Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK

Kecamatan Gelumbang merupakan salah satu basis penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten Muara Enim yang proses pemungutannya dibantu oleh pihak Desa
antara lain Desa Teluk Limau dan Desa Gumai. Dalam pelaksanaannya penerimaan dari
Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Gelumbang belum memberikan kontribusi nyata
dan belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Tahun 2010 dan
faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Tahun 2010.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif. Fokus penelitian adalah efektivitas yang terdiri dari
komponen input, throughput, dan output. Informan pada penelitian ini adalah Staff UPTD
DPPKAD di Kecamatan Gelumbang, Sekretaris Desa Teluk Limau, dan Sekretaris Desa
Gumai. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara,
dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan, komponen input belum efektif, sedangkan komponen
throughput dapat dikatakan efektif, dan komponen output belum efektif. Adapun faktor
penghambat yang dihadapi antara lain kurang fahamnya masyarakat terhadap arti pentingnya
Pajak Bumi dan Bangunan dalam pembiayaan pembangunan, kurangnya bukti nyata dari
pajak yang dibayarkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kurang gitanya aparat
dalam melakukan penagihan.
Rekomendasi dari hasil penelitian ini antara lain meningkatkan motivasi aparat
pemungut pajak, melakukan sosialisasi tentang pentingnya pajak kepada wajib pajak,
melakukan pendataan terhadap objek dan subjek pajak sehingga pelayanan terhadap wajib
pajak lebih baik dan dapat mencapai tujuan pembangunan.
Kata kunci: Pajak Bumi dan Bangunan, Efektivitas, Input, Throughput, Output

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh

kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan dana
untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Usaha untuk
mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah melalui pajak. Pajak merupakan sumber
penerimaan pendapatan yang dapat memberikan peranan dan sumbangan yang berarti melalui
penyediaan sumber dana bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi
penentuan kebijakan yang terkait dengan bumi dan bangunan. Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak yang relatif kecil, namun Pajak
Bumi dan Bangunan merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial bagi daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak pusat yang objeknya berada di daerah.
Hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan Negara (dalam hal ini Pemerintah Pusat) dan
disetor sepenuhnya ke rekening Kas Negara. Menurut Mardiasmo (2009:337), Dana Bagi
Hasil dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan dibagi untuk Pemerintah Pusat dan
Daerah dengan rincian sebagai berikut:
1
2

90% (sembilan puluh persen) untuk Daerah


10% (Sepuluh persen) untuk Pusat

Jumlah 90% (Sembilan puluh persen) bagian daerah dibagi dengan rici sebagai berikut:
a 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan
disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi.
b 64,8% (Enam puluh empat koma delapan persen) untuk daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota.

9% (Sembilan persen) untuk biaya pemungutan yang dibagikan kkepada Direktorat


Jenderal Pajak dan Daerah.

Jumlah 10% (Sepuluh persen) dalam Undang-undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan, bagian Pemerintah Pusat dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten/Kota
yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan dengan rincian
sebagai berikut:
a 65% (Enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh daerah
Kabupaten/Kota.
b 35% (Tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai intensif kepada daerah
Kabupaten/Kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana
penerimaan sektor tertentu.
Subyek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang nyata-nyata
memiliki dan/atau menguasai bumi dan/atau bangunan. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
adalah bumi dan bangunan. Bumi adalah tubuh bumi, permukaan bumi atau tanah, bangunan
yang ada di atasnya, perairan maupun udara di atas tanah tersebut, sedangkan yang dimaksud
dengan bangunan adalah gedung, jalan, kolam renang, pagar, tempat olahraga, dermaga,
tanaman dan lain-lain yang memberikan manfaat. Wajib pajak adalah orang atau badan yang
memenuhi syarat-syarat obyektif yaitu yang memiliki obyek yang nilai jualnya melebihi nilai
minimum yang dibebankan dari pengenaan pajak (Suparmoko,2008:195).
Menurut Suharno (2003:25), untuk mempermudah pelaksanaannya, administrasi Pajak
Bumi dan Bangunan mengelompokkan objek pajak berdasarkan karakteristiknya dalam
beberapa sektor yaitu pedesaan, perkotaan , perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Hal
tersebut dapat terlihat jelas di dalam penjelasan sebagai berikut:
1 Sektor Pedesaaan adalah objek PBB dalam sau wilayah byang memiliki ciri-cir
pedesaan seperti sawah, ladang, empang tradisional dan lain-lain.
2 Sektor Perkotaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki fasilitas
perkotaan, seperti: pemukiman penduduk yang memiliki fasilitas perkotaan, real
state, komplek pertokoan, industri, perdagangan daan jasa.
3 Sektor Perkebunan adalah objek PBB yang diusahakan dalam bidang budidaya
perkebunan, baik yang diusahakan oleh BUMN, BUMD, maupun swasta.
4 Sektor Kehutanan adalah objek PBB di bidang usaha yang menghasilkan
komoditas hasil hutan, seperti kayu tebangan, rotan, dammar, dan lain-lain.
5 Sektor Pertambangan adalah objek PBB di bidang usaha yang menghasilkan
komoditas hasil tambang seperti emas, batubara, minyak, dan gas bumi dan lainlain.

Perpajakan Indonesia menganut Self assesment system, dalam sistem ini wajib pajak
diberikan

kepercayaan

untuk

menghitung,

membayar

dan

melaporkan

kewajiban

perpajakannya sendiri. Jumlah objek pajak yang besar, tingkat pendidikan masyarakat yang
masih rendah, rendahnya pengetahuan wajib pajak tentang adanya pajak dan rendahnya
kesadaran wajib pajak tentang arti penting pemungutan yang masih rendah mempengaruhi
penyelenggaraan pajak di pedesaaan, masih banyak wajib pajak tidak dapat melaksanakan
kewajiban untuk mendaftarkan dan melaporkan obyek pajaknya dengan baik dan jujur.
Pendataan terhadap obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan perlu dilakukan dalam
rangka membuat pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan wajib pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memiliki peran yang cukup besar bagi
kelangsungan dan kelancaran pembangunan, sehingga perlu ditangani dan dikelola lebih
intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan mampu menuju tertib administrasi
serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

1
2

Bagaimana pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Gelumbang?


Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Gelumbang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

1.3

berikut :
1 Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
2

Kecamatan Gelumbang.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Gelumbang.

1.4

Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka manfaat yang

diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1

Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi
perkembangan Ilmu Administrasi Negara, khususnya Keuangan Negara.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak Kecamatan
Gelumbang dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim.

1.5

Kerangka Teori

1.5.1

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Bumi dan Bangunan yang disingkat PBB yaitu pajak paksa atas harta tetap yang

diberlakukan melalui Undang-undang Nomor 12 tahun 1994. (Meliala & Oetomo, 2010:65)
Subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau
memperoleh manfaat atas bangunan. (Suparmoko, 2008:195).
Menurut Meliala&Oetomo (2010 : 66-67) mengemukakan objek Pajak Bumi dan
Bangunan sebagai berikut :
1
Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan bangunan..

2
a
b
c
3

Bumi adalah permukaan dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.


Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta wilayah Indonesia.
Klasfikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
Letak
Peruntukan
Pemanfaatan
d Kondisi lingkungan dan lain-lain.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada
tanah dan atau perairanuntuk tempat tinggal, tempat usaha, dan tempat yang
diusahakan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalaah:
a Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan.
b Jalan tol
c Kolam renang
d Pagar mewah
e Tempat olahraga
f Galangan papal, dermaga
g Taman mewah
h Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
i Fasilitas lain yang memberi manfaat
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a Badan yang digunakan
b Rekayasa
c Letak
d Kondisi lingkungan dan lain-lain
Dalam rangka pendataan objek pajak, maka subyek yang memiliki atau mempunyai

hak atas objek, menguasai atau memperleh manfaat dari objek PBB, wajib mendaftarkan
obyek pajak dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan mengirimkan ke
Kantor Inspeksi tempat letak objek kena pajak (Soemitro, 1989:31). Wajib pajak telah
menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang biasanya paling lambat bulan
Juni tahun takwim atau satu bulan setelah menyerahkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP), maka wajib pajak PBB dapat melakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
melalui ( Meliala & Oetomo, 2010:82) :
1 Bank Pemerintah
Jika anda membayar pada Bank Pemerintah isilah Surat Setoran Pajak (SSP) yang
telah tersedia di Bank, sesuai ddengan ketetapan yang tercantum dala SPPT yang
diterima.
2 Petugas Pemungut
Jika anda membayar lewat petugas pemungut, tunjukan SPPT dan mintalah bukti
pembayarn lembar asli sebagai tanda lunas PBB.
3 Kantor Pos dan Giro
Jika anda membayar lewat Pos dan Giro, belilah formulir Giro dan isi sesuai SPPT.
Lembar 1 disimpan sebagai tanda bukti pembayaran, lembar 2 masukkan pada kotak
PBB yang tersedia di Kantor Pos dan Giro.

Dengan cara transfer


Jika letak objek pajak tidak berada atau jauh dari tempat tinggal wajib pajak, maka
pembayaran bisa dilakukan melalui transfer, yaitu dengan mengisi formulir kiriman
uang. Lembar 1 disimpan sebagai pertinggal wajib pajak, lembar 2 dikirim KP PBB
yang menerbikan SPPT.
Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dilakukan dengan masing-

masing objek dihitung dan ditetapkan besarnya pajak terutang, selanjutnya Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama menerbitkan SPPT PBB. SPPT PBB diterbitkan dalam rangkap 1 yang
ditandatangani oleh Kepala KPP Pratama yang bersangkutan. Selanjutnya, setelah SPPT
diterbitkan oleh KPP Pratama, SPPT diserahkan ke Badan Pengelola Keuangan Daerah
(BPKD) Kabupaten Muara Enim. Petugas kecamatan menyebarluaskan kepada seluruh desa
untuk dibagikan kepada masyarakat melalui perangkat desa. SPPT PBB dapat disampaikan
melalui dua tahap yaitu:
1 Tahap pertama
a SPPT PBB disampaikan oleh petugas selaku anggota Tim Kerja secara
langsung kepada wajib pajak atau kuasanya ( door to door) dalam waktu
paling lama 15(lima belas) hari.
b Untuk memenuhi batas waktu 15 (lima belas) hari penyampaian SPPT PBB,
Kepala Desa dapat menugaskan perangkat desa atau lembaga masyarakat
(Karang Taruna) untuk menyampaiakn SPPT PBB kepada wajib pajak, dan
c Penyampaian SPPT PBB tahap pertama dilakukan secara serentak dalam suatu
wilayah kecamatan.
2 Tahap Kedua
a Terhadap SPPT PBB yang belum tersampaikan pada tahap pertama,
diserahkan kembali kepada KPP Pratama setempat.
b SPPT PBB yang disampaikan pada tahap kedua adalah SPPT PBB yang belum
tersampaikan pada penyampaian SPPT PBBtahap pertama yang dilakukan
petugas KPP Pratama.
Menurut Masdiasmo (2009:324) pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dilakukan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah STTP PBB diterima wajib pajak. Jika
pembayaran PBB dilaksanakan tetapi sudah melewati batas waktu yang telah ditentukan
maka akan dikenai sanksi perpajakan berupaa denda administrasi. Adapun denda administrasi
sebesar 2% perbulan maksimal selama 24 bulan berturut-turutatau total denda administrasi
sebesar 48%. Media pemberitahuan pajak yang terutang melewati batas waktu yang telah
ditetapkan adalah dengan Surat Tagihan Pajak (STP). Jjika dalam waktu 30 hari setelah STP

terbit belum ada pembayaran dari wajib pajak dapat diterbitkan Surat Paksa (SP) sesuai
dengan pasal 13. Selanjutnya, wajib pajak yang tidak membayar PBB dengan alasan seperti
tidak mampu dan lain sebagainya dapat memohon pengurangan ke Kantor Pelayanan PBB.
Surat

permohonan pengurangan pajak disampaikan selambat-lambatnya 3 bulan sejak

diterima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP). Jika
dalam 3 bulan sejak permohonan pengurangan diterima belum ada jawaban, maka
permohonan wajib pajak dianggap diterima/dikabulkan. Permohonan pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan tidak mengurangi atau menunda waktu pembayaran atau pelunasan
PBB.

1.5.2 Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan


Untuk menilai pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, peneliti merujuk pada teori
efektivitas menurut Richard M. Steers. Richard M. Steers mengatakan bahwa efektivitas
suatu organisasi tergantung kepada sejauh mana organisasi tersebut mencapai tujuannya.
Berdasarkan pendapat Steers (1986: 4) cara yang terbaik untuk meneliti suatu efektivitas
adalah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan, antara
lain :
a
b
c

Paham mengenai optimalisasi tujuan, efektivitas dinilai menurut ukuran berapa jauh
sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
Perspektif sistematika, organisasi terdiri dari berbagai unsur yang saling mendukung
dan saling melengkapi. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap proses
pencapaian suatu tujuan organisasi.
Tekanan pada suatu tingkah manusia dalam susunan organisasi tingkah laku individu
dan kelompok dalam menentukan kelancaran tercapainya tujuan suatu organisasi.

Berdasarkan konsep yang diutarakan Steers tersebut maka acuan untuk mengukur
efektivitas dapat mengunakan perspektif sistem. Perspektif sistem ini adalah untuk melihat

optimalisasi dari komponen-komponen sistem tersebut yang terdiri dari komponen dasar
yaitu input, throughput dan output dalam pencapaian tujuan.
Gambar 1.1
Pola dasar sebuah model efektifitas

Input

Throughput

Output

Sumber : Richard M. Steers, Efektifitas Organisasi, 1986

Berdasarkan gambar 1.1 dapat


dilihat bahwa adanya keterpaduan antara komponenFeedback
komponen dalam sistem yang saling mempengaruhi dan berhubungan antara satu dengan
yang lainnya. Unsur-unsur efektivitas Sutarto ( 2000 : 335 ) yang terdapat baik di dalam
organisasi maupun suatu lembaga meliputi:
a Input, yaitu unsur-unsur yang dimasukkan atau diolah misalnya uang, energy, orang
dan benda
b Throughput, yaitu kegiatan mengubah input (orang, uang, benda) menjadi output
c Ouput, yaitu hail yang diperoleh dari proses pengolahan baik berupa barang (fisik),
maupun jasa (pelayanan).
Menurut Munir,dkk (2004: 34), unsur-unsur efektivitas meliputi:
1
2
3

Input ( masukan ), yang meliputi semua sumber daya yang dimiliki, informasi dan
pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal.
Conversion (perubahan), yaitu tahap yang ditentukan oleh kemampuan organisasi
untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan
teknologi agar dapat menghasilkan nilai.
Output (keluaran) yaitu pelayanan yang diberikan yang merupakan hasil
daripenggunaan teknologi dan keahlian sumber daya manusia.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka konteks penelitian ini yaitu untuk mengetahui

efektivitas pemungutan pajak bumi dan bangunan yang menggunakan perspektif sistem yang
terdiri dari tiga komponen, yaitu :
a

Input (masukan)
Input yang akan digunakan sebagai indikator pada penelitian ini adalah sumber daya,
dana dan wajib pajak. Sumber daya yang dimaksud meliputi sumber daya manusia
dan sarana dan prasarana yang digunakan. Dalam hal ini petugas pemungut Pajak
Bumi dan Bangunan yang merupakan modal dalam bentuk sumber daya manusia

yang paling penting karena merupakan ujung tombak, begitu juga dengan sarana dan
prasarana dan dana yang digunakan dalam pemungutan PBB. Jika sarana dan
prasarana memadai maka akan mempermudah petugas melakukan pemungutan.
Sedangkan dana, merupakan salah satu motivasi yang berupa intensif untuk petugas
dalam pemungutan. Wajib pajak PBB menjadi salah satu indikator dalam input karena
wajib pajak

merupakan salah satu faktor terjadinya proses pemungutan PBB.

Keempat faktor ini sangat berpengaruh dalam Throughput (proses) dan output
(keluaran) dari proses pemungutan pajak tersebut. Sub indikator sumber daya yang
akan diteliti antara lain SDM hanya pada kualitas dan kuantitas petugas pemungut
pajak, kelengkapan sarana dan prasarana pemungutan PBB. Sub indiktor dana adalah
upah pemungutan. Sub indikator untuk wajib pajak adalah kesadaran wajib pajak
untuk membayar pajak, dilihat dari jumlah ketetapan wajib pajak dan jumlah wajib
pajak yang membayar pajak.
b Throughput (proses)
Yakni merupakan proses pengolahan Input menjadi output. Proses penelitian yang
akan berlangsung adalah proses pemungutan pajak bumi dan bangunan yang dalam
hal ini dilakukan oleh pemerintah desa.
Adapun untuk mengetahui indikator efektivitas komponen atau aspek Throughput ini

meliputi indikator, yaitu :


Kepatuhan pada mekanisme pemungutan PBB
Output (keluaran)
Merupakan hasil dari pekerjaan atau dari proses pemungutan. Pada penelitian ini
maka output atau keluaran yang dihasilkan proses ini adalah pencapaian realisasi dari
target pajak yang ditetapkan Efektivitas output ini dinilai menurut ukuran seberapa

1.6

jauh sebuah organisasi mencapai tujuan.


Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Ali (dalam cholid Narbuko dan Abu Achmadi 2010:2)

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan,
dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah tertentu. Metode penelitian


yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
menggambarkan tentang bagaimana Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan
Gelumbang Kabupaten Muara Enim, (Studi Penelitian: Desa Teluk Limau dan Desa Gumai).

BAB II
PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibahas masalah penelitian sebagaimana yang telah diuraikan
pada Bab I yaitu mengenai Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Gelumbang
Kabupaten Muara Enim. Selain itu, juga diuraikan tentang kendala-kendala yang
mempengaruhi pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten
Muara Enim. Pembahasan ini dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui
observasi atau penelitian langsung ke lapangan, wawancara langsung yang menggunakan
pedoman wawancara kepada key informant, dan studi kepustakaan.
Wawancara dilakukan kepada Sekretaris Desa Teluk Limau, Sekretaris Desa Gumai,
dan Tim Pembina Tingkat Kecamatan Gelumbang. Acuan dalam mengukur Pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatn Gelumbang Kabupaten Muara Enim berdasarkan
pada teori efektivitas dari Richard M. Streers yang dilihat dari perspektif sistematika untuk
melihat optimalisasi dari komponen-komponen sistem tersebut yang terdiri dari komponen
dasar yaitu input, throughput dan output dalam pencapaian tujuan. Maka Pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim dapat dilihat melalui
indikator sebagai berikut:
1 Input (masukan), meliputi:
1 Sumber Daya Manusia yang akan dilihat dari kuantitas dan kualitasnya.
2 Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pemungutan Pajak Bumi dan

2
3
1

Bangunan
3 Dana yang dimaksudkan sebagai upah pemungutan PBB
4 Kesadaran wajib pajak.
Throughput (proses), meliputi:
1 Kepatuhan petugas pemungut pada mekanisme pemungutan pajak
Output (keluaran), meliputi:
1 Target dan realisasi pemungutan pajak bumi dan bangunan
Analisis Input (masukan)
Analisis ini bertujuan untuk menilai pemungutan pajak bumi dan bangunan di

kecamatan Gelumbang kabupaten Muara Enim dari komponen input (masukan). Dalam
model efektivitas input nerupakan unsur-unsur yang dimasukkan atau diolah, misalnya orang,

uang, energi dan benda. Dalam penelitian mengenai Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Tahun 2010, inputnya meliputi sumber
daya manusia, sarana dan prasarana, dana dan wajib pajak.
1
Analisis Sumber Daya
1 Analisis Sumber Daya Manusia
Keberhasilan suatu kegiatan tidak lepas dari partisipasi sumber daya manusia, yang
dalam hal ini aparat pemungut pajak sangat penting guna kelancaran jalannya proses
pemungutan pajak bumi dan bangunan. Kualitas dan kuantitas aparat pemungut pajak
tentunya menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap jalannya proses dan keluaran yang
akan dihasilkan.
Mengenai kualitas dan kuantitas aparat pemungut pajak tentu erat kaitannya dengan
pendidikan yang mereka miliki. Hal senada juga diungkap oleh Bapak Rumlan Yaman,
sekretaris desa Teluk Limau:
Dalam pemungutan PBB, petugas diambil dari perangkat desa. Tidak terlalu
ditentukan perangkat desa yang mana yang harus melakukan, dilihat dari situasi dan
kondisi perangkat desanya juga. Kalau bicara soal kualitasnya, biasanya selalu yang
terbayang pertama tingkat pendidikannya. Kualitas biasanya berbanding lurus dengan
tingkat pendidikan. Disini yang pendidikan tinggi saja masih jarang, jadi kualitas juga
seadanya.
Berikut data tingkat pendidikan perangkat desa di desa Teluk Limau.
Tabel 2.1
Tingkat Pendidikan Perangkat Desa di Desa Teluk Limau
No
Jabatan
.
1 Kepala Desa
2 Sekretaris Desa
3 Kaur Pemerintahan
4 Kaur Pembangunan
5 Kaur Kesra
6 Kaur Ekonomi Pembangunan
7 Kapelnis Pamong Tani
8 Kapelnis Trantib
9 Kadus I
10 Kadus II
Sumber: Sekretaris Desa Teluk Limau

Pendidikan
SMA
SPG
SMA
SMP
SMA
SMP
SMEA
SMP
SMP
SMP

Hal yang sama juga diungkap Bapak Syarifudin, Sekretaris Desa Gumai:
petugas pemungut pajak ialah perangkat desa, biasanya dua orang. Tidak terlalu
ditentukan siapa, melihat kesediaan atau situasi dan kondisi perangkat desa tersebut.

Kalo bicara kualitas kurang tahu, yang jelas mereka sudah diserahi tugas yang
semestinya dipertanggung jawabkan. Tapi jika dilihat dari pendidikan, kebanyakan
masih rendah.
Berikut data tingkat pendidikan perangkat desa di desa Gumai.
Tabel 2.2
Tingkat Pendidikan Perangkat Desa Di Desa Gumai
No
Jabatan
Pendidikan
.
1 Kepala Desa
SMA
2 Sekretaris Desa
SMA
3 Kaur Pemerintahan
SMA
4 Kaur Pembangunan
SMA
5 Kaur Kesra
SD
6 Kaur Ekonomi Pembangunan
SMP
7 Kapelnis Pamong Tani
SMA
8 Kapelnis Trantib
SMP
9 Kadus I
SMA
10 Kadus II
SMP
Sumber : Sekretaris Desa Gumai
Berdasarkan pernyataan dan data dari para key informant tersebut dapat dilihat bahwa
tingkat pendidikan aparat pemungut PBB di desa Teluk Limau dan desa Gumai Kecamatan
Gelumbang masih tergolong rendah.
2 Analisis Sarana dan Prasarana
Tujuan adanya sarana dan prasarana adalah untuk meningkatkan kinerja petugas
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Tetapi untuk pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
di pedesaan ini, belum ada sarana dan prasarana yang disediakan.
Hal ini seperti yang diungkap oleh Staff UPTD DPPKAD yang mengurusi Pajak
Bumi dan Bangunan di kecamatan Gelumbang, Bapak Roli Madin:
pihak DPPKAD memang menyiapkan satu sepeda motor untuk kepentingan UPTD
Kecamatan, tetapi untuk desa itu tidak ada.
Berdasarkan wawancara, hal senada juga diungkap oleh Bapak Rumlan Yaman, sekretaris
desa Teluk Limau:
dalam hal pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu penyampaian SPPT dan
penagihan kami tidak disediakan sarana dan prasarana dalam bentuk apapun.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Sekretaris Desa Gumai, Bapak Syarifudin:

tidak ada sarana dan prasarana yang disediakan untuk petugas pemungut Pajak
Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa belum
adanya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Gelumbang
2.1.2. Analisis Dana
Analisis dana dalam hal ini adalah dana yang diterima oleh petugas pemungut pajak
dengan maksud sebagai upah pemungutan. Sesuai dengan prinsip economic (efisiensi) yang
menetapkan bahwa pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya, jangan
sekali-kali biaya pemungutan melebihi pemasukan pajaknya.
Hal ini seperti yang diungkap oleh Staff UPTD DPPKAD yang mengurusi Pajak
Bumi dan Bangunan di kecamatan Gelumbang, Bapak Roli Madin:
upah pemungutan untuk petugas pemungut itu ada. Biaya pungut untuk desa yaitu
5,625 persen dari realisasi pemungutan.
Untuk mendukung hasil wawancara, berikut data tentang biaya pemungutan di Desa Teluk
Limau dan Desa Gumai.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1

Kesimpulan
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara

Enim, berdasarkan hasil penelitian pada dua desa yaitu desa teluk Limau dan desa Gumai
diketahui bahwa dari segi input (masukan), indikator sumber daya manusia yang dilihat dari
kualitas dan kuantitasnya dari segi pendidikan masih dominan rendah. Begitu pula jika dilihat
dari indikator sarana dan prasarana, tidak disediakannya sarana dan prasarana dalam
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan baik di Desa Teluk Limau maupun di Desa Gumai.
Sedangkan untuk indikator dana, dana yang dikeluarkan besarnya tergantung realisasi Pajak
Bumi dan Bangunan sehingga biaya pemungutan tidak akan melebihi pemasukan pajaknya.
Untuk indikator wajib pajak yaitu kesadaran wajib pajak dalam membayar masih sangat
rendah dilihat dari perbandingan ketetapan wajib pajak dengan wajib pajak yang membayar
pajaknya. Dari segi throughput (proses), dalam penyampaian SPPT petugas pemungut Pajak
Bumi dan Bangunan telah mematuhi mekanisme penyampaian SPPT. Penyampaian SPPT
dalam jangka 15 hari sudah terlaksana dengan baik. Selanjutnya dalam hal pembayaran,
wajib pajak yang tidak dapat melakukan pembayaran melalui Bank, Kantor Pos dan Giro

dapat membayar melalui petugas pemungut. Petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan
menjalankan perannya sebagai perantara atau perpanjangan tangan dari wajib pajak. Dalam
hal ini, petugas pemungut benar-benar hanya bertindak sebagai perpanjangan tangan wajib
pajak saja, yaitu menerima titpan pembayaran wajib pajak. Jika wajib pajak tidak membayar,
petugas tidak memungut secara intensif. Dari segi output (keluaran), pemungutan Pajak Bumi
dan Bangunan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim dikatakan tidak berhasil.
Jumlah realisasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan masih jauh dari targetyang
ditetapkan.
Dalam pelaksanaannya kendala yang sering timbul adalah kurang mengertinya wajib
pajak tentang arti pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan dalam menunjang pembangunan
sehingga mengakibatkan rendahnya kesadaran dari wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan, kurangnya bukti nyata dari pajak yang dibayarkan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, kurang giatnya aparat dalam melakukan penagihan, sikap apatis
dari masyarakat itu sendiri dalam membayar pajak, kurang fahamnya masyarakat dalam
mengurus perubahan SPPT, lokasi wajib pajak sulit dijangkau, dan kepemilikan ganda yang
tentu saja berpengaruh terhadap realisasi pemungutan pajak yaitu jauh dari target yang
ditetapkan.
3.2
Saran
Berdasarkan penelitian dan pengamatan serta dari kesimpulan di atas, adapun saran
yang dapat penulis berikan dalam rangka meningkatkan pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim yaitu:
1. Hendaknya pihak Kecamatan atau pihak Kabupaten memberikan penghargaan
dalam bentuk uang tunai kepada desa yang realisasi pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan paling tinggi, itu sebagai motivasi untuk Kepala Desa dalam menggerakkan
perangkat desanya agar lebih giat memungut pajaknya.
1 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak.
2 Petugas pemungut pajak hendaknya lebih giat dalam memungut pajak.

Pendataan terhadap obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan perlu dilakukan
dalam rangka membuat pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan wajib
pajak.

Daftar Pustaka
Brotodiharjo, Santoso 2008. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT Refika Aditama.
Kurnia Rahayu, Siti. 2010. Perpajakan (Teori dan Teknis Perhitungan). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
M Steers, Richard. 1986. Efektivitas Organisasi. Jakarta.: Erlangga
Mardiasmo.2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi
Meliala, Tulis dan fransisca Widianti Oetomo. Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:
Semesta Media.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2010. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara
Singarimbun, Masri dan Sofiaan Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Soemitro, Rachmat. 1989. Pajak Bumi dan Bangunan. Bandung : PT ERESCO.
Soparmoko.2008. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Suandy, Early. 2002. Hukum Pajak. Yogyakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai