Anda di halaman 1dari 47

Bedsite Teaching

Pembesaran Kelenjar Saliva

Disusun Oleh :
Dessy Indri Astuti
Sherwin
Nurul Citta Banu Putri
Vincent
Novianti Nasution
Eswaraan K. Balakrishnan
Rathika Gevaratnam
Salinee Visuanathan
Eshpreet Kaur
Thenammutha Kulaendran

090100120
100100114
100100167
100100246
100100346
100100193
100100205
100100207
100100209
100100268

DEPARTEMEN ILMU BEDAH UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2015

Embriologi Kelenjar Saliva


Kelenjar liur mayor berkembang pada minggu ke 6-8 gestasi sebagai
tonjolan dari ectoderm mulut ke jaringan mesenkim di sekitarnya. Dari seluruh
kelenjar liur mayor, kelenjar parotis adalah yang paling awal berkembang.
Kelenjar parotis berkembang ke arah posterior, sementara saraf fasial berkembang
ke arah anterior.
Pada akhirnya, kelenjar parotis yang sudah berkembang sempurna
mengelilingi sarah kranialis VII. Meskipun begitu, kelenjar parotis merupakan
yang terakhir terbungkus, setelah kelenjar limfe terbentuk. Kelenjar liur minor
berasal dari ectoderm mulut dan endoderm nasofaring. Kelenjar ini berkembang
setelah kelenjar liur mayor. 1
Perkembangan kelenjar liur mayor terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama
ditandai dengan adanya anlage primordial dan pembentukan tunas ductus yang
bercabang. Sel epitel bersilia membentuk tepi lumina, sementara tepi permukaan
luar dibentuk oleh sel mioepitel yang berasal dari ectoderm.
Perkembangan lobules dan kanalisasi ductus terjadi pada tahap kedua.
Acini primitive dan perkembangan ductus region distal, yang mengandung sel
mioeptiel, mulai terbentuk pada bulan ke-7 kehidupan embrio. Tahap ketiga
merupakan tahap pematangan acini dan duktus yang berselang.2

Gambar 1. Embrio hari ke-48 gestasi3


parotis memulai perkembangannya pada minggu ke-6 gestasi. Kelenjar ini
berasal dari stomodeum posterior (gambar 1), yang memanjang secara lateral
menjadi jalinan padat ke arah otot masseter yang sedang berkembang.jalinan ini
kemudian mengalami kanalisasi untuk membentuk duktus, dan acini terbentuk di
bagian ujung distalnya (gambar 2).3

Gambar 2. Morfogenesis kelenjar liur dan duktusnya3

Sebuah kapsul dibentuk oleh jaringan mesenkim di sekitarnya. Tunastunas kecil muncul di dasar mulut, di lateral lidah pada minggu ke-6 gestasi dan
meluas ke arah posterior di sekitar otot mylohyoid ke segitiga submandibular
(gambar

3).

Tunas-tunas

ini

kemudian

berkembang

menjadi

kelenjar

submandibula. Kapsul di sekitar kelenjar ini berkembang sempurna pada bulan


ke-3 gestasi. Bagian ectoderm dari saluran pernapasan atas berkembang menjadi
unit tubuloacini sederhana yang pada akhirnya berkembang menjadi kelenjar liur
minor di minggu ke-12 gestasi.2

Gambar 3. Segitiga submandibular3

Pada bulan ke-9 gestasi, anlage kelenjar sublingual terbentuk dari tunas
epitel endoderm di sulkus paralingual di dasar mulut. Ketiadaan kapsul kelenjar
sublingual

adalah

karena

infiltrasi

pada

kelenjar

oleh

jaringan

ikat

sublingual.2Anatomi Kelenjar Saliva4


Kelenjar saliva merupakan kelenjar eksokrin tubuloacinar dimana
duktusnya terbuka di kavitas oral. Kelenjar ini mensekresikan saliva, cairan yang
melubrikasikan makanan untuk membantu deglutisasi, membasahi mukosa
buccal, yang penting dalam proses bicara, dan menyediakan pelarut aqueous yang
penting dalam proses perasa dan cairan untuk membantu proses mengisap dan
menyusui. Kelenjar ini juga mensekresi enzim pencernaan, contoh: amilase saliva
dan agen antimikroba misalnya imunoglobulin A (IgA), lisozim dan laktoferin,
menuju saliva (Gambar 4).

Gambar 4. Kelenjar Saliva berada di bagian kiri. Regio kranial kelenjar


submandibular bagian superfisial dikeluarkan dan mylohyoid telah dipotong
dan dibuka sehingga tampak bagian dalam kelenjar

Kelenjar saliva terbesar adalah sepasang parotid, submandibular dan


kelenjar sublingual. Sebagai tambahan, terbanyak banyak sekali kelenjar saliva
minor disepanjang mukosa oral dan submukosa
Kurang lebih 0.5L saliva dikeluarkan setiap hari. Kecepatan aliran saliva
0.3ml/mrnit ketika tidak terstimulasi dan meningkat 1.5 2 ml.menit saat
terstimulasi. Kecepatan aliran dapat diabaikan selama tidur. Pada keadaan tidak
terstimulasi, kelenjar parotid mengkontribusi 20%, kelenjar submandibular 65%,
dan kelenjar sublingual serta kelenjar saliva minor 15% dalam pengeluaran saliva
setiap hari. Ketika terstimulasi, kontribusi kelenjar parotid meningkat hingga
50%.
1. KELENJAR PAROTID
Sepasang kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar. Tiap buah
memiliki berat rata rata 25gram, berbentuk iregular, berlobus lobus, berwarna
kekuningan, terdapat dibawah meatus akustik eksternal diantara mandibula dan
otot sternokleidomastoid. Kelenjar tersebut juga verada di depan masseter
(Gambar 3B). Pada 20% kasus, terdapat bagian kecil yang menempel, merupakan
kelenjar parotid aksesoris (pars aksesoria atau socia parotidis) yang berbatasan
dengan arkus zygomatikum di bagian atas dan duktus parotid dibawahnya.
Seluruh ukuran kelenjar parotid beragam. 50% kepustakaan mengatakan
berbentuk segitiga.
Ukurannya yang berbentuk piramidal terbalik, kelenjar parotid memiliki
permukaan superior yang kecil, dan superficial, permukaan anteromedial dan
posteromedial. Bagian inferior berbentuk tumpul. Permukaan superior konkaf
berhubungan dengan bagian kartilago bagian dari meatus akustik eksternal dan
bagian

posterior

temporomandibular

joint.

Pada

bagian

ini

nervus

auriculotemporal mengelilingi leher mandibula, memasuki kapsul kelenjar.


Bagian apeks berhimpitan dengan digastrik posterior dan segitiga karoitd menuju
perluasan beragam.
5

Permukaan superficial ditutupi dengan kulit dan fascia superfisial yang


memiliki cabang nervus auricular terbesar pada wajah, kelenjar getah bening
parotid superfisial dan bagian posterior platisma. Bagian ini meluas sampai ke
arkus zygomatikum, dibelakang saling berhimpitan dengan sternokleidomastoid,
bagian bawah pada apeks posteroinferior berbatasan dengan angulus mandibular,
dan bagian depan dengan masseter dibawah duktus parotid.
Permukaan anteromedial dibatasi oleh perbatasan posterior ramus
mandibular. Bagian ini menutupi bagian posteroinferior masseter, bagian lateral
sendi temporomandibular dan bagian ramus mandibular. Bagian ini melewati,
medial ramus mandibula untuk mencapai medial pterygoid. Kelenjar ini dapat
dibagi menjadi bagian superfisial besar dan bagian kecil, bagian lobus dalam, di
ramus dalam, keduanya disatukan oleh istmus. Cabang nervus fasial memasuki
wajah dari batas anterior permukaan ini.
Permukaan

posteromedial

tercetak

pada

prosesus

mastoid,

sternokleidomastoid, digastrik posterior dan prosesus styloid dan otot yang


berhubungan. Arteri karotid eksterna melekuk pada bagian ini sebelum memasuki
kelenjar, dan arteri karotid interna dan vena jugular intera dipisahkan dari kelenjar
oleh prosesus styloid dan otot yang berhubungan (gambar 5). Permukaan
anteromedial dan posteromedial bertemu pada batas medial yang dapat terlihat
sagat dalam dimana mengandung dinding lateral faring.

Gambar 5. Bagian yang berhubungan dengan kelenjar parotid. Outline kelenjar


parotid tampak pada garis hitam putus putus
a. Struktur di Dalam Kelenjar Parotid
Arteri karotid eksternal, vena retromandibular dan nervus fasial, dalam
terbagi atau keseluruhan, melewati secara transversal dan bercabang di dalamnya.
Arteri karotid eksterna memasuki permukaan posteromedial, dan terbagi menjadi
arteri maksial, yang masuk dari permukaan anteromedial, dan arteri temporal
superfisial, yang masuk dengan fasial transerve bercabang pada kelenjar ini dan
naik untuk meninggalkan batas atas (Gambar 6). Arteri auricular posterior juga
merupakan cabang dari arteri karotid eksternal did alam kelenjar yang
meningglakan dari permukaan posteromedial.
Vena retromandibular, terbentuk dari penyatuan vena maksila dan
temporal superfisial (yang masuk dekat dengan titik keluar arteri yang
behubungan), merupakan bagian superfisial arteri karotid eksterna. Vena ini turun
di kelenjar parotid dan masuk di belakan apeks kelenjar, dimana biasanya terbagi
menjadi cabang anterior, yang turun untuk bersatu dengan vena fasial, dan cabang
posterior, yang menyatu dengan vena aurikular posteriror untuk membentuk vena

jugular eksternal. Kadang kadang, vena ini tidak berhubungan dengan vena
jugular eksternal, yang kemudian mengecil, dan vena jugular anterior membesar.

Gambar 6. Distribusi nervus fasial. A. Percabangan dimulai pada akhir


foramen styloidmastoideus. B. Cabang nervus pada wajah
b. Kapsul Parotid
Kelenjar parotid ditutupi dengan kapsul parotid yang keras dimana
didapat dari bagian fasia servikal dalam. Inflamasi akut pada kelenjar parotid
(sialadenitis akut) dapat menyebabkan nyeri hebat pada regio preaurikular akibat
penarikan kapsul dan stimulasi nervus aurikular. Nyeri biasanya muncul hebat saat
waktu makan saat stimulus gustatori pada kelenjar menyebabkan peninggian
turgor pada kapsul. Penyebab sialadenitis akut meliputi obstruksi duktus parotid
( kalkulus, plak mukus dan striktur duktus) dan mumps.
c. Duktus Parotid
Ukuran rata rata duktus parotid adalah panjang 5cm dan lebar 3mm.
bagian ini dimulai penyatuan dua cabang dari bagian anterior kelenjar parotid :
duktus ini muncul pada batas anterior dari bagian atas kelenjar dan melewati
masseter secara horizontal, kurang lebih di bagian tengah diantara angulus mulut
dan arkus zygomatikum (Gambar 5). Jika duktus ini muncul dari bawah, duktus
ini berjalan oblik keatas. Duktus ini melewati masseter, berputar secara medial
pada border anterior yang hampir ke sudut kanan, dan secara transversal pada
8

lemak buccal dan buccinator berhadapan dengan mahkota gigi molar ketiga.
Duktus ini kemudian berjalan oblik diantara buccinator dan mukosa oral sebelum
terbuka menjadi papila kecil bersebrangan dengan mahkota molar atas kedua.
Aliran duktus di submukosa seperti mekanisme valvular yang mencegah inflasi
pada kelenjar dengan meningkatkan tekanan intraoral. Ketika melewati masseter,
duktus tersebut berada diantara nervus fasial cabang atas dan bawah buccal, dan
menerima duktus parotid accecory.
Bagian accecorykelenjar dan arteri fasial transversal berada diatas duktus
parotid; nervus mandibular cabang buccal, masuk dari bawah temporalis dan
masseter, tepat dibawah masseter batas anterior. Duktus parotid mungkin dilalui
oleh cabang anstomosom diantara nervus facialis cabang zygomatic dan cabang
buccalis.
Percabangan

sistem

duktus,

dan

pola

serta

fungsinya,

dapat

didemonstrasikan dengan menginjeksi substansi radioopak ke duktus parotid


melalui kanula. Pada sialogram parotid lateral, duktus utama tampak terbantuk
dekat dengan batas posterior ramus mandibular dari penyatuan dua atau tiga
duktus yang naik atau turun pada sudut kanan duktus utama (Gambar 7). Seperti
ia melewati wajah, maka duktus juga menerima dari lima atau enam duktulus dari
kelenjar parotid aksesori.
Seperti ia berputar pada batas anterior masseter, ia juga sering
mengkompresi dan bayangannya dilemahkan. Laserasi yang dalam pada pipi
dimana integritas duktus parotid diragukan harus dieksplorasi dan diperbaiki
menggukana teknik mikrosurgikal, untuk mecegah saliva bocor ke jaringan lunak
pipi dan mengakibatkan pembentukan sialocele.

Gambar 7. Oblik lateral radiograph menunjukkan batas normal duktus parotid


setelah diinjeksi kontras radiopaque (sialogram). Pada gambar ini, duktus utama
dibentuk dari penyatuan tiga duktus kecil pada batas posterior ramus mandibula.
d. Vaskularisasi dan drainase limfatik
Kelenjar parotid menerima suplai vaskularisasi dari arteri karotid
eksterna dan percabangan yang berada dekat dengan kelenjar tersebut. Vena nya
mendrainase ke vena jugular ekternal melaui cabang lokalnya.
Kelenjar limfa berada pada kulit dekat dengan kelenjar parotid (nodus
preaurikular) dan di dalam substasi kelenjar. Biasanya terdapat 10 kelenjar limfa,
kebanyakan terdapat pada bagian superfisial kelenjar diatas bidang yang
berhubugan dengan nervus fasial. Limfa dari kelenjar parotid mendrainase menuju
ke kelenjar limfa servikal dalam bagian atas.
e. Inervasi
Nervus preganglion berjalan di dalam nervus glossopharyngeal cabang
petrossal dan bersinaps di ganglion otic. Serat sekretomotr postganglion mencapai
kelenjar via nervus auriculotemporal.
2. Kelenjar Saliva Submandibular
Kelenjar submandibular berbentuk iregular dengan ukuran seperti kenari.
Kelenjar ini memiliki bagian superfisial yang besar dan bagian profunda yang
10

kecil, yang terdapat disekitar batas posterior mylohyoid. Kelenjar ini merupakan
kelenjar seromucous (tetapi paling banyak serous).
a. Bagian superfisial kelenjar submandibular
Bagian superfisial kelenjar terdapat di segitiga digastrik dimana kelenjar
ini di depan digastrik anterior dan dibelakang ligamen stylomandibular, dimana
dipisahlan dari kelenjar parotid. Bagian atas, kelenjar ini memanjang sampai ke
bagian medial mandibula. Bagian bawah, kelenjar ini berhimpitan dengan tendon
intermedia digastrik dan insersi stylohyoid.
Bagian dari kelenjar submandibular ini mempresentasikan permukaan
inferior, lateral dan medial, dan sebagian membungkus batas bawah mandibula
dan menutupi permukaan inferior kelenjar. Kelenjar dalam melekat pada garis
mylohyoid pada permukaan medial mandibula dan membungkus permukaan
medial kelenjar tersebut.
Permukaan inferior, ditutupi oleh kulit, platisma dan fasia dalam, dilewati
oleh vena fasial dan cabang brankiaal nervus fasial. Dekat dengan mandibula,
kelenjar getah bening submandibula berlekatan dengan kelenjar dan beberapa
masuk didalamnya.
Pemukaan lateral berbatasan dengan fossa submandibular pada permukaan
medial mandibula dan mandibula melekat pada pterygoid medial. Arteri fasial
melekuk pada bagian posterosuperior, berada pada permukaan dalam pertama
kelenjar dan kemudian masuk diantara permukaan lateral dan kelenjar mandibukar
melekat pada pterydoid medial untuk mencapai batas bawah mandibula.
Permukaan medial berbatasan dengan mylohyoid bagian anterior, dimana
ia dipisahkan oleh nervus dan pembuluh darah mylohyoid dan cabang pembuluh
darah submental.. pada bagan posteropr. Kelenjar ini berhubungan dengan
styloglossus, ligamen stylohoid dan nervus glossopharngeal, dimana ia dipisahkan
dari faring. Pada bagian intermediat, permukaan medial ini berbatasan dengan
hyoglossus, dimana ia dipisahkan dari styloglossus, nervus lingual ganglion

11

submandibular, nervus hypoglossal dan vena lingual dalam (berurutan dai atas ke
bawah). Di bawah, permukaan medial berbatasan dengan otot stylohyoid dan
bagian posterior digastrik.
b. Bagian Profunda kelenjar submandibular.
Bagian profunda kelenjar ini memanjang sampai ke akhir posterior
kelenjar sublingual. Kelenjar ini berada diantara mylohyoid inferolaterallu,
hypoglosus dan stryloglossus secara mendial, nervus lingual secara superior, dan
nervus hypoglossal dan vena lingual dalam secara inferior.
c. Vaskularisasi dan drainase limfatik
Arteri yang mensuplasi kelenjar adalah cabang dari arteri fasial dan
lingual. Pembuluh limfa mendrainasi menuju kelompok cervikal dalam pembuluh
limfa (khususnya nodus jugulo-omohyoid), dipisahkan oleh nodus submandibular
d. Inervasi
Suplai sekretomotor pada kelenjar submandibular didaptkan dari ganglion
submandibular. Gangliom ini merupakan ganglion kecil, bafan fusiform yang
berada di bagian atas hipoglosus. Terdapat sel ganglion tambahan di hilum
kelenjar. Seperti siliar, pterygopalarie dan ganglia otic, kelenjar submandibular
merupakan ganglion parasimpatik perifer. Bagian ini berbatasan superior terhadap
bagian dalam elenjar submandibular dan berbatasan inferior dengan nervus
lingual, dan tergantung di belakang filament anterior dan posterior. Walaupun
berhubungan dengan nervus lingual, ganglion ini berhubungan secara fungsional
dengan nervus fasial dan dengan cabang korda timpani.
Seperti ganglia parasimpatik kranial lainnya, terdapat tiga cabang yang
berhubugnan dengan ganlion submandibular. Cabang motor, parasimpatik
merupakan filamen posterior yang berhubungan dengan nervus lingual. Bagian ini
membawa serabut preganglion dari nukleis salivatori superior yang berjalan di
fasial, korda timpani dan nervus lingual ke ganlion. Beberapa serabut juga
mencapai kelenjar parotid. Cabang simpatik didapatkan dari pleksus arteri fasial.

12

Cabang ini terdiri dari serabut postganglion dari ganglion sercikal superior
yang melintang pada ganglion submandibular tanpa bersinaps. Mereka adalah
vasomotr pada pembuluh darah kelenjar submandibular dan sublingual. Lima atau
enam cabang dari ganglion menyuplai kelenjar submandibular dan duktusnya.
Serabut lainnya melewati gilament anterior yang menghubungan kelenjar
submandibular ke nervus lingual dan dibawa ke sublingual dan kelenjar lingual
anterior. Serabut sensori didaptkan dari nervus lingual.
e. Duktus submandibular
Duktus submandibular biasanya dengan panjang 5cm dan memiliki
dinding yang tipis daripadi duktus parotid. Bagian ini dimulai dari berbagai
cabang di bagian superior kelenjar dan masuk dari permukaan medial dari bagian
kelenjar ini dibelakang batas posterior mylohyoid. Bagian ini melintang pada
bagian dalam kelenjar, dan kemudian keluar pada bagian atas pertama dan
belakang kurang lebih 5mm, bentuk ini berkumpul pada batas bebas mylohyoid
yang dikenal sebagai genu duktus ini. Duktus ini kemudian berjadalan diantara
mylohyoid dan hypoglosus melewati antara kelenjar sublingual dan genioglosssus
dan terbuka pada lantai dasar mulut pada puncak papila sublingua ada sudut
frenulum lidah (Gambar 8). Duktus ini berada diantara nervus lingual dan
hipoglossal pada hypoglossus, namun, pada batas anterior otot, duktus ini dilewati
secara lateral oleh nervus lingual, cabang terminal yang naik pada sisi medialnya.
Karena duktus ini melintangi bagian dalam kelenjar, maka ia mendapatkan sedikit
drainase cabang pada bagian kelenjar ini.

13

Gambar 8. Lantai bawah mulut. A. tampak pada atas ketika kumoulan


muskular lidah dikeluarkan. Tampak hubungan antara nervus lingual
dan duktus submadibular, dan antara kelenjar submandibular dan
sublingual. B. permukaan ventral lidah tampak ketika ujung lidah
digerakkan keatas.
3. KELENJAR SALIVA SUBLINGUAL
Kelenjar saliva sublingual merupakan kelenjar saliva terkencil, setiap
kelenjar saat sempit, datar,

ukurannya seperti kacang almond, dan beratnya

kurang lebih 4 gram. Kelenjar sublingual berada pada mylohyoid, dan ditutupi
oleh mukosa dasar mulut, yang tampak sebagai lipatan sublingual. (gambar 5).
Ujung anterior kelenjar sublingual kontralateral berada di depan, dan bagian
dalam kelenjar submandibular berada di belakang. Mandibula berada di atas
bagian anterior garis mylohyoid, fossa sublingual berada di lateral, genioglossus
di medial, dipisahkan dari kelenjar olrh nervus lingual dan duktus submandibular.
Kelenjar sublingual merupakan seromucous, namun predominan mucous.
a. Vaskularisasi, inervasi dan drainase limfatik
Suplai arteri berasal dari cabang sublingual arteri lingual dan cabang
submental arteri fasial. Inervasi berasal dari ganglion submandibular. Drainase
limfaik menuju ke nodus submental.
b. Duktus Sublingual
Kelenjar sublingual memiliki 8 20 duktus ekskretori. Duktus sublingual
terkeecil terbuka, biasanya terpisah, dari bagian posterior kelenjar menuju ke
puncak lipatan sublingual (kadang kadang beberapa terbuka pada duktus
submandibular). Ramus kecil bagian anterior kelenjar kadang kadang membetuk
duktus sublingual mayor (duktus Bartholin), yang terbuka dengan atau dekat
dengan lubang duktus submandibular (gambar 9).

14

Gambar 9. Sialogram menunjukkan duktus mandibular (panah


panjang). Tampak duktus sublingual (panah pendek).
4. KELENJAR SALIVA MINOR
Kelenjar saliva minor ada mulut terdiri dari kelenjar labial, kelenjar
buccal, kelenjar palatoglossal, kelenjar palatal dan kelenjar lingual. Kelenjar labial
dan kelenjar buccal terdiri dari elemen mucous dan serous. Kelenjar palatoglossal
merupakan kelenjar muccous dan berlokasi di sekitaar isthmus pharyngeal.
Kelenjar palatal merupakan kelenjar muccous dan terdapat pada palatal lembut
dan keras. Kelenjar lingual anterior dan posterior utamanya mucous. Kelenjar
anterior berada di dalam otot dekat dengan permukaan ventral lidah dan empat
atau lima duktus dekat dengan frenulum lingual dan kelenjar posterior yang
terlertak akar lidah. Kelenjar lingual posterior dalam merupakan serous. Kelenjar
serous (dari Von Obner) berada di sekitar papilla sirkumvalata, sekresi mereka
adalah air, dan mungkin terdapat saat proses mengunyah dengan menyebarkan
stimulus perasa di seluruh taste bud dan kemudian membilas semua.
Fisiologi Kelenjar Saliva
Sekitar 0,5-0,6 liter air liur disekresikan sehari. Kontribusi kelenjar yang
berbeda untuk seluruh saliva bervariasi sesuai dengan tingkat stimulasi. Untuk air
liur yang tidak distimulasi, sekitar 25% berasal dari kelenjar parotis, 60% dari
15

kelenjar submandibula, 7-8% dari kelenjar sublingual dan 7-8% dari kelenjar
mukosa kecil. Selama tidur, kadar sekresi diminimalkan. Untuk air liur yang
terstimulasi kuat, kontribusi dari parotids meningkat menjadi sekitar 50%, yang
submandibula berkontribusi 35%, yang sublinguals 7-8% dan 7-8% berasal dari
kelenjar mukosa kecil. kadar sekresi saliva menunjukkan variasi dalam 24 jam
dan puncak di sore hari. Kadar sekresi saliva normal di sekitar 0,3-0,4 ml / menit
ketika tidak distimulasi dan 1,5-2,0 ml / menit ketika dirangsang.5
Produksi air liur adalah proses aktif yang terjadi dalam 2 tahap:6
1) sekresi primer - terjadi pada sel-sel asinar. Hal ini menghasilkan
produk serupa di komposisi dan osmolalitas plasma.
2) sekresi Ductal - hasil dalam cairan ludah hipotonik. Hal ini juga
menyebabkan penurunan natrium dan kalium meningkat dalam produk
akhir. Duktus saliva sangat bergantung pada ko-transport Na / K / 2Cl.
Sel-sel saluran mempertahankan potensial membran istirahat negatif,
dan sel-sel ini hyperpolarize sekunder untuk penghabisan kalium dan
masuknya klorida dengan stimulasi saraf otonom. Hal ini tidak biasa,
dan disebut sebagai "potensial sekretori", karena sel-sel yang paling
mudah mengalami rangsangan depolarisasi dengan stimulasi.
Tingkat modifikasi air liur di dalam saluran mengubah sangat bergantung
pada laju aliran saliva. Tarif cepat menghasilkan produk ludah lebih seperti
sekresi primer (tapi perlu dicatat bahwa air liur adalah selalu hipotonik untuk
plasma). Tarif lambat mengakibatkan air liur yang kaya semakin hipotonik dan
kalium. Secara umum, air liur terdiri dari 99,5% air selain protein, glikoprotein,
dan elektrolit. Air liur yang tinggi kalium (7x plasma), bikarbonat (3x plasma),
kalsium, fosfor, klorida, tiosianat, dan urea. Air liur rendah natrium (1/10 x
plasma). PH normal saliva adalah 5,6-7.6
Dari intervensi autonomik, stimulasi dengan hasil sistem saraf
parasimpatis dalam berlimpah, berair saliva dengan penurunan amilase dalam air
liur dan peningkatan amilase dalam serum. Asetilkolin adalah neurotransmitter

16

aktif, mengikat pada reseptor muscarinic dalam kelenjar ludah. Dalam kasus
parotis itu, serat parasimpatis berasal dari CN IX, perjalanan melalui Lesser
Superficial Petrosal keberanian untuk sinaps di ganglion Otic, kemudian ke saraf
Auriculotemporal dan akhirnya kelenjar ludah.
Dalam kasus Kelenjar submandibular dan sublingual, serat parasimpatis
berasal CN VII, perjalanan melalui Korda timpani ke ganglion submandibula,
kemudian melepaskan asetilkolin di dekat kelenjar tanpa sinapsis postganglionik
benar. Stimulasi oleh sistem saraf simpatis menghasilkan sedikit, air liur kental
kaya zat terlarut organik dan anorganik dengan peningkatan [amilase] dalam air
liur dan tidak ada perubahan amilase dalam serum. Untuk semua kelenjar ludah,
serat ini berasal ganglion superior Serviks kemudian melakukan perjalanan
dengan arteri untuk mencapai kelenjar:
1) Eksternal karotis arteri dalam kasus parotis
2) Lingual arteri dalam kasus submandibular, dan
3) Arteri Facial dalam kasus sublingual.
Setidaknya 8 fungsi utama dari air liur telah diidentifikasi :7
1) membasahi mukosa mulut. Bahkan, lapisan musin pada mukosa mulut
dianggap mekanisme pertahanan yang paling penting non imun dalam
rongga mulut.
2) membasahi makanan kering dan mendinginkan makanan panas.
3) Menyediakan media untuk makanan terlarut untuk merangsang selera.
4) Sebagai buffers isi rongga mulut. Air liur memiliki konsentrasi tinggi ion
bikarbonat.
5) Pencernaan. Alpha-amilase, yang terkandung dalam air liur, istirahat 1-4
obligasi glikosida, sedangkan lipase lingual membantu memecah lemak.
6) Kontrol flora bakteri rongga mulut.
7) Mineralisasi gigi baru dan perbaikan lesi email genting. Air liur tinggi
kalsium dan fosfat.
8) Melindungi gigi dengan membentuk "pelindung pellicle". Ini menandakan
mantel protein saliva pada gigi yang mengandung senyawa antibakteri.
Dengan demikian, masalah dengan kelenjar ludah biasanya mengakibatkan
karies gigi.

17

Lisozim, sekretorik IgA, dan saliva Peroksidase memainkan peran penting


dalam tindakan antibakteri air liur. Bakteri aglutinasi lisozim dan mengaktifkan
autolysins. IgA mengganggu

kepatuhan mikroorganisme untuk menjadi tuan

rumah jaringan. Istirahat peroksidase bawah saliva tiosianat yang, pada gilirannya,
mengoksidasi enzim yang terlibat dalam bakteri glikolisis. Namun, laju aliran
saliva dapat memainkan peran yang lebih penting dalam kesehatan mulut daripada
faktor-faktor ini.
Komplikasi intraoral dari hipofungsi saliva meliputi.8
1) Candidiasis
2) Oral Lichen Planus (biasanya menyakitkan)
3) Pembakaran Mulut Syndrome (normal muncul mukosa mulut dengan
sensasi subjektif pembakaran)
4) borok aphthous berulang
5) Karies gigi
Cara terbaik untuk mengevaluasi fungsi saliva adalah untuk mengukur laju
aliran saliva di dirangsang (misalnya, dengan menggunakan parasimpatomimetik
seperti pilocarpine) dan stase istimulasi. Xerostomia adalah TIDAK indikator
yang dapat diandalkan hipofungsi saliva. Tahap Cephalic respon mengacu pada
efek bahwa rangsangan sensorik terhadap respon fisiologis untuk makanan. Ini
neuronally dimediasi melalui parasimpatis sistem saraf. Ada hirarki rangsangan
sensorik seperti yang telan> pengunyahan> rasa> bau> pandangan> pikiran. Hasil
stimulasi pada peningkatan aliran saliva keseluruhan dari 0,3 cc / menit untuk> 1
cc / menit. Selain itu, besarnya saliva respon secara langsung berkaitan dengan
keadaan subjek kelaparan.9
Pembesaran Kelenjar Liur Akibat Infeksi
Pembesaran Kelenjar Saliva yang disebabkan oleh Infeksi Virus10
a. Infeksi virus

Mumps

18

Mumps disebabkan oleh RNA Paramyxovirus ditularkan melalu mo tak


langsung dengan percikan saliva
Gejala Klinis:
Biasanya mumps terjadi pada anak-anak usia antara 4 dan 6 tahun.
Diagnosis mumps pada orang dewasa lebih sulit. Masa inkubasi antara 2 sampai 3
minggu, kemudian diikuti dengan inflamasi dan pembengkakan glandula, rasa
sakit pada preauricular, demam, malaise, sakit kepala dan myalgia. Sebagian besar
menyerang glandula parotis, tapi 10% kasus melibatkan glandula submandibular
saja. Pembengkakn glandula terjadi tiba-tiba dan terasa sakit pada palpasim kulit
yang menutupu glandula edematous. Duktus glandula inflamasi tanpa cairan
purulen. Jika terjadi obstruksi dujtus parsial maka akan terasa sakit pada waktu
makan. Jarak antara pembengkakan glandula pada satu sisi dengan sisi yang lain
beriksar antara 24 sampai 48 jam. Pembengkakan bilateral terjadi sampai 7 hari.
Diagnosis ditegakkan dari adanya antibodi terhadap antigen mumps S dan
V serta antigen hemaglutinasi. Level serum amilase nail.
Komplikasi mumps adalah meningitis, encephalitis, ketulian, thyroiditism,
miocarditis, pankreatitis, dan oophotiris. Pada pria dapat terjadi epidimits dan
orchitis yang mengakibatkan testis atrofi dan dikemudian hari menyebabkan
kemandulan.

Cytomegalovirus

Human CMV merupakan beta herpesvirus yang hanya menginfeksi manusia.


CMV dapat tetap laten setelah paparan pertama dan infeksi. Reaktivasi dapat
terjadi, pada orang seha tidak menimbulkan gejala, tetapi pada orang dengan
kondisi immuno compormised dapat membahayakan jiwa.
Transmisi melalui muntahan, urine, sekresi pernapasan, dan ASI serta trans
plasental yang menyebabkan infeksi kongenital dan malformasi. Pada bayi dan
anak-anak dapat berakibat fatal.
Manisfestasu klinis :
CMV mononukleosis biasanya terjadi pada dewasa muda disertai demam
akut dengan pembesaran glandula. Diagnosis ditetapkan berdasarkan pada
kenaikan titer antibodi terhadap CMV, prognosis pada orang dewasa sehat adalah
19

baik. Infeksi pada anak-anak dapat berakibat fatal, jika anak tersebut dapat
bertahan hidup maka akan dapat terjadi kerusakan syaraf yang permanen yang
menyebabkan keterblakangan mental dan seizure disorders.
Infeksi pada orang dewasa dapat terjadi karena reaktivasi virus laten atau
karena infeksi primer. Sistem imun yang kurang baik memberi kesempatan pada
virus untuk replikasi dan menyebabkan infeksi. Pasien yang menggunakan obat
imunosupresive dan pasien dengan hematologik atau infeksi HIV akan peka
terhadap infeksi CMV yang berat.
Pembesaran kelenjar liur dapat disebakan oleh infeksi, baik infeksi virus
maupun bakteri. Infeksi bakteri yang sering menyebabkan pembesaran kelenjar
liur dapat terjadi karena adanya penyumbatan duktus pada kelenjar liur,
kebersihan mulut yang kurang, merokok ataupun penyakit kronis. Infeksi bakteri
yang berkembang pada kelenjar ludah disebut sialadenitis. Sialadenitis terjadi
ketika adanya penyumbatan pada saluran liur dan kemudian bakteri berkembang
pada daerah tersebut.11,12,13,14
Definisi
Sialadenitis adalah pembesaran kelenjar liur yang disebabkan karena
reaksi inflamasi. Proses inflamasi yang melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh
banyak faktor etiologi. Sialadenitis adalah inflamasi pada kelenjar liur yang
biasanya disebabkan oleh virus maupun bakteri yang dapat dibagi menjadi akut,
subakut dan kronik.
Klasifikasi
a. Sialadenitis supuratif akut
Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga
melibatkan kelenjar submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis
dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas
bakteriostatis pada kelenjar parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva
lainnya. Kemungkinan penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat
adanya obstruksi atau berkurangnya produksi saliva. Faktor predisposisi lain
terjadinya penyakit ini adalah striktur duktus atau kalkuli. Berkurangnya produksi

20

kelenjar saliva bisa disebabkan karena konsumsi beberapa obat. Pasien pasca
operasi juga dapat menderita penyakit ini akibat produksi saliva yang kurang yang
diikuti dengan higiene oral yang buruk. Sialadenitis bakteri akut memiliki
kecenderungan terjadi pada kelenjar parotis anak-anak dan lansia.
b. Sialadenitis kronik
Sekresi saliva yang sedikit dan adanya stasis saliva yang terjadi berulang
ulang akan menyebabkan terjadinya sialadenitis kronis. Kelainan ini lebih sering
terjadi pada kelenjar parotis. Beberapa pasien dengan sialadenitis kronis
merupakan rekurensi dari parotitis yang diderita saat masih kecil. Sebagian besar
penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada kelenjar yang
disebabkan infeksi supuratif akut. Sialadenitis kronis lebih sering terjadi pada
orang dewasa (hanya 10% dari pasien adalah anak-anak). Dengan tipe unilateral
pada kelenjar ludah mayor dan bersifat episodik. Keadaan Ini merupakan episode
berulang sialadenitis akut. Hal bisa disebabkan juga oleh karena infeksi pada
periode akut tidak diobati secara tuntas dan bisa juga karena kelainan bawaan dari
duktus kelenjar ludah.
c. Sialadenitis Obstruktif
Sialadenitis Obstruktif

memiliki kecenderungan terjadi pada kelenjar

submandibular dan kelenjar parotis. Nyerinya bertambah parah atau menyebar


terlebih pada saat makan.
d. Sialadenitis karena penyakitautoimun
Sialadenitis karena penyakitautoimun biasanya terjadi pada wanita dewasa
yang ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada kelenjar ludah dan bersifat
bilateral.
e. Subakut nekrosis sialadenitis
Subakut nekrosis sialadenitis adalah suatu kondisi sangat jarang terjadi pada
kelenjar ludah palatal. Gejala yang timbul berupa benjolan pada palatum yang
bersifat keras atau lunak, nyeri, kadang-kadang ada ulserasi. penyebabnya tidak
diketahui dan akan hilang sendirinya setelah beberapa minggu.
Etiologi

21

Dehidrasi dan malnutrisi serta sejumlah terapi obat (misalnya, diuretik,


antihistamin, antidepresan, dan antihipertensi) dapat mengakibatkan penurunan
fungsi dari kelenjar ludah sehingga dapat mempengaruhi produksi saliva
(penurunan) keadaan ini bisa menyebabkan penyebaran kolonisasi bakteri dari
parenkim kelenjar ludah melalui sistem ductal (saluran) ke kelenjar ludah.
Obstruksi mekanik karena sialolithiasis atau abnormalitas duktus
kelenjarludah dan penyakit auto imun (Sjogren syndrome juga dapat mengurangi
produksi saliva keadaan ini dapat menyebabkan seseorang akan mengalami
penyakit sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri. Sialadenitis akut supuratif
pada orang dewasa bisa disebabkan oleh bakteri aerobic dan bakteri anaerob, atau
keduanya. Bakteri aerobik yang sering menginfeksi khas pada sialadenitis adalah
Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenzae. Selain itu organisme
penyebab infeksi dapat berupa Streptococcus pneumonia, Eschericia coli. Bakteri
anaerob penyebab yang paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan
Streptocccus micros.
Patogenesis
Terjadi penurunan fungsi duktus oleh karena infeksi, penyumbatan atau
trauma menyebabkan aliran saliva akan berkurang atau bahkan terhenti. Batu
kelenjar ludah paling sering didapatkan di kelenjar submandibula. Pada glandula
utama, gangguan sekresi akan menyebabkan stasis (penghentian atau penurunan
aliran) dengan inspissations (pengentalan atau penumpukan) yang seringkali
menimbulkan infeksi atau peradangan. Glandula saliva utama yang mengalami
gengguan aliran saliva akan mudah mengalami serangan organisme melalui
duktus atau pengumpulan organisme yang terbawa aliran darah.
Diagnosis
Beberapa gejala umum dari Sialadenitis meliputi:
1. Nyeri pada wajah, dengan rasa sakit yang berasal dari seluruh sudut rahang

22

2. Merasa tidak nyaman Gejala-gejala dari kondisi ini dapat bervariasi tergantung
pada intensitas infeksi. Kebanyakan orang menderita rasa sakit saat membuka
mulut mereka. Gejala tambahan mungkin termasuk.
1. Demam
2. Kemerahan pada leher atas
3. Kemerahan pada sisi wajah samping
4. Memiliki kesulitan membuka mulut
5. Mulut kering
7. Wajah yang bengkak
Presentasi klasik sialadenitis supuratif akut adalah mendadak terdapat
pembesaran yang menyebar dari kelenjar. Bisa didapatkan adanya saliva yang
purulen pada orifisium duktus saliva, yang mudah didapatkan dengan sedikit
pemijatan di sekitar kelenjar.
Pemeriksaan Radiologis
Pada penanganan pasien dengan kecurigaan obstruksi kelenjar saliva harus
dilakukan

anamnesis

secara

seksama.

Biasanya

pada

pasien

dengan

pembengkakan pada kelenjar saliva akan mengalami kesulitan dalam asupan


makanannya. Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi dan palpasi. Pada
kebanyakan kasus, perencanaan terapi pada kelainan kelenjar saliva dapat
ditentukan dengan terlebih dahulu melakukan anamnesis yang baik dan
pemeriksaan ultrasonografi. Pada pemeriksaan USG dapat menunjukkan adanya
rongga abses ataupun penumpukan cairan. Pada kasus ini, ultrasonografi dapat
dimanfaatkan untuk menjadi panduan dalam aspirasi. Pemeriksaan ultrasonografi
juga penting dilakukan untuk melihat adanya kelokan atau cabang-cabang duktus,
yang bisa menimbulkan komplikasi pada proses obstruksi.
Sialografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kondisi duktus dengan
menggunakan kontras. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengidentifikasi
adanya iregularitas pada dinding duktus, identifikasi adanya polip, mucous plug
atau fibrin, serta area granulomatosa. Selain itu dapat pula diidentifikasi adanya
kemungkinan obstruksi duktus maupun stenosis. Pemeriksaan dimulai dengan
melakukan identifikasi terhadap duktus Stensen dan Wharton. Langkah

23

selanjutnya adalah dilakukan dilatasi duktus. Saat dilatasi duktus sudah maksimal,
maka dapat dimasukkan kateter sialografi. Pada pemeriksaan sialografi ini
digunakan kontras, yang bisa berupa etiodol atau sinografin.
Sialografi dapat memberikan pemandangan yang jelas pada duktus secara
keseluruhan dan dapat memberikan informasi mengenai area yang tidak dapat
dijangkau dengan sialoendoskop, misalnya pada area di belakang lekukan yang
tajam dan striktur. Kekurangan dari pemeriksaan sialografi adalah paparan radiasi
dan hasil positif palsu pada pemeriksaan batu karena adanya air bubble
(gelembung udara).
Penatalaksanaan
Istirahat ditempat tidur selama demam dan pembengkakan kelenjar saliva.
Pada kasus sialadenitis akut, harus melakukan hidrasi yang memadai sehingga
ketidakseimbangan elektrolit dapat diperbaiki. Diberikan kompres hangat serta
dapat diberikan antipiretik dan analgesik. Pemberian antibiotic klindamisin (900
mg secara/IV atau 300 mg/Oral) selama 7-10 hari. Terapi pembedahan. Dengan
melakukan insisi dan hidrasi serta massage (kalkuli, tumor, sclerosing sialadentits
atau abses).
Pada semua keadaan, lubang masuk duktus harus diperlebar dengan
beberapa probe lakrimal. Batu pada duktus dapat dikeluarkan dengan membuat
insisi ke duktus dari mukosa mulut. Batu yang terletak lebih di dalam,
memerlukan insisi linear eksternal.
Bila faktor penyebab tidak dapat dihilangkan, sebaiknya usahakan untuk
memperbesar aliran dengan cara mengunyah permen karet. Periode akut dapat
dikontrol dengan kombinasi antibiotic dan massage kelenjar. Pada keadaan yang
lebih parah, gejala yang ada dapat dikontrol dengan pengikatan duktus atau
parotidektomi permukaan. Pengikatan duktus hanya dilakukan bila ada
hiposekresi yang hebat, mialnya bila sindrom sicca atau kerusakan kelenjar telah
sangat besar. Bila kecepatan sekresi tinggi, parotidektomi merupakan indikasi.

24

Jika sialadenitis disebabkan oleh batu di saluran, batu itu mungkin perlu
dihilangkan dengan operasi.
Komplikasi
1. postparotidectomy komplikasi (saraf facial palsy atau deformitas wajah)
2. Abses
3. Kerusakan/pembusukan gigi
Pencegahan
1. Pemeliharaan Oral Hygiene yang baik
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur

PEMBESARAN KELENJAR SALIVA ec. INFILAMASI NON INFEKSI15


A.SIALOLITIASIS
Penegakkan diagnosis
1.pembengkakan kelenjar liur major yang
di kelenjar submandibular yang bisa berulang.
2.gejala semakin memburuk
disingkirkansetelah 1 jam.

setelah

akut

makan,

dan

nyeri

terutama

pembengkakan

dapat

3 . riwayat gout atau xerostomia.


4.batu pada dasar mulut bida dipalpasi, terapi berdasarkan lokasi kalkulus.
5.kalkulus dapat diekstraksikan secara intraoral atau jika letaknya distal
makakelenjar submandibular terindikasi.
6.komplikasi termasuk sialadenitis supuratif akut, ektasia duktus dan striktur.
Pendahuluan
Kira-kira

80-90%

dari

batu

kelenjar

saliva

terjadi

di

kelenjar submandibular danhanya 10-20% terdapat di kelenjar parotid, dan hanya


persentase yang sangat kecilterdapat pada kelenjar sublingual dan kelenjar liur
minor. Sialolitiasis adalah penyebabyang paling sering pada penyakit kelenjar liur
dan dapat terjadi pada semua usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki. Faktor

25

resiko terjadinya obstruksi batu kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai
dehidrasi. Kadang disertai juga dengan gout, diabetesdan hipertensi.
Patogenesis
Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada
batukelenjar liur. Agregasi dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan
membentuk nidus, lalu menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan
kemudian obstruksi.Kelenjar submandibular lebih rentan terhadap pembentukan
kalkuli dibandingkankelenjar parotid karena duktusnya yang lebih panjang,
kandungan musin dan alkali dalamsaliva yang lebih tinggi dan konsentrasi
kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkulisubmandibular secara primer mengandung
kalsium fosfat dan hidroksiapatit. Disebabkankalkuli ini mengandung kandungan
kalsium yang tinggi, hampir kesemuanya adalahradiopak dan dapat dilihat pada
foto Rontgen. Kalkuli parotid adalah lebih jarangradiopak. Kira-kira 75%, satu
batu berjaya ditemukan pada kelenjar tersebut. Jikaobstruksi tidak ditangani,
maka akan berlanjut terjadinya inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi asinar.
Klinis
A. Gejala dan T anda
Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan
eksaserbasi apabila makan adalah gejala yang sering muncul pada batu kelenjar
liur.Obstruksi yang lama dapat menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri
yang semkain berat dan eritema pada kelenjar tersebut. Pasien juga mengeluhkan
adanyariwayat xerostomia dan kadang-kadang terasa ada benda asing seperti pasir
di rongga mulut. Pemeriksaan fisik sangat penting karena batu sering dapat
dipalpasi pada dua pertiga anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi
pada dasar mulut biasanyadapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan
kelenjar lebih sukar untuk di palpasi.
B. Pencitraan
Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu
radiopak tetapi posisi ini tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin

26

lebih membantu.Sialografi adalah metode pencitraan yang paling akurat untuk


mendeteksi kalkuli.Sialografi dapat dikombinasi dengan CT scan atau MRI,
terutama CT scan sangat sensitif terhadap garam kalsium. Ultrasound ternyata
tidak dapat membantu.
C. E ndoskopi
Kemajuan dalam Endoskopi yang terbaru telah membolehkan pemeriksaan
duktussubmandibular untuk mendeteksi kalkuli.
Komplikasi
Obtruksi yang persisten pada sialolitiasis dapat menyebabkan statis aliran
saliva.Hal ini juga dapat sebagai predisposisi pada kelenjar untuk terjadi infeksi
akut berulangdan pembentukan abses.
Penanganan
A. Ekstraksi Intraoral
Terapi adalah berdasarkan lokasi dari batu kelenjar liur. Jika batu tersebut
dapat dipalpasi atau terlihat di bagian anterior duktus submandibular dan tidak
lewat secara spontan dapat diekstrak secara intraoral. Duktus papila didilatasikan
secara serialdengan bantuan alat lakrimal bergred, batu tersebut kemudiannya di
keluarkan. Jika batutersebut terlalu besar, prosedur intraoral yang lebih ekstensif
harus

dilakukan di

bawahanestesi

lokal

atau

umum.

Duktus

tersebut

dikanulasikan dan insisi di atas batu tersebutuntuk mempermudahkan ekstraksi.


Insisi tidak ditutup kembali dan perhatian harusdiberikan pada saraf lingual
berdekatan.
B. EksisiO perasi
Batu yang lebih besar biasanya terletak di hilum atau pada badan
kelenjar submandibular sehingga menimbulkan gejala dan ini memerlukan operasi
eksisi padakelenjar.Batu simptomatik yang terletak pada badan kelenjar parotid
juga memerlukantindakan parotidektomi.
C. Teknik E ndoskopik

27

Teknik endoskopik yang terbaru membolehkan ekstraksi endoskopik


intraoral pada batu kelenjar liur dan eksisi pada kelenjar submandibular. Prosedur
ini telahdilakukan dengan morbiditas yang minimal dan dapat mencegah insisi
servikal transversal.
D. Metode lain
Metode lain untuk pembuangan batu termasuk ekstraksi wire basket
dengan bantuan dari radiologi, pulsed dye laser lithotripsy dan extracorporeal
shock wavelithotripsy.
Prognosis
Kekambuhan batu kira-kira 18%. Jika faktor resiko telah terkoreksi, maka
dapat mengurangi kadar rekurensi.

B. SINDROM SJGREN
Penegakkan diagnosis
1.pembengkakan kelenjar liur dengan mulut dan mata yang kering yang
menyebabkan sensitifitas dan nyeri pada oral dan okular.
2.sering disertai dengan penyakit jaringan penyambung lain.
3 .sering didapatkan pada wanita post-menopaus.
4.deteksi autoantibodi SS-A dan SS-B dan lain-lain, dan juga biopsi kelenjar
liur minor dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
5 .progresifitas penyakitnya perlahan
6.resiko tinggi dalam pembentukan limfoma maligna pada sindrom Sjgren
primer.

Pendahuluan
Sindrom Sjgren adalah penyakit autoimun yang secara klasik
terdapat pembesaran parotid, xerostomia dan sicca keratokonjungtivitis. Juga
dapat disertai penyakit-penyakit jaringan penyambung yang lain seperti reumatoid
artritis atau lupus eritomatosa sistemik. Sindrom Sjgren terjadi 90% pada wanita,

28

biasanya sekitar usia 60tahun. Penyakit ini adalah penyakit jaringan penyambung
kedua paling sering Cumareumatoid artritis terjadi paling sering.
A.Gejala dan Tanda
Pasien biasanya menunjukkan gejala pembesaran kelenjar liur yang
bilateral dan tidak lunak. Pembengkakan parotid dapat terjadi secara intermiten
atau menetap. Gejala lain termasuk mata dan mulut yang kering, perubahan deria
pengecapan, kulit yangkering, mialgia, vagina kering, vaskulitis dan artritis.
B. Hasil L aboratorium
Hasil tes laboratorium menunjukkan adanya SS-A atau SS-B autoantibodi,
faktor reumatoid

atau

antibodi

antinuklear

dapat

membantu

diagnosis.

Pemeriksaan mikroskopis pada biopsi kelenjar liur minor contohnya dari bibir
dapat mengkonfirmasi penyakitSjgren.
Berdasarkan kriteria histologis, skor fokus yang lebih besar dari 1 fokus/
4mm2 merupakan diagnostik. Hasil histopatologis termasuk infiltrat limfositik di
unit-unit asinar dan pulau epimioepitelial dengan stroma limfoid.
Diagnosis banding
-lesi limfoepitelial jinak (juga dikenali dengan nama sindrom Mikulicz)sialadenitis nonobstruktif kronik
Komplikasi
Komplikasi dari sindrom Sjgren primer terjadi akibat progresi kronis
penyakit

tersebut.

Deteriorasi

dari

fungsi

saliva

dapat

menyebabkan

pasien mengalami kesukaran berbicara, menelan, mengunyah. Selain itu juga


dapat menyebabkan peningkatan kerusakan gigi dan gigi yang hilang dan mukosa
oral yang tidak nyaman. Lebih pentinglagi, kira-kira 10% insidens limfoma terjadi
pada pasien dengan sindrom Sjgren primer.
Penanganan

29

Terapinya adalah simptomatik dan suportif. Steroid dan steroid topikal


tetes mata diindikasikan untuk gejalan yang berat. Parotidektomi superfisial
mungkin diperlukan untuk infeksi parotid berulang yang berat.
Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik. Bagaimanapun terdapat kenaikan
insidens pada limfoma maligna atau karsinoma limfoepitelial pada pasien dengan
sindrom ini.Maka observasi yang ketat dengan studi diagnostik yang tepat amat
direkomendasikan.
C.LESI LIMFOEPITELIAL BENIGNA
Penegakkan diagnosis
1.pembengkakan unilateral kelenjar parotid yang kistik dan lunak dengan kirakira20% kasus terdapat pada bilateral.
2.kelenjar parotid sering terlibat tetapi kelenjar submandibular juga kadang
dapatterkena.
3.sering terdapat pada populasi pasien terinfeksi HIV.
4.aspirasi jarum halus dapat membantu dalam diagnosis, memberi gambaran
atrofiasinar

dengan

infiltrasi

limfositik

difus

dan

kelompok

pulau-

pulauepimioepitelial.5.penyakit ini dapat progresif menyebabkan hampir semua


atau total jaringan asinar pada kelenjar dirubah.
Pendahuluan
Lesi limfoepitelial benigna juga dikenali sebagai sebagai tumor Gadwin,
sindromMikulicz atau parotitis pungtata. Lesi limfoepitelial benigna mempunyai
predileksi padawanita terutama sekiat usia 50-60 tahun. Ia juga sering disertai
dengan penyakitmultikistik pada pasien dengan infeksi HIV.
Patogenesis
Lesi limfoepitelial benigna adalah proses peradangan dengan adanya
infiltrasilimfositik disekeliling duktus dan parenkim kelenjar liur. Dengan
meningkatnya infiltrasilimfositik menyebabkan atrofi asinar yang progresif dan

30

hilangnya asinar-asinar. Padatingkat yang lebih progresif, epitel duktus


berproliferasi dan menyebabkan obstruksiduktus.
Klinis
Pasien biasanya muncul dengan pembengkakan kelenjar liur unilateral
yang lunak dan kistik yang dapar disertai nyeri atau tidak. Kira-kira 20% kasus
terdapat pada bilateral. Aspirasi jarum halus pada massa parotid sangat
membantu. Sialografi jarangdiindikasikan kecuali dicurigai adanya batu.Kondisi
seperti

ini

biasanya

mengenai

kelenjar

parotid

darang

mengenai

kelenjar submandibular. Apabila terdapat pada kelenjar submandibular ia muncul


sebagai massatidak nyeri. Kadang dapat juga disertai dengan limfadenopati
reaktif. Diagnosis dapatditegakkan dengan histopatologis yaitu adanya gambaran
atrofi asinar dan infiltrasilimfositik difus dan kadang ada atau tidak ada pulaupulau epimioepitelial. Penyakit ini berhubungan dengan sindrom Sjgren.
Komplikasi
Penyakit ini dapat menyebabkan progresi ke arah penyakit neoplastik
sepertikarsinoma limfoepitelial, limfoma sel B gred rendah pada pseudolimfoma
MALT danlimfoma non-Hodgkin. Kadang juga disertai dengan sarkoma Kaposi
pada pasien yangterinfeksi HIV.
Penanganan dan Prognosis
Terapinya adalah simptomatik kecuali pembesaran parotid adalah cukup
beratsehingga diharuskan untuk parotidektomi superfisial. Eksisi submandibular
total adalahterapi yang sangat adekuat untuk kista limfoepitelial benigna yang
jarang. Jarang terdapat transformasi maligna, bagaimanapun observasi tetap harus
dilakukan setelah eksisi total dari kelenjar tersebut.
Tumor Kelenjar Ludah
Sebagian besar tumor kelenjar ludah terjadi pada kelenjar parotis (80%),
sekitar 10-15% terjadi pada kelenjar submandibula, dan sisanya pada sublingual

31

maupun pada kelenjar ludah minor. Sekitar 80% tumor parotis dan 50% tumor
submandibula merupakan tumor jinak. Sebaliknya lebih dari 60% tumor yang
terjadi pada kelenjar sublingual maupun kelenjar ludah minor merupakan tumor
ganas. Resiko keganasan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya ukuran
tumor. Sekitar 80% tumor terjadi pada usia dewasa. Tumor pada anak-anak
biasanya terletak pada kelen jar parotis, dan sekitar 65% tumor anak-anak bersifat
jinak.16
Tumor ganas dalam sifat agresivitasnya berkisar dari yang grade rendah
hingga grade tinggi. Sifatnya tergantung pada histologi tumor, derajat invasif dan
terdapatnya metastasis regional. Tumor ganas epithelial kelenjar ludah yang
tersering adalah karsinoma mukoepidermoid. 17,18
1. Tumor Jinak
Tumor jinak dan ganas pada kelenjar ludah dibagi menjadi epithelial,
nonepithelial dan metastatic neoplasms. Tumor epithelial dibagi menjadi adenoma
pleomorfik (80%), Monomorphic adenoma, Warthins tumor, oncocytoma dan
Adenoma Sebasea. Tumor non epithelial dibagi menjadi hemangioma, neural
sheath tumor, dan lipoma.
Penyebab pasti tumor kelenjar saliva belum diketahui secara pasti,
dicurigai adanya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan
radiasi dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma
mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor
pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenjar liur. kelainan genetik, misalnya
monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar
liur. 18
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah
(parotis),

pada

angulus

mandibula

(parotis

dan

submandibula),

leher

(submandibula) atau pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran


ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi
kistik, hemoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar saliva biasanya bersifat
mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada
gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala
32

seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang
terfiksir dan pembesaran kelenjar getah bening cervikal. 19
Tumor parotid benigna sering muncul sebagai massa tidak nyeri dan
pertumbuhan lambat sering di bagian kaudal kelenjar parotid. Aspirasi jarum
halus pada tumor kelenjar saliva, walaupun tidak sensitif atau spesifik seperti pada
tumor tumor lain ( contohnya tiroid) adalah sangat berguna untuk membedakan
antara proses maligna dan benigna. Kadar akurasi adalah kira-kira 85% dalam
menentukan tumor parotid adalah maligna atau benigna. Kadar ini lebih tinggi
apabila digunakan untuk mendeteksi sesuatu lesi itu berasal dari jaringan parotid
atau tidak. CT scan dan MRI dapat membantu mengidentifikasi tumor lobus
dalam jika dicurigai secara klinis.19
Pada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada daerah
kepala-leher, operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan penyakit
tertentu yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ini (diabetes, sirosis,
hepatitis, alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate, antihipertensi, derivate
fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan pembengkakan,
karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah. 19
Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat
ditentukan apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan
kulit dan selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis.
Kadang-kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya,
dan langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari
belakang, untuk dapat melihat asimetrisitas yang mungkin lolos dari perhatian
kita. 19
Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian
lokalisasi tumor dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan
hubungan dengan sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual.
Palpasi secara sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang
jarang terjadi juga harus dilakukan. 19
Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam
diagnostik pembengkakan yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode
33

ini pada umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara dan pada mayoritas
tumor klinis dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan
dengan pencitraan. 19
Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada
gangguan tulang atau mungkin penting juga untuk diagnostik diferensial (batu
kelenjar ludah,

kelenjar limfe yang mengalami kalsifikasi). Foto toraks

diperlukan untuk menemukan kemungkinan metastasis hematogen. Dengan


ekografi atau CT, tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh gambaran
mengenai sifat pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi,
letaknya di dalam atau di luar kelenjar limfe. Adenoma pleomorfik dapat
dibedakan dari tumor kelenjar ludah yang lain dengan MRI. Metode ini tidak
dapat membedakan antara tumor benigna dan maligna. Pemeriksaan dengan
rontgen kontras glandula parotidea dan glandula submandibularis (sialografi)
diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut inflamasi (kronik) atau kalsifikasi dan
dapat mempunyai arti untuk diagnosis diferensial. 19
Operasi eksisi total tanpa melibatkan batas adalah terapi yang
direkomendasikan pada tumor jinak kelenjar saliva. Jika tumor terletak lateral dari
cabang nervus fasialis, dilakukan parotidektomi superfisial. Jika terletak
medialnya, biasanya dilakukan parotidektomi total dengan preservasi n.fasialis.
Enukleasi dari massa tumor tidak direkomendasikan karena risiko eksisi yang
tidak komplit.

2,3

Tumor ruang parafaringeal memerlukan reseksi dengan

pendekatan transservikal. Radioterapi tidak diindikasikan pada tumor kelenjar


saliva yang jinak. 19

a. Adenoma Pleomorfik16
Adenoma pleomorfik merupakan tumor kelenjar liur yang paling banyak
ditemukan, berkisar 60%-80% dari seluruh tumor jinak di kelenjar liur. Sekitar
85% terdapat di kelenjar parotis. pada kedua lobus. Tumor ini merupakan tumor

34

campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan
mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi komponennya.
Adenoma pleomorfik paling sering ditemukan pada usia dekade keempat
sampai keenam, jarang ditemukan pada anak, dengan frekuensi lebih tinggi pada
wanita dengan perbandingan wanita dengan pria 3:2. Bangsa kulit putih lebih
tinggi risiko mendapat adenoma pleomorfik dibanding dengan kulit berwarna.
Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui
secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Pemaparan
radiasi dihubungkan dengan pekembangan tumor jinak. Satu studi mengatakan,
bahwa simian virus (SV 40) memainkan peranan penting dalam perkembangan
Adenoma Pleomorfik. Virus Epstein-Barr merupakan salah satu faktor didalam
perkembangan tumor-tumor limphoephitelial kelenjar saliva. 19
Tampilan klinis yang khas adalah berupa masa padat tunggal tanpa nyeri
dengan pertumbuhan lambat, mobile jika kecil, nodul tunggal dan dapat terfiksir
jika sudah lanjut. Pada kelenjar parotis 90% berlokasi di lobus superfisialis dan
paling sering pada pool bawah (tail). Pleomorphic adenoma kelenjar liur minor
paling terjadi di lateral palatum yang tertutup mukosa normal. Tumor hampir
selalu soliter, walau syncronous dan metachchronous pernah dilaporkan. Paralisis
n.fasialis tidak pernah disebabkan oleh pleomorphic adenoma, walaupun tumor
sangat besar. Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang
timbul bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul
seperti : dysphagia, dyspnea, suara serak ,susah mengunyah, dan epistaksis.
Meskipun Adenoma Pleomorfik digolongkan sebagai tumor jinak, tetapi
mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant
membentuk carsinoma.
Gambaran makroskopis smooth, lobulated, well-encapsulated batas tegas
dari jaringan sekitar. Gambaran khas berupa tumor solid yang memiliki area
gelatinous myxoid stroma. Degenerasi kistik atau infark dan nekrosis jarang
terlihat kecuali tumor besar dan lama. Mikroskopis; tumor tersususun oleh gland
like epithel dan stroma mesenchymal dengan proporsi yang bervariasi. Juga

35

terlihat adanya pertumbuhan encapsulation dan transcapsular dari tumor


pseudopod (karakteristik dari pleomorphic adeoma).
Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
Merupakan cara yang cepat dan aman untuk mendiagnosis adenoma
pleomorfik parotis, sekalipun kekuatan hasilnya tergantung pada
keterampilan dari ahli sitopatologi yang memeriksa.
2. Radiologi
a. Sialografi
Dengan pemeriksaan ini massa tumor terlihat mendorong jaringan
parotis dan duktus-duktusnya.
b. Tomografi Komputer (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI)
Dengan CT-Scan adenoma pleomorfik memberi gambaran berupa
massa berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau heterogen.
Densitas lebih tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak
parotis. Gambaran yang heterogen dengan daerah nekrosis, kistik,
sering didapatkan karena adenoma pleomorfik sering terdapat cairan,
lemak darah, dan kalsifikasi. Pemberian kontras memberikan
penyangatan yang bervariasi.
Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke jaringan
sekitar. MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa tumor yang
secara histopatologi jinak dan mudah di palpasi. Sensitivitas dan
spesifitas CT-Scan hampir sama dengan MRI dalam menentukan lokasi
tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.
c. Ultrasonografi (USG)
Dengan USG memberikan gambaran massa lembut, hipoekoik dan
seing terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang halus memberikan
gambaran yang lebih heterogen.
3. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan,
bahkan merupakan kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa
tanda-tanda ke arah ganas, seperti pada adenoma pleomorfik, tumor yang
paling sering ditemukan pada daerah ini bersifat kambuh lokal jika
kapsulnya dirusak dan juga karena alasan kosmetik.
36

Penanganan tumor Adenoma Pleomorfik adalah pembedahan dengan


mengupayakan seluruh jaringan tumor terangkat. Parotidektomi superfisial
merupakan operasi yang paling sering dilakukan. Prognosis untuk adenoma
pleomorfik adalah baik dengan kadar 96% tidak terjadi kekambuhan. 19
b. Monomorphic Adenoma
Monomorphic adenoma merupakan tumor dengan penampakan sel yang
sama dan seragam. Termasuk dalam terminologi ini adalah adenoma cell basal,
adenoma canalikular, adenoma sebaceous, glycogen rich adenoma dan adenoma
clear cell. Dari kelompok tersebut adenoma sel basal adalah yang tersering.
Adenoma monomorphic adalah mencakup 1.8% dari tumor jinak kelenjar liur dan
khususnya menyerang pasien dengan usia dekade 6 kehidupan. Terdapat
pertentangan dalam hal predileksi gender. Mayoritas adenoma basal cell lokasinya
di kelenjar parotis dengan tumor yang tumbuh berlahan dan konsistensi padat.
Makroskopis, well-encapsulated dan smooth tumor. Mikroskopis dibagi
menjadi 4 sub tipe solid, trabecular, tubular dan membranous. Umumnya adenoma
monomorphic menunjukan prilaku yang nonaggressive dan adekuat dengan eksisi
bedah.
c. Papillary Cystadenoma Lymphomatosum
Papillary Cystadenoma Lymphomatosum juga dikenal dengan tunor
Warthin, merupakan tumor kedua yang paling sering muncul di kelenjar parotis.
Predileksi tumor ini pada laki-laki pada decade ke empat sampai tujuh. Dengan
perbandingan kejadian pria dengan wanita 5:1. Tumor ini besifat bilateral pada 612% kasus.
Secara klinis, tumor ini bersifat lambat pertumbuhannya, berbatas tegas,
tidak nyeri kecuali terjadi superinfeksi. Konsistensi cenderung padat atau kenyal
dan terkadang noduler. Sebagian kecil pasien mengeluhkan pertumbuhan yang
cepat disertai nyeri dan penekanan.
Makroskopis, tumor warthins memiliki permukaan yang halus dan
lobulated dan kapsul yang tipis tapi kasar. Kista multiple yang mengandung cairan

37

viscous dengan diameter yang bervariasi juga terlihat. Kapsul kista tampak kasar
dan irregular.
Gambaran mikroskopis yang patognomonik adalah sel-sel epitel yang
membentuk proyeksi papiler ke dalam rongga kista dengan latar belakang stroma
lymphoid.
d. Oncocytoma
Oncocytoma merupakan tunor benigna yang jarang terjadi yaitu sekitar
2,3% neoplasma kelenjar saliva. Tumor biasanya terjadi pada kelenjar ludah baik
pada laki-laki maupun wanita pada dekade ke enam. Mayoritas tumor menyerang
parotis (78%), diikuti palatum, lidah, dan bukal.
Tampilan klinis identik dengan tumor jinak lain berupa tumor yang
tumbuh berlahan, padat, khususnya di lobus superficial kelenjar parotis.
Konsistensi padat, multilobulated dan mobile. Oncocytoma dan tumor Warthins
uptake terhadap anion pertechnetate oleh karenanya dapat dibedakan dengan
neoplasma lain dengan pemeriksaan scintigraphgy menggunakan technetium-99m
pertechnetate.
Makroskopis, berupa tumor homogen dengan permukaan halus yang
terkadang dipisahkan ke dalam lobulus oleh jaringan fibrous.
Mikroskopis, terdapat uniform oncocytes dengan sel yang besar dengan
batas jelas dan diisi oleh sitoplasma yang granular dan acidophilic.
Oncocytoma merupaka tumor solid, bulat, yang terlihat pada kelenjar
ludah mayor namun jarang di intraoral serta bersifat bilateral.
Operasi eksisi tanpa melibatkan margins adalah terapi yang dianjurkan dan
onkositoma adalah bersifat radioresisten. 19
e. Basal Cell Adenoma
Tumor ini bersfat tumbuh lambat, berupa massa yang tidak sakit dan
insidensinya hanya 1-2% dari keseluruhan kasus tumor kelenjar ludah. Predileksi
lesi pada laki-laki dengan perbandingan 5 :1. Sekitar 70% lesi terjadi di kelenjar
parotis, dan apabila terjadi pada kelenjar ludah minor biasanya terjadi pada bibir
atas.
f. Canalicular Adenoma

38

Lesi ini bersifat predominan pada usia lebih dari 50 tahun dan biasanya
terjadi pada wanita. Sekitar 80% terjadi pada bibir bawah dengan pertumbuhan
lesi yang lambat, mobil, dan asimtomatik.
g. Myoepithelioma
Lesi ini biasanya terjadi pada kelenjar parotis dan palatum merupakan
lokasi yang sering terjadi. Tidak terdapat predileksi berdasarkan jenis kelamin,
dan biasanya terjadi pada dewasa di usia sekitar 53 tahun. Lesi berbatas tegas,
asimptomatik, dengan pertumbuhan lambat.
h. Adenoma Sebasea
Lesi jenis ini jarang terjadi dan muncul dari glandula sebasea yang
terdapat di dalam jaringan kelenjar ludah. Kelenjar parotis merupakan lokasi yang
sering kali terlibat.
i. Ductal Papiloma
Ductal papiloma merupakan subset tumor jinak yang muncul dari duktus
ekskretori, predominan pada kelenjar ludah minor. Terdapat tiga bentuk dari tumor
ini yaitu simple ductal papiloma, inverted ductal papiloma, dan sialadenoma
papiliferum.
J. Hemangioma
Walaupun bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan
sebagai diagnosis banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor jinak
ini berasal dari sel endotelial dan merupakan kurang dari 5% dari semua tumor
kelenjar liur. Pada anak-anak, hemangioma kapiler adalah tumor kelenjar liur
yang paling sering yaitu lebih dari 90% tumor kelenjar liur terjadi pada anak-anak
di bawah usia 1 tahun. Tumor in mengenai perempuan lebih banyak dari laki-laki
dan sering terdapat pada kelenjar parotid. 19
Hemangioma biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral
dan tidak nyeri. Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering menyebabkan
deformitas kosmetik. Aspirasi jarum halus biasanya tidak penting. CT scan, MRI
atau keduanya dapat menunjukkan gambaran vaskularisasi pada lesi. Diagnosis
banding termasuk kelainan proliferatif vaskular seperti limfangioma dan
hemangioma kavernosa. 19

39

Kemungkinan untuk regresi spontan ada dan karena itu operasi eksisi
dapat ditunda. Bagaimanapun, jika terdapat gangguan fungsional ataupun
kosmetik, eksisi total melalui parotidektomi dengan memelihara nervus fasial
adalah indikasi. Pada anak-anak semakin superfisial lokasi dari nervus fasial
dibandingkan pada orang dewasa yang mana penting untuk dipertimbangkan
dalam mengidentifikasi saraf tersebut sewaktu intraoperatif. Transformasi maligna
belum pernah dilaporkan. 19
Neoplasma Kelenjar Saliva Malignan20,21,22
Definisi dan Klasifikasi
Tumor kelenjar saliva memiliki jenis yang berbeda-beda. Sekitar seperempat
dari tumor kelenjar saliva adalah ganas. Kejadian tumor kelenjar saliva ini
didapati sekitar 80-90% merupakan kelenjar saliva sublingual, 50-60%
merupakan kelenjar saliva minor, 30-40% merupakan kelenjar submandibula, dan
20-30% merupakan kelenjar parotis.
Etiologi
kanker kelenjar parotis merupakan penyakit yang jarang te rjadi, etiologi
dari penyakit ini belum diteliti secara mendalam dan faktor-faktor yang
menyebabkan karsinogenesis masih belum jelas. Eksposur asap tembakau dan
konsumsi alkohol belum memiliki keterkaitan pasti dengan perkembangan
penyakit ini.
Namun, salah satu faktor risiko tebesar adalah paparan radiasi pengion,
seperti yang didukung oleh studi pada korban bom atom. hubungan dosis juga
telah diamati. radiasi medis atau sinar ultraviolet pada terapi untuk kepala atau
leher dan eksposur pada Xrays gigi juga telah dikaitkan dengan peningkatan
risiko. efek cahaya terapi UV tampaknya lebih jelas pada orang berkulit putih,
yang secara alami lebih sensitive terhadap efek sinar UV. Selain itu, senyawa
nitroso dapat menginduksi kejadian

tumor kelenjar parotid pada penelitian

terhadap tikus di laboratorium. Kehadiran senyawa nitroso yang terdapat dalam

40

karet bisa menjelaskan insiden yang lebih tinggi pada pekerja industri.karet yang
mengalami kanker parotis
Tumor ganas dari kelenjar saliva dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan
histologi yaitu: adenocarcinoma, mucoepidermoid, adenoid cystic carcinoma,
malignant mixed carcinoma, acinic cell carcinoma, salivary duct carcinoma, dan
lain-lain.
1.

Mucoepidermoid carcinoma
Merupakan keganasan tumor kelenjar saliva yang paling sering,

kebanyakan terdapat pada tumor kelenjar parotis, tetapi bisa juga terlihat pada
tumor kelenjar saliva minor. Tumor ini terdapat campuran antara sel squamous
(komponen epidermoid), sel penghasil mukus (komponen mukoid), dan sel
intermediat.
Tumor ini dibagi berdasarkan tingkatannya yaitu low grade, intermediate
grade, dan high grade berdasarkan jumlah dari sel yang dapat dikenali, kecepatan
mitosis, necrosis, dan plemorphism. Grade ini berfungsi dalam menentukan
outcome dari pasien itu sendiri.
Gejala klinis dari tipe ini yaitu terdapat tumor yang tidak bergerak dan
tetap. Gejala lainnya yaitu nyeri, otorrhea, parestesia, facial nerve palsy, disfagia,
perdarahan dan trismus.

2.

Adenocarcinoma
Tumor hanya terbatas pada lesi dan tidak menunjukkan adanya suatu pola

yang dapat dikenal seperti pada tipe tumor lainnya pada kelenjar saliva. Variasi
dari adenocarcinoma kelenjar saliva sangat banyak dari yang dapat dikenali
hingga tidak dapat dikenali. Biasanya terjadi pada usia 60-80 tahun.
Gejala dari adenocarcinoma ini sangat luas tetapi umumnya terdapat
pembengkakan yang tidak nyeri dan terdapat nyeri yang tidak dapat dilokalisir.

41

3.

Adenoid Cystic Carcinoma


Lebih banyak terjadi pada kelenjar saliva yang minor dibandingkan

dengan kelenjar parotis. Tumor dikenali dengan adanya gambaran histologi seperti
keju Swiss dimana terdapat sel neoplastik yang membentuk rongga bulatan.
Grading tumor ini dibedakan menjadi low grade, intermediate grade, dan high
grade.
Gejala klinisnya yaitu massa yang berkembang secara lambat disertai nyeri
akibat invasi perineural, dapat juga terjadi paralisis nervus fasialis.
4.

Acinic Cell Carcinoma


Lebih dari 90% carcinoma cell acinic tumbuh pada kelenjar parotid.

Tumor jenis ini terjadi pada usia 50 hingga 70 dengan jumlah kejadian pria:wanita
yaitu 2:1.
Gejala klinis yang didapati adalah pertumbuhan massa yang pelan, soliter,
dan dapat bergerak didaerah parotis, tetapi sedikit yang multinodular dengan/atau
melekat pada otot atau kulit. Sepertiga pasien dapat merasakan nyeri yang tidak
jelas dan hilang timbul.
5.

Malignant Mixed Tumor


Awalnya mirip seperti pleomorphic adenoma yang jinak kemudian epitel

berubah menjadi ganas. Perbedaan yang paling mencolok antara malignant mixed
tumor dan pleomorphic adenoma yaitu lesi yang infiltratif dan agresif dan terdapat
perubahan yang sangat mencolok seperti perbesaran yang mendadak, dan adanya
nyeri pada adenoma yang sebelumnya tidak mengganggu.
Gejala klinis sangat beragam tetapi umumnya pembengkakan yang dapat
disertai nyeri atau tanpa nyeri.
6.

Salivary Duct Carcinoma

42

Merupakan tumor yang jarang dengan kebanyakan penderita adalah lakilaki. Tumor berkembang dengan sangat cepat dan menyebabkan nyeri dan nerve
palsy.

Diagnosis
Klasifikasi klinis TNM dari carcinoma kelenjar saliva
T - Tumor primer
TX

Tumor primer tidak dapat diperiksa

T0

Tidak ada bukti tumor primer

T1

Tumor 2 cm atau kurang tanpa perluasan ke ekstraparenkim

T2
Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm tanpa perluasan ke
ekstraparenkim
T3

Tumor lebih dari 4 cm dan/atau tumor dengan perluasan ekstraparenkim

T4a

Tumor menginvasi kulit, mandibula, rongga telinga, atau saraf fasialis

43

T4b

Tumor menginvasi dasar tengkorak, pterygoid, atau menekan arteri karotis

N Kelenjar limfa regional


NX

Kelenjar limfa regional tidak dapat diperiksa

N0

Tidak terdapat metastasis kelenjar limfa

N1

Metastasis pada satu kelenjar limfa yang ipsilateral, 3 cm atau kurang

N2a Metastasis pada satu kelenjar limfa yang ipsilateral, lebih dari 3 cm,
kurang dari 6 cm
N2b

Metastasis pada berbagai kelenjar limfa yang ipsilateral, kurang dari 6 cm

N2c
cm

Metastasis pada kelenjar limfa bilateral atau kontralateral, kurang dari 6

N3

Metastasis pada kelenjar limfa lebih dari 6 cm

M Metastasis jauh
MX

Metastasis jauh tidak dapat diperiksa

M0

Tidak terdapat metastasis jauh

M1

Terdapat metastasis jauh

Tata Laksana
Pengobatan terbaik untuk kelenjar saliva ganas adalah eksisi bedah. Jika
pembedahan tidak dilakukan dengan komplit maka dapat disertai dengan
postoperative radiotherapy untuk mengurangi terjadinya rekuren. Pembedahan
tidak dilakukan dengan komplit karena keinginan untuk tidak melakukan eksisi
terhadap nervus fasialis tersebut. Pada pembedahan tempat lain seperti pada
kelenjar sublingual dan submandibular dapat dilakukan eksisi luas yang komplit
karena tidak terdapat kerusakan nervus fasialis.
Pada pasien yang tidak cocok dengan pembedahan seperti pada geriatri
atau pada tumor malignan dari kelenjar saliva minor pada nasofaring atau palatum
dapat dilakukan tatalaksana hanya dengan radiotherapy saja tanpa pembedahan.

44

DAFTAR PUSTAKA
1. Rosen, F. S. 2001. Anatomy and Physiology of the Salivari Glands.
UTMB. Dept. of Otolaryngology.
2. Holsinger, F. C and Bui, D. T. 2009. Anatomy, Function and
Evaluation of the Salivary Glands. In: Chapter 1 Head and Neck
Surgery Pp1-16.
3. Jacksoll, T. and Melnick, M. 2004. Embryonic Salivary Gland
Branching Morphogenesis. In: Chapter 9 Clinical Embryology.
4. Standring S. 2008. Salivary Gland. Grays Anatomy. 40th Ed. Elsevier.
5. Isenman L, Liebow C, Rothman S. The Endocrine Secretion of
Mammalian Digestive Enzymes. Am J Physiol. 1999; 276: E223-E232.
6. Kontis TC, Johns Me. Anatomy and Physiology of the Salivary Glands.
Head and Neck Surgery-Otolaryngology, Second Edition, ed. Byron J.
7.

Bailey. Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia, PA. 1998: 531-539.


Ross MH, Romrell LJ, Kaye GI. Histology: A Text and Atlas. Third

Edition. Williams and Wilkins. Baltimore, MD. 1995: 417-439.


8. Jensen JL, Barkvoll P. Clinical Implications of Dry Mouth: Oral
Mucosal Diseases. Ann New York Acad Sci. 1998; 842: 156-162.
9. Mattes RD. Physiologic Responses to Sensory Stimulation by Food:
Nutritional Implications. J Am Diet Assoc. 1997; 97: 406-410, 413.
10. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and physiology of the salivary gland.
In: Baily BJ, ed. Head and neck surgery-otolaryngology. Philadelphia:
Lippincott; 2001. p. 429-36
11. Eugene N. Myers, R. L. F., 2007. Salivary Gland Disorders.
ilustrartion.Springer Science & Business Media.
12. Schlossberg, D., 2015. Clinical Infectious Disease. Cambridge:
Cambridge University Press.
13. Susyana Tamin, D. Y., 2011. Penyakit kelenjar saliva dan peran
sialoendoskopi untuk diagnostik dan terapi, Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
14. Witt, R. L., 2011. Salivary Gland Diseases: Surgical and Medical
Management..Thieme.

45

15. Benign diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands,


Fidelia

Yuan

ShinButt,

Current

Diagnosis

and

Treatment,

Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2ndEdition. Anil K.L, Lange


Mc Graw-Hill. 2008. New York
16. Abeloff M.D. Abeloff's clinical oncology. Philadelphia: Churchill `
Livingstone/Elsevier. 2008.
17. buku dokter suyatno
18. Wein RO, Chandra RK, Leemans CR, et.al. Disorders of the Head and
Neck. In: Schwartzs principles of surgery, 10th ed. Mc Graw-Hill.
2015. Hal : 565-604.
19. Manuaba TW. Kepala dan Leher. dalam: Buku ajar ilmu bedah
sjamsuhidajat-de jong, edisi ketiga. Penerbit buku kedokteran EGC.
2007. Hal : 416-470
20. Benign diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands,
Fidelia

Yuan-Shin

Butt,

Current

Diagnosis

and

Treatment,

Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd Edition. Anil K.L, Lange
Mc Graw-Hill. 2008. New York.
21. Barnes L., Universitts-Spital Z., Department P., International
Academy of P., World Health O., International Agency for Research on
C., editors. Pathology and genetics of head and neck tumours. 2007;
Lyon: IARC Press.
22. Tobias J., Hochhauser D. Cancer and its management. 2015. Available
from:

http://alltitles.ebrary.com/Doc?id=10952044.

[Accessed

16

Agustus 2015]

46

Anda mungkin juga menyukai