Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam
selalu kita panjatkan kepada Rasullullah SAW, karena kegigihan beliau dan ridho-Nyalah kita
dapat merasakan kenikmatan dunia seperti sekarang ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pembimbing pada mata kuliah Teori Akuntansi, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca sekalian.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Desmiyawati, SE., M.Si, Ak. selaku
dosen mata kuliah Teori Akuntansi yang telah memberikan tugas untuk menambah wawasan
sesuai bidang studi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca sekalian demi terciptanya kesempurnaan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Terima kasih.

Pekanbaru, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. RumusanMasalah............................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
PEMBAHASAN
A. Pandangan Terhadap Teori Akuntansi.............................................. 3
a.1 Teori Akuntansi ....................................................................... 3
B. Teori Pragmatik................................................................................ 4
b.1 Pendekatan Pragmatis Deskriptif................................................ 5
b.2 Pendekatan Pragmatis Psikologi ................................................ 6
C. Teori Sintaktik dan Semantik ..........................................................6
c.1 Teori Sintaksis .......................................................................... 6
c.2 Teori Interpretasional(Semantis) .............................................. 6
D. Teori Normatif ................................................................................ 8
E. Teori Positif .....................................................................................10
F. Perspektif dan Isu-isu Lainnya ....................................................... 14
PENUTUP
A.Kesimpulan.......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18

A. LATAR BELAKANG
Akuntansi

berkembang

sejalan

dengan

perkembangan

masyarakat.

Sejarah

perkembangan pemikiran akuntansi (accounting thought) dibagi dalam tiga periode: tahun
4000 SM 1300 M; tahun 1300 1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masingmasing periode memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi. Pada periode
pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping yang sangat sederhana, maksudnya
hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode
kedua merupakan penyempurnaan dari periode pertama, dikenal dengan masa lahirnya
double-entry bookkeeping. Pada periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran
akuntansi yang bukan lagi sekedar masalah debit kiri kredit kanan, tetapi sudah masuk
ke dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi yang luar biasa juga
berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern (Basuki, 2000 : 173). Pengguna
akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami akuntansi sebagai: 1) alat hitung
menghitung; 2) sumber informasi dalam pengambilan keputusan; 3) sampai ke pemikiran
bagaimana akuntansi diterapkan sejalan dengan (atau sebagai bentuk pengamalan) ajaran
agama.

Bila dihubungkan dengan kelompok usaha kecil dan menengah tampaknya

pemahaman terhadap akuntansi masih berada pada tataran pertama dan kedua yaitu
sebagai alat hitung-menghitung dan sebagai sumber informasi untuk pengambilan
keputusan (Basuki, 2000 : 174). Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan oleh
pengguna informasi untuk pengambilan keputusan (Nicholls dan Holmes, 1988 : 57),
terutama oleh pelaku bisnis. Dimana informasi akuntansi diharapkan dapat didefinisikan
sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan mengkomunikasikan informasi
keuangan tentang kegiatan ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pandangan terhadap teori akuntansi ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori dan perumusannya ?
3. Apa yang dimaksud dengan pengertian teori akuntansi sebagai seni, sains,
teknologi ?
4. Bagaimana klasifikasi perumusan teori akuntansi (penalaran, system bahasa, dan
tujuan ) ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pandangan para ahli terhadap teori akuntansi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori dan perumusannya.
3. Untuk mengetahui pengertian teori akuntansi sebagai seni, sains, dan teknologi.
4. Untuk mengetahui klasifikasi perumusan teori akuntansi (penalaran, system
bahasa, dan tujuan).

PEMBAHASAN

A. PANDANGAN TERHADAP TEORI AKUNTANSI


Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi. Menurut
WebstersThird New International Dictionary mendefinisikan Teori sebagai
suatu susunan yang saling Sedangkan pengertian Akuntansi sendiri salah
satunya adalah, proses mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan
informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam mempertimbangakan
berbagai alternatif yang digunakan untuk mengambil kesimpulan atau
keputusan bagi pemakainya.
Dari penjelasan diatas maka Teori Akuntansi dapat diartikan sebagai
susunan konsep,definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran
fenomena akuntansi yangmenjelaskan hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya dalam strukturakuntansi dengan maksud dapat
menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul
berkaitan dengan hipotesis, konsep dan prinsip pragmatis yang membentuk
kerangka acuan untuk bidang yang dibahas
Teori Akuntansi
Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi
sebagai berikut:
a. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi
menyusun standarnya.
b. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah
akuntansi dalam hal tidakadanya standar resmi.
c. Menentukan batas dalam hal melakukan judgement dalam
penyusunan laporan keuangan.
d. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap
informasi yangdisajikan laporan keuangan
e. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.
Vernon Kam (1986) menganggap bahwa teori akuntansi adalah suatu
system yangkomprehensif, dimana termasuk postulat dan teori yang berkaitan
dengannya. Dia membagiunsur teori dalam beberapa elemen, yaitu postulat

atau asumsi dasar, definisi, tujuan akuntansi, prinsip atau standar, dan
prosedur atau metode-metode.
Teori akuntansi adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara
sistematis gambaranfenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara
variabel dengan variabel lainnya dalamstruktur akuntansi dengan maksud
dapat

menjelaskan

dan

meramalkan

fenomena

yang

mungkinmuncul.Hendriksen menilai teori akuntansi sebagai satu susunan


prinsip umum akan dapat :
a. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek
akuntansi dinilai.
b. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti
perkembangan ekonomi,sosial,teknologi dan ilmu pengetahuan yang
demikian cepat.
America and Accounting Associations Committe On Concepts and
Standard For ExternalReports yang menyebutkan bahwaTidak ada teori
akuntansi keuangan yang lengkap yang mencakup dan memenuhikeinginan
semua keadaan dan waktu dengan efektif. Oleh karenanya di dalam literatur
akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi tetapi kumpulan teori
yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-perbedaan persyaratan yang
diinginkan para pemakai laporan keuangan.Untuk perumusan teori akuntansi
memang

tidak

dapat

hanya

mengandalkan

teori

akuntansi,

harus

menggunakan literatur akuntansi dan disiplin ilmu lain yang relevan. Namun
teori akuntansi merupakan instrumen yang sangat penting dalam menyusun
dan memverifikasi prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan untuk disajikan pada para pemakainya.
B. TEORI PRAGMATIK
Teori pragmatis menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar
akuntansi terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan
teori akuntansi adalah penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan

keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang dikomunikasikan


kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau
kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh
laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik
terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan
menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari
prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannyaHal ini sekarang sesuai
untuk

mempertimbangkan

beberapa

teori

akuntansi

dan

mengklasifikasikannya sesuai dengan diskusi umum kami dari formulasi teori


pada bab 2. Tinjauan ini jauh dari lengkap dan, dengan kebutuhan
singkat.Banyak diskusi yang dikembangkan dan dibahas secara lebih rinci
pada bab-bab berikut. Tujuan utama dari bab ini adalah untuk memberikan
beberapa wawasan: bagaimana teori akuntansi secara historis telah
dirumuskan.
Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Disini pragmatis itu
berkaitan dengan pengaruhkata-kata, symbol terhadap manusia. Akuntansi
dianggap memiliki kemampuan mempengaruhi perilaku manusia.Teori harus
mampu merumuskan kebenaran. Oleh karena itu teori harus selalu diuji. Ada
3 kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki wewenang dalam menetukan
kebenaran atassuatu teori, yaitu:
a. Dogmatic Kebenaran dikatakan benar karena disampaikan
oleh ahli yang memenang memiliki wewenang untuk
menyampaikan kebenaran dan ini tidak perlu diuji lagi.
Keyakinan

pada

kebenaran

inihanya

berdasar

pada

kepercayaan, keyakinan, atau iman seseorang. Misalnya


keyakinan beragama, charisma seseorang, jabatan, dan lain
sebagainya.
b. Self evidence Kebenaran disampaikan dari suatu teori yang
dibuktikan
pengalaman.

oleh

pengetahuan

umum,

pengamatan,atau

c. Scientific Kebenaran disampaikan dari suatu teori yg


dibuktikan lewat metode ilmiah. Teori dirumuskan,diuji, dan
seterusnya berulang secara terus-menerus.
Pendekatan Pragamatis Deskriptif
Pendekatan pragmatis deskriptif untuk konstruksi teori akuntansi
merupakan sebuah pendekatan induktif dimana terori tersebut didasarkan
pada pengamatan terus-menerus terhadap perilaku akuntan untuk menyalin
prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Pendekatan deskriptif mungkin adalah metode tertua dan paling
universal digunakan dalam konstruksi teori akuntansi. Sampai saat ini,
pendekatan ini adalah cara yang populer untuk mempelajari akuntansi
keterampilan akuntansi dimana akuntan dilatih dengan cara magang atau
diberi artikel untuk berlatih akuntan.
Namun, ada beberapa kritik dari pendekatan ini untuk konstruksi teori
akuntansi: pendekatan pragmatis deskriptif tidak mencakup penilaian analisis
dari kualitas tindakan akuntan, tidak ada penilaian apakah akuntan
melaporkan dengan cara mereka seharusnya. Pendekatan ini tidak
menyediakan teknik akuntansi yang ditantang. Misalnya, metode dan teknik
akuntan dan mengajarkan mereka metode dan teknik tersebut kepada para
siswa. Pendekatan pragmatis deskriptif memfokuskan perhatian pada perilaku
akuntan, bukan pada pengukuran atribut perusahaan, seperti aset, kewajiban
dan keuntungan.

Pendekatan Pragmatis Psikologis


Berbeda dengan pendekatan pragmatis deskriptif, di mana teori tersebut
mengamati perilaku akuntan, pendekatan pragmatis psikologis mengamati
tanggapan pengguna output keuangan. Akuntan akan menghitung transaksi
keuangan untuk menunjukkan perbedaan sintaksis yang berguna untuk

membuat laporan keuangan yang kemudian akan dipakai oleh penggunanya.


Reaksi oleh pengguna digunakan sebagai bukti bahwa laporan keuangan
bermanfaat dan berisi informasi yang relevan.
C. TEORI SINTAKTIK DAN SEMANTIK
Teori Sintaksis
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan
pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi
yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus
bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan
kejadian-kejadian tertentu.
Teori Interpretasional (semantis)
Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara obyek atau kejadian dan
istilah atau simbol. Teori - teori yang berhubungan dengan interpretasi
(semantik) diperlukan untuk memberikan pengertian dalil - dalil akuntansi
yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran konsep oleh para akuntan sama
dengan penafsiran para pemakai laporan akuntan. Misalnya, laba akuntansi
merupakan konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan atas
beban sesudah menerapkan aturan tertentu untuk mengukur pendapatan dan
beban.
Konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan dan diberi
pengertian yang berbeda oleh para peneliti yang berbeda. Misalnya, nilai
tidak memiliki interpretasi khusus. Current value (nilai saat ini) akan
mempunyai pengertian yang sama, sebelum menginterpretasikan kita harus
melihat subkonsepnya dahulu sehingga terdapat kesepakatan yang jelas
mengenai interpretasinya. Konsep nilai sekarang dari jasa yang akan datang,
arus kas yang didiskontokan, harga pasar berlaku, dan nilai bersih yang dapat
direalisasikan semuanya merupakan subkonsep dari nilai berlaku.

Contoh penerapan teori interpretif adalah: pengukuran nilai persediaan


pada saat ini, langkah pertama adalah menunjukkan subkonsep untuk
menerapkan aturan interpretasi khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih
maka current value dapat didefinisikan sebagai harga tukar untuk suatu
barang di pasar pembelian pada tanggal neraca. Jika harga pasar tidak ada
dapat dianggap harga pasar tidak layak pakai, maka alternatifnya adalah
menilai prosedur akuntansi lain yang tersedia dalam kondisi interpretasi ini.
Pembuktian teori ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan untuk
menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami makna yang
dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah konsisten dengan teori
yang ada.
Salah satu interpretasi teoritis akuntansi biaya tradisional historis adalah
bahwa sebagianbesar merupakan teori sintaksis. Penafsiran ini dapat
digambarkan sebagai berikut: systemsemantik adalah transaksi dan
pertukaran tercatat dalam voucher, jurnal dan buku besar bisnis.Hasil ini
kemudian disimpulkan berdasarkan lokasi dan asumsi akuntansi biaya
historis. Sebagai contoh, kami mengasumsikan bahwa inflasi tidak akan
dicatat dan nilai pasar nilai aktiva dan kewajiban diabaikan. Kami lalu
menggunakan akuntansi double-entry dan prinsip-prinsip akuntansi biaya
historis untuk menghitung laba rugi dan posisi keuangan. Proposisi individu
diverifikasi setiap kali laporan diaudit dengan memeriksa perhitungan dan
manipulasi. Dengan cara ini teori biaya historis telah dikonfirmasi berkalikali. Beberapa teori akuntansi mengkritik dari pendekatan ini. Mereka
berpendapat bahwa teori tersebut memiliki konten semantik hanya atas dasar
input.
Tidak ada operasi empiris independen untuk memverifikasi output yang
dihitung, misalnya, keuntungan atau aset total. Angka-angka ini tidak
diamati, mereka hanya sekedar penjumlahan sederhana saldo rekening, dan
proses audit ini, pada dasarnya, hanya sebuah perhitungan kembali. Proses

audit memverifikasi masukan dengan memeriksa dokumen yang digaris


bawahi dan memeriksa perhitungan matematis tapi tidak memverifikasi
output akhir. Hal ini berarti bahwa bahkan jika laporan akuntansi disusun
dengan menggunakan sintaks yang sempurna, mereka mungkin memiliki
sedikit, jika ada, nilai dalam pelaksanaan.

D. TEORI NORMATIF
Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti
tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori
normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya
dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan
keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu.
Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative sering
dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif).
Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi
dihasilkan dari kegiatan semi research.
Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana
akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada
awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan
pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat
akuntansi. Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada
tahun 1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik
pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa
yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih
berkonsentrasi pada:
1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income) Teori ini berkonsentrasi
pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva
dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang
dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.

2.Pengambilan keputusan (decision usefulness) Pendekatan ini


menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan
data akuntansi yang relevan atau bermanfaat.
Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik
pengambilan keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga
pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari
aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori
tersebut bersifat normative karena didasarkan tentang laba dan kemakmuran
(wealth) atau konsep ekonomi pada anggapan akuntansi seharusnya
merupakan system pengukuran:
Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
Akuntansi

keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan

ekonomi
Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang
subyrktif maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara
empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya
menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang
ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan
pemakaian teori normatif oleh semua pihak.
E. TEORI POSITIF
Metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang sedang
berlaku atau diterima umum. Berdasarkan teori ini, dirumuskan problem
penelitian untuk mengamati perilakuatau fenomena nyata yang tidak ada
dalam teori. Kemudian dikembangkan teori untukmenjelaskan fenomena
tadi dan dilakukan penelitian secara terstruktur dan peraturan yangstandar

dengan

melakukan

perumusan

masalah,

penyusunan

hipotesis,

pengumpulan datadan pengujian statistik ilmiah. Sehingga diketahui apakah


hipotesis yang dirumuskan diterima atau tidak.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi
kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya
beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan
dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan
terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan
bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam
pendekatan normatifterlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis
yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan
normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara
empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga
tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris. Pendekatan normatif lebih
banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada
kemakmuran masyarakat luas. Pendekatan normatif tidak mendorong atau
memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di
pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system perekonomian yang
mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat
pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi
secara efisien.
Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu
sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk
mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman

mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian


empiric dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang
sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori
akuntansi dikemudian hari.
Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif. Prediksi yang dibuat oleh PAT
diorganisasikan secara luas pada tiga hipotesis yang diformulasikan oleh
Watts dan Zimmerman (1986). Kita akan memberi ketiga hipotesis ini
bentuk oportunistik mereka, karena menurut Watts dan Zimmerman (1990),
ini

adalah

cara

yang

paling

sering

digunakan

ketika

mereka

diinterpretasikan :
1. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer
perusahaan dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur
akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan
ke periode masa kini
Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan. Para manajer perusahaan,
seperti orang-orang lain, menginginkan imbalan yang tinggi. Jika imbalan
mereka bergantung, paling tidak sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada
pendapatan bersih, maka kemungkinan mereka bisa meningkatkan bonus
mereka pada periode tersebut dengan melaporkan pendapatan bersih
setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada
periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal
ini akan cenderung menyebabkan penurunan pada laba dan bonus-bonus
yang dilaporkan pada masa yang akan datang, dengan taktor-faktor lain
tetap sama. Namun nilai masa kini (present value) dari kegunaan manajer
dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat dengan
memberikan perubahan menuju masa kini.
2. Hipotesis Kontrak Hutang

Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat
suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan
pada kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar
kemungkinan manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa
kini. Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan
menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi
kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus bertemu selama masa
perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang mendapat pinjaman boleh
sepakat memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan bunga,
modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu
dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan
penalti, seperti pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan
perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk mencegah, atau
paling tidak menunda, pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih
kebijakan akuntansi tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini.
Berdasarkan hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan mendekati
kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih cenderung
untuk melakukan hal ini.
3. Hipotesis biaya politik
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar
biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung
lebih memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan
dari masa sekarang menuju masa depan. Hipotesis biaya politik
memperkenalkan suatu dimensi politik pada pemilihan kebijakan akuntansi.
Perusahaan-pemsahaan yang ukurannya sangat besar mungkin dikenakan
standar kinerja yang lebih tinggi, dengan penghargaan terhadap tanggung
jawab lingkungan, hanya karena mereka merasa bahwa mereka besar dan

berkuasa. Jika perusahaan besar juga memiliki kemampuan meraih profit


yang tinggi, maka biaya politik bisa diperbesar.
Perusahaan-perusahaan juga mungkin akan menghadapi biaya politik
pada poin-poin waktu tertentu. Persaingan luar negeri mungkin mengarah
pada menurunnya profitabilitas kecuali perusahaan yang terkena dampaknya
ini bisa mempengaruhi proses politik untuk bisa melindungi impor secara
keseluruhan. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
mengadopsi kebijakan akuntansi income-decreasing (pendapatan menurun)
dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwa profit sedang turun.
F. PERSPEKTIF DAN ISU-ISU LAINNYA
Pada poin ini, kita berfokus pada apa yang dapat dilihat sebagai
pendekatan yang sangat terstruktur untuk formulasi teori pendekatan ilmiah.
Penulis mulai dengan teori yang didasarkan pengetahuan sebelumnya atau
diterima secara ilmiah konstruksi teorinya. Langkah selanjutnya adalah
dengan menggunakan teori untuk membangun masalah penelitian ketika
kita mengamati dunia nyata perilaku yang tidak setuju dengan teori, kita
memperlakukan

anomali

itu

sebagai

masalah

penelitian

dan

mengungkapkannya sebagai masalah penelitian yang akan dijelaskan. Pada


tahap ini, kami mengembangkan teori untuk menjelaskan perilaku yang
diamati dan menggunakan teori untuk menghasilkan hipotesis diuji yang
akan dikuatkan hanya jika teori berlaku. Kami kemudian mengikuti
prosedur yang tepat dan sangat terstruktur atau ditentukan untuk
pengumpulan data dan setelah menundukkan data (biasanya) dengan teknik
matematika atau statistik, kita memvalidasi atau menolak hipotesis
diuji.Pendekatan ini memiliki asumsi yang melekat lebih lanjut bahwa
melihat dunia untuk diteliti sebagai realitas obyektif yang mampu
memeriksa dalam hal skala besar atau statistik rata-rata. Jenis penelitian ini

dilakukan oleh hipotesis tambahan yang kemudian dikumpulkan .Asumsi


tersirat adalah bahwa variabel diteliti memiliki beberapa stabilitas di
perusahaan, industri dan waktu.
Pendekatan ini untuk penelitian umumnya digambarkan sebagai
pendekatan ilmiah dan merupakan pendekatan yang dominan saat ini
digunakan oleh para peneliti di bidang akuntansi, khususnya di Amerika
Serikat. Penting untuk dicatat bahwa itu didasarkan pada asumsi ontologis
tertentu (cara kita memandang dunia), yang menyiratkan epistemologi yang
berbeda (cara kita mengumpulkan pengetahuan) dan metodologi penelitian
dan metode yang berbeda. Hal ini, pada gilirannya, mempengaruhi jenis
masalah penelitian yang diajukan dan hipotesis yang diuji. Hal ini penting
bagi para peneliti akuntansi dengan jelas mengenai asumsi yang mendasari
penelitian mereka dan untuk mempertimbangkan apakah pendekatan
penelitian alternatif yang lebih tepat. Ada sebuah tubuh literatur, yang secara
bebas dicap sebagai penelitian naturalistik, yang sangat penting dari
pendekatan yang sangat terstruktur yang diadopsi oleh peneliti ilmiah.
Kita meninjau secara singkat beberapa kritik mereka di bagian ini.
Kritik pertama adalah bahwa penelitian skala besar statistik cenderung
menyatukan segala hal bersama-sama. Hipotesis yang didasarkan pada
penggunaan harga pasar saham atau survei membuat banyak penelitian
akuntansi jauh dari dunia praktisi dan sepadan dengan keprihatinan mereka.
Fokus penelitian naturalis dikemukakan sebagai lebih tepat untuk
memperoleh pengetahuan tentang perilaku akuntansi dalam pengaturan
dasarnya. Idenya adalah bahwa kita melakukan penelitian secara sealamiah
mungkin. Pendekatan ini memiliki dua implikasi. Pertama, kita tidak
memiliki asumsi atau teori yang terbentuk sebelumnya. Kedua, kita
berfokus pada masalah perusahaan tertentu. Hal ini dilakukan dengan
mengambil pendekatan penelitian fleksibel menggunakan pengamatan dekat
dan menempatkan kurang penekanan pada analisis matematika, pemodelan,

uji statistik, survei dan tes laboratorium. Cara biasa untuk melakukan
penelitian naturalistic adalah dengan menggunakan studi kasus individu dan
kerja lapangan lebih rinci. Jenis penelitian ini jauh lebih kecil/mikro dalam
perspektif karena itu bertujuan untuk memecahkan masalah individu yang
mungkin perusahaan tertentu.Oleh karena itu, hasilnya mungkin lebih sulit
untuk menggeneralisasi.
Pendekatan naturalistik dapat dibandingkan dengan penelitian ilmiah
akuntansi, yang lebih rentan terhadap menggabungkan hasil dari pengujian
sejumlah hipotesis dalam rangka membentuk teori umum akuntansi.
Penelitian naturalistik dimulai dari situasi spesifik dunia nyata, tujuan utama
adalah untuk menjawab pertanyaan: Apa yang terjadi di sini? , Bukan
untuk memberikan kondisi yang dapat digeneralisasikan untuk segmen
masyarakat luas. Pendekatan studi kasus dipandang oleh beberapa peneliti
sebagai pemenuhan terbaik peran menjelajahi masalah penelitian untuk
penelitian naturalistik. Sebagai contoh: Situasi di mana tidak layak untuk
mengembangkan model teoritis sebelum pengamatan empiris, alternatif
terbaik berikutnya (pendekatan eksplorasi) dapat diikuti.
Tomkins dan Groves tidak setuju dengan pandangan ini. Mereka melihat
pendekatan penelitian naturalistik sebagai lebih tepat untuk asumsi
ontologis yang berbeda. Perbedaan asumsi ontologis menyiratkan gaya
penelitian yang berbeda dan mempengaruhi pertanyaan penelitian diajukan
dan diselidiki. Sebagai contoh, kita dapat melihat akuntansi sebagai
konstruksi sosial. Kita mungkin ingin memahami apa citra diri yang orang
pegang, atau apa yang mendasari asumsi yang mempertahankan pandangan
bahwa, atau bagian apa peran persepsi ini dalam mengendalikan cara
mereka melakukan peran mereka sehari-hari. Ini adalah jenis pertanyaan
yang mungkin akan diteliti menggunakan ontologi subjektif.

Referensi :
http://www.academia.edu/8537637/KONSTRUKSI_TEORI_AKUNTANSI#signup/clos
e
http://ekakaristiya.blogspot.co.id/2011/11/teori-akuntansi-danperkembangannya.html?m=1
https://teoriakuntansipositif.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai