Anda di halaman 1dari 59

PROSES PERSALINAN

NORMAL
PEGI KARINDA PRAMADITA

PERSALINAN / PARTUS

Partus normal
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat /
pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu
maupun bayi (kecuali episiotomi.
Partus abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan
tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi,
cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan
sebagainya, atau lahir per abdominam dengan
sectio cesarea.

SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN


1. Penurunan fungsi plasenta : kadar
progesteron dan estrogen menurun mendadak,
nutrisi janin dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus
Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh
hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal
maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan akfifitas kortison,
prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus
rangsangan untuk proses persalinan

PERSALINAN DITENTUKAN OLEH 3 FAKTOR


UTAMA
1. Power :His (kontraksi ritmis otot polos
uterus), kekuatan mengejan ibu.
2. Passage :Keadaan jalan lahir
3. Passanger: Keadaan janin (letak,
presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak
kelainan anatomik mayor)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian
antara faktor-faktor tersebut, persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung.

PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN


Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai
lengkap (kala pembukaan)
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
Kala 4
Masa 2 jam setelah partus, terutama untuk
observasi

HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos
dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri,
awal gelombang tersebut didapat dari 'pacemaker'
yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam
keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris
yaitu daerah kanalis servikalis jalan lahir) yang
membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.

Terjadinya his, akibat :


1.Kerja hormon oksitosin
2.Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3.Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser
yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :


1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah
fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua
periode kontraksi.
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri
setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung
kolagen dan kurang mengandung serabut
otot,akan tertarik keatas oleh retraksi otot-otot
korpus, kemudian terbuka secara pasif dan
mendatar (cervical effacement). Ostium uteri
eksternum dan internum pun akan terbuka.

Sifat his pada berbagai fase persalinan


Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40
mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus
meningkat
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo
makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali 10 menit, lama 60-90 defik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+/-10cm).

Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali 110
menit. Reflek mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah
janin (pada persalinan normal yaitu kepala)
yang menekan anus dan rektum.Tambahan
tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi
otot-otot dinding abdomen dan diafragma,
berusaha untuk mengeluarkan bayi.

Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi
kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan
dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan akfif (manual aid).

PERSALINAN KALA 1 :
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his
: kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,
disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah
lengkap . Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala 1.
Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm,
berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap
(+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.

Fase aktif
Fase aktif terbagi atas :
fase akselerasi (sekitar 2 jam),
pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam),
pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
fase deselerasi (sekitar 2 jam),
pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10
cm).

Peristiwa yang terjadi pada persalinan kala 1


Keluar lendir bercampur darah (bloody show)
akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selarna kehamilan menumpuk di
kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular
kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara
selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
Ostium uteri internum dan eksternum terbuka
sehingga serviks menipis dan mendatar.
Selaput ketuban pecah spontan

Pematangan dan pembukaan serviks


(cervical effacement) pada primigravida
berbeda dengan pada multipara:
Pada primigravida terjadi penipisan serviks
lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan pada multipara serviks telah lunak akibat
persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan

Pada primigravida, ostium internum


membuka lebih dulu daripada ostium
eksternum. pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka
bersamaan
periode kala 1 pada primigravida lebih
lama (14 jam- max 20 jam) dibandingkan
multipara (8 jam- max 14jam) karena
pematangan dan pelunakan serviks pada
fase
laten
pasien
primigravida
memerlukan waktu lebih lama.

PERSALINAN KALA 2:
Dimulai pada saat pembukaan serviks
telah lengkap sampai pada saat bayi telah
lahir lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih
lama, sangat kuat. Selaput ketuban
mungkin juga baru pecah spontan pada
awal kala 2.

Peristiwa penting pada persalinan kala 2

Bagian terbawah janin (pada persalinan


normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
Ibu timbul perasaan / refleks ingin
mengejan yang makin berat.
Perineum meregang dan anus membuka.

Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan


suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion),
selanjutnya dilahirkan badan dan anggota
badan.

Kemungkinan diperlukan pemotongan


jaringan perineum untuk
memperbesarjalan lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida +/- 1.5
jam, multipara +/- 0.5 jam.

Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan


dengan letak belakang kepala
1.Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala
janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul
(sinklitismus) atau miring / membentuk sudut
dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat 1)
tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke
arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion,
3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan 4) badan janin tedadi ekstensi dan
menegang.

3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu


menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis
(puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) :
selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke
bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan
diameter biparietalis.

5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, tedadi


ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis
pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut
oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala
berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis,
kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu
belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh
lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan
lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki.

KALA 3:
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap.
sampai dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta: lepasnya plasenta dari
insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.

Lepasnya plasenta dari insersinya (fase


separasi) :
Dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru.
Dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika
tidak disertai perdarahan,
Atau mungkin juga serempak sentral dan
marginal.

Plasenta lepas spontan 5-15 menit


setelah bayi lahir.
Jika lepasnya plasenta terjadi sebelum
bayi lahir, disebut solusio/abruptio
placentae - keadaan gawat darurat
obstetrik .

KALA 4:
Sampai dengan 2 jam postpartum, dilakukan observasi.
Yang harus diperhatikan pada kala 4:
1.Kontraksi uterus harus baik,
2.Tidak ada perdarahan pervagina
3.Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir
lengkap,
4.Kandung kencing harus kosong,
5.Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma,
6.Resume keadaan umum bayi, dan
7. Resume keadaan umum ibu.

EPISIOTOMI
Adalah pemisahan jaringan
perineum yang bertujuan
mencegah kerusakan yang lebih
berat pada jaringan lunak akibat
daya regang yang melebihi
kapasitas elastisitas jaringan
tersebut

Indikasi Episiotomi
Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin
harus diselesaikan dengan bantuan alat
(ekstraksi cunam atau vakum)
Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan
sungsang)
Adanya perut yang menghambat proses
pengeluaran bayi
Jaringan parut pd perineum/ vagina yg
memperlambat kemajuan persalinan
Perineum kaku

Jenis jenis episiotomi


Episiotomi Medialis adalah yang dibuat di
garis tengah.
Episiotomi Mediolateralis dari garis tengah ke
samping menjauhi anus.
Episiotomi Lateralis 1-2 cm diatas commisuro
posterior ke samping.
Episiotomi Sekunder adalah ruptur perinii
yang spontan atau episiotomi medialis yang
melebar sehingga dimungkinkan menjadi
ruptura perinii totalis maka digunting ke
samping.

B. PROSEDUR TINDAKAN EPISIOTOMI


1)Lakukan antiseptic dengan cara mengusap perineum
dengan kapas air dll
2)Hisap larutan lidokain 2%, oplos dengan aqudest menjadi
1% dengan perbandingan 1:1
3)Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) diantara bagian
terendah janin dan perineum, kemudian lakukan anastesi
dengan lidocain 1%
4)Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja
5)Gunakan gunting steril/DTT yang tajam
6)Masukkan 2 jari kedalam vagina diantar kepala bayi dan
perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan
sedikit tekanan lembut kearah luar perineum. Posisikan
gunting kearah sudut yang akan diepisiotomi, (Episiotomi
dilakukan saat perineum tampak tipis dan pucat)

7)Gunting perineum 2-3 cm dengan 1-2 kali gunting


yang mantap pada saat kontraksi. Hindari menggunting
sedikit demi sedikit, karena akan menimbulkan tepi
yang tyidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan
dan waktu penyembuhannya lebih lama.
8)Jika bagian terendah bayi belum lahir lakukan tekanan
pada luka episiotomy dengan dilapisi kasa untuk
mengurangi perdarahan.
9)Kendalikan kelahiran bayi untuk mencegah perluasan
episiotomi
10)Setelah kelahiran bayi dan plasenta, periksa apakah
episiotomi, perineum dan vagina mengalami
perluasan/laserasi. Jika ya lakukan penjahitan

ROBEKAN PERINEUM DIBAGI MENJADI 4


TINGKAT:

1)Tingkat 1: robekan hanya terjadi pada selaput


lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perineum
2)Tingkat 2: robekan mengenai selaput lendir
vagina dan otot perineum transfersalis, tetapi
tidak mengenai otot sphingter ani.
3)Tingkat 3: robekan mengenai perineum sampai
dengan otot sphingter ani
4)Tingkat 4: robekan mengenai perineum sampai
dengan otot sphingter ani dan mukosa rectum

Keuntungan dan kerugian


episiotomi
dari
Episiotomi Medialis : mudah dijahit,

anatomi maupun fungsionil sembuh


dengan baik, nyeri masa nifas ringan,
dapat menjadi ruptur perinii totalis.
Episiotomi Mediolateralis : Lebih sulit
dalam penjahitan,anatomi maupun
fungsionil penyembuhan kurang sempurna,
nyeri pada hari-hari pertama nifas, jarang
menjadi ruptura perinii.

Amniotomi

Indikasi amniotomi
jika ketuban belum pecah dan serviks
telah membuka sepenuhnya
Akselerasi persalinan
Persalinan pervaginam menggunakan
instrumen

Amniotomi

Teknik Amniotomi

Teknik Amniotomi

Anamnesis

Pemeriksaan genitalia
Inspeksi dan palpasi

PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM


Spekulum dipasang
sesuai lubang vagina,
gunakan pelicin netral ,
labia minora dilebarkan
diperiksa :
Vaginal discharge :
jumlah , warna,
konsistensi, bau.
Bila perlu dilakukan
pemeriksaan sediaan
hapus (swab)
cervix : dibersihkan
dahulu (mulus, mudah
berdarah, tumor , erosi,
ovula nabothi) pap

PEMERIKSAAN BIMANUAL
Satu tangan (kiri)
memegang dinding
abdomen bawah,
sedangkan satu atau
dua jari tangan
lainnya (kanan)
berada dalam vagina
Vaginal toucher (VT)
pada umumnya
dilakukan

Dengan 2 jari telunjuk


dan tengah
Dengan 1 jari pada
wanita tua / sensitif
Tidak dilakukan pada
virgin

Pemeriksaan
Bimanual

Pemeriksaan Rektovaginal
1 jari telunjuk didalam
vagina dan 1 jari
tengah di dalam
rectum , diperiksa
Septum recto-vaginal :
soepel/kaku, jaringan
parut, indurasi
benjolan , peyebaran
dari carcinoma
Cavum douglas :
tumor , penilaian
corpus uetri /
adnexa/parametrium

PAP SMEAR
Tes yang menggunakan materi seluler
dari serviks dengan mengumpulkan
sel-sel langsung dari zona transformasi
(T Zone) menggunakan spatula ayre.
Manfaat:
Diagnosis kelainan prakanker
Diagnosis keganasan (deteksi dini)
Diagnosis keradangan dan penyebab

Indikasi

pernah kontak seksual


Usia 30 tahun
Riwayat keluaga
Multipartner
Mempunyai banyak anak
Riwayat sexually transmited disease

Persiapan pasien:
Pemeriksaan 2 minggu setelah HPHT
48 jam sebelumnya tidak memakai obat
vaginal/KB vaginal
Malam sebelumnya tidak coitus
6 minggu post partum/post op/post radiasi

Persiapan alat

Spekulum cocor bebek


Spatula ayre
Kaca objek (beri label)
Alkohol 95%

PAP SMEAR
Pasien posisi litotomi,
bersihkan vulva
Pasang spekulum hingga
tampak jelas serviks
Masukkan spatula ayre ke
dalam vagina, ujung
terpanjang ke kanalis
servikalis
Putar 360 searah jarum jam
Sediaan yang didapat
dioleskan ke kaca objek
Celupkan kaca objek
kedalam larutan alkohol
95% selama 10 menit
Sampel dikirim ke lab
patologi anatomi

Interpretasi hasil
Klasifikasi Papanicolaou membagi
hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas,
yaitu:
Kelas I : tidak ada sel abnormal
Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik,
namun tidak ada indikasi adanya
keganasan
Kelas III
: gambaran sitologi yang
dicurigai keganasan, displasia ringan
sampai sedang
Kelas IV
: gambaran sitologi dijumpai
displasia berat
Kelas V : keganasan

Berdasarkan CIN (Cervical


Intraepithelial Neoplasma)

CIN I merupakan displasia ringan


dimana ditemukan sel neoplasma pada
kurang dari sepertiga lapisan epitelium
CIN II merupakan displasia sedang
dimana melibatkan dua pertiga
epitelium
CIN III merupakan displasia berat atau
karsinoma in situ yang dimana telah
melibatkan sampai ke basement
membrane dari epitelium

Pemeriksaan IVA (Inspeksi


Visual dengan Asam
Merupakan cara sederhana untuk
asetat)
mendeteksi/screening kanker leher
rahim sedini mungkin
IVA merupakan pemeriksaan leher
rahim dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim
setelah memulas leher rahim dengan
larutan asam asetat 3-5%
IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra
kanker (high Grade Precanceraus
Lesion)dengan sensitivitas sekitar 6696% dan spesifitas 64-98%

Tujuan:
Deteksi dini/skrining kanker serviks

Indikasi
Wanita yang pernah melakukan hubungan
seksual
Memiliki banyak pasangan seksual
Riwayat mengalami infeksi menular seksual
Riwayat keluarga dengan kanker serviks
Hasil pap smear sebelumnya tidak normal
Wanita perokok

Syarat

Pernah melakukan hubungan seksual


Tidak sedang menstruasi
Tidak sedang hamil
24 jam sebelumnya tidak melakukan
hubungan seksual

Alat

Spekuluk cocor bebek


Larutan asam asetat (3-5%)
Lidi kapas
Sarung tangan

Langkah kerja
Pasien posisi litotomi, hidupkan lampu
Inspeksi vagina
Bersihkan genitalia eksterna
Pasang spekulum cocor bebek
Bila terdapat banyak cairan di leher rahim,
bersihkan dengan kapas steril
Basahi permukaan serviks dengan asam
asetat 3-5% menggunakan lidi kapas,
tunggu 1-2 menit
Lihat perubahan pada serviks dengan mata
telanjang
Tes IVA negatif: tidak terdapat berca putih
Tes IVA positif: terdapat bercak putih

Anda mungkin juga menyukai