NORMAL
PEGI KARINDA PRAMADITA
PERSALINAN / PARTUS
Partus normal
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat /
pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu
maupun bayi (kecuali episiotomi.
Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan
tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi,
cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan
sebagainya, atau lahir per abdominam dengan
sectio cesarea.
HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos
dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri,
awal gelombang tersebut didapat dari 'pacemaker'
yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam
keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris
yaitu daerah kanalis servikalis jalan lahir) yang
membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali 110
menit. Reflek mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah
janin (pada persalinan normal yaitu kepala)
yang menekan anus dan rektum.Tambahan
tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi
otot-otot dinding abdomen dan diafragma,
berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi
kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan
dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan akfif (manual aid).
PERSALINAN KALA 1 :
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his
: kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,
disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah
lengkap . Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala 1.
Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm,
berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap
(+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif
Fase aktif terbagi atas :
fase akselerasi (sekitar 2 jam),
pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam),
pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
fase deselerasi (sekitar 2 jam),
pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10
cm).
PERSALINAN KALA 2:
Dimulai pada saat pembukaan serviks
telah lengkap sampai pada saat bayi telah
lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih
lama, sangat kuat. Selaput ketuban
mungkin juga baru pecah spontan pada
awal kala 2.
KALA 3:
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap.
sampai dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta: lepasnya plasenta dari
insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
KALA 4:
Sampai dengan 2 jam postpartum, dilakukan observasi.
Yang harus diperhatikan pada kala 4:
1.Kontraksi uterus harus baik,
2.Tidak ada perdarahan pervagina
3.Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir
lengkap,
4.Kandung kencing harus kosong,
5.Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma,
6.Resume keadaan umum bayi, dan
7. Resume keadaan umum ibu.
EPISIOTOMI
Adalah pemisahan jaringan
perineum yang bertujuan
mencegah kerusakan yang lebih
berat pada jaringan lunak akibat
daya regang yang melebihi
kapasitas elastisitas jaringan
tersebut
Indikasi Episiotomi
Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin
harus diselesaikan dengan bantuan alat
(ekstraksi cunam atau vakum)
Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan
sungsang)
Adanya perut yang menghambat proses
pengeluaran bayi
Jaringan parut pd perineum/ vagina yg
memperlambat kemajuan persalinan
Perineum kaku
Amniotomi
Indikasi amniotomi
jika ketuban belum pecah dan serviks
telah membuka sepenuhnya
Akselerasi persalinan
Persalinan pervaginam menggunakan
instrumen
Amniotomi
Teknik Amniotomi
Teknik Amniotomi
Anamnesis
Pemeriksaan genitalia
Inspeksi dan palpasi
PEMERIKSAAN BIMANUAL
Satu tangan (kiri)
memegang dinding
abdomen bawah,
sedangkan satu atau
dua jari tangan
lainnya (kanan)
berada dalam vagina
Vaginal toucher (VT)
pada umumnya
dilakukan
Pemeriksaan
Bimanual
Pemeriksaan Rektovaginal
1 jari telunjuk didalam
vagina dan 1 jari
tengah di dalam
rectum , diperiksa
Septum recto-vaginal :
soepel/kaku, jaringan
parut, indurasi
benjolan , peyebaran
dari carcinoma
Cavum douglas :
tumor , penilaian
corpus uetri /
adnexa/parametrium
PAP SMEAR
Tes yang menggunakan materi seluler
dari serviks dengan mengumpulkan
sel-sel langsung dari zona transformasi
(T Zone) menggunakan spatula ayre.
Manfaat:
Diagnosis kelainan prakanker
Diagnosis keganasan (deteksi dini)
Diagnosis keradangan dan penyebab
Indikasi
Persiapan pasien:
Pemeriksaan 2 minggu setelah HPHT
48 jam sebelumnya tidak memakai obat
vaginal/KB vaginal
Malam sebelumnya tidak coitus
6 minggu post partum/post op/post radiasi
Persiapan alat
PAP SMEAR
Pasien posisi litotomi,
bersihkan vulva
Pasang spekulum hingga
tampak jelas serviks
Masukkan spatula ayre ke
dalam vagina, ujung
terpanjang ke kanalis
servikalis
Putar 360 searah jarum jam
Sediaan yang didapat
dioleskan ke kaca objek
Celupkan kaca objek
kedalam larutan alkohol
95% selama 10 menit
Sampel dikirim ke lab
patologi anatomi
Interpretasi hasil
Klasifikasi Papanicolaou membagi
hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas,
yaitu:
Kelas I : tidak ada sel abnormal
Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik,
namun tidak ada indikasi adanya
keganasan
Kelas III
: gambaran sitologi yang
dicurigai keganasan, displasia ringan
sampai sedang
Kelas IV
: gambaran sitologi dijumpai
displasia berat
Kelas V : keganasan
Tujuan:
Deteksi dini/skrining kanker serviks
Indikasi
Wanita yang pernah melakukan hubungan
seksual
Memiliki banyak pasangan seksual
Riwayat mengalami infeksi menular seksual
Riwayat keluarga dengan kanker serviks
Hasil pap smear sebelumnya tidak normal
Wanita perokok
Syarat
Alat
Langkah kerja
Pasien posisi litotomi, hidupkan lampu
Inspeksi vagina
Bersihkan genitalia eksterna
Pasang spekulum cocor bebek
Bila terdapat banyak cairan di leher rahim,
bersihkan dengan kapas steril
Basahi permukaan serviks dengan asam
asetat 3-5% menggunakan lidi kapas,
tunggu 1-2 menit
Lihat perubahan pada serviks dengan mata
telanjang
Tes IVA negatif: tidak terdapat berca putih
Tes IVA positif: terdapat bercak putih