TRANSFUSI DARAH
PEMBIMBING:
OLEH:
Fathia Rachmatina
030.08.099
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan penyusunan referat ini yang berjudul Transfusi Darah. Referat
ini saya susun untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi RSU AL
MINTOHARDJO.
Saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Firdaus
sp.An yang telah membimbing dan membantu saya dalam melaksanakan kepaniteraan dan
dalam menyusun referat ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format referat ini.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran saya terima dengan tangan terbuka.
Akhir kata saya berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua pihak
yang ingin mengetahui sedikit banyak tentang Transfusi Darah.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Transfusi darah adalah suatu tindakan yang sering dilakukan baik dalam bidang
pembedahan maupun non pembedahan. Dalam bidang pembedahan, tindakan transfusi bisa
dilakukan pada periode pra bedah, pada saat pembedahan, dan pasca pembedahan. Sedangkan
pada kasus non bedah, bisa dilakukan setiap saat tergantung indikasi. . Transfusi darah
diperlukan saat tubuh kehilangan banyak darah, misalnya pada kecelakaan, trauma atau
operasi pembedahan yang besar, penyakit yang menyebabkan terjadinya perdarahan misal
maag khronis dan berdarah, juga penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam
jumlah besar, misal anemia hemolitik atau trombositopenia. Orang yang menderita hemofilia
atau penyakit sel sabit mungkin memerlukan transfusi darah sering.
Pemikiran dasar pada transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau
disegarkan dengan cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Pada tahun 1901,
Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian system antigen Rh
(rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua system ini menjadi dasar
penting bagi transfusi darah modern. Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem pengorganisasian
bank darah yang terus berkembang sampai kini.
Masalah utama transfusi darah yang saat ini masih ada adalah kecelakaan akibat
ketidakcocokan golongan darah. Meskipun angka kejadiannya boleh dikatakan sangat kecil
namun inkompabilitas transfusi darah ini beresiko menyebabkan penderita mengalami reaksi
yang sangat serius dan mengancam nyawa. Beberapa penderita mendonorkan darahnya
beberapa minggu sebelum dioperasi. Jika dalam operasi dibutuhkan darah maka dia dapat
menggunakan darahnya sendiri sehingga reaksi transfusi dapat dikurangi.
Namun tranfusi bukanlah tanpa resiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk
memperlancar tindakan tranfusi, namun efek samping reaksi tranfusi atau infeksi akibat
tranfusi tetap mungkin terjadi. Maka bila diingat dan dipahami mengenai keamanannya,
indikasinya perlu diperketat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata
hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah dimasukkan
sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam system kardiovaskular, tersusun dari
(1)komponen korpuskuler atau seluler, (2)komponen cairan. Komponen korpuskuler yaitu
materi biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik, terdiri dari sel darah merah, sel darah
putih dan keping trombosit, yang kesemuanya dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup
dalam sumsum tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati
jika masa hidupnya berakhir. Agar fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara berkala
pada waktu- waktu tertentu, ketiga butiran darah tersebut akan diganti, diperbaharui dengan
sel sejenis yang baru. Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50
volume % organ darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya
terdiri dari protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya adalah
albumin, berbagai fraksi globulin serta protein untuk factor pembekuan dan untuk fibrinolisis.
(2,3)
dilakukan oleh leukosit (granulosit dan limfosit) serta protein plasma khusus
(immunoglobulin).(2,3)
3. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis) sebagai
upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh
darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika terjadi
aktifitas homeostasis yang berlebihan.(2,3)
2.3 Golongan Darah
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada
atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran
sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima
darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan
golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah ABpositif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
Tabel 1. Daftar Golongan Darah
Golongan
Antigen di RBC
Antigen A
Anti-B
A, O
Antigen B
Anti-A
B, O
AB
Antigen A & B
Tidak ada
A, B, AB, O
Tidak ada
Anti- A & B
Sistem Rh
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki
faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor
Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis
penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+
adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih
dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan
resipiennya Rh- dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah
usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
Reaksi Transfusi
inkompatibilitas ABO. Antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen
dari transfusi (asing), mengaktifkan komplemen, dan mengakibatkan hemolisis intravaskular.
Sel darah merah pasien diuji dengan serum yang dikenal mempunyai antibody melawan A
dan B untuk menentukan jenis darah. Oleh karena prevalensi secara umum antibodi ABO
alami, konfirmasi jenis darah kemudian dibuat dengan menguji serum pasien melawan sel
darah merah dengan antigen yang dikenal.
Sel darah merah pasien juga diuji dengan antibody anti-D untuk menentukan Rh. Jika
hasilnya adalah Rh-Negative, adanya antibodi anti-D d dapat diuji dengan mencampur serum
pasien dengan sel darah merah Rh (+). Kemungkinan berkembangnya antibodi anti-D setelah
paparan pertama pada antigen Rh adalah 50-70%.
2.5 Definisi dan tujuan tranfusi darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari donor ke
sistem sirkulasi penerima melalui pembuluh darah vena.(1) Berdasarkan sumber darah atau
komponen darah, transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1
orang lain;
Autologoustransfusion, yaitu transfusi dengan menggunakan darah resipien itu
sendiri yang diambil sebelum transfusi dilakukan.
Volume Darah
Premature neonatus
95 ml/kg
Fullterm
85 ml/kg
Infants
80 ml/kg
Adult Men
75 ml/kg
Adult Women
65 ml/kg
Tabel 4: Average Blood Volume
termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya
sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi
silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan
penyakit relatif banyak.
b) Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan < 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor
pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar
kalium, amonia,dan asam laktat.
c) Darah Simpan
Darah yang disimpan antara 6-35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap
saat, bahaya penularan Lues dan Citomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah
faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi
oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen
yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh
penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
Darah donor sebelum disimpan untuk diberikan pada resipien harus dibebaskan
dari pelbagai macam penyakit yang mungkin dapat menulari resipien seperti hepatitis
B atau C, sifilis, malarian, HIV-1 atau HIV-2 virus human T-cell lymphotropic (HTLV1 dan HTLV-2). Darah simpan supaya awet dan tidak membeku perlu disimpan dalam
suatu tempat dengan suhu sekitar 1oC-6oC diberi pengawet. Umumnya digunakan
pengawet campuran sitrat untuk mengikat kalsium supaya tidak terjadi pembekuan,
fosfat sebagai penyangga (buffer), dekstrosa sebagai sumber energi sel darah merah,
dan adenin membantu resintesis adenosintrifosfat dan menjaga supaya 2,3 DPG tidak
cepat rusak. Campuran ini dikenal dengan sebutan pengawet ACD (acid citrate
dextrose), CPD (citrate phospate dextrose) dan CPDA (citrate phospate dextrose
adenine). Ketiga pengawet tersebut yang paling sering digunakan untuk kepentingan
klinik, terutama CPDA-1. Pengawet jenis lain ialah AS-1 Adsol, AS-2 Nutrice, SAGM
dan heparin. (3)
Darah lengkap (whole blood) biasanya disediakan hanya untuk transfusi pada
perdarahan masif. Satu unit darah lengkap (450-540 ml) mengandung pengawet 60 ml
CPDA-1 atau CP2D dengan kadar hematrokit 30-40% dapat menaikkan kadar Hb
resipien 1 gr%. Bank darah modern jarang menyediakan darah lengkap, tetapi
menyediakan komponen darah seperti eritrosit dimampatkankan (red blood cell
concentrate, packed red cells, packed cells), plasma, dan faktor pembekuan, misalnya
Unit Transfusi Darah Daerah PMI DKI Jakarta menyediakan darah dengan pengawet
CPDA-1. (3)
Tabel 3: Macam pengawet darah dan perubahan dalam penyimpanan
Pengawet
Usia Eritrosit
ACD
CPD
CPDA
Heparin
21 hari
28 hari
35 hari
24 jam
pH
2,3 DPG
K+
>>
>
>
Zat Pembeku
>
>>
>>
Darah
Segar
<6 jam
< 24 jam
<48 jam
Packed Red Cell (PRC) berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama
penyimpanan, atau dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari plasma
dibuang. Satu unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar
hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml.
Mempunyai daya pembawa oksigen dua kali lebih besar dari satu unit darah lengkap. Waktu
penyimpanan sama dengan darah lengkap. (6)
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak disertai
penurunan
volume
darah,
misalnya
pasien
dengan
anemia
hemolitik,
anemia
hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal
ginjal kronis, dan perdarahan- perdarahan kronis yang ada tanda oksigen need (rasa sesak,
mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigenneed
hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl. (6)
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit
dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.(6)
Keuntungan transfusi PRC dibanding darah lengkap: (6)
1. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal
2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.
3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.
4. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.
5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat menjadi komponenkomponen yang lain.
Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit yang tertinggal
sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu timbulnya pembentukan antibodi
terhadap darah donor. Untuk mengurangi efek samping komponen non eritrosit maka dibuat
PRC yang dicuci (washed PRC). Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline
sebanyak tiga kali untuk menghilangkan antibodi. Washed PRC hanya dapat disimpan selama 4
jam pada suhu 4oC, karena itu harus segera diberikan.
2.7.3 Plasma
Ada beberapa macam plasma. PBS (plasma beku segar/ fresh frozen plasma)
didapatkan dari sentrifugasi darah donor yang cepat dibekukan sampai -20 oC. Faktor
pembekuan terpelihara baik, tetapi relatif terlalu encer. PBS dipakai sebagai sumber albumin
dan tidak bebas sama sekali dari kemungkinan pencemaran virus hepatitis. PBS biasanya
dipakai pada terapi defisiensi koagulasi multipel seperti penyakit hati, pemulihan warfarin
dan KIT.(8)
Transfusi darah simpan dalam jumlah besar, biasanya menyebabkan defisiensi faktor
koagulasi. Oleh karena itu pada pemberian 4-6 unit darah simpan hendaknya diberikan 1 unit
PBS. (8)
Pada plasma biasa, satu unit biasa berisi 200 ml diperoleh dari mengendapkan darah
lengkap selama 72 jam. Semua faktor pembekuan ada kecuali faktor V dan faktor VIII.
2.7.4 Trombosit
Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran dengan waktu tertentu,
sehingga akhirnya didapat konsentrat platelet yang volumenya 25-40 ml/unit yang berisi
minimal 5,51010 platelet dan beberapa sel darah merah yang tercampur di dalamnya bersama
plasma untuk mempertahankan pH di atas 6 selama waktu penyimpanan. Dengan satu unit
konsentrat platelet biasanya akan menaikkan jumlah platelet sebesar 9.000-11.000 /m3 luas
badan. Sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat dibutuhkan sampai 8-10 unit.
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan
oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan
pembentukan thrombocyte antibody pada penderita.(9)
Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan
perdarahan
karena
hemonetic 30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan pemutaran terus-menerus,
memisahkan dan mengumpulkan buffy coat yang banyak mengandung granulosit limfosit dan
platelet kemudian dicampur dengan larutan sitrat sebagai antikoagulan yang akhirnya
dilarutkan dalam plasma.(6)
Indikasi :
1. Penderita neutropenia dengan febris yang tinggi yang gagal dengan antibiotik
2. Anemia aplastik dengan lekosit kurang dari 2000/ml
3. Penyakit-penyakit keganasan lainnya.
Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit, masih belum pasti.
Umumnya
para
klinisi
menganjurkan
pemberian
transfusi
granulosit
pada
penderitaneutropenia dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang
adekuatlebih dari 48 jam. Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan
suhubadan penderita terjadi pada 1-2 jam setelah transfusi.
autologous
sintesis
prostaglandin
dan
pelepasan
serotonin
dalam
hipotalamus. Dapat pula terjadi demam akibat peranan sitokin (IL-1b dan IL6). Umumnya reaksi demam tergolong ringan dan akan hilang dengan
sendirinya.
b. Reaksi alergi
Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul,
yang tidak disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus
menghentikan transfusi. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan
terlarut di dalam plasma donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di
permukaan sel-sel mast dan eosinofil, dan menyebabkan pelepasan histamin.
Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi mengakibatkan rasa tidak nyaman dan
menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga dapat menunda transfusi.
Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.
c. Reaksi anafilaktik
Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul
pada pasien dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA
dengan titer tinggi. Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit
setelah transfusi dimulai. Aktivasi komplemen dan mediator kimia lainnya
meningkatkan permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada
saluran napas yang dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik
biasanya adalah angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat
pernapasan, hipotensi, dan renjatan.
Penatalaksanaannya adalah :
(1) menghentikan transfusi dengan segera,
(2) tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaoid,
(3) berikan antihistamin dan epinefrin.
adalah
malaria,
toxoplasmosis,
HTLV-1,
mononucleosis
vasokonstriktor, inotropik
Berikan oksigen 100%
Diuretika manitol 50mg atau furosemide (Lasix) 10-20mg
Antihistamin
Steroid dosis tinggi
Jika perlu exchange transfusion
Periksa analisa gas dan pH darah
BAB III
KESIMPULAN
Transfusi darah merupakan pemberian infuse seluruh darah atau suatu komponen darah
dari suatu individu (donor) ke individu lain (resipien). Sistem golongan darah yang diperiksa
dalam pelaksanaan transfuse darah secara rutin adalah system ABO dan Rhesus. Berbagai
macam komponen darah yaitu darah lengkap, PRC, trombosit, dan Granulosit.
DAFTAR PUSTAKA