Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan prilaku


yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang
biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Gangguan kepribadian
adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang di luar rentang yang
ditemukan pada sebagian besar orang. 1,2
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat
(DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal.
Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik;
Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan
narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan
tidak menentu; Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar,
dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan
kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasifagresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering
tampak cemas atau ketakutan.1
Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius
dimana individu hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan orang-orang
sekitarnya. Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal adalah sangat aneh
atau asing, walaupun bagi orang awam.1
Prevalensi penderita gangguan kepribadian mencapai 10 hingga 20 persen
dalam populasi umum. Sebanyak 50% pasien gangguan jiwa mengalami
gangguan kepribadian. Sementara itu, gangguan kepribadian skizotipal terjadi
pada kira-kira 3% populasi. Gangguan kepribadian skizotipal cenderung lebih
sering terjadi pada laki-laki.1,2

Penelitian jangka panjang oleh Thomas McGlashan melaporkan bahwa 10


persen orang dengan gangguan kepribadian skizotipal akhirnya melakukan bunuh
diri. Penelitian retrospektif telah menunjukkan bahwa banyak pasien yang
diperkirakan menderita skizofrenia sebenarnya menderita gangguan kepribadian
skizotipal, dan pemikiran klinis sekarang ini adalah bahwa skizotipe adalah
kepribadian pramorbid dari pasien skizofrenik. Oleh karena itu, penegakkan
diagnosis gangguan kepribadian skizotipal secara dini dan tepat dapat membantu
pengobatan dan memperbaiki prognosis.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Definisi
Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius

dimana individu hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan orang-orang


sekitarnya. Individu tersebut cenderung menutup diri untuk berinteraksi dengan
orang lain, kecemasan luar biasa yang muncul ketika berhadapan dengan situasi
sosial.
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu bermasalah
dengan orang lain dan bersikap tidak ramah kepada siapapun. Kebanyakan dari
individu dengan gangguan kepribadian ini hidup dalam kesendirian, hal ini
disebabkan lingkungan sekitar yang mengisolasinya. Akibatnya, penyimpangan
persepsi mengenai bentuk hubungan interpersonal akan terus berkembang dalam
diri individu itu. Selanjutnya, ia akan menunjukkan perilaku yang aneh, respon
yang tidak tepat dalam bersosialisasi dan sifat-sifat yang tidak lazim
Orang dengan gangguan skizotipal adalah sangat aneh dan asing walaupun
bagi orang awam karena mereka memiliki gagasan yang aneh, pikiran magis,
gagasan menyangkut diri sendiri, waham dan derealisasi yang merupakan bagian
dari dunia orang skizotipal setiap harinya. Dunia mereka terisi oleh hubungan
khayalan yang jelas dan ketakutan dan fantasi yang mirip anak-anak. Ada
kecenderungan bahwa mereka percaya jika mereka memiliki kekuatan pikiran
yang khusus. Mereka mungkin mengakui bahwa mereka memiliki ilusi perseptual
atau mikropsia atau orang terlihat oleh mereka sebagai kayu atau jadi-jadian.
Pembicaraan dengan orang yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal
mungkin aneh atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri.1

II.

Epidemiologi
Keadaan ini terjadi pada kira-kira 3 persen populasi. Rasio jenis kelamin

tidak diketahui. Terdapat hubungan kasus yang lebih besar antara sanak saudara
biologis pasien skizofrenik dibandingkan kontrol dan insidensi yang lebih besar di
antara kembar monozigot dibandingkan kembar disigotik (33 persen lawan 4
persen dalam satu penelitian). Tidak diketahui dengan pasti jenis kelamin yang
lebih sering, tetapi gangguan kepribadian ini biasanya terdiagnosa pada
perempuan dengan fragile X syndrome. 1,2
Menurut David & Neale dalam Nida AI Hasanat, orang tua dengan
skizofrenia mempunyai resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan
kepribadian skizotipal. Pada penemuan lain juga menunjukkan bahwa orang tua
dengan gangguan jiwa lain juga mempunyai resiko yang sama untuk memiliki
anak dengan gangguan kepribadian skizotipal.

III. Etiologi
Kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal memasuki
masa dewasa dan terus berkembang sepanjang masa hidupnya. Seperti gangguan
kepribadian lainnya, gangguan kepribadian skizotipal disebabkan perilaku dan
pengalaman yang tidak tepat pada masa kanak-kanak, sebagian besar dari
gangguan tersebut disebabkan oleh kesulitan dalam beradaptasi dan pengalaman
terhadap penanganan distres.1
Gangguan kepribadian skizotipal lebih sering terjadi pada orang dengan
riwayat skizofrenia dalam keluarganya. Meskipun begitu, meningkatnya resiko
skizotipal juga dijumpai pada keluarga kandung pasien dengan depresi unipolar,
mengacu bahwa gangguan kepribadian skizotipal tidak hanya berhubungan
dengan skizofrenia. Hal ini menunjukkan adanya peran genetic dalam kasus ini,
namun secara keseluruhan etiologi dari gangguan ini belum diketahui.2,3

Faktor Genetik
Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, schizoid, dan skizotipal)
adalah lebih sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik
dibandingkan kelompok kontrol. Secara bermakna lebih banyak sanak saudara
dengan gangguan skizotipal ditemukan di dalam riwayat keluarga orang dengan
skizofrenia dibandingkan kelompok kontrol.1
Seperti jenis gangguan kepribadian lainnya, kemunculan gangguan
kepribadian skizotipal dimulai pada awal kanak-kanak, berkisar antara tahun
pertama dan kedua masa perkembangan. Kurangnya perhatian terutama
pengenalan emosi, meskipun anak itu tumbuh secara sehat. Kurangnya stimulasi
sosial dari orangtua anak akan belajar menghindari dengan sendirinya dan tidak
mencari kesenangan diluar lingkungan rumahnya.
Pada masa perkembangan, anak akan melewati beberapa tahap-tahap
kesiapan sosial dan belajar menempatkan ekspresi emosi secara tepat (interaksi
interpersonal) dengan orang lain. Anak yang mengalami gangguan skizotipal akan
mengalami hambatan dalam bersosialisasi, mempunyai kepercayaan-kepercayaan
yang tidak logis, tidak dapat melepaskan diri atau berpikir hal-hal yang berkenaan
dengan magis, dan bahkan paranoid. Perilaku nyata nampak pada sikap anak yang
membentengi dirinya dari rasa curiga ketika digoda (diganggu) atau ketika
mendapatkan perlakuan tidak adil/kasar.
Beberapa ahli memperkirakan anak-anak rentan (child abusive), anak yang
mengalami penolakan diri dari lingkungan sekitar, atau stres yang mengakibatkan
disfungsi otak tumbuh mengarah pada kemunculan gejala gangguan skizotipal.
Faktor genetik dan lingkungan ikut membantu berkembangnya gangguan ini
dikemudian hari.
Keluarga, faktor keturunan keluarga (orangtua) yang memiliki gejala
skizofrenia dapat menjadi suatu kondisi adanya gangguan skizotipal pada anak,
faktor-faktor dalam keluarga lainnya yang memberi kontribusi gangguan
kepribadian ini adalah kekerasan dan penolakan terhadap anak.

Faktor Biologis
Kadar

monoamin

oksidase

(MAO)

trombosit

yang

rendah

telah

dihubungkan dengan aktivitas dan sosiabilitas pada kera. Kadar MAO trombosit
yang rendah telah ditemukan pada beberapa pasien skizotipal.1
Gerakan mata mengejar yang halus (smooth pursuit eye movement) adalah
abnormal pada orang dengan sifat introversi, harga diri rendah, dan menarik diri
dan pada pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal. Gerakan mata pada
orang tersebut adalah sakadik (yaitu menyentak). Pasien dengan gangguan
kepribadian skizotipal dijumpai mempunyai pembesaran ventrikel dan lesi lobus
temporal pada grey matter.3

IV.

Diagnosis
Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosis berdasarkan keanehan pikiran,

perilaku, dan penampilan pasien. Penggalian riwayat penyakit mungkin sukar


karena cara berkomunikasi pasien yang tidak lazim.
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan kepribadian skizotipal adalah
sebagai berikut1,2 :
A. Pola pervasive deficit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh
ketidaksenangan akut dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan
erat dan juga oleh penyimpangan kognitif atau persepsi dan perilaku
eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalm berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) (kecuali
waham yang menyangkut diri sendiri)
2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan
tidak konsisten dengan norma cultural (misalnya, percaya takhayul
<superstitiousness>, percaya dapat melihat apa yang akan terjadi

<clairvoyance>, telepati, atau indera keenam, pada anak-anak dan


remaja, khayalan atau preokupasi yang kacau)
3. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh
4. Pikiran

dan

bicara

yang

aneh

(misalnya,

samar-samar,

sirkumstansialitas, metaforik, terlalu berbelit-belit, atau stereotipik)


5. Kecurigaan atau ide paranoid
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik, atau janggal
8. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak
saudara derajat pertama
9. Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak menghilang dengan
keakraban dan cenderung disertai dengan ketakutan paranoid
ketimbang pertimbangan negative tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lain, atau suatu gangguan
perkembangan pervasive.
Catatan : jika criteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan
pramorbid misalnya, gangguan kepribadian skizotipal (pramorbid)
Sementara itu, diagnosis gangguan skizotipal menurut PPDGJ-III antara lain3 :

Rubrik diagnostik ini tidak dianjurkan untuk digunakan secara umum


karena tidak dibatasi secara tegas dengan skizofrenia simpleks atau dengan
gangguan kepribadian schizoid atau paranoid.

Bila istilah ini digunakan untuk diagnosis, tiga atau empat gejala khas
berikut ini harus sudah ada, secara terus-menerus atau secara episodic,
sedikitnya untuk 2 tahun lamanya :

a.

afek yang tidak wajar atau yang menyempit / constricted (individu


tampak dingin dan acuh tak acuh)

b.

perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik, atau ganjil

c.

hubungan social yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik
diri dari pergaulan social

d.

kepercayaan

yang

aneh

atau

pikiran

bersifat

magik,

yang

mempengaruhi perilaku dan tidak serasi dengan norma-norma budaya


setempat
e.

kecurigaan atau ide-ide paranoid

f.

pikiran obsesif berulang-ulang yang tak terkendali, sering dengan isi


yang bersifat dysmorphophobic (kayakinan tentang bentuk tubuh
yang tidak normal / buruk dan tidak terlihat secara objektif oleh orang
lain), seksual atau agresif

g.

persepsi persepsi pancaindera yang tidak lazim termasuk mengenai


tubuh (somatosensory) atau ilusi-ilusi lain, depersonalisasai atau
derealisasi

h.

pikiran

yang

bersifat

samara-samar

(vague),

berputar-putar

(circumstantial), penuh kiasan (metaphorical), sangat terinci dan


ruwet (overlaborate), atau stereotipik, yang bermanifestasi dalam
pembicaraan yang aneh atau cara lain, tanpa inkoheransi yang jelas
dan nyata
i.

sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang


bersifat sementara dengan ilusi, halusinasi auditorik atau lainnya yang
bertubi-tubi, dan gagasan yang mirip waham, biasanya terjadi tanpa
provokasi dari luar.

Individu harus tidak pernah memenuhi criteria skizofrenia dalam stadium


manapun.

Suatu riwayat skizofrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekat


memberikan bobot tambahan untuk diagnosis ini, tetapi bukan merupakan
suatu prasyarat.

Termasuk : skizofrenia ambang, skizofrenia laten, skizofrenia pseudoneurotik,


skizofrenia pseudopsikopatik, gangguan kepribadian skizotipal.

V.

Gambaran Klinis
Dalam gangguan kepribadian skizotipal, pikiran dan komunikasi adalah

terganggu. Seperti pasien skizofrenia, orang dengan gangguan kepribadian


skizotipal mungkin tidak mengetahui perasaan mereka sendiri, malah mereka
sangat peka dalam mendeteksi perasaan orang lain, khususnya afek negatif seperti
kemarahan.1
Mereka mungkin bertakhayul dan mengakui ahli tenung. Dunia dalam
mereka mungkin terisi oleh hubungan khayalan yang jelas dan ketakutan dan
fantasi yang mirip anak-anak. Mereka mungkin percaya bahwa mereka memiliki
kekuatan pikiran dan tilikan yang khusus. Walaupun tidak ada gangguan berpikir
yang jelas, pembicaraan mereka mungkin sering memerlukan interpretasi. Mereka
mungkin mengakui bahwa mereka memiliki ilusi perceptual atau mikropsia atau
bahwa orang terlihat oleh mereka sebagai kayu atau jadi-jadian.1,2
Pembicaraan orang dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin aneh
atau janggal dan hanya memiliki arti bagi diri mereka sendiri. Mereka
menunjukkan hubungan interpersonal yang buruk dan mungkin berkelakuan
secara tidak sesuai. Sebagai akibatnya, mereka terisolasi dan memiliki sedikit
teman, jika ada.

10

Kepribadian schizotypal juga dapat menunjukkan pemikiran magis, mengklaim


bahwa mereka dapat memprediksi masa depan, membaca pikiran orang lain dan
sebagainya. Seperti kepribadian paranoid, mereka mungkin menjadi terlibat dengan
kelompok-kelompok pinggiran, penggemar astrologi, memproklamirkan diri atas
penculikan alien yang selamat dan terisolasi dari siapapun yang tidak berbagi minat
ini.

Pasien mungkin menunjukkan ciri-ciri gangguan kepribadian ambang dan


malahan kedua diagnosis dapat dibuat. Di bawah stress, pasien gangguan
kepribadian skizotipal mungkin mengalami dekompensasi dan memiliki gejala
psikotik, tetapi gejala tersebut biasanya singkat. Pada kasus yang parah, anhedonia
dan depresi berat dapat ditemukan.

VI.

Diagnosis Banding
Secara teoritis, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat

dibedakan dengan pasien gangguan kepribdian schizoid dan menghindar oleh


adanya keanehan dalam prilaku, pikiran, persepsi, dan komunikasi mereka dan
kemungkinan oleh riwayat keluarga yang jelas adanya skizofrenia.1
Pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dari pasien
skizofrenik oleh tidak adanya psikosis. Jika gejala psikotik memang ditemukan,
gejala tersebut adalah singkat dan terpecah. Beberapa pasien memenuhi kriteria
untuk gangguan kepribadian skizotipal dan gangguan kepribadian ambang.
Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan tetapi tidak
memiliki perilaku yang aneh seperti pasien gangguan kepribadian skizotipal.
Gangguan kepribadian skizotipal dibedakan dari gangguan kepribadian lain:

Schizoid dan paranoid (dimana gangguan ini dapat dijumpai


pemikiran magis, pengalaman persepsi yang tidak biasa, aneh dalam
berbicara, penampilan, dan pemikiran, tetapi jarang)

11

Narsisistik

(dengan

perasaan

dominan

mengenai

kebesaran,

kepercayaan diri yang rapuh, dan rasa takut mempunyai kekurangan,


atau rahasia kejelekannya terbongkar)

Menghindar (dimana jarang juga ditemukan aneh dalam penampilan


dan tingkah laku, dan takut dipermalukan, tidak tertarik dan tidak
bisa berhubungan tetap, yang menyebabkan menghindar dari sosial
dan terisolasi)

Borderline (dikarakteristikkan dengan tidak stabilnya afektif dan


hubungan yang terus terganggu, dimana adanya ditemukan tingkah
laku impulsive dan manipulatif)

VII. Terapi
Individu dengan gangguan kepribadian tidak sadar bahwa dirinya sakit dan
jarang mencari pertolongan kecuali orang lain disekitar, misalnya pasangan atau
orang tua yang memaksa. Hal ini terjadi ketika tingkah laku yang terjadi mulai
mempengaruhi dan meynebabkan masalah perkawinan, keluarga dan karir, atau
ketika gangguan mental lainnya atau gangguan somatic mempengaruhi gambaran
klinis. Umumnya pasien dengan gangguan kepribadian membutuhkan beragam
rencana pengobatan yang sering mengkombinasikan antara psikoterapi dan
farmakoterapi. Terdapat 4 tingkatan mayor dalam mengobati pasien dengan
gangguan kepribadian, yang pertama yaitu manajemen krisis dan stabilisasi, kedua
yaitu meynadarkan mengenai pandangan positif dan nilai berharga dalam hidup,
ketiga yaitu other centered awareness, dan integrated intelligence.
Psikoterapi
Prinsip terapi gangguan kepribadian skizotipal harus tidak dibedakan dari
prinsip terapi untuk gangguan kepribadian schizoid. Tetapi, pikiran yang aneh dan
ganjil dari pasien gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani dengan berhatihati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh, dan

12

okultis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili
kepercayaan atau aktivitas mereka.1

Behavioral therapy
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal membutuhkan kemampuan
untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, ia membutuhkan
teknik-teknik baru untuk melakukan pendekatan dengan orang lain. Terapis
mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan berekspresi
secara tepat. Individu juga diajarkan bagaimana mengatur suara atau berbicara
ketika berhadapan dengan orang lain. Terapi kelompok dapat membantu penderita
untuk mengatasi kecemasan sosial dan keanehannya dalam lingkungan.2
Cognitive therapy
Dalam terapi ini individu belajar untuk merespon dan dilatih untuk fokus terhadap
suatu masalah dari pikiran-pikiran menganggu. Terapi ini juga melatih individu
untuk memisahkan masalah-masalah sosial yang membingungkan dari pikiranpikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat individu mengelak dari
situasi interpersonal.2
Family therapy
Terapi dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli
terapi dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan
amarah dan menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga. Terapi
ini juga dapat meningkatkan moral dalam keluarga.
Farmakoterapi
Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalam menghadapi gagasan
mengenai diri sendiri, waham, dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan
bersama-sama dengan psikoterapi. Hasil yang positif telah dilaporkan dengan

13

haloperidol. Antidepresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif


dari kepribadian.1
Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan gangguan kepribadian ini,
dokter menganjurkan obat antidepressant atau antipsikotik bila individu tersebut
juga mengalami gangguan kecemasan, depresi atau gangguan mood lainnya. Obat
risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) diberikan bila individu
mengalami penyimpangan (gangguan) dalam berpikir. Masih belum diketahui
apakah pengobatan antipsikotik bisa mencegah terjadinya perburukan dari kondisi
klinis penderita.2

VIII. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan ini ialah adanya episode psikotik yang terus
menerus biasanya dipicu oleh stress. Gejala terkadang begitu jelas sehingga
memenuhi criteria gangguan Skizofreniform, gangguan delusi, dan gangguan
psikotik ringan. Lebih dari setengan pasien setidaknya pernah mengalami episode
depresi mayor, dan 30-50% pasien dengan depresi mayor berhubungan dengan
gangguan kerpibadian ini. Gangguan kepribadian yang sering dijumpai bersamaan
dengan skizotipal adalah schizoid, paranoid, menghindar dan borderline. Menurut
Morey, dijumpai pada 33% yang didiagnosa dengan skizotipal juga mempunyai
gangguan narsisistik, 59% mempunyai gangguan kepribadian menghindar, 59%
mempunyai gangguan kepribadian paranoid, 44% mempunyai gangguan
kepribadian schizoid.1,3

IX.

Prognosis

Pendekatan kepribadian yang akurat secara umum dapat memprediksi tingkah


laku yang berbeda dan membantu dalam prognosis selanjutnya. Pasien dengan
gangguan kerpibadian lainnya, seperti antisocial dan lainnya, cenderung akan

14

mengalami perbaikan seiring dengan umur dan kedewasaan seseorang. Tapi hal
ini kurang didapat pada anankastik dan khususnya skizotipal.

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius


dimana individu hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan orang-orang
sekitarnya. Orang dengan gangguan skizotipal adalah sangat aneh dan asing
walaupun bagi orang awam karena mereka memiliki gagasan yang aneh, pikiran
magis, gagasan menyangkut diri sendiri, waham dan derealisasi yang merupakan
bagian dari dunia orang skizotipal setiap harinya.
Gangguan kepribadian skizotipal terjadi pada kira-kira 3% populasi.
Gangguan kepribadian skizotipal cenderung lebih sering terjadi pada laki-laki.
Gangguan kepribadian skizotipal lebih sering terjadi pada orang dengan riwaya
skizofrenia dalam keluarganya.
Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosis berdasarkan keanehan
pikiran, perilaku, dan penampilan pasien. Dalam gangguan kepribadian skizotipal,
pikiran dan komunikasi terganggu. Pembicaraan orang dengan gangguan
kepribadian skizotipal mungkin aneh atau janggal dan hanya memiliki arti bagi
diri mereka sendiri.
Penatalaksaan gangguan kepribadian skizotipal terdiri dari psikoterapi dan
farmakoterapi. Psikoterapi terdiri dari behavioral terapi, cognitive terapi, dan
family terapi. Obat-obatan antispikotik bisa digunakan untuk mengatasi gejalagejala seperti halusinasi, kecemasan, dan lain-lain.

15

Komplikasi dari gangguan ini ialah adanya episode psikotik yang terus
menerus biasanya dipicu oleh stress. Pasien dengan gangguan kerpibadian
lainnya, seperti antisocial dan lainnya, cenderung akan mengalami perbaikan
seiring dengan umur dan kedewasaan seseorang. Tapi hal ini kurang didapat pada
anankastik dan khususnya skizotipal.

Anda mungkin juga menyukai