrat, ammonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida,
sulfat, BOD, COD, pH yang konsentrasinya sangat tinggi akan menyebabkan terganggunya
kehidupan makhluk hidup disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah permukaan
yang diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan penduduk terutama bagi penduduk
yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin banyak volumenya akan
merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan menyebabkan terkontaminasinya air bawah
permukaan yang pada akhirnya akan menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang
dimaanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air minum.
Mekanisme masuknya air lindi masuk ke lapisan air tanah, terutama air tanah dangkal
(sumur) melalui proses sebagai berikut :
Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai open dumping, yaitu kira-kira
berjarak 2 meter di bawah permukaan tanah.
Secara khusus, bila air lindi masuk dengan cara infiltrasi di tanah, segera permukaan tanah
dijenuhi air.
Akibat adanya faktor seperti air hujan, mempercepat air lindi masuk ke lapisan tanah yaitu
zona aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah.
Lalu akibat banyaknya air lindi yang terbentuk menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air
tanah dangkal atau lapisan air tanah jenuh.
Dan di lapisan tanah jenuh tersebut, air yang terkumpul bercampur dengan air lindi dimana di
air tanah dangkal ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Gerakan air lindi ke dalam tanah mengikuti gerakan air tanah, yang merupakan gerakan air
dari tanah melalui evaporasi dan atau drainase ( dari tanah basah ke tanah kering) dan dari tanah
ke dalam akar-akar tanaman. Gerakan air lindi dalam tanah terjadi seperti suatu cairan mengalir di
dalam tanah-tanah jenuh air. Pada semua kasus gerakan air dikendalikan oleh laju aliran air yang
diketahui sebagai konduktivitas hidrolik tanah dan juga oleh gaya-gaya yang mengendalikannya.
Di TPA Bantar Gebang sendiri sebenarnya sudah memiliki IPAS (Instalasi Pengolahan Air
Sampah). Ada beberapa bagian di IPAS, antara lain :
Kolam Equalisasi
Kolam Fakultatif
Kolam Aerob
Bak Pengandap
Polishing Pond
Kolam Lumpur
Hasil akhir dari IPAS bukan merupakan air jernih. Air tetap akan berwarna hitam, hanya saja
kandungannya sudah tidak berbahaya lagi dan sudah memenuhi baku mutu air.
Gambar 3. Kolam pengolahan air lindi pada IPAS TPA Bantar Gebang
Dalam peraturan di pasal 49 ayat 2 terdapat beberapa faktor yang bisa mengurangi kadar
pencemaran air lindi. Yaitu proses operasional TPA, curah hujan, dimensi instalasi pengolah lindi
(IPL), waktu detensi, dan kedalaman kolam pengolahan. Pada kasus di TPA Bantar Gebang,
barangkali bisa dilakukan solusi untuk menambah kedalaman kolam pengolahan. Selain itu solusi
lain yang lebih konkret dan lebih mudah dikerjakan adalah proses penimbunan sampah harus diberi
alas karpet agar air lindi tidak mengganggu air tanah yang dipakai oleh masyarakat. Dari beberapa
solusi tadi, yang terpenting adalah kemauan dan komitmen masyarakat terutama pengelola TPA
Bantar Gebang. Solusi-solusi yang ada tidak akan bermanfaat tanpa adanya komitmen. Maka dari
itu barangkali perlu adanya iming-iming keuntungan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan
bersedia untuk mengelola TPA tersebut.
Nama
NIM
: 15313010
Kelas
: K-01