BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius
II.
Epidemiologi
Keadaan ini terjadi pada kira-kira 3 persen populasi. Rasio jenis kelamin
tidak diketahui. Terdapat hubungan kasus yang lebih besar antara sanak saudara
biologis pasien skizofrenik dibandingkan kontrol dan insidensi yang lebih besar di
antara kembar monozigot dibandingkan kembar disigotik (33 persen lawan 4
persen dalam satu penelitian). Tidak diketahui dengan pasti jenis kelamin yang
lebih sering, tetapi gangguan kepribadian ini biasanya terdiagnosa pada
perempuan dengan fragile X syndrome. 1,2
Menurut David & Neale dalam Nida AI Hasanat, orang tua dengan
skizofrenia mempunyai resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan
kepribadian skizotipal. Pada penemuan lain juga menunjukkan bahwa orang tua
dengan gangguan jiwa lain juga mempunyai resiko yang sama untuk memiliki
anak dengan gangguan kepribadian skizotipal.
III. Etiologi
Kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal memasuki
masa dewasa dan terus berkembang sepanjang masa hidupnya. Seperti gangguan
kepribadian lainnya, gangguan kepribadian skizotipal disebabkan perilaku dan
pengalaman yang tidak tepat pada masa kanak-kanak, sebagian besar dari
gangguan tersebut disebabkan oleh kesulitan dalam beradaptasi dan pengalaman
terhadap penanganan distres.1
Gangguan kepribadian skizotipal lebih sering terjadi pada orang dengan
riwayat skizofrenia dalam keluarganya. Meskipun begitu, meningkatnya resiko
skizotipal juga dijumpai pada keluarga kandung pasien dengan depresi unipolar,
mengacu bahwa gangguan kepribadian skizotipal tidak hanya berhubungan
dengan skizofrenia. Hal ini menunjukkan adanya peran genetic dalam kasus ini,
namun secara keseluruhan etiologi dari gangguan ini belum diketahui.2,3
Faktor Genetik
Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, schizoid, dan skizotipal)
adalah lebih sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik
dibandingkan kelompok kontrol. Secara bermakna lebih banyak sanak saudara
dengan gangguan skizotipal ditemukan di dalam riwayat keluarga orang dengan
skizofrenia dibandingkan kelompok kontrol.1
Seperti jenis gangguan kepribadian lainnya, kemunculan gangguan
kepribadian skizotipal dimulai pada awal kanak-kanak, berkisar antara tahun
pertama dan kedua masa perkembangan. Kurangnya perhatian terutama
pengenalan emosi, meskipun anak itu tumbuh secara sehat. Kurangnya stimulasi
sosial dari orangtua anak akan belajar menghindari dengan sendirinya dan tidak
mencari kesenangan diluar lingkungan rumahnya.
Pada masa perkembangan, anak akan melewati beberapa tahap-tahap
kesiapan sosial dan belajar menempatkan ekspresi emosi secara tepat (interaksi
interpersonal) dengan orang lain. Anak yang mengalami gangguan skizotipal akan
mengalami hambatan dalam bersosialisasi, mempunyai kepercayaan-kepercayaan
yang tidak logis, tidak dapat melepaskan diri atau berpikir hal-hal yang berkenaan
dengan magis, dan bahkan paranoid. Perilaku nyata nampak pada sikap anak yang
membentengi dirinya dari rasa curiga ketika digoda (diganggu) atau ketika
mendapatkan perlakuan tidak adil/kasar.
Beberapa ahli memperkirakan anak-anak rentan (child abusive), anak yang
mengalami penolakan diri dari lingkungan sekitar, atau stres yang mengakibatkan
disfungsi otak tumbuh mengarah pada kemunculan gejala gangguan skizotipal.
Faktor genetik dan lingkungan ikut membantu berkembangnya gangguan ini
dikemudian hari.
Keluarga, faktor keturunan keluarga (orangtua) yang memiliki gejala
skizofrenia dapat menjadi suatu kondisi adanya gangguan skizotipal pada anak,
faktor-faktor dalam keluarga lainnya yang memberi kontribusi gangguan
kepribadian ini adalah kekerasan dan penolakan terhadap anak.
Faktor Biologis
Kadar
monoamin
oksidase
(MAO)
trombosit
yang
rendah
telah
dihubungkan dengan aktivitas dan sosiabilitas pada kera. Kadar MAO trombosit
yang rendah telah ditemukan pada beberapa pasien skizotipal.1
Gerakan mata mengejar yang halus (smooth pursuit eye movement) adalah
abnormal pada orang dengan sifat introversi, harga diri rendah, dan menarik diri
dan pada pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal. Gerakan mata pada
orang tersebut adalah sakadik (yaitu menyentak). Pasien dengan gangguan
kepribadian skizotipal dijumpai mempunyai pembesaran ventrikel dan lesi lobus
temporal pada grey matter.3
IV.
Diagnosis
Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosis berdasarkan keanehan pikiran,
dan
bicara
yang
aneh
(misalnya,
samar-samar,
Bila istilah ini digunakan untuk diagnosis, tiga atau empat gejala khas
berikut ini harus sudah ada, secara terus-menerus atau secara episodic,
sedikitnya untuk 2 tahun lamanya :
a.
b.
c.
hubungan social yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik
diri dari pergaulan social
d.
kepercayaan
yang
aneh
atau
pikiran
bersifat
magik,
yang
f.
g.
h.
pikiran
yang
bersifat
samara-samar
(vague),
berputar-putar
V.
Gambaran Klinis
Dalam gangguan kepribadian skizotipal, pikiran dan komunikasi adalah
10
VI.
Diagnosis Banding
Secara teoritis, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat
11
Narsisistik
(dengan
perasaan
dominan
mengenai
kebesaran,
VII. Terapi
Individu dengan gangguan kepribadian tidak sadar bahwa dirinya sakit dan
jarang mencari pertolongan kecuali orang lain disekitar, misalnya pasangan atau
orang tua yang memaksa. Hal ini terjadi ketika tingkah laku yang terjadi mulai
mempengaruhi dan meynebabkan masalah perkawinan, keluarga dan karir, atau
ketika gangguan mental lainnya atau gangguan somatic mempengaruhi gambaran
klinis. Umumnya pasien dengan gangguan kepribadian membutuhkan beragam
rencana pengobatan yang sering mengkombinasikan antara psikoterapi dan
farmakoterapi. Terdapat 4 tingkatan mayor dalam mengobati pasien dengan
gangguan kepribadian, yang pertama yaitu manajemen krisis dan stabilisasi, kedua
yaitu meynadarkan mengenai pandangan positif dan nilai berharga dalam hidup,
ketiga yaitu other centered awareness, dan integrated intelligence.
Psikoterapi
Prinsip terapi gangguan kepribadian skizotipal harus tidak dibedakan dari
prinsip terapi untuk gangguan kepribadian schizoid. Tetapi, pikiran yang aneh dan
ganjil dari pasien gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani dengan berhatihati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh, dan
12
okultis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili
kepercayaan atau aktivitas mereka.1
Behavioral therapy
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal membutuhkan kemampuan
untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, ia membutuhkan
teknik-teknik baru untuk melakukan pendekatan dengan orang lain. Terapis
mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan berekspresi
secara tepat. Individu juga diajarkan bagaimana mengatur suara atau berbicara
ketika berhadapan dengan orang lain. Terapi kelompok dapat membantu penderita
untuk mengatasi kecemasan sosial dan keanehannya dalam lingkungan.2
Cognitive therapy
Dalam terapi ini individu belajar untuk merespon dan dilatih untuk fokus terhadap
suatu masalah dari pikiran-pikiran menganggu. Terapi ini juga melatih individu
untuk memisahkan masalah-masalah sosial yang membingungkan dari pikiranpikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat individu mengelak dari
situasi interpersonal.2
Family therapy
Terapi dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan, konselor atau ahli
terapi dilibatkan secara langsung dalam keluarga dapat mengurangi letupan
amarah dan menjaga hubungan emosional antar sesama anggota keluarga. Terapi
ini juga dapat meningkatkan moral dalam keluarga.
Farmakoterapi
Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalam menghadapi gagasan
mengenai diri sendiri, waham, dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan
bersama-sama dengan psikoterapi. Hasil yang positif telah dilaporkan dengan
13
VIII. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan ini ialah adanya episode psikotik yang terus
menerus biasanya dipicu oleh stress. Gejala terkadang begitu jelas sehingga
memenuhi criteria gangguan Skizofreniform, gangguan delusi, dan gangguan
psikotik ringan. Lebih dari setengan pasien setidaknya pernah mengalami episode
depresi mayor, dan 30-50% pasien dengan depresi mayor berhubungan dengan
gangguan kerpibadian ini. Gangguan kepribadian yang sering dijumpai bersamaan
dengan skizotipal adalah schizoid, paranoid, menghindar dan borderline. Menurut
Morey, dijumpai pada 33% yang didiagnosa dengan skizotipal juga mempunyai
gangguan narsisistik, 59% mempunyai gangguan kepribadian menghindar, 59%
mempunyai gangguan kepribadian paranoid, 44% mempunyai gangguan
kepribadian schizoid.1,3
IX.
Prognosis
14
mengalami perbaikan seiring dengan umur dan kedewasaan seseorang. Tapi hal
ini kurang didapat pada anankastik dan khususnya skizotipal.
BAB III
KESIMPULAN
15
Komplikasi dari gangguan ini ialah adanya episode psikotik yang terus
menerus biasanya dipicu oleh stress. Pasien dengan gangguan kerpibadian
lainnya, seperti antisocial dan lainnya, cenderung akan mengalami perbaikan
seiring dengan umur dan kedewasaan seseorang. Tapi hal ini kurang didapat pada
anankastik dan khususnya skizotipal.