Di susun oleh :
Nama
Kelas
: Pendidikan Biologi A
NIM
: 13304241078
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air
yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan
berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut
Laut dalam adalah lapisan terbawah dari lautan, berada
dibawah
lapisanthermocline pada kedalaman lebih dari 1828 m. Sangat sedikit atau bahkan tidak
ada cahaya yang dapat masuk ke area ini, dan sebagian besar organisme bergantung pada
material organik yang jatuh dari zona fotik. Karena alasan inilah para saintis mengira
bahwa kehidupan di tempat ini akan sangat sedikit, namun dengan adanya peralatan yang
dapat menyelam ke kedalaman, ditemukan bahwa ditemukan cukup banyak kehidupan di
arena ini.
Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana
dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung
Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan.
Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat. Kapal selam penelitian Jepang,
Kaiko, adalah satu-satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun
2003.
Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya
kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan organisme lainnya di
sekitar hydrothermal vents mengubah pandangan itu. Organisme-organisme tersebut hidup
dalam keadaan anaerobik dan tanpa cahaya pada keadaan kadar garam yang tinggi dan
temperatur 149 oC. Mereka menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang
sangat beracun pada kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan
tanpa cahaya danoksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di
tempat lain di alam semesta ini.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun makalah bertemakan ekosistem
laut dalam untuk menambah pemahaman mengenai pengertian ekosistem laut dalam,
pembagian zonasi ekosistem laut dalam, kondisi fisiko-kimiawi laut dalam, adaptasi
organisme laut dalam, dan berbagai organisme-organisme yang terdapat pada ekosistem
laut dalam.
B. Rumusan Masalah
2
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
3
Kedalaman (m)
200 1.000 (?)
Batipelagik
Abisalpelagik
Zona bentik
Batial
Kedalaman (m)
2004.000 (?)
Abisal
4.0006.000 (?)
Hadalpelagik
6.000 10.000
Hadal
6.00010.000 (?)
Zona fauna laut dalam menurut Hadgepth (1957) dalam Nybbaken (1992)
Catatan : (?) = Berubah-ubah
Zona yang berada tepat di bawah zona fotil adalah zona mesopelagik,
merupakan wilayah yang membentang 700 1.000 meter dari batas bawah zona fotik kea
rah dasar perairan, merupakan wilayah yang paling banyak dihuni oleh fauna dibanding
dengan zona laut dalam lainnya. Pada malam hari wilayah ini merupakan tempat
perburuan bagi organisme dari zona batipelagik (migrasi ke atas).
4
Cahaya
Pada laut dalam, tidak terjadi proses fotosintesis sehingga tidak ada produktivitas
primer. Ketidakadaan cahaya menyebabkan hewan yang hidup di daerah ini harus
memiliki indra khusus untuk mendeteksi makanan dan lawan jenis untuk keperluan
reproduksi, serta untuk mempertahankan berbagai asosiasi intra maupun inter-species.
2.
Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik merupakan faktor pembatas utama bagi distribusi dan
organisasi hewan laut dalam. Tekanan hidrostatis di lingkungan laut dalam (>300m)
sangat tinggi karena tekanan hidrostatik bertambah secara konstan seiring dengan
bertambahnya kedalaman air. Setiap kedalaman bertambah 10 meter, maka tekanan
hidrostatik naik 1 atmosfir (atm), ini berarti bahwa laut dalam dengan kedalaman 200
10.000 meter maka tekanan hidrostatik berkisar antara 20 1.000 atm. Sampai saat ini
informasi yang pasti tentang akibat langsung dari tekanan hidrostatik terhadap
organisme laut dalam masih sangat sedikit. Kondisi ini disebabkan karena organisme
laut dalam yang ditangkap, telah atau hampir mati setelah sampai di permukaan. Pada
uji coba yang dilakukan terhadap bakteri menunjukkan bahwa penurunan hidrostatik
mengakibatkan terhentinya pertumbuhan dan perkembangbiakan.
Berbagai penelitian untuk mengetahui pengaruh tekanan hidrostatik telah
dilakukan antara lain oleh Siebenaller and Somero (1978), terhadap sistem kerja enzim
pada dua jenis ikan yang secara taksonomi sangat berdekatan tetapi hidup pada
kedalaman yang berbeda. Hasil penelitian menunjuikkan bahwa perbedaan tekanan
hidrostatik 100 atm atau lebih kecil, dapat mengubah sifat-sifat fungsional enzim.
Penelitian terhadap sel protoplasma sampai dengan mamalia menunjukkan bahwa
tekanan hidrostatik sangat mempengaruhi morfologi sel, termasuk kemampuan
membentuk kumparan mitotik dan kelangsungan mitosis. Selain hal-hal tersebut di atas,
tekanan hidrostatik juga menyebabkan amoeba kehilangan pseudopodianya dan
berubah bentuk menjadi seperti bola. Pengaruh buruk paling mencolok terjadi pada
sintesis dan fungsi protein.
3.
Suhu
Pada ekosistem perairan dikenal istilah termoklin, yaitu daerah dimana terjadi
penurunan suhu yang sangat drastis, biasanya terdapat pada kedalaman beberapa ratus
meter sampai hampir satu kilometer dari permukaan. Di bawah daerah termoklin, suhu
5
air semakin turun, namun laju perubahannya jauh lebih lambat dibanding perubahan
suhu pada daerah termoklin. Relatif konstannya suhu dan tidak adanya pengaruh suhu
musiman maupun tahunan di laut dalam mempunyai pengaruh positif terhadap
kehidupan organismenya.
4.
Oksigen
Oksigen massa air laut dalam berasal dari tenggelam-nya massa air permukaan laut
antartika dan artika yang dingin dan kaya oksigen. Respirasi organisme laut dalam dan
tidak adanya penambahan oksigen setelah masa air permukaan tenggelam tidak
menyebabkan kadar oksigen sangat turun karena rendahnya kepadatan organisme laut
dalam. Hal menarik adalah adanya zona oksigen minimum pada kedalaman 500 1.000
meter, di bawah dan di atas zona ini kadar oksigen lebih tinggi. Zona ini terbentuk
karena respirasi organisme yang sejalan dengan tiadanya pertukaran massa air zona
oksigen minimum dengan massa air yang kaya oksigen, atau dapat juga dikarenakan
pada kedalaman ini merupakan wilayah laut dalam yang paling banyak dihuni oleh
organisme sehingga kebutuhan oksigen juga tinggi.
5.
Pakan
Laut dlam merupakan ekosistem yang unik karena di daerah ini tidak ditemukan pabrik
pakan (produsen primer). Lalu dari mana sumber makanan untuk organisme laut
dalam? Sumber makanan terutama berasal dari zona diatasnya, dapat berupa ikan mati
yang tenggelam atau ikan-ikan hidup dari zona di atasnya yang masuk ke wilayah laut
dalam, sisa tubuh hewan atau tumbuhan yang tenggelam, dan lain-lain. Keterangan di
atas menunjukkan bahwa ada ketidak menentuan sumber pakan untuk laut dalam,
mungkin inilah salah satu penyebab kenapa laut dalam memiliki kepadatan organisme
sangat rendah.
6.
Salinitas
Umumnya seragam (35 permil), pada daerah cold hydrocarbon seeps (hipersain = 40
permil)
7.
Sirkulasi Air
Sangat lamban (< 5 cm/detik), tergantung pada bentuk dan topografidasar laut. Sikulasi
air dan ventilasi dalam palung sangat menentukan kadar oksigen di laut dalam
8.
Tipe substrat
Terdiri atas substrat yang halus, substrat berbatu di daerah mid-ocean ridge.
D. Adaptasi organisme
Salah satu pembatas kehidupan organisme laut adalah kedalaman. Kedalaman
berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang lain seperti makanan, cahaya, tekanan,
suhu dan lain-lain, semuanya berpengaruh terhadap kondisi ekologi laut dalam terutama
terhadap kehidupan organisme (ikan).
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan
sekitarnya untuk bertahan hidup. Dengan keadaan tanpa adanya cahaya matahari, tekanan
tinggi, salinitas tinggi dan faktor faktor yang terdapat di dalam ekosistem laut dalam ini
membuat biota laut dalam tersebut melakukan adaptasi, yakni :
1) Adapasi morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan
dengan kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat
dilihat dari bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya bertubuh
transparan karena tubuhnya tidak mengandung pigmen.Secara morfologis, senjata
pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan pada
organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang melebar, rahang yang
kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang
jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies.
Bentuk spesies non ikan seperti moluska dan sebangsanya akan adaptif
untuk memakan mikroorganisme yang ada. Mereka sulit bersaing dengan ikan yang
ganas. Untuk senjata mempertahankan diri, mereka biasanya mampu berkamuflase
dengan kondisi sekitar.Satu persamaan dari mereka adalah, evolusi morfologis
mengubah bentuk mereka menjadi kecil. Jarang ada organisme yang berdimensi
panjang lebih dari 25 cm. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada
zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan
Hatchet.
1. Warna
Ikan-ikan mesopelagik cenderung berwarna abu-abu keperakan atau hitam kelam,
sedangkan invertebratanya berwarna ungu atau merah cerah. Organisme yang
hidup di zona abisal dan batial sering tidak berwarna atau berwarna putih kotor,
dan tidak berpigmen (khusus hewan bentik), sedangkan ikan penghuni zona ini
berwarna hitam kelam
2. Mata
Ikan-ikan penghuni zona mesopelagik memiliki ukuran mata yang besar jika
dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, sedangkan ikan penghuni zona yang lebih
dalam (abisal dan hadal pelagik) memiliki mata yang sangat kecil atau bahkan
tidak bermata. Selain ukuran mata, bentuk adaptasi lain pada ikan laut dalam
adalah bentuk mata yang seperti pipa atau tubular. Diantara jenis invertebrata
terdapat cumi-cumi dari famili histioteuthidae yang memiliki sebuah mata lebih
besar dari yang satunya.
Mata yang besar
Mata yang besar akan memberikan kemampuan maksimum untuk mendeteksi
cahaya di dalam laut dalam yang intensitas cahaya nya sangat rendah dan
mungkin diperlukan pula untuk dapat mendeteksi cahaya berintensitas rendah
yang dihasilkan oleh organ organ penghasil cahaya. Ikan ikan pada laut
dalam juga memiliki penglihatan senja yang sangat peka karena adanya pigmen
rodopsin dan tingginya kepadatan batang retina.
Tidak bermata
Pada zona laut dalam yang terdalam lebih dari 2000 m ( abisal pelagic dan
hadal pelagic ) ikan ikan yang hidup disitu memiliki mata yang sangat kecil
bahkan tidak bermata karena hidup di lingkungan yang gelap gulita bahkan
mata tidak ada guna nya.
Mata berbentuk pipa tubuler
Mata ikan ikan dari beberapa family berbentuk silinder pendek berwarna hitam
dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah lingkaran di puncak
silinder .tiap mata mempunyai 2 retina ( yang satu di pangkal silinder sedangkan
yang lainnya di dinding silinder ). Retina di pangkal silinder fungsinya untuk
melihat obyek obyek yang dekat sedang yang terdapat di dinding silinder untuk
melihat obyek obyek yang jauh,
3. Mulut
Kebanyakan ikan laut dalam memiliki mulut yang ukurannya sangat besar jika
dibandingkan dengan ikan penghuni habitat lautan yang lainnya. Mulut juga
dilengkapi dengan gigi yang panjang dan melengkung ke arah tenggorokan,
sehingga menjamin bahwa makanan yang sudah masuk ke mulut tidak akan lepas.
Mulut juga dihubungkan dengan tengkorak oleh suatu engsel yang memungkinkan
ikan membuka mulut sangat lebar, bahkan lebih lebar dari tubuhnya. Bentuk
adaptasi ini adalah merupakan antisipasi terhadap kondisi kelangkaan pakan.
4. Ukuran tubuh
8
Ikan tertentu seperti Ceratias, yang betina memiliki ukuran jauh lebih
besar dibanding dengan ang jantan. Ikan jantan hidup menempel pada ikan betina
sebagai parasit. Adaptasi ini berkaitan dengan rendahnya kepadatan, sehingga ada
kesulitan untuk mencari pasangan. Model seperti di atas ikan jantan selalu ada
untuk menyediakan sperma dan ikan betina tidak perlu mencari ikan jantan.
Keadaan yang menarik adalah ukuran tubuh invertebrata, seperti:
amfipoda, isopoda, ostracoda, misid an kopepoda yang mempunyai ukuran tubuh
lebih besar dari pada kerabatnya yang hidup dalam perairan dangkal. Kejadian
membesarnya ukuran tubuh sejalan dengan meningkatnya kedalaman dikenal
dengan istilah gigantisme abisal. Ukuran tubuh terbesar dapat mencapai panjang
42 cm pada Batinomus giganteus suatu isopoda
5. Bioluminisens
Beberapa organisme laut dalam, terutama yang hidup pada zona mesopelagik
umumnya memiliki fotofor (organ penghasil cahaya), yang merupakan bentuk
adaptasi terhadap habitat yang gelap dan berait dengan pemangsaan. Organ fotofor
ikan laut dalam untuk masing-masing species memiliki ciri khas tertentu sehingga
dapat berfungsi sebagai pengenal bagi kerabatnya. Organ ini mempermudah
species ikan laut dalam untuk tetap berada dalam kelompoknya maupun
mempermudah dalam mencari pasangan untuk reproduksi.
2) Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Di ekosistem laut dalam dapat dikatakan tidak
terdapat produsen karena tidak adanya sinar matahari yang menyebabkan tidak adanya
proses fotosintesis pada ekosistem tersebut, sehingga biota laut dalam melakukan
adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah organisme
laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih efektif dari
makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur energinya sendiri
dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok makanan
yang didapat.
E. Organisme - Orgaisme Laut Dalam
Tabel Beberapa jenis binatang eribatik serta kedalaman darimana mereka diambil.
Porifera
Tenea murikata
Stilokordila borealis
Tantorium semisuberites
Polikheta
Lumbrikonereis impasiens
Glisera ruksi
Notomastus lateriseus
Hidroides norvegika
meter
Sekurang kurangnya sampai 3000
Pomatoseros
meter
5 sampai 3000 meter
Amfikteis guneri
Siripedia
Veruka stromia
Kumasea
Diastilis levis
Edorela trunkatula
Isopoda
Antarturus furkatus
Lamelibrankiata
Limopsis aurita
Astarte sulkata
Skrobikularia longikalus
Gastropoda
Neptunea kurta
Neptunea islandika
Pungturela noakhina
Sisulera krispata
Natika grunlandia
Natika afinis
Skafander pungtostriatus
Asteroidea
Psedarkhaster pareli
Henrisia sanguinolenta
Ofiuroidea
10
Ofiakanta bidentata
Ofiofolis akuleata
Ofiura sarsi
Ofiokten seriseum
Ekhinoidea
Ekhinokardium austral
Holoturoidea
Mesoturian intestinalis
1. Viperfish
11
Fangtooth atau Anoplogaster cornuta hidup pada kedalaman 16 feet . Meskipun terlihat
seperti monster, hanya tumbuh sampai 6 inchi panjangnya, memiliki body yang pensek
dan kepala yang besar. Anoplogaster cornuta disebut juga fangtooth karena memiliki
taringyang panjang , tajam , serta ggi gigi lain yang menyerupai taring dalam jumlah
yang banyak dan mulut yang besar. Warna dari fangtooth dewasa berkisar antara coklat
gelap hingga hitam. Sedangkan fangtooth muda berwarna abu abu cerah. Tekanan
pada kedalaman 16 feet sangat lah tinggi , air juga hampir membeku, makanan juga
sangat langka sehingga fangtooth akan memakan apa saja yang dapat ia temukan.
Fangtooth ditemukan hampir ditemukan di seluruh laut dalam di dunia termasuk di
daerah tropis.
3. Dragonfish
12
Angler atau Melanocetus johnsoni, memiliki badan yang berbentuk seperti bola basket.
Melanocetus johnsoni memiliki mulut yang lebar dengan gigi yang menyerupai taring
yang tajam. Melanocetus johnsoni hanya tumbuh hingga panjang 5 inchi. Melanocetus
johnsonidiberi julukan angler karena ikan tersebutmemiliki tulang belakang yang
panjang dan pada ujungnya terdapat photophores ( yang memproduksi cahaya ). Fakta
yang naeh dari ikan ini adalah bahwa ikan yang jantan lebih kecil dari iakn betina dan
memiliki gigi kait yang kecil yang digunakan untuk menempel pada ikan betina. Ketika
menempel maka pembuluh darah iakn jantan akan menyatu dengan pembuluh darah
ikan betina. Ikan jantan seperti parasit, karena mendapat seluruh nutrisi nya dari ikan
betina. Apabila ikan jantan tidak mampu menempel pada betina maka ia akan mati
kelaparan. Melanocetus johnsoni ditemukan pada kedalaman lebih dari 3000 feet.
5. Gulper Eel (Eurypharynx pelecanoides)
Gulper Eel atau nama latinnya Eurypharynx pelecanoides merupakan salah satu
makhluk teraneh yang hidup di laut dalam. Mulut dari ikan ini sangat lebar sehingga
dapat memangsa hewan yang lebih besar dari nya. Perut iakn ini juga dapat meregang
untuk mengakomodasi makanan yang besar.Selain itu Eurypharynx pelecanoides juga
13
memiliki ekor yang panjang . Ikan jenis ini ditemukan hampir di seluruh laut di dunia
pada kedalaman 3000- 6000 kaki
6. Architeuthis dux
Architeuthis dux, merupakan salah satu dari hewan terbesar di bumi dengan panjang
mencapai 60 kaki sehingga Architeuthis dux sekaligus menjadi avertebrata terbesar di
dunia. Architeuthis dux masuk ke dalam kelas cephalopoda filum molluska dan
merupakan hewan karnivora ( kan memakan apa saja yang dapat ditangkap ).
7. Harriotta raleighana
Harriotta raleighana dapat mencapai 5 feet panjangnya . Ikan jenis memiliki belati
kecil seperti hidung yang mengingatkan pada salah satu kontur hidung pesawat jet
supersonik. Harriotta raleighana memiliki racun pada bgaian pertama tulang belakang
nya yang dapat membunuh manusia. Ikan ini hidup pada kedalaman 8000 kaki.
8. Bathynomus giganteus
14
Isopoda raksasa atau yang di kenal dengan nama ilmiah Bathynomus giganteus
merupakan salah satu anggota dari family isopoda Hewan ini dapat mencapai panjang
hingga 16 inchi . Bathynomus giganteus merupakan krustasea karnivor yang
beradaptasi untuk memakan apasaja yang jatuh dasar laut selain itu ia juga memakan
beberapa invertebrate kecil yang hidup pada kedalaman 2000 kaki.
BAB III
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ekositem laut dalam adalah bagian dari lingkungan laut yang terletak di bawah
kedalaman yang dapat diterangi cahaya matahari di laut terbuka, dan lebih dalam dari
paparan-paparan benua (> 200 m).
2. Pembagian zonasi ekosistem laut dalam yaitu Mesopelagik, Batipelagik, Abisalpelagik,
dan Hadalpelagik.
3. Kondisi fisiko-kimiawi laut dalam terdiri atas kondisi cahaya, tekanan hidrostatik, suhu,
oksigen, pakan, salinitas, sirkulasi air, dan tipe substrat.
4. Adaptasi organisme yang terdapat di ekosistem laut dalam terdiri atas:
a. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat dilihat
dari warna, mata, mulut, ukuran tubuh, dan bioluminisens.
b. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan
hidup dengan baik. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah
organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih
efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas.
5. Jenis-jenis organisme yang terdapat pada ekosistem laut dalam di antaranya adalah
Viperfish, Fangtooth, Dragonfish, Angler, Gulper Eel, Architeuthis dux, Harriotta
raleighana, dan Bathynomus giganteus.
DAFTAR PUSTAKA
Nontji, A., 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nybakken, J.W., 1992. Marine Biology An Ecological Apprach. 3
rd
Wulan.
2012.
Makalah
Ekosistem
Laut
Dalam.
wulansari.blogspot.com/2012/05/makalah-ekosiste-laut-dalam.html.
http://bioinfoDiakses
pada
17