Teknik Sungai
Teknik Sungai
5)
Penyempitan Alur
Penyempitan alur merupakan usaha/pembangunan sungai yang merubah tampang
melintang sungai alamiah menjadi alur dengan tampang teknis yang sempit.
Penyederhanaan profil tampang sungai menjadi berbentuk trapesium atau segiempat.
Profil ini dibuat dengan tujuan mempermudah pemeliharaan, mendrain kawasan,
membersihkan kawasan, dan juga mempermudah hitungan hidroliknya. Dampak
negatifnya adalah berkurangnya retensi alur sungai, rusaknya ekologi sungai, dan
menurunnya konservasi air.
6)
Pembuatan Tanggul
Pembuatan tanggul memanjang sungai adalah rekayasa teknik hidro dengan tujuan
untuk membatasi limpasan atau luapan air sungai, sehingga banjir dapat dihindari.
Namun kelemahannya adalah apabila terjadi kegagalan tanggul akan mengarah kepada
jebolnya tanggul akibat rembesan karena bocoran konstruksi lapisan kedap air dan over
tapping. Selain itu, bangunan ini tidak mampu menahan genangan yang relatif lama
(lebih dari 2 hari).
7)
tampang melintang sungai untuk pelayaran. Indikasi dampak pengerukan ini adalah
penurunan resistensi alur sungai karena biasanya dilakukan jika di tengah-tengah
sungai ada pula gundukan pasir elemen sungai lainnya termasuk vegetasi tepi sungai
tranportasi sungai.
8)
Pembangunan Bendungan
Bendungan bertujuan membendung air sehingga didapatkan sejumlah volume air
yang bisa digunakan untuk keperluan tertentu (misal memutar turbin kaitannya dengan
pembangkit tenaga listrik, pengairan, konservasi dan rekreasi). Indikasi dampak negatif
dari pembangunan bendung ini adalah interupsi ekologi sungai (misal fish migration)
dan interupsi transport sedimen sungai. Akibat lain dari pembuatan bendung atau
bendungan melintang sungai adalah terjadinya penggenangan (inundating) di bagian
hulu bangunan, berkurangnya areal hutan atau pertanian yang signifikan, meningkatnya
asam akibat pembusukan vegetasi dalam air, terjadi instabilitas angkutan sedimen
sepanjang alur sungai terutama di hilir.
b. Pembangunan Sungai dengan Konsep Ekohidraulika
Konsep ekohidrolika merupakan konsep pembangunan sungai integratif yang
berwawasan lingkungan. Dalam konsep ini, sungai didefinisikan sebagai suatu sistem
keairan terbuka yang padanya terjadi interaksi antara faktor biotis dan abiotis yaitu
flora dan fauna disatu sisi dan hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh
aktivitas manusia yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sungai
Aktivitas yang dilakukan dengan konsep ini antara lain adalah restorasi sungai
(river restoration), repitalisasi sungai (river revitalisation) atau renaturalisasi sungai
(river renaturalisation). Maksud dari pembangunan sungai integratif dengan wawasan
lingkungan tersebut adalah pembangunan sungai dengan memperhatikan faktor biotik
(seluruh makhluk hidup-ekologi) dan abiotik (seluruh komponen fisik-hidraulik) yang
a.
ada di wilayah sungai. Beberapa aktivitas yang terkait dengan konsep ini antara lain :
Aktivitas peningkatan retensi sungai dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya
dengan menanami kembali bantaran-bantaran sungai yang dulunya sudah dibersihkan
atau diratakan pada saat pelurusan sungai. Vegetasi di sepanjang sungai tersebut akan
dapat menurunkan kecepatan air mengalir ke arah hilir sekaligus menghidupkan
dinamika sungai serta deversifikasi kecepatan, kedalaman air, turbulensi aliran dll.
b.
Dalam rangka meningkatkan ruang retensi sepanjang alur sungai, sehingga dapat
menurunkan banjir di hilir maka dilakukan peningkatan retensi bantaran sepanjang alur
sungai dengan cara membuka lahan-lahan pinggir sungai yang secara geografis dapat
dikembangkan menjadi kolam konservasi semi-ilmiah.
c.
Mengembalikan kondisi dinamik sungai dengan cara menanami daerah bantaran sungai
yang hilang vegetasinya. Disamping itu juga dapat melakukan penggalian-penggalian
sungai yang telah diluruskan dibuat berkelok-kelok lagi. Cara lain dengan membuat
pulau-pulau buatan di tengah sungai. Dengan ini maka kecepatan aliran air akan
berkurang, arus air akan terbendung secara tidak permanen. Muka air akan naik di
bagian hulu dan di hilir turun serta timbul loncat air di beberapa tempat. Hal ini akan
meningkatkan intensitas dinamik sungai. Cara yang lainnya adalah dengan membuat
krib-krib sepanjang alur sungai yang sudah diluruskan secara berseling, sehingga terjadi
proses perubahan dari alur lurus ke alur yang berkelok-kelok.
d.
air dan nutrisi ekologis dari hulu. Dengan restorasi ini, maka didapat berbagai
keuntungan antara lain :
1) Alur sungai tidak teratur tersebut dapat meretensi aliran air, sehingga tendensi banjir di
hilir bisa dikurangi.
2) Menurunkan kecepatan aliran air, sehingga erosi di berbagai tempat di sungai ini bisa
dihindari
3) Flora dan fauna tumbuh kembali menuju komposisi flora dan fauna alamiah semula.
e. Pembukaan lagi sungai-sungai lama yang telah ditutup untuk menambah kemampuan
retensi air pada waktu banjir, sekaligus untuk menghidupkan kembali ekosistem sungai
lama yang telah mati, meningkatkan konservasi lain, menurunkan kecepatan air,
mengurangi resiko banjir hilir dan meningkatkan kualitas ekosistem dan menghidupkan
kembali sungai lama.
f. Menstabilkan muka air tanah dengan cara memperbanyak ruang retensi alamiah di
bagian hulu dan meningkatkan resapan air hujan ke tanah dengan cara memperbanyak
daerah tangkapan air hujan yang dilindungi.
g.
h. Konsep drainase ramah lingkungan dengan cara mengalirkan kelebihan air (air hujan)
dengan cara meresapkan air ke dalam tanah, menyimpan dipermukaan tanah untuk
menjaga kelembaban udara dan mengalirkan ke sungai secara proporsional sehingga
tidak tidak menyebabkan tambahan beban banjir di sungai.
2. Pengaturan Sungai
a. Pengaturan Saluran
Pengaturan saluran dimaksudkan agar dimensi (ukuran saluran) pada sungai
diformulasikan sesuai dengan bentuk rancangan yang diperlukan untuk tujuan tertentu.
Jadi lebar dan kedalaman saluran pada sungai diatur sedemikian rupa supaya profil
tertentu tersebut dapat dipertahankan sepanjang tahun, lazim disebut normalisasi
sungai. Maksud dan tujuan normalisasi adalah untuk keperluan navigasi, melindungi
tebing sungai karena erosi (kikisan), atau untuk memperluas profil sungai guna
menampung banjir banjir yang terjadi.Pekerjaan untuk normalisasi untuk sungai
desa yang masih memiliki air sungai jernih. Masyarakat masih menggunakan air sungai
untuk berbagai keperluan.
2. Pengairan dan irigasi
Fungsi sungai bagi sektor pertanian adalah sebagai sarana irigrasi bagi lahan
pertanian seperti sawah, kebun, Dengan menggali tanah dan membuat saluran air,
manusia menggunakan air sungai untuk mengairi sawah, kebun dan ladang.
3. Sumber Energi Pembangkit Listrik
Aliran air sungai yang deras dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit
listrik. Untuk skala besar, dibangun Pusat Listrik Tenaga Air atau PLTA.
4. Budidaya Perikanan
Sudah lama sungai dijadikan media budidaya ikan oleh masyarakat yang hidup di
pinggir sungai. Sungai menyediakan cadangan air tanpa pernah surut walaupun musim
kemarau.
Sungai menjadi habitat sempurna bagi ikan-ikan tertentu, oleh karena itu
masyarakat memanfaatkan air sungai untuk budidaya perikanan dengan membuat
karamba.
Budidaya ikan dengan sistem karamba, keunggulannya lebih hemat dari segi
modal dari pada di kolam. Selain itu juga dari segi biaya pakan lebih ringan, sebab ikan
yang dikaramba bisa menyantap plankton dan biota lain yang terbawa arus air sungai.
C.
dilakukan perbaikan baik pada sungai maupun linkungan sungai. Beberapa cara untuk
memperbaiki lingkungan sungai adalah dengan membangun atau merehabilitasi
1.
bengunan-bangunan seperti :
Membuat/Memperbaiki tanggul yang berada disekitar sungai agar sungai tidak
mengalami erosi/longsong yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan
sungai itu sendiri
Jenis-jenis tanggul.
Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai dan kondisi topografi
setempat tanggul dapat dibedakan sebagai berikut :
Tanggul utama
Tanggul skunder
Tanggul terbuka
Tanggul pemisah
Tanggul melingkar
Tanggul sirip
Tanggul pengarah
Tanggul keliling dan tanggul sekat
Penyadap banjir
Tanggul tepi dananu dan tanggul pasang
Tanggul khusus
Tanggul belakang.
2.
tersebut terhadap gerusan arus sungai dan meneegah proses meander pada alur sungai.
Selain itu harus diadakan pengamanan-pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan
terhadapbangunan semaeam ini, karena disaat terjadinya banjir bangunan tersebut akan
tenggelam seluruhnya.
c.
menerus (pada bagian sungai yang tidak ada bantarannya). Konstruksi perkuatan lereng
dapat dikombinasi dengan : pelindung lereng, pondasi dan pelindung kaki,
sambungan,konsolidasi, pelindung mercu.
3. Pembuatan Bangunan Check Dam
Check dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan
sedimen dalam jangka waktu sementara atau tetap, dan harns tetap melewatkan aliran
air baik melalui mercu maupun tubuh bangunan. Check dam juga digunakan untuk
mengatur kemiringan dasar saluran drainase sehingga mencegah terjadinya
penggerusan dasar yang membahayakan stabilitas saluran drainase.
Selain pembuatan atau pemeliharaan dan perbaikan bangunan diatas, masih
banyak lagi bangunan-bangunan yang dapat dibangun guna meperbaiki lingkungan
sungai.
D.
berfungsi sebagai sarana lalu lintas/transportasi. Dewasa ini fungsi sungai sebagai
sarana lalu lintas mulai berkurang, untuk memulihkan fungsi sungai sebagai sarana lalu
lintas maka harus dilakukan pekerjaan sebagai berikut :
1. Pengerukan Sedimen Sungai
Berdasarkan PM no.52 Tahun 2012, Pekerjaan pengerukan dilakukan untuk:
a. Membangun alur-pelayaran dan kolam pelabuhan sungai dan danau; dan
b. Memelihara alur-pelayaran dan kolam pelabuhan sungai dan danau.
Pengerukan menurut Asosiasi
Internasional
Perusahaan
Pengerukan adalah
mengambil tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya perairan dangkal
seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal,
dan
memindahkan
atau
untuk
mengurangi
banjir
lokal,
meningkatkan
kebersihan
kawasan,
lebih pendek, akan menghasilkan slope yang lebih besar sehingga kecepatan aliran
tinggi.
Indikasi dampak negatif dari pelurusan sungai ini adalah retensi tahanan aliran
berkurang, peningkatan sedimentasi di daerah hilir, dan erosi di daerah hulu.
Pemendekkan berdampak menurunkan tingkat peresapan (waktu untuk meresap ke
dalam tanah) yang mengakibatkan banjir di hilir dan kekeringan (saat musim kemarau),
sehingga konservasi air di hulu rendah.
E.
1. Ekxploitasi
Ekxploitasi yang berarti politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang atau
terlalu
berlebihan
terhadap
sesuatu
subyek
tanpa
eksploitasi
hanya
untuk
mempertimbangan
dipenuhi dengan ratusan ribu industri penghasil limbah. Pabrik-pabrik yang beroperasi
di banyak tempat seringkali tidak memperhatikan kesehatan lingkungan di sekitarnya.
Sisa produksi yang bermuatan zat kimia adalah pencemar air sungai nomor satu, di
samping limbah padat lainnya yang jenisnya sangat beragam.
Limbah pertanian. Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan pertanian adalah sumber
utama yang bisa mencemari perairan meskipun tidak separah apa yang dihasilkan oleh
limbah industri.
Selain ketiga penghasil utama limbah pencemar air di atas, masih ada satu lagi sumber
limbah yang ada hanya di sejumlah daerah, yaitu berasal dari aktivitas pertambangan.
b. Dampak Pencemaran Sungai
Air yang tercemar tentu membawa dampak pada kerugian bagi makhluk hidup,
mengingat kedudukan air sebagai salah satu elemen terpenting dari kehidupan. Berikut
adalah beberpa dampak pencemaran sungai :
Tumbuhnya mikroorganisme berbahaya yang berasal dari pembusukan sampah. Bila
sampai masuk ke dalam tubuh, mikroorganisme ini akan menimbulkan bahaya, yaitu
penyakit.
Air yang beracun, sehingga berbahaya bila dikonsumsi untuk di daur ulang. Racun ini
bisa berasal dari limbah kimiawi dari rumah tangga, industri, pestisida dari kegiatan
pertanian, dll
Kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
Terganggunya keseimbangan ekosistem di dalam air yang bisa berdampak bagi
kehidupan manusia, contoh: berkurangnya populasi ikan di sungai atau laut.
2. Pemeliharaan Sungai
Sungai adalah salah satu sumber air yang paling pokok, kapasitas tampung
semakin menyusut. Air makin hari makin dibutuhkan oleh masyarakat, kuantitas dan
kualitas. Air dirasakan makin sulit didapat, biarpun secara global jumlah air relatif
sama. Upaya pengendalian dan perlindungan sungai sudah dimulai cukup lama
dilakukan, namun belum seimbang dengan kebutuhannya.
a. Pemeliharaan Sungai dan Bangunannya
1) Prinsip Pemeliharaan Sungai
Sungai yang sudah memerlukan Pemeliharaan adalah :
Sungai yang sudah berfungsi sebagai sumberdaya air yang berfungsi sosial, ekonomi
dan lingkungan.
Sungai yang telah menimbulkan masalah banjir, perlu upaya dan usaha pengamatan.
2) Jenis Pemeliharaan :
Pemeliharaan Prefentif
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan Berkala
Perbaikan
Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan Khusus
Rehabilitasi Bangunan Sungai
Rektifikasi Bangunan Sungai
Pemeliharaan Darurat
Perbaikan Kecil
3) Pengendalian Sungai
Ancaman bahaya yang berasal dari sistem sungai akibat dari kekuatan alam antara lain :
banjir, banjir lahar, erosi dan atau pendangkalan pada dasar palung sungai serta erosi
tebing palung sungai yang mempengaruhi morfologi sungai atau gerusan lokal pada
bangunan-bangunan sungai.
Ancaman bahaya yang berasal dari sistem sungai akibat dari ulah manusia, antara lain :
Penambangan secara berlebihan bahan galian golongan C, kegiatan transportasi air di
palung sungai atau di daerah manfaat sungai, yang pada sungai aluvial akan
mengganggu.
Ancaman bahaya yang berasal dari kombinasi kekuatan alam dan ulah manusia, akan
berdampak jauh lebih parah.