Disusun Oleh :
Dessy Indri Astuti
Sherwin
Nurul Citta Banu Putri
Vincent
Novianti Nasution
Eswaraan K. Balakrishnan
Rathika Gevaratnam
Salinee Visuanathan
Eshpreet Kaur
Thenammutha Kulaendran
090100120
100100114
100100167
100100246
100100346
100100193
100100205
100100207
100100209
100100268
Sebuah kapsul dibentuk oleh jaringan mesenkim di sekitarnya. Tunastunas kecil muncul di dasar mulut, di lateral lidah pada minggu ke-6 gestasi dan
meluas ke arah posterior di sekitar otot mylohyoid ke segitiga submandibular
(gambar
3).
Tunas-tunas
ini
kemudian
berkembang
menjadi
kelenjar
Pada bulan ke-9 gestasi, anlage kelenjar sublingual terbentuk dari tunas
epitel endoderm di sulkus paralingual di dasar mulut. Ketiadaan kapsul kelenjar
sublingual
adalah
karena
infiltrasi
pada
kelenjar
oleh
jaringan
ikat
posterior
temporomandibular
joint.
Pada
bagian
ini
nervus
posteromedial
tercetak
pada
prosesus
mastoid,
jugular eksternal. Kadang kadang, vena ini tidak berhubungan dengan vena
jugular eksternal, yang kemudian mengecil, dan vena jugular anterior membesar.
lemak buccal dan buccinator berhadapan dengan mahkota gigi molar ketiga.
Duktus ini kemudian berjalan oblik diantara buccinator dan mukosa oral sebelum
terbuka menjadi papila kecil bersebrangan dengan mahkota molar atas kedua.
Aliran duktus di submukosa seperti mekanisme valvular yang mencegah inflasi
pada kelenjar dengan meningkatkan tekanan intraoral. Ketika melewati masseter,
duktus tersebut berada diantara nervus fasial cabang atas dan bawah buccal, dan
menerima duktus parotid accecory.
Bagian accecorykelenjar dan arteri fasial transversal berada diatas duktus
parotid; nervus mandibular cabang buccal, masuk dari bawah temporalis dan
masseter, tepat dibawah masseter batas anterior. Duktus parotid mungkin dilalui
oleh cabang anstomosom diantara nervus facialis cabang zygomatic dan cabang
buccalis.
Percabangan
sistem
duktus,
dan
pola
serta
fungsinya,
dapat
kecil, yang terdapat disekitar batas posterior mylohyoid. Kelenjar ini merupakan
kelenjar seromucous (tetapi paling banyak serous).
a. Bagian superfisial kelenjar submandibular
Bagian superfisial kelenjar terdapat di segitiga digastrik dimana kelenjar
ini di depan digastrik anterior dan dibelakang ligamen stylomandibular, dimana
dipisahlan dari kelenjar parotid. Bagian atas, kelenjar ini memanjang sampai ke
bagian medial mandibula. Bagian bawah, kelenjar ini berhimpitan dengan tendon
intermedia digastrik dan insersi stylohyoid.
Bagian dari kelenjar submandibular ini mempresentasikan permukaan
inferior, lateral dan medial, dan sebagian membungkus batas bawah mandibula
dan menutupi permukaan inferior kelenjar. Kelenjar dalam melekat pada garis
mylohyoid pada permukaan medial mandibula dan membungkus permukaan
medial kelenjar tersebut.
Permukaan inferior, ditutupi oleh kulit, platisma dan fasia dalam, dilewati
oleh vena fasial dan cabang brankiaal nervus fasial. Dekat dengan mandibula,
kelenjar getah bening submandibula berlekatan dengan kelenjar dan beberapa
masuk didalamnya.
Pemukaan lateral berbatasan dengan fossa submandibular pada permukaan
medial mandibula dan mandibula melekat pada pterygoid medial. Arteri fasial
melekuk pada bagian posterosuperior, berada pada permukaan dalam pertama
kelenjar dan kemudian masuk diantara permukaan lateral dan kelenjar mandibukar
melekat pada pterydoid medial untuk mencapai batas bawah mandibula.
Permukaan medial berbatasan dengan mylohyoid bagian anterior, dimana
ia dipisahkan oleh nervus dan pembuluh darah mylohyoid dan cabang pembuluh
darah submental.. pada bagan posteropr. Kelenjar ini berhubungan dengan
styloglossus, ligamen stylohoid dan nervus glossopharngeal, dimana ia dipisahkan
dari faring. Pada bagian intermediat, permukaan medial ini berbatasan dengan
hyoglossus, dimana ia dipisahkan dari styloglossus, nervus lingual ganglion
11
submandibular, nervus hypoglossal dan vena lingual dalam (berurutan dai atas ke
bawah). Di bawah, permukaan medial berbatasan dengan otot stylohyoid dan
bagian posterior digastrik.
b. Bagian Profunda kelenjar submandibular.
Bagian profunda kelenjar ini memanjang sampai ke akhir posterior
kelenjar sublingual. Kelenjar ini berada diantara mylohyoid inferolaterallu,
hypoglosus dan stryloglossus secara mendial, nervus lingual secara superior, dan
nervus hypoglossal dan vena lingual dalam secara inferior.
c. Vaskularisasi dan drainase limfatik
Arteri yang mensuplasi kelenjar adalah cabang dari arteri fasial dan
lingual. Pembuluh limfa mendrainasi menuju kelompok cervikal dalam pembuluh
limfa (khususnya nodus jugulo-omohyoid), dipisahkan oleh nodus submandibular
d. Inervasi
Suplai sekretomotor pada kelenjar submandibular didaptkan dari ganglion
submandibular. Gangliom ini merupakan ganglion kecil, bafan fusiform yang
berada di bagian atas hipoglosus. Terdapat sel ganglion tambahan di hilum
kelenjar. Seperti siliar, pterygopalarie dan ganglia otic, kelenjar submandibular
merupakan ganglion parasimpatik perifer. Bagian ini berbatasan superior terhadap
bagian dalam elenjar submandibular dan berbatasan inferior dengan nervus
lingual, dan tergantung di belakang filament anterior dan posterior. Walaupun
berhubungan dengan nervus lingual, ganglion ini berhubungan secara fungsional
dengan nervus fasial dan dengan cabang korda timpani.
Seperti ganglia parasimpatik kranial lainnya, terdapat tiga cabang yang
berhubugnan dengan ganlion submandibular. Cabang motor, parasimpatik
merupakan filamen posterior yang berhubungan dengan nervus lingual. Bagian ini
membawa serabut preganglion dari nukleis salivatori superior yang berjalan di
fasial, korda timpani dan nervus lingual ke ganlion. Beberapa serabut juga
mencapai kelenjar parotid. Cabang simpatik didapatkan dari pleksus arteri fasial.
12
Cabang ini terdiri dari serabut postganglion dari ganglion sercikal superior
yang melintang pada ganglion submandibular tanpa bersinaps. Mereka adalah
vasomotr pada pembuluh darah kelenjar submandibular dan sublingual. Lima atau
enam cabang dari ganglion menyuplai kelenjar submandibular dan duktusnya.
Serabut lainnya melewati gilament anterior yang menghubungan kelenjar
submandibular ke nervus lingual dan dibawa ke sublingual dan kelenjar lingual
anterior. Serabut sensori didaptkan dari nervus lingual.
e. Duktus submandibular
Duktus submandibular biasanya dengan panjang 5cm dan memiliki
dinding yang tipis daripadi duktus parotid. Bagian ini dimulai dari berbagai
cabang di bagian superior kelenjar dan masuk dari permukaan medial dari bagian
kelenjar ini dibelakang batas posterior mylohyoid. Bagian ini melintang pada
bagian dalam kelenjar, dan kemudian keluar pada bagian atas pertama dan
belakang kurang lebih 5mm, bentuk ini berkumpul pada batas bebas mylohyoid
yang dikenal sebagai genu duktus ini. Duktus ini kemudian berjadalan diantara
mylohyoid dan hypoglosus melewati antara kelenjar sublingual dan genioglosssus
dan terbuka pada lantai dasar mulut pada puncak papila sublingua ada sudut
frenulum lidah (Gambar 8). Duktus ini berada diantara nervus lingual dan
hipoglossal pada hypoglossus, namun, pada batas anterior otot, duktus ini dilewati
secara lateral oleh nervus lingual, cabang terminal yang naik pada sisi medialnya.
Karena duktus ini melintangi bagian dalam kelenjar, maka ia mendapatkan sedikit
drainase cabang pada bagian kelenjar ini.
13
kurang lebih 4 gram. Kelenjar sublingual berada pada mylohyoid, dan ditutupi
oleh mukosa dasar mulut, yang tampak sebagai lipatan sublingual. (gambar 5).
Ujung anterior kelenjar sublingual kontralateral berada di depan, dan bagian
dalam kelenjar submandibular berada di belakang. Mandibula berada di atas
bagian anterior garis mylohyoid, fossa sublingual berada di lateral, genioglossus
di medial, dipisahkan dari kelenjar olrh nervus lingual dan duktus submandibular.
Kelenjar sublingual merupakan seromucous, namun predominan mucous.
a. Vaskularisasi, inervasi dan drainase limfatik
Suplai arteri berasal dari cabang sublingual arteri lingual dan cabang
submental arteri fasial. Inervasi berasal dari ganglion submandibular. Drainase
limfaik menuju ke nodus submental.
b. Duktus Sublingual
Kelenjar sublingual memiliki 8 20 duktus ekskretori. Duktus sublingual
terkeecil terbuka, biasanya terpisah, dari bagian posterior kelenjar menuju ke
puncak lipatan sublingual (kadang kadang beberapa terbuka pada duktus
submandibular). Ramus kecil bagian anterior kelenjar kadang kadang membetuk
duktus sublingual mayor (duktus Bartholin), yang terbuka dengan atau dekat
dengan lubang duktus submandibular (gambar 9).
14
kelenjar submandibula, 7-8% dari kelenjar sublingual dan 7-8% dari kelenjar
mukosa kecil. Selama tidur, kadar sekresi diminimalkan. Untuk air liur yang
terstimulasi kuat, kontribusi dari parotids meningkat menjadi sekitar 50%, yang
submandibula berkontribusi 35%, yang sublinguals 7-8% dan 7-8% berasal dari
kelenjar mukosa kecil. kadar sekresi saliva menunjukkan variasi dalam 24 jam
dan puncak di sore hari. Kadar sekresi saliva normal di sekitar 0,3-0,4 ml / menit
ketika tidak distimulasi dan 1,5-2,0 ml / menit ketika dirangsang.5
Produksi air liur adalah proses aktif yang terjadi dalam 2 tahap:6
1) sekresi primer - terjadi pada sel-sel asinar. Hal ini menghasilkan
produk serupa di komposisi dan osmolalitas plasma.
2) sekresi Ductal - hasil dalam cairan ludah hipotonik. Hal ini juga
menyebabkan penurunan natrium dan kalium meningkat dalam produk
akhir. Duktus saliva sangat bergantung pada ko-transport Na / K / 2Cl.
Sel-sel saluran mempertahankan potensial membran istirahat negatif,
dan sel-sel ini hyperpolarize sekunder untuk penghabisan kalium dan
masuknya klorida dengan stimulasi saraf otonom. Hal ini tidak biasa,
dan disebut sebagai "potensial sekretori", karena sel-sel yang paling
mudah mengalami rangsangan depolarisasi dengan stimulasi.
Tingkat modifikasi air liur di dalam saluran mengubah sangat bergantung
pada laju aliran saliva. Tarif cepat menghasilkan produk ludah lebih seperti
sekresi primer (tapi perlu dicatat bahwa air liur adalah selalu hipotonik untuk
plasma). Tarif lambat mengakibatkan air liur yang kaya semakin hipotonik dan
kalium. Secara umum, air liur terdiri dari 99,5% air selain protein, glikoprotein,
dan elektrolit. Air liur yang tinggi kalium (7x plasma), bikarbonat (3x plasma),
kalsium, fosfor, klorida, tiosianat, dan urea. Air liur rendah natrium (1/10 x
plasma). PH normal saliva adalah 5,6-7.6
Dari intervensi autonomik, stimulasi dengan hasil sistem saraf
parasimpatis dalam berlimpah, berair saliva dengan penurunan amilase dalam air
liur dan peningkatan amilase dalam serum. Asetilkolin adalah neurotransmitter
16
aktif, mengikat pada reseptor muscarinic dalam kelenjar ludah. Dalam kasus
parotis itu, serat parasimpatis berasal dari CN IX, perjalanan melalui Lesser
Superficial Petrosal keberanian untuk sinaps di ganglion Otic, kemudian ke saraf
Auriculotemporal dan akhirnya kelenjar ludah.
Dalam kasus Kelenjar submandibular dan sublingual, serat parasimpatis
berasal CN VII, perjalanan melalui Korda timpani ke ganglion submandibula,
kemudian melepaskan asetilkolin di dekat kelenjar tanpa sinapsis postganglionik
benar. Stimulasi oleh sistem saraf simpatis menghasilkan sedikit, air liur kental
kaya zat terlarut organik dan anorganik dengan peningkatan [amilase] dalam air
liur dan tidak ada perubahan amilase dalam serum. Untuk semua kelenjar ludah,
serat ini berasal ganglion superior Serviks kemudian melakukan perjalanan
dengan arteri untuk mencapai kelenjar:
1) Eksternal karotis arteri dalam kasus parotis
2) Lingual arteri dalam kasus submandibular, dan
3) Arteri Facial dalam kasus sublingual.
Setidaknya 8 fungsi utama dari air liur telah diidentifikasi :7
1) membasahi mukosa mulut. Bahkan, lapisan musin pada mukosa mulut
dianggap mekanisme pertahanan yang paling penting non imun dalam
rongga mulut.
2) membasahi makanan kering dan mendinginkan makanan panas.
3) Menyediakan media untuk makanan terlarut untuk merangsang selera.
4) Sebagai buffers isi rongga mulut. Air liur memiliki konsentrasi tinggi ion
bikarbonat.
5) Pencernaan. Alpha-amilase, yang terkandung dalam air liur, istirahat 1-4
obligasi glikosida, sedangkan lipase lingual membantu memecah lemak.
6) Kontrol flora bakteri rongga mulut.
7) Mineralisasi gigi baru dan perbaikan lesi email genting. Air liur tinggi
kalsium dan fosfat.
8) Melindungi gigi dengan membentuk "pelindung pellicle". Ini menandakan
mantel protein saliva pada gigi yang mengandung senyawa antibakteri.
Dengan demikian, masalah dengan kelenjar ludah biasanya mengakibatkan
karies gigi.
17
rumah jaringan. Istirahat peroksidase bawah saliva tiosianat yang, pada gilirannya,
mengoksidasi enzim yang terlibat dalam bakteri glikolisis. Namun, laju aliran
saliva dapat memainkan peran yang lebih penting dalam kesehatan mulut daripada
faktor-faktor ini.
Komplikasi intraoral dari hipofungsi saliva meliputi.8
1) Candidiasis
2) Oral Lichen Planus (biasanya menyakitkan)
3) Pembakaran Mulut Syndrome (normal muncul mukosa mulut dengan
sensasi subjektif pembakaran)
4) borok aphthous berulang
5) Karies gigi
Cara terbaik untuk mengevaluasi fungsi saliva adalah untuk mengukur laju
aliran saliva di dirangsang (misalnya, dengan menggunakan parasimpatomimetik
seperti pilocarpine) dan stase istimulasi. Xerostomia adalah TIDAK indikator
yang dapat diandalkan hipofungsi saliva. Tahap Cephalic respon mengacu pada
efek bahwa rangsangan sensorik terhadap respon fisiologis untuk makanan. Ini
neuronally dimediasi melalui parasimpatis sistem saraf. Ada hirarki rangsangan
sensorik seperti yang telan> pengunyahan> rasa> bau> pandangan> pikiran. Hasil
stimulasi pada peningkatan aliran saliva keseluruhan dari 0,3 cc / menit untuk> 1
cc / menit. Selain itu, besarnya saliva respon secara langsung berkaitan dengan
keadaan subjek kelaparan.9
Pembesaran Kelenjar Liur Akibat Infeksi
Pembesaran Kelenjar Saliva yang disebabkan oleh Infeksi Virus10
a. Infeksi virus
Mumps
18
Cytomegalovirus
baik. Infeksi pada anak-anak dapat berakibat fatal, jika anak tersebut dapat
bertahan hidup maka akan dapat terjadi kerusakan syaraf yang permanen yang
menyebabkan keterblakangan mental dan seizure disorders.
Infeksi pada orang dewasa dapat terjadi karena reaktivasi virus laten atau
karena infeksi primer. Sistem imun yang kurang baik memberi kesempatan pada
virus untuk replikasi dan menyebabkan infeksi. Pasien yang menggunakan obat
imunosupresive dan pasien dengan hematologik atau infeksi HIV akan peka
terhadap infeksi CMV yang berat.
Pembesaran kelenjar liur dapat disebakan oleh infeksi, baik infeksi virus
maupun bakteri. Infeksi bakteri yang sering menyebabkan pembesaran kelenjar
liur dapat terjadi karena adanya penyumbatan duktus pada kelenjar liur,
kebersihan mulut yang kurang, merokok ataupun penyakit kronis. Infeksi bakteri
yang berkembang pada kelenjar ludah disebut sialadenitis. Sialadenitis terjadi
ketika adanya penyumbatan pada saluran liur dan kemudian bakteri berkembang
pada daerah tersebut.11,12,13,14
Definisi
Sialadenitis adalah pembesaran kelenjar liur yang disebabkan karena
reaksi inflamasi. Proses inflamasi yang melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh
banyak faktor etiologi. Sialadenitis adalah inflamasi pada kelenjar liur yang
biasanya disebabkan oleh virus maupun bakteri yang dapat dibagi menjadi akut,
subakut dan kronik.
Klasifikasi
a. Sialadenitis supuratif akut
Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga
melibatkan kelenjar submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis
dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas
bakteriostatis pada kelenjar parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva
lainnya. Kemungkinan penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat
adanya obstruksi atau berkurangnya produksi saliva. Faktor predisposisi lain
terjadinya penyakit ini adalah striktur duktus atau kalkuli. Berkurangnya produksi
20
kelenjar saliva bisa disebabkan karena konsumsi beberapa obat. Pasien pasca
operasi juga dapat menderita penyakit ini akibat produksi saliva yang kurang yang
diikuti dengan higiene oral yang buruk. Sialadenitis bakteri akut memiliki
kecenderungan terjadi pada kelenjar parotis anak-anak dan lansia.
b. Sialadenitis kronik
Sekresi saliva yang sedikit dan adanya stasis saliva yang terjadi berulang
ulang akan menyebabkan terjadinya sialadenitis kronis. Kelainan ini lebih sering
terjadi pada kelenjar parotis. Beberapa pasien dengan sialadenitis kronis
merupakan rekurensi dari parotitis yang diderita saat masih kecil. Sebagian besar
penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada kelenjar yang
disebabkan infeksi supuratif akut. Sialadenitis kronis lebih sering terjadi pada
orang dewasa (hanya 10% dari pasien adalah anak-anak). Dengan tipe unilateral
pada kelenjar ludah mayor dan bersifat episodik. Keadaan Ini merupakan episode
berulang sialadenitis akut. Hal bisa disebabkan juga oleh karena infeksi pada
periode akut tidak diobati secara tuntas dan bisa juga karena kelainan bawaan dari
duktus kelenjar ludah.
c. Sialadenitis Obstruktif
Sialadenitis Obstruktif
21
22
2. Merasa tidak nyaman Gejala-gejala dari kondisi ini dapat bervariasi tergantung
pada intensitas infeksi. Kebanyakan orang menderita rasa sakit saat membuka
mulut mereka. Gejala tambahan mungkin termasuk.
1. Demam
2. Kemerahan pada leher atas
3. Kemerahan pada sisi wajah samping
4. Memiliki kesulitan membuka mulut
5. Mulut kering
7. Wajah yang bengkak
Presentasi klasik sialadenitis supuratif akut adalah mendadak terdapat
pembesaran yang menyebar dari kelenjar. Bisa didapatkan adanya saliva yang
purulen pada orifisium duktus saliva, yang mudah didapatkan dengan sedikit
pemijatan di sekitar kelenjar.
Pemeriksaan Radiologis
Pada penanganan pasien dengan kecurigaan obstruksi kelenjar saliva harus
dilakukan
anamnesis
secara
seksama.
Biasanya
pada
pasien
dengan
23
selanjutnya adalah dilakukan dilatasi duktus. Saat dilatasi duktus sudah maksimal,
maka dapat dimasukkan kateter sialografi. Pada pemeriksaan sialografi ini
digunakan kontras, yang bisa berupa etiodol atau sinografin.
Sialografi dapat memberikan pemandangan yang jelas pada duktus secara
keseluruhan dan dapat memberikan informasi mengenai area yang tidak dapat
dijangkau dengan sialoendoskop, misalnya pada area di belakang lekukan yang
tajam dan striktur. Kekurangan dari pemeriksaan sialografi adalah paparan radiasi
dan hasil positif palsu pada pemeriksaan batu karena adanya air bubble
(gelembung udara).
Penatalaksanaan
Istirahat ditempat tidur selama demam dan pembengkakan kelenjar saliva.
Pada kasus sialadenitis akut, harus melakukan hidrasi yang memadai sehingga
ketidakseimbangan elektrolit dapat diperbaiki. Diberikan kompres hangat serta
dapat diberikan antipiretik dan analgesik. Pemberian antibiotic klindamisin (900
mg secara/IV atau 300 mg/Oral) selama 7-10 hari. Terapi pembedahan. Dengan
melakukan insisi dan hidrasi serta massage (kalkuli, tumor, sclerosing sialadentits
atau abses).
Pada semua keadaan, lubang masuk duktus harus diperlebar dengan
beberapa probe lakrimal. Batu pada duktus dapat dikeluarkan dengan membuat
insisi ke duktus dari mukosa mulut. Batu yang terletak lebih di dalam,
memerlukan insisi linear eksternal.
Bila faktor penyebab tidak dapat dihilangkan, sebaiknya usahakan untuk
memperbesar aliran dengan cara mengunyah permen karet. Periode akut dapat
dikontrol dengan kombinasi antibiotic dan massage kelenjar. Pada keadaan yang
lebih parah, gejala yang ada dapat dikontrol dengan pengikatan duktus atau
parotidektomi permukaan. Pengikatan duktus hanya dilakukan bila ada
hiposekresi yang hebat, mialnya bila sindrom sicca atau kerusakan kelenjar telah
sangat besar. Bila kecepatan sekresi tinggi, parotidektomi merupakan indikasi.
24
Jika sialadenitis disebabkan oleh batu di saluran, batu itu mungkin perlu
dihilangkan dengan operasi.
Komplikasi
1. postparotidectomy komplikasi (saraf facial palsy atau deformitas wajah)
2. Abses
3. Kerusakan/pembusukan gigi
Pencegahan
1. Pemeliharaan Oral Hygiene yang baik
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur
setelah
akut
makan,
dan
nyeri
terutama
pembengkakan
dapat
80-90%
dari
batu
kelenjar
saliva
terjadi
di
25
resiko terjadinya obstruksi batu kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai
dehidrasi. Kadang disertai juga dengan gout, diabetesdan hipertensi.
Patogenesis
Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada
batukelenjar liur. Agregasi dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan
membentuk nidus, lalu menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan
kemudian obstruksi.Kelenjar submandibular lebih rentan terhadap pembentukan
kalkuli dibandingkankelenjar parotid karena duktusnya yang lebih panjang,
kandungan musin dan alkali dalamsaliva yang lebih tinggi dan konsentrasi
kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkulisubmandibular secara primer mengandung
kalsium fosfat dan hidroksiapatit. Disebabkankalkuli ini mengandung kandungan
kalsium yang tinggi, hampir kesemuanya adalahradiopak dan dapat dilihat pada
foto Rontgen. Kalkuli parotid adalah lebih jarangradiopak. Kira-kira 75%, satu
batu berjaya ditemukan pada kelenjar tersebut. Jikaobstruksi tidak ditangani,
maka akan berlanjut terjadinya inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi asinar.
Klinis
A. Gejala dan T anda
Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan
eksaserbasi apabila makan adalah gejala yang sering muncul pada batu kelenjar
liur.Obstruksi yang lama dapat menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri
yang semkain berat dan eritema pada kelenjar tersebut. Pasien juga mengeluhkan
adanyariwayat xerostomia dan kadang-kadang terasa ada benda asing seperti pasir
di rongga mulut. Pemeriksaan fisik sangat penting karena batu sering dapat
dipalpasi pada dua pertiga anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi
pada dasar mulut biasanyadapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan
kelenjar lebih sukar untuk di palpasi.
B. Pencitraan
Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu
radiopak tetapi posisi ini tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin
26
dilakukan di
bawahanestesi
lokal
atau
umum.
Duktus
tersebut
27
B. SINDROM SJGREN
Penegakkan diagnosis
1.pembengkakan kelenjar liur dengan mulut dan mata yang kering yang
menyebabkan sensitifitas dan nyeri pada oral dan okular.
2.sering disertai dengan penyakit jaringan penyambung lain.
3 .sering didapatkan pada wanita post-menopaus.
4.deteksi autoantibodi SS-A dan SS-B dan lain-lain, dan juga biopsi kelenjar
liur minor dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
5 .progresifitas penyakitnya perlahan
6.resiko tinggi dalam pembentukan limfoma maligna pada sindrom Sjgren
primer.
Pendahuluan
Sindrom Sjgren adalah penyakit autoimun yang secara klasik
terdapat pembesaran parotid, xerostomia dan sicca keratokonjungtivitis. Juga
dapat disertai penyakit-penyakit jaringan penyambung yang lain seperti reumatoid
artritis atau lupus eritomatosa sistemik. Sindrom Sjgren terjadi 90% pada wanita,
28
biasanya sekitar usia 60tahun. Penyakit ini adalah penyakit jaringan penyambung
kedua paling sering Cumareumatoid artritis terjadi paling sering.
A.Gejala dan Tanda
Pasien biasanya menunjukkan gejala pembesaran kelenjar liur yang
bilateral dan tidak lunak. Pembengkakan parotid dapat terjadi secara intermiten
atau menetap. Gejala lain termasuk mata dan mulut yang kering, perubahan deria
pengecapan, kulit yangkering, mialgia, vagina kering, vaskulitis dan artritis.
B. Hasil L aboratorium
Hasil tes laboratorium menunjukkan adanya SS-A atau SS-B autoantibodi,
faktor reumatoid
atau
antibodi
antinuklear
dapat
membantu
diagnosis.
Pemeriksaan mikroskopis pada biopsi kelenjar liur minor contohnya dari bibir
dapat mengkonfirmasi penyakitSjgren.
Berdasarkan kriteria histologis, skor fokus yang lebih besar dari 1 fokus/
4mm2 merupakan diagnostik. Hasil histopatologis termasuk infiltrat limfositik di
unit-unit asinar dan pulau epimioepitelial dengan stroma limfoid.
Diagnosis banding
-lesi limfoepitelial jinak (juga dikenali dengan nama sindrom Mikulicz)sialadenitis nonobstruktif kronik
Komplikasi
Komplikasi dari sindrom Sjgren primer terjadi akibat progresi kronis
penyakit
tersebut.
Deteriorasi
dari
fungsi
saliva
dapat
menyebabkan
29
dengan
infiltrasi
limfositik
difus
dan
kelompok
pulau-
30
ini
biasanya
mengenai
kelenjar
parotid
darang
mengenai
31
maupun pada kelenjar ludah minor. Sekitar 80% tumor parotis dan 50% tumor
submandibula merupakan tumor jinak. Sebaliknya lebih dari 60% tumor yang
terjadi pada kelenjar sublingual maupun kelenjar ludah minor merupakan tumor
ganas. Resiko keganasan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya ukuran
tumor. Sekitar 80% tumor terjadi pada usia dewasa. Tumor pada anak-anak
biasanya terletak pada kelen jar parotis, dan sekitar 65% tumor anak-anak bersifat
jinak.16
Tumor ganas dalam sifat agresivitasnya berkisar dari yang grade rendah
hingga grade tinggi. Sifatnya tergantung pada histologi tumor, derajat invasif dan
terdapatnya metastasis regional. Tumor ganas epithelial kelenjar ludah yang
tersering adalah karsinoma mukoepidermoid. 17,18
1. Tumor Jinak
Tumor jinak dan ganas pada kelenjar ludah dibagi menjadi epithelial,
nonepithelial dan metastatic neoplasms. Tumor epithelial dibagi menjadi adenoma
pleomorfik (80%), Monomorphic adenoma, Warthins tumor, oncocytoma dan
Adenoma Sebasea. Tumor non epithelial dibagi menjadi hemangioma, neural
sheath tumor, dan lipoma.
Penyebab pasti tumor kelenjar saliva belum diketahui secara pasti,
dicurigai adanya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan
radiasi dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma
mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor
pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenjar liur. kelainan genetik, misalnya
monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar
liur. 18
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah
(parotis),
pada
angulus
mandibula
(parotis
dan
submandibula),
leher
seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang
terfiksir dan pembesaran kelenjar getah bening cervikal. 19
Tumor parotid benigna sering muncul sebagai massa tidak nyeri dan
pertumbuhan lambat sering di bagian kaudal kelenjar parotid. Aspirasi jarum
halus pada tumor kelenjar saliva, walaupun tidak sensitif atau spesifik seperti pada
tumor tumor lain ( contohnya tiroid) adalah sangat berguna untuk membedakan
antara proses maligna dan benigna. Kadar akurasi adalah kira-kira 85% dalam
menentukan tumor parotid adalah maligna atau benigna. Kadar ini lebih tinggi
apabila digunakan untuk mendeteksi sesuatu lesi itu berasal dari jaringan parotid
atau tidak. CT scan dan MRI dapat membantu mengidentifikasi tumor lobus
dalam jika dicurigai secara klinis.19
Pada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada daerah
kepala-leher, operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan penyakit
tertentu yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ini (diabetes, sirosis,
hepatitis, alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate, antihipertensi, derivate
fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan pembengkakan,
karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah. 19
Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat
ditentukan apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan
kulit dan selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis.
Kadang-kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya,
dan langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari
belakang, untuk dapat melihat asimetrisitas yang mungkin lolos dari perhatian
kita. 19
Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian
lokalisasi tumor dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan
hubungan dengan sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual.
Palpasi secara sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang
jarang terjadi juga harus dilakukan. 19
Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam
diagnostik pembengkakan yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode
33
ini pada umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara dan pada mayoritas
tumor klinis dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan
dengan pencitraan. 19
Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada
gangguan tulang atau mungkin penting juga untuk diagnostik diferensial (batu
kelenjar ludah,
2,3
a. Adenoma Pleomorfik16
Adenoma pleomorfik merupakan tumor kelenjar liur yang paling banyak
ditemukan, berkisar 60%-80% dari seluruh tumor jinak di kelenjar liur. Sekitar
85% terdapat di kelenjar parotis. pada kedua lobus. Tumor ini merupakan tumor
34
campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan
mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi komponennya.
Adenoma pleomorfik paling sering ditemukan pada usia dekade keempat
sampai keenam, jarang ditemukan pada anak, dengan frekuensi lebih tinggi pada
wanita dengan perbandingan wanita dengan pria 3:2. Bangsa kulit putih lebih
tinggi risiko mendapat adenoma pleomorfik dibanding dengan kulit berwarna.
Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui
secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Pemaparan
radiasi dihubungkan dengan pekembangan tumor jinak. Satu studi mengatakan,
bahwa simian virus (SV 40) memainkan peranan penting dalam perkembangan
Adenoma Pleomorfik. Virus Epstein-Barr merupakan salah satu faktor didalam
perkembangan tumor-tumor limphoephitelial kelenjar saliva. 19
Tampilan klinis yang khas adalah berupa masa padat tunggal tanpa nyeri
dengan pertumbuhan lambat, mobile jika kecil, nodul tunggal dan dapat terfiksir
jika sudah lanjut. Pada kelenjar parotis 90% berlokasi di lobus superfisialis dan
paling sering pada pool bawah (tail). Pleomorphic adenoma kelenjar liur minor
paling terjadi di lateral palatum yang tertutup mukosa normal. Tumor hampir
selalu soliter, walau syncronous dan metachchronous pernah dilaporkan. Paralisis
n.fasialis tidak pernah disebabkan oleh pleomorphic adenoma, walaupun tumor
sangat besar. Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang
timbul bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul
seperti : dysphagia, dyspnea, suara serak ,susah mengunyah, dan epistaksis.
Meskipun Adenoma Pleomorfik digolongkan sebagai tumor jinak, tetapi
mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant
membentuk carsinoma.
Gambaran makroskopis smooth, lobulated, well-encapsulated batas tegas
dari jaringan sekitar. Gambaran khas berupa tumor solid yang memiliki area
gelatinous myxoid stroma. Degenerasi kistik atau infark dan nekrosis jarang
terlihat kecuali tumor besar dan lama. Mikroskopis; tumor tersususun oleh gland
like epithel dan stroma mesenchymal dengan proporsi yang bervariasi. Juga
35
37
viscous dengan diameter yang bervariasi juga terlihat. Kapsul kista tampak kasar
dan irregular.
Gambaran mikroskopis yang patognomonik adalah sel-sel epitel yang
membentuk proyeksi papiler ke dalam rongga kista dengan latar belakang stroma
lymphoid.
d. Oncocytoma
Oncocytoma merupakan tunor benigna yang jarang terjadi yaitu sekitar
2,3% neoplasma kelenjar saliva. Tumor biasanya terjadi pada kelenjar ludah baik
pada laki-laki maupun wanita pada dekade ke enam. Mayoritas tumor menyerang
parotis (78%), diikuti palatum, lidah, dan bukal.
Tampilan klinis identik dengan tumor jinak lain berupa tumor yang
tumbuh berlahan, padat, khususnya di lobus superficial kelenjar parotis.
Konsistensi padat, multilobulated dan mobile. Oncocytoma dan tumor Warthins
uptake terhadap anion pertechnetate oleh karenanya dapat dibedakan dengan
neoplasma lain dengan pemeriksaan scintigraphgy menggunakan technetium-99m
pertechnetate.
Makroskopis, berupa tumor homogen dengan permukaan halus yang
terkadang dipisahkan ke dalam lobulus oleh jaringan fibrous.
Mikroskopis, terdapat uniform oncocytes dengan sel yang besar dengan
batas jelas dan diisi oleh sitoplasma yang granular dan acidophilic.
Oncocytoma merupaka tumor solid, bulat, yang terlihat pada kelenjar
ludah mayor namun jarang di intraoral serta bersifat bilateral.
Operasi eksisi tanpa melibatkan margins adalah terapi yang dianjurkan dan
onkositoma adalah bersifat radioresisten. 19
e. Basal Cell Adenoma
Tumor ini bersfat tumbuh lambat, berupa massa yang tidak sakit dan
insidensinya hanya 1-2% dari keseluruhan kasus tumor kelenjar ludah. Predileksi
lesi pada laki-laki dengan perbandingan 5 :1. Sekitar 70% lesi terjadi di kelenjar
parotis, dan apabila terjadi pada kelenjar ludah minor biasanya terjadi pada bibir
atas.
f. Canalicular Adenoma
38
Lesi ini bersifat predominan pada usia lebih dari 50 tahun dan biasanya
terjadi pada wanita. Sekitar 80% terjadi pada bibir bawah dengan pertumbuhan
lesi yang lambat, mobil, dan asimtomatik.
g. Myoepithelioma
Lesi ini biasanya terjadi pada kelenjar parotis dan palatum merupakan
lokasi yang sering terjadi. Tidak terdapat predileksi berdasarkan jenis kelamin,
dan biasanya terjadi pada dewasa di usia sekitar 53 tahun. Lesi berbatas tegas,
asimptomatik, dengan pertumbuhan lambat.
h. Adenoma Sebasea
Lesi jenis ini jarang terjadi dan muncul dari glandula sebasea yang
terdapat di dalam jaringan kelenjar ludah. Kelenjar parotis merupakan lokasi yang
sering kali terlibat.
i. Ductal Papiloma
Ductal papiloma merupakan subset tumor jinak yang muncul dari duktus
ekskretori, predominan pada kelenjar ludah minor. Terdapat tiga bentuk dari tumor
ini yaitu simple ductal papiloma, inverted ductal papiloma, dan sialadenoma
papiliferum.
J. Hemangioma
Walaupun bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan
sebagai diagnosis banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor jinak
ini berasal dari sel endotelial dan merupakan kurang dari 5% dari semua tumor
kelenjar liur. Pada anak-anak, hemangioma kapiler adalah tumor kelenjar liur
yang paling sering yaitu lebih dari 90% tumor kelenjar liur terjadi pada anak-anak
di bawah usia 1 tahun. Tumor in mengenai perempuan lebih banyak dari laki-laki
dan sering terdapat pada kelenjar parotid. 19
Hemangioma biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral
dan tidak nyeri. Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering menyebabkan
deformitas kosmetik. Aspirasi jarum halus biasanya tidak penting. CT scan, MRI
atau keduanya dapat menunjukkan gambaran vaskularisasi pada lesi. Diagnosis
banding termasuk kelainan proliferatif vaskular seperti limfangioma dan
hemangioma kavernosa. 19
39
Kemungkinan untuk regresi spontan ada dan karena itu operasi eksisi
dapat ditunda. Bagaimanapun, jika terdapat gangguan fungsional ataupun
kosmetik, eksisi total melalui parotidektomi dengan memelihara nervus fasial
adalah indikasi. Pada anak-anak semakin superfisial lokasi dari nervus fasial
dibandingkan pada orang dewasa yang mana penting untuk dipertimbangkan
dalam mengidentifikasi saraf tersebut sewaktu intraoperatif. Transformasi maligna
belum pernah dilaporkan. 19
Neoplasma Kelenjar Saliva Malignan20,21,22
Definisi dan Klasifikasi
Tumor kelenjar saliva memiliki jenis yang berbeda-beda. Sekitar seperempat
dari tumor kelenjar saliva adalah ganas. Kejadian tumor kelenjar saliva ini
didapati sekitar 80-90% merupakan kelenjar saliva sublingual, 50-60%
merupakan kelenjar saliva minor, 30-40% merupakan kelenjar submandibula, dan
20-30% merupakan kelenjar parotis.
Etiologi
kanker kelenjar parotis merupakan penyakit yang jarang te rjadi, etiologi
dari penyakit ini belum diteliti secara mendalam dan faktor-faktor yang
menyebabkan karsinogenesis masih belum jelas. Eksposur asap tembakau dan
konsumsi alkohol belum memiliki keterkaitan pasti dengan perkembangan
penyakit ini.
Namun, salah satu faktor risiko tebesar adalah paparan radiasi pengion,
seperti yang didukung oleh studi pada korban bom atom. hubungan dosis juga
telah diamati. radiasi medis atau sinar ultraviolet pada terapi untuk kepala atau
leher dan eksposur pada Xrays gigi juga telah dikaitkan dengan peningkatan
risiko. efek cahaya terapi UV tampaknya lebih jelas pada orang berkulit putih,
yang secara alami lebih sensitive terhadap efek sinar UV. Selain itu, senyawa
nitroso dapat menginduksi kejadian
40
karet bisa menjelaskan insiden yang lebih tinggi pada pekerja industri.karet yang
mengalami kanker parotis
Tumor ganas dari kelenjar saliva dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan
histologi yaitu: adenocarcinoma, mucoepidermoid, adenoid cystic carcinoma,
malignant mixed carcinoma, acinic cell carcinoma, salivary duct carcinoma, dan
lain-lain.
1.
Mucoepidermoid carcinoma
Merupakan keganasan tumor kelenjar saliva yang paling sering,
kebanyakan terdapat pada tumor kelenjar parotis, tetapi bisa juga terlihat pada
tumor kelenjar saliva minor. Tumor ini terdapat campuran antara sel squamous
(komponen epidermoid), sel penghasil mukus (komponen mukoid), dan sel
intermediat.
Tumor ini dibagi berdasarkan tingkatannya yaitu low grade, intermediate
grade, dan high grade berdasarkan jumlah dari sel yang dapat dikenali, kecepatan
mitosis, necrosis, dan plemorphism. Grade ini berfungsi dalam menentukan
outcome dari pasien itu sendiri.
Gejala klinis dari tipe ini yaitu terdapat tumor yang tidak bergerak dan
tetap. Gejala lainnya yaitu nyeri, otorrhea, parestesia, facial nerve palsy, disfagia,
perdarahan dan trismus.
2.
Adenocarcinoma
Tumor hanya terbatas pada lesi dan tidak menunjukkan adanya suatu pola
yang dapat dikenal seperti pada tipe tumor lainnya pada kelenjar saliva. Variasi
dari adenocarcinoma kelenjar saliva sangat banyak dari yang dapat dikenali
hingga tidak dapat dikenali. Biasanya terjadi pada usia 60-80 tahun.
Gejala dari adenocarcinoma ini sangat luas tetapi umumnya terdapat
pembengkakan yang tidak nyeri dan terdapat nyeri yang tidak dapat dilokalisir.
41
3.
dengan kelenjar parotis. Tumor dikenali dengan adanya gambaran histologi seperti
keju Swiss dimana terdapat sel neoplastik yang membentuk rongga bulatan.
Grading tumor ini dibedakan menjadi low grade, intermediate grade, dan high
grade.
Gejala klinisnya yaitu massa yang berkembang secara lambat disertai nyeri
akibat invasi perineural, dapat juga terjadi paralisis nervus fasialis.
4.
Tumor jenis ini terjadi pada usia 50 hingga 70 dengan jumlah kejadian pria:wanita
yaitu 2:1.
Gejala klinis yang didapati adalah pertumbuhan massa yang pelan, soliter,
dan dapat bergerak didaerah parotis, tetapi sedikit yang multinodular dengan/atau
melekat pada otot atau kulit. Sepertiga pasien dapat merasakan nyeri yang tidak
jelas dan hilang timbul.
5.
berubah menjadi ganas. Perbedaan yang paling mencolok antara malignant mixed
tumor dan pleomorphic adenoma yaitu lesi yang infiltratif dan agresif dan terdapat
perubahan yang sangat mencolok seperti perbesaran yang mendadak, dan adanya
nyeri pada adenoma yang sebelumnya tidak mengganggu.
Gejala klinis sangat beragam tetapi umumnya pembengkakan yang dapat
disertai nyeri atau tanpa nyeri.
6.
42
Merupakan tumor yang jarang dengan kebanyakan penderita adalah lakilaki. Tumor berkembang dengan sangat cepat dan menyebabkan nyeri dan nerve
palsy.
Diagnosis
Klasifikasi klinis TNM dari carcinoma kelenjar saliva
T - Tumor primer
TX
T0
T1
T2
Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm tanpa perluasan ke
ekstraparenkim
T3
T4a
43
T4b
N0
N1
N2a Metastasis pada satu kelenjar limfa yang ipsilateral, lebih dari 3 cm,
kurang dari 6 cm
N2b
N2c
cm
N3
M Metastasis jauh
MX
M0
M1
Tata Laksana
Pengobatan terbaik untuk kelenjar saliva ganas adalah eksisi bedah. Jika
pembedahan tidak dilakukan dengan komplit maka dapat disertai dengan
postoperative radiotherapy untuk mengurangi terjadinya rekuren. Pembedahan
tidak dilakukan dengan komplit karena keinginan untuk tidak melakukan eksisi
terhadap nervus fasialis tersebut. Pada pembedahan tempat lain seperti pada
kelenjar sublingual dan submandibular dapat dilakukan eksisi luas yang komplit
karena tidak terdapat kerusakan nervus fasialis.
Pada pasien yang tidak cocok dengan pembedahan seperti pada geriatri
atau pada tumor malignan dari kelenjar saliva minor pada nasofaring atau palatum
dapat dilakukan tatalaksana hanya dengan radiotherapy saja tanpa pembedahan.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosen, F. S. 2001. Anatomy and Physiology of the Salivari Glands.
UTMB. Dept. of Otolaryngology.
2. Holsinger, F. C and Bui, D. T. 2009. Anatomy, Function and
Evaluation of the Salivary Glands. In: Chapter 1 Head and Neck
Surgery Pp1-16.
3. Jacksoll, T. and Melnick, M. 2004. Embryonic Salivary Gland
Branching Morphogenesis. In: Chapter 9 Clinical Embryology.
4. Standring S. 2008. Salivary Gland. Grays Anatomy. 40th Ed. Elsevier.
5. Isenman L, Liebow C, Rothman S. The Endocrine Secretion of
Mammalian Digestive Enzymes. Am J Physiol. 1999; 276: E223-E232.
6. Kontis TC, Johns Me. Anatomy and Physiology of the Salivary Glands.
Head and Neck Surgery-Otolaryngology, Second Edition, ed. Byron J.
7.
45
Yuan
ShinButt,
Current
Diagnosis
and
Treatment,
Yuan-Shin
Butt,
Current
Diagnosis
and
Treatment,
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd Edition. Anil K.L, Lange
Mc Graw-Hill. 2008. New York.
21. Barnes L., Universitts-Spital Z., Department P., International
Academy of P., World Health O., International Agency for Research on
C., editors. Pathology and genetics of head and neck tumours. 2007;
Lyon: IARC Press.
22. Tobias J., Hochhauser D. Cancer and its management. 2015. Available
from:
http://alltitles.ebrary.com/Doc?id=10952044.
[Accessed
16
Agustus 2015]
46