BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penurunan kesadaran atau anak tidak sadar adalah gangguan neurologis
yang sering dijumpai saat pasien datang ke ruang gawat darurat atau saat kita
merawat pasien di ruang perawatan. Pasien dapat datang dengan tidak sadar atau
kesadaran
menurun
dengan
perawatan.
Anak
tidak
sadar
merupakan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan
pengintegrasian impuls eferen (input) dan aferen (output) dari susunan saraf
pusat.8 Proyeksi neuron diteruskan dari ascending reticular activating system
(ARAS) melalui hipotalamus ke nukleus reticular talamus dan diproyeksikan ke
daerah korteks.1
Definisi kesadaran mengacu kepada ketanggapan seseorang terhadap
lingkungan sekitarnya, dan dirinya sendiri. Kesadaran memiliki 2 dimensi, yakni
dimensi wake fulness atau aerosal atau bangun dan awareness atau content atau
tanggap.3,4
Fungsi anatomi dari ARAS dibagi atas daerah medial dan lateral. Daerah
medial mengatur siklus tidur dan penggunaan serotonin sebagai neurotransmitter
utama. Jaras descending mengatur fungsi anatomik motor yang mengatur ritmik
irama pernapasan. Daerah laeral ARAS mempertahankan kesadaran dengan
keseimbangan cholinergik dan noradrenegik.1
Kesadaran yang sehat dan adekuat disebut sebagai compos mentis, pada aksi
dan reaksi (ekspresi) terhadap apa yang dilihat, didengar, dihidu, dikecap, dialami
dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, gerak, getar, tekan, dan sikap,
bersifat adekuat yaitu tepat dan sesuai. Kesadaran yang terganggu ialah kesadaran
dimana tidak terdapat aksi dan reaksi, walaupun dirangsang dengan kasar.
Keadaan tersebut yang disebut koma.8
Di dalam klinik diketahui bayi yang dilahirkan tanpa serebrum, hanya
dengan medula spinalis batang otak saja (anensefalus) masih bisa bereaksi dan
akan menangis atau bergerak apabila ditusuk.8 Locked in syndrome (kerusakan
pada batang otak namun individu masih dapat memproses informasi tetapi tidak
dapat meresponnya), atau katatonia yaitu terjadi respon menurun padahal anak
sadar penuh.1
Penilaian tingkat kesadaran dapat dinilai selain dengan skala numerik, juga
dapat dinilai secara kualitatif seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Derajat penurunan kesadaran1
Keadaan
Letargi (somnolen)
Definisi
Kesulitan dalam mempertahankan keadaan sadar
Obtudansi (apatis)
Stupor(sopor)
Koma
Infeksi
Meningitis bakterialis
Ensefalitis
Riketsia, protozoa
Infestasi cacing
Inflamasi
Ensefalopati sepsis
Vaskulitis
Demielitis
Multiple Sclerosis
Struktural
Trauma
Kontusio
Perdarahan intrakranial
Injury
Neoplasma
Infeksi Lokal
Infark otak
Perdarahan otak
Kelainan kongenital
Trauma tulang belakang
Hidrosefalus
Kejang
Anak
Toksin
Remaja
Toksin
Hipoksik- Iskemik
Syok
Gagal jantung atau paru
Tenggelam
Keracunan O2, sianida
Strangulasi
Kelainan metabolik
Sarkoidosis, hipoglikemia
Gangguan cairan dan
elektrolit
Kelainan endokrin
Asidosis
Ketoasidosis diabetika
Organik asidemia
Hiperamonia
Sindrom Reye
Uremia
Penyakit mitokondria
Nutrisi
Defisiensi tiamin
Piridoksin, asam folat
Toksin eksogen
Obat-obatan
Ensefalopati hipertensi
Ensefalopati luka bakar
Metabolik
Kejang
Kekerasan
Inborn error
Infeksi
Kejang
Intususepsi
Kekerasan/trauma
Trauma
Psikiatrik
Kejang
2.3 Patofisiologi
Keadaan sadar tergantung dari hubungan timbal-balik siklus antara sistem
keterjagaan (reticular activating system) yang berasal dari batang otak bersama
dengan pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus dan pusat tidur paradoksal
dibatang otak. Batang otak adalah jalur penghubung penting antara bagian otak
lain dan medula spinalis.9
Substrat kualitas dan derajat kesadaran disingkatkan sebagai berikut :
jumlah (kuantitas) input susunan saraf pusat menentukan derajat kesadaran. Input
susunan saraf pusat dibedakan menjadi input yang bersifat spesifik dan nonspesifik. Input spesifik merupakan impuls aferen yang khas dan kesadran yang
disalurkan oleh impuls aferen itu adalah khas juga yaitu berlaku pada semua
lintasan berupa lintasan aferen impuls perasaan protopatik, propioseptif dan
pancaindera.8
Input non-spesifik terdiri dari lintasan berupa serangkaian neuron-neuron di
substansia retikularis medula spinalis dan batang otak yang menyalurkan impuls
aferen ke talamus yaitu ke inti intralaminar yang cara penyalurannya ke talamus
berlangsung secara multisinaptik, unilateral dan bilateral yang selanjutnya
memancarkan impuls yang mengaktifkan seluruh korteks secara difus dan
bilateral sehingga terdapatlah penghantaran aferen yang berbeda.8
2)
3)
4)
5)
6)
yang
erat
kaitannya
dengan
hipoglikemia
atau
ketoasidosis.
Riwayat penggunaan obat-obatan pada pasien, yang erat kaitanya
dengan intoksikasi obat.
Apakah ada gejala neurologis yang bertahap atau mendadak.
Bagaimana kejadian sebelum penurunan kesadaran tersebut terjadi.
7)
8)
B.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabel 2.4 yang menunjukkan kepada etiologi berdasarkan hasil pemeriksaan fisik5
Lihat
Ikterik
Ruam
Pallor (pucat)
Petechiae
Trauma
Dismorfik, neurocutaneus
marker
Bau nafas yang tidak normal
C. Tanda Vital1
Pada keadaan awal pemeriksaan tanda vital meliputi tekanan darah, laju
nadi atau denyut jantung dan laju napas sangat membantu dalam menentukan
penyebab penurunan kesadaran. Beberapa penyebab yang perlu dipikirkan
berdasarkan kelainan tanda vital dapat dilihat sebagai berikut.
Penyebab tersering perubahan tekanan darah dan laju nadi anak tidak sadar
Tekanan darah
Tinggi
Peningkatan tekanan intrakarnial
Perdarahan subarahnoid
Intoksikasi
Amfetamin
Antikolinergik
Simpatomimetik
Rendah
Syok spinal
Kegagalan adrenal
Keracunan
Narkotika
Sianida
Sedatif atau hipnotik
Simptomatik
10
anak. Skala Koma Glasglow dan modifikasinya untuk anak lebih objektif dalam
menilai tingkat kesadaran. Pada Skala koma Glasgow Pediatrik dibuat sedikit
perubahan
penilaian
verbal
dan
mengubah
nilai
terbaik
berdasarkan
perkembangan dan usia anak. Skala berkisar antara 3-15; nilai skala 12- 14
menunjukkan gangguan kesadaran ringan, nilai skala 9-11 menunjukkan
gangguan kesadaran sedang dan nilai skala <8 didefinisikan sebagai koma.1
Tabel 2.5 Penilaian skala koma Glasgow pada anak1
Tanda
Buka mata
(eye = E)
Nilai
4
3
2
1
Spontan
Reaksi terhadap bicara
Reaksi terhadap nyeri
Tidak ada
Motorik
(motorik = M)
6
5
4
3
2
1
Lisan
(verbal = V)
Terorientasi, tersenyum
Menangis, interaksi tidak tepat
Menangis, interaksi tidak menyerang
Menangis, interaktif iritabel
Tidak ada
5
4
3
2
1
Skor
Skor
Spontan
Terhadap suara
Terhadap
rangsang nyeri
Tidak ada respon
4
3
2
4
3
2
Terorientasi
Bicara kacau
5
4
Glaslow Coma
Scale (Modifikasi
untuk bayi)
Membuka mata
Spontan
Terhadap suara
Terhadap ransang
nyeri
Tidak ada respon
Verbal
Babbles, coos
Menangis,
tetapi
1
4
3
11
Berupa kata-kata
Mengerang
Tidak ada respon
Menuruti
perintah
Melokalisasi nyeri
Reaksi
menghindar
Reaksi fleksi
Reaksi ekstensi
Tidak ada respon
tidak dibujuk
Rewel,
tidak
kooperatif
2
Mengerang dengan
rngsang nyeri
1
Tidak ada respon
Motorik (gerakan)
6
Gerakan aktif
3
2
1
6
5
Melokalisasi
rangsang nyeri
Reaksi menghindar
3
2
1
Reaksi fleksi
Reaksi ekstensi
Tidak ada respon
3
2
1
E. Pola napas
Pola napas normal membutuhkan interaksi normal antara batang otak dan
korteks, batang otak berperan dalam mengatu keinginan napas (drive), sedangkan
kortek berperan dalam mengatur pola napas. Kontrol metabolik, oksigenasi, asambasa dikontrol dengan menurunkan pusat batang otak antara medula dan midpons.
Kontrol pola napas di midbrain. Gangguan metabolik dan hipoksia dapat diatasi
dengan perubahan pola pernapasan sehingga pola napas yang abnormal
mencerminkan gangguan neurologis yang berat. Penentuan lokalisasi kelainan
berdasarkan pola napas tidak terlalu pasti.
Adapun karakteristik pola napas dapat dilihat berikut ini.1
Cheyne Stokes
Hiperventilasi
ancaman herniasi)
Metabolik asidosis menyeluruh, hipoksia atau keracunan
(amfetamin, kokain)
Edema paru neurogenik (karbo monoksida, hidrokarbon,
organofosfat)
Apneuristik
12
Ataksik
Hipoventilasi
13
14
Tabel 2.7 Gangguan refleks pupil dan gerakan bola mata pada penurunan
kesadaran1
Dilatasi pupil
- Isi lateral (satu sisi), penyebaran darah secara cepat, tumor, ancaman
herniasi, pasca kejang atau lesi di saraf otak III
- Dua sisi : pasca kejang, hipotermia, hipoksia, kerusakan menetap,
ensefalitis atau syok perdarahan
Konstriksi pupil
- Menetap : kelainan pons dan metabolik
- Reaktif : kelainan medulla dan metabolik
Pupil midriasis
- Menetap : midriasis sentral
Gerakan bola mata
- Deviasi ke arah destruksi hemisfer, menjauhi fokus kejang, dan menjauhi
lesi batang otak : hemiplegia
- Ke bawah dan keluar (down and out) : diabetes neuropati, frkatur
kompresi tulang kepala, peningkatan tekanan intrakranial, meningitis di
daerah pons
Refleks
- Dolls eye bola mata bergerak berlawanan dengan gerakan kepala, batang
otak baik
- Kalori air es dialirkan pada membran timpani intak, mata bergerak ke arah
telinga yang dirangsang.
15
Gambar 2.4 Reaksi bola mata pada pemeriksaan dolls eye movement 6
G. Respon Motorik
Fungsi motorik dapat memberikan informasi tambahan mengenai lokasi lesi.
Adanya hemiparesis mengindikasikan adanya lesi kontralateral pada otak.
Respons dekortikasi atau fleksi disebabkan oleh kerusakan hemisfer serebri
bilateral dengan fungsi batang otak yang masih baik. Respons deserebrasi atau
ekstensi biasanya menunjukkan adanya lesi destruktif otak tengah dan bagian atas
pons.10
Dekortikasi atau posisi fleksi (lengan fleksi dan tertarik ke atas dada)
disebabkan oleh kerusakan traktur spinalis atau di atas red nucleus.
16
Respon motorik
withdrawl
Talamus
Posisi dekortikasi
Pupil kecil,
reaktif
Kecil, reaktif
Midbrain
Posisi dekortikasi
atau decerebrasi
Midposition,
tidak reaktif,
Pons
Posisi decerebrasi
Tungkai lemah,
fleksi
Pinpoint
Medulla
Pernapasan
Cheyne-Stokes
Cheyne-Stokes
Spontan konyugasi
gerakan horizontal sama
seperti di atas
Ke arah lateral (kerusakan
N III)
Cheyne-Stokes
Blot
Ataksik syndrome
Kecil, Horner
2)
3)
4)
5)
17
6)
7)
8)
2.6 Tatalaksana
Pendekatan tatalaksana anak yang datang dengan penurunan kesadaran
dapat mengikuti algoritme yang tercantum dalam gambar 2.5 dan 2.6. Tatalaksana
awal penurunan kesadaran bertujuan untuk mencegah terjadinya perburukan pada
pasien. Hal pertama kali yang harus dilakukan pada pasien yang datang dengan
penurunan kesadaran ialah stabilisasi A (airway / jalan napas), B (breathing, laju
napas), dan C (circulation / sirkulasi darah). 5,6,10
Anak dengan penyebab koma yang belum jelas penyebabnya, dilakikan
pemeriksaan gula darah dextrostick atau diberikan langsung dektrosa 25%
sebanyak 1-4 ml/kgBB sambil memperhatikan responnya. Bila didapatkan
perbaikan dramatis, selanjutnya diberikan infus glukosa 10%. Kesadaran yang
tidak
pulih
setelah
pemberian
infus
dektrosa,
menyingkirkan
adanya
hipoglikemia.1
CT scan kepala juga harus dilakukan pada setiap anak yang datang dengan
penurunan kesadaran akibat trauma kepala. Monitor adanya tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial juga harus selalu dilakukan. Pemberian manitol
20% sebanyak 0,5 1,0 gr.kgBB selama 30 menit setiap 6 sampai 8 jam dapat
diberikan apabila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang
jelas, seperti muntah proyektil, papiledem, adanya defisit neurologis fokal.
5,6
18
Nalokson diberikan bila dicurigai adanya overdosis narkotika, atau apabila telah
selesai kita curigai adanya hipoglikemia.1 Pemberian kortikosteroid seperti
dexametason mungkin bermanfaat apabila terdapat edema perifokal (tumor).
Dexametason dapat diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgBB. 7,10
Status epileptikus dan kejang lain harus diberantas perlu dipertimbangkan
adanya kejang walaupun tidak bermanifestasi secara klinis (status epileptikus
nonkonvulsif subklinis); sehingga tersedianya EEG sangat esensial. Bila dicurigai
adanya infeksi susunan saraf pusat dilakukan pungsi lumbal dan diobati dengan
antibiotik atau antivirus yang sesuai. Gangguan keseimbangan elektrolit sering
diakibatkan gangguan sekresi hormon antidiuretik. pemberian cairan yang tidak
tepat pada keadaan ini dapat memperburuk keadaan.1
Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit juga perlu dikoreksi
sedini mungkin. Tidak menutup kemungkinan kalau penurunan kesadaran yang
terjadi merupakan akibat dari ketidakseimbangan elektrolit, seperti hipokalsemia,
hipernatremia, hiponatremia, atau hipomagnesemia. Adanya asidosis atau
alkalosis juga harus segera dikoreksi secepat mungkin, agar metabolisme tubuh
dapat berlangsung normal kembali.5,6,10
Suhu tubuh normal baik untuk pemulihan dan pencegahan asidosis.
Antipiretik yang sesuai harus diberikan untuk menurunkan demam. Agitasi dapat
meningkatkan tekanan intrakranial dan menyulitkan bantuan ventilasi mekanik
sehingga dapat dipertimbangkan pemberian sedatif walaupun mungkin akan
menyulitkan evaluasi neurologik berkala.1
Jalan napas-intubasi bila SKG 8
Pernapasan-pertahankan saturasi O2> 80%
Sirkulasi-pertahankan tekanan arteri> 70
Pemeriksaan darah untuk glukosa, elektrolit, analisa gas darah, fungsi hati,
fungsi ginjal, fungsi tiroid, darah lengkap, skrining toksikologi
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
19
Hiperventilasi, monitol 0,5-1,0 gram/kg BB, bila tekanan intrakranial meningkat atau
herniasi, tiamin (100 mg IV) diikuti dengan 25 gram glukosa bila serum glukosa <60 mg/dl
nalokson bila overdosis narkotika, diberikan infus intravena 0,8 mg/kgBB/jam, bilas lambung
dengan activeted charcoal bila dicurigai keracunan obat
CT scan/ MRI kenali bila dicurigai adanya kelainan struktur retak
Gambar 2.5 Algoritma tata laksana awal pasien dengan kesadaran menurun
20
21
BAB III
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
motorik, besar dan reaksi pupil, gerak bola mata dan pola pernapasan.
Tata laksana awal pada penurunan kesadaran adalah menjaga oksigenasi
jaringan otak dengan melakukan stabilisasi A (airway / jalan napas), B
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
22