Anda di halaman 1dari 12

Prosiding

Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008


Universitas Lampung, 17-18 November 2008

PEMISAHAN FRAKSI RADIOINDIUM DARI MATRIK KADMIUM OKSIDA


YANG DISINARI DENGAN NEUTRON TERMAL
Sunarhadijoso Soenarjo, Kadarisman Wisnukaton, Sriyono
Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Badan Tenaga Nuklir Nasional,
Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang 15314.
email: soenarjo@batan.go.id.

ABSTRACT
The radionuclide 115mIn emits and rays with radiation properties suitable for biology
and nuclear medicine applications. It is produced as the daughter of 115Cd, more convenient than
other radioactive indium (111In and 113mIn) and comparable to medical radioisotope 99mTc . Its
domestic application, however, is not popular yet due to the lack of technical capabilities on the
production of 115Cd-115mIn generator. The parent radionuclide, i.e. 115Cd, can be potentially
produced in G.A. Siwabessy reactor (BATAN, Serpong) by means of 114Cd (n,) 115Cd reaction
using natural Cd or to be better using high-enriched 114Cd as the target, but the use of highenriched 114Cd for experimental study on the separation of 115mIn from cadmium target matrix is
not economic so that the use of natural cadmium target as Cd metal, CdO or Cd(NO3)3, is
preferred. In the presented work, the separation of radioactive indium from the matrix of natural
CdO irradiated with thermal neutrons was carried out by anion exchange chromatography
through the formation of CdI42 anion complex. The solution of post-irradiated target was
treated with an excess KI and loaded into pre-conditoned AG 1X8 (Cl, 100 200 mesh) resin
column. The uncomplexed cadmium was eluted from the column using 0.05 M HCl solution.
The tetraiodo-complex of radioactive cadmium retained in the resin was allowed to decay for
about 30 hours to produce radioactive indium that was then eluted from the column using 0.05
M HCl solution. The -spectrometric analysis showed that the resulting radioactive cadmium
was 115Cd which has high radioisotopic purity. The radioactive indium fraction was 115mIn
having -ray emission of 336 keV and half-life of about 4.486 hours. The result of this
experiment is expected to give contribution on the effort on mastering production technology of
115m
In and that of 111In based on 114Cd (n,) 115Cd 115mIn and 112Cd (p,2n) 111In nuclear reaction
respectively.
Keywords : Radioisotope 115mIn, 114Cd (n,) 115Cd 115mIn nuclear reaction, Separation of
radioisotopes, Column chromatography, CdI42 anion complex.

1. PENDAHULUAN
Radioisotop indium-115m (115mIn) merupakan radioisotop yang memancarkan radiasi
dengan energi sekitar 336 keV dan meluruh melalui mekanisme transisi isomerik dengan waktu
paruh 4,5 jam untuk menjadi indium-115 (115In) yang merupakan radioisotop alam pemancar
dengan waktu paruh mencapai 4 1014 tahun. Radioisotop

115m

In juga memancarkan radiasi

(E = 860 keV dengan kelimpahan kurang dari 5 %, menghasilkan isotop stabil

115

Sn ), akan

tetapi karena radiasi tersebut memberikan kontribusi dosis radiasi yang kecil (Yagi, et al,
1982; Bartos and Bilewicz, 1995),
ISBN : 978-979-1165-74-7

115m

In mempunyai penggunaan yang luas di dalam biologi


III-41

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

dan kedokteran nuklir (Bartos and Bilewicz, 1995; Ehrhardt, et al, 1983). Sebagai radioisotop
untuk diagnosis medik,

115m

In lebih populer dibandingkan radioisotop sejenis yang waktu

paruhnya lebih pendek (113mIn, T1/2 = 99,5 menit, E = 392 keV) ataupun yang waktu paruhnya
lebih panjang (111In, T1/2 = 2,8 hari, E = 241 and 171 keV). Radioisotop
komparatif terhadap radioisotop

115m

In juga sangat

99m

Tc (T1/2 = 6 jam, E = 146 keV) dan bahkan mempunyai

kelebihan dalam hal tidak diperlukan bahan reduktor pada reaksinya dengan senyawa ligan
untuk menghasilkan sediaan radiofarmaka, walaupun lingkup penggunaannya belum seluas
lingkup penggunaan 99mTc (Ehrhardt, et al, 1983). Walaupun demikian, tidak seperti radioisotop
99m

Tc, penggunaan radioisotop

115m

In di lingkungan domestik belum populer karena teknologi

produksi radioisotop 115mIn di dalam negeri belum dikuasai.


Penyediaan radioisotop

115m

radioisotop dari radioisotop induk

In bebas pengemban dilakukan melalui sistem generator

115

Cd yang meluruh dengan model peluruhan dengan waktu

paruh 53,46 jam. Pemisahan matrik radionuklida indium - kadmium telah banyak dilaporkan
oleh para peneliti (Bartos and Bilewicz, 1995; Ehrhardt, et al, 1983; Mushtaq and Karim, 1993;
Varma, et al, 1980; Bhattacharyya and Basu, 1979; Bhattacharyya and Basu, 1978; Lawson and
Kahn, 1957), mengindikasikan bahwa pemisahan radioisotop

115m

In bebas pengemban dari

matrik radionuklida induknya masih merupakan problem yang menarik untuk dipelajari
(Bhattacharyya and Basu, 1979), terutama dikaitkan dengan pencapaian rendemen dan kualitas
produk akhir yang lebih memuaskan. Teknik pemisahan yang banyak dilakukan berbasis pada
teknik ekstraksi pelarut atau teknik kromatografi kolom atau kombinasi dari kedua metoda
115

Cd-115mIn, teknik

tersebut. Untuk tujuan penguasaan teknologi generator radioisotop

pemisahan berbasis kromatografi kolom lebih banyak menjadi pilihan karena berbagai
keunggulan teknis yang dapat dijanjikan (Soenarjo, 2002).
Teknik produksi radioisotop

115

Cd sebagai radioisotop induk dari

dengan aktivasi neutron termal pada sasaran


(n,)

115m

In dapat dilakukan

114

Cd pengkayaan tinggi melalui reaksi inti

114

Cd

115

Cd (Bartos and Bilewicz, 1995; Mushtaq and Karim, 1993), atau dengan reaksi

fotonuklir menggunakan radiasi bremsstrahlung dalam mesin pemercepat elektron berdasarkan


reaksi inti

116

Cd (,n) 115Cd (Yagi, et al, 1982). Keberadaan reaktor riset G.A. Siwabessy di

BATAN, Serpong, sangat memungkinkan dilaksanakannya produksi


dengan neutron termal. Tetapi untuk mempelajari teknik pemisahan
kadmium, penggunaan bahan sasaran

115

Cd melalui aktivasi

115m

In dari matrik sasaran

114

Cd pengkayaan tinggi sangat tidak ekonomis karena

bahan pengkayaan tinggi harganya sangat mahal dan masih harus diperoleh dari luar negeri.
Penggunaan bahan sasaran kadmium alam dalam bentuk logam Cd, oksida CdO atau garam
Cd(NO3)2 lebih banyak menjadi pilihan (Yagi, et al, 1982; Bartos and Bilewicz, 1995; Ehrhardt,
et al, 1983; Mushtaq and Karim, 1993).

ISBN : 978-979-1165-74-7

III-42

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Dalam penelitian ini dilakukan pemisahan dan analisis fraksi radioindium yang dihasilkan
dari matrik sasaran CdO alam yang disinari dengan neutron termal di reaktor riset G.A.
Siwabessy, BATAN, Serpong. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh teknik pemisahan
fraksi radioisotop indium dari matrik sasaran kadmium pasca iradiasi serta mempelajari potensi
115m

In yang memenuhi

penggunaan target kadmium alam untuk menghasilkan radioisotop

kriteria spesifikasi produk yang ditentukan. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan
115m

kontribusi dalam upaya penguasaan teknologi produksi


115

Cd

In berbasis reaksi inti

114

Cd (n,)

115m

In (Bartos and Bilewicz, 1995; Ehrhardt, et al, 1983; Mushtaq and Karim, 1993)

ataupun teknologi produksi

111

In berbasis reaksi inti

112

Cd (p,2n)

111

In (Varma, et al, 1980;

MacDonald, et al, 1975).

2. METODE PENELITIAN
2.1 Bahan dan alat
Serbuk cadmium oksida, CdO, diperoleh dari Merck (nomor katalog 1.02015.0100),
digunakan sebagai bahan sasaran untuk aktivasi dengan neutron termal. Tabung kuartz derajad
iradiasi digunakan sebagai ampul wadah bahan sasaran yang dimasukkan dalam tabung iradiasi
dan kemudian dalam kapsul iradiasi buatan lokal dari bahan almunium. Bahan kimia lainnya
diperoleh dari produksi Merck dengan tingkat kemurnian p.a.. Air bebas mineral (aqua DM)
dihasilkan dari fasilitas pemurnian air di Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG), BATAN, Serpong.
Resin penukar ion AG 1X8 (Cl, 100 200 mesh) digunakan sebagai fase diam dengan
menggunakan kolom kromatografi Econocolumn 737-1010 dari Bio-Rad Laboratories.
Pemeriksaan radionuklida dilakukan dengan perangkat spektrometer sinar yang
dilengkapi dengan analisator saluran ganda model Canberra 1000 dan detektor Ge-kemurnian
tinggi (HP-Ge) dari Canberra Industries, Inc., serta perangkat lunak MCA Genie 2000 VDM.
Sistem spektrometer dikalibrasi menggunakan standar sumber tertutup
356,01 keV),

137

Cs (661,64 keV) dan

133

Ba (302,85 dan

60

Co (1173,23 dan 1332,51 keV) dari Du Pont.

Pengambilan cuplikan untuk pengukuran spektrometri menggunakan pipet Ependorf dengan


kapasitas volume 5 L
2.2 Iradiasi sasaran dan perlakuan pasca iradiasi
Sebanyak kira-kira 75 200 mg serbuk CdO dimasukkan dengan hati-hati ke dalam
ampul kuartz yang disediakan khusus untuk keperluan iradiasi sasaran fase padat. Ampul kuartz
kemudian ditutup dengan teknik pengelasan gelas dan dimasukkan ke dalam tabung aluminium
yang kemudian juga ditutup dengan teknik pengelasan Al. Tabung iradiasi yang telah berisi
sasaran dalam ampul kuartz kemudian dimasukkan dalam kapsul iradiasi dan dikirimkan ke
ISBN : 978-979-1165-74-7

III-43

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

fasilitas iradiasi di reaktor G.A. Siwabessy untuk diiradiasi (diaktivasi). Iradiasi dilakukan
dalam fasilitas iradiasi CIP (Central Irradiation Position) yang mempunyai flux neutron termal
rerata kira-kira 1,26 1014 n. cm2. det1 (Soenarjo, et al, 2003) dalam waktu yang sesuai
dengan siklus operasi reaktor
Proses perlakuan sasaran pasca iradiasi dilakukan dengan mengadopsi prosedur dari
Ehrhardt dan kawan-kawan (Ehrhardt, et al, 1983). Ampul kuartz sasaran dikeluarkan dari
tabung dan kapsul iradiasi dan kemudian dipecah pada bagian ujungnya untuk memindahkan
bahan sasaran ke dalam sebuah bejana gelas 100 mL. Serbuk CdO pasca iradiasi dilarutkan
dalam 10 mL larutan HNO3 pekat. Selanjutnya larutan bahan sasaran dikisatkan di bawah titik
didihnya, kemudian residunya dilarutkan kembali dalam 10 mL HCl pekat. Larutan dikisatkan
kembali dan tahapan pelarutan-pengkisatan dengan HCl pekat ini diulangi sampai 3 kali
sebelum kemudian residunya dilarutkan dalam 15 mL air. Pengkisatan dan pelarutan dengan air
dilakukan sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kelebihan asam dan selanjutnya residu garam
kadmium yang dihasilkan dilarutkan dalam 20 mL air. Sebanyak 8,5 mg padatan KI
ditambahkan dan campuran diaduk secara magnetik selama kira-kira 30 menit. Larutan yang
dihasilkan disimpan sebagai larutan bahan sasaran pasca iradiasi (Larutan I) untuk diproses
lebih lanjut.
2.3 Pemisahan fraksi radioindium
Ke dalam kolom kromatografi Econocolumn 737-1010 dimasukkan fase diam resin
penukar anion AG1X8 (Cl, 100 200 mesh) yang telah dicuci sebelumnya dengan air dan
etanol, sampai ketinggian 2 cm dari permukaan filter fritz dari kolom. Di atas permukaan resin
dalam kolom ditambahkan benang kaca untuk menahan resin. Selanjutnya kolom dikondisikan
dengan elusi menggunakan larutan HCl 0,05 M dan kemudian dicuci kembali dengan air sampai
pH air cucian netral dan permukaan benang kaca dipertahankan tetap terendam air. Sebanyak 5
mL larutan sasaran pasca iradiasi (Larutan I) dimasukkan ke dalam kolom dan dibiarkan terelusi
secara gravitasi sampai permukaan cairan dalam kolom mencapai posisi semula. Elusi
dilanjutkan dengan 20 mL larutan HCl 0,05 M dan eluat ditampung sebagai Eluat I. Elusi
dihentikan dan sistem kromatografi dibiarkan selama kira-kira 30 jam untuk terjadinya
peluruhan dan pencapaian kesetimbangan transien radionuklida 115Cd 115mIn. Kemudian kolom
dielusi dengan 10 mL larutan HCl 0,05 M, dan eluat ditampung sebagai Eluat II yang
diharapkan merupakan fraksi radioindium-115mIn.
2.4 Pemeriksaan spektrometri radiasi dan penentuan waktu paruh fraksi 115In
Pemeriksaan spektrometri radiasi dilakukan untuk melihat jenis radionuklida yang ada
di dalam larutan cuplikan. Larutan yang diperiksa adalah Larutan I, Eluat I dan Eluat II.
Masing-masing larutan dicuplik sebanyak 5 L dan diserapkan pada kertas saring yang
ISBN : 978-979-1165-74-7

III-44

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

disediakan untuk pemeriksaan spektrometri radiasi . Kertas saring kemudian dimasukkan ke


dalam kantung plastik yang dapat ditutup dengan perekatan dan kemudian dicacah dan dibuat
spektrum radiasi -nya. Waktu paruh fraksi
keradioaktivan cuplikan fraksi

115m

In ditentukan dengan melakukan pengukuran

115m

In (Eluat II) secara berulang pada energi radiasi

115m

In.

Korelasi antara cacahan keradioaktivan dan waktu pengukuran diplotkan sebagai kurva
peluruhan radioisotop

115m

In, dan dibandingkan terhadap perhitungan teoritis menggunakan

program faktor peluruhan yang dikembangkan untuk lingkungan internal (Maskur dan Rustandi,
2008) dengan memasukkan harga waktu paruh 4,486 jam (Chu, et al, 2008).
2.5 Pengukuran keradioaktivan fraksi radiokadmium.
Larutan matrik sasaran pasca iradiasi (Larutan I) dicuplik sebanyak 5 L dan diserapkan
pada kertas saring seperti disebutkan di atas. Untuk pengukuran keradioaktivan fraksi
radiokadmium ini, seluruh fraksi radiokadmium dianggap sebagai radioisotop
pengukuran dilakukan pada energi radiasi dari

115

Cd, sehingga

115

Cd dengan intensitas yang tertinggi, yaitu

sekitar 527,9 keV. Kalibrasi efisiensi pengukuran sebagai fungsi energi dilakukan pada 5 posisi
rak obyek pengukuran dengan menggunakan sumber tertutup berbentuk titik (point sources)
133

Ba (302,85 dan 356,01 keV),

137

60

Cs (661,64 keV) dan

Co (1173,23 dan 1332,51 keV)

(Suparman, et al, 2008). Selanjutnya pengukuran fraksi radiokadmium dilakukan pada posisi
rak 1 yang memberikan efisiensi pengukuran tertinggi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Isotop alam Cd terdiri dari 8 isotop Cd dengan kelimpahan dan hasil reaksi (n,)
ditunjukkan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa iradiasi Cd alam dengan neutron termal
menghasilkan berbagai radioisotop kadmium, di samping beberapa macam isotop stabilnya.
Akan tetapi gabungan harga kelimpahan isotopik di alam, tampang lintang reaksi (n,) dan
waktu paruh radioisotop yang dihasilkan masing-masing reaksi (n,) memberikan harapan
bahwa radioisotop

115

Cd dapat diperoleh dengan kemurnian radioisotopik yang tinggi, karena

radioisotop pengotor dengan waktu paruh yang panjang belum terbentuk secara signifikan,
sedangkan radioisotop pengotor dengan waktu paruh pendek akan cepat meluruh. Hal ini
memungkinkan dihasilkannya radioisotop 115mIn dengan tingkat kualitas radionuklida yang baik
pula.
Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa pada iradiasi yang dilakukan, produk radioisotop
kadmium yang berpotensi dominan adalah

115m

Cd dan

115

Cd. Radiokadmium lainnya belum

terbentuk secara signifikan karena waktu paruh yang panjang memerlukan waktu iradiasi yang

ISBN : 978-979-1165-74-7

III-45

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

panjang juga (109/113m/113Cd), atau sudah habis meluruh ketika proses pemisahan pasca iradiasi
dilakukan karena waktu paruh yang pendek (107/111m/117m/117Cd).
115m

Tampang lintang reaksi (n,) yang menghasilkan

Cd kira-kira sepersepuluh kali

tampang lintang reaksi (n,) yang menghasilkan 115Cd. Di sisi lain waktu paruh 115mCd sekitar 20
kali waktu paruh 115Cd. Dengan demikian dapat diduga keberadaan 115Cd dalam larutan matrik
sasaran pasca iradiasi akan lebih dominan dibandingkan dengan keberadaan 115mCd.
Tabel 1. Hasil reaksi (n,) pada sasaran Cd alam.
ISOTOP ALAM
ISOTOP

[%] [*]

Cd-106
Cd-108
Cd-110

1,25
0,89
12,49

Cd-111
Cd-112

12,80
24,13

Cd-113
Cd-114

Cd-116

ISOTOP HASIL REAKSI (n,)


T1/2 [**]
E (keV)
I (%) [**]
[**]
6,5 jam
828,9
0,17
462,6 hari
----48,54 mnt.
245,395
94,5
150,824
29,1

REAKSI (n,) (barn)


[*]
1,0
1,1
0,14

Cd-107
Cd-109
Cd-111m

11
24
0,04
2,2

Cd-111
Cd-112
Cd-113m
Cd-113

12,22
28,73

2,06 104
0,036
0,300

Cd-114
Cd-115m
Cd-115

stabil
stabil
14,1 tahun
7,7 1015
tahun
stabil
44,6 hari
53,46 jam

7,49

0,025

Cd-117m

3,36 jam

0,050

Cd-117

2,49 jam

ISOTOP

----263,7
---

----0,023
---

--933,8
527,9
492,3
260,89
231,44
564,397
860,41
748,05
273,349
344,459
434,19

--2,0
27,45
8,03
1,94
0,74
14,7
7,9
4,5
28
17,9
9,8

CATATAN : a). = kelimpahan isotopik, = tampang lintang, E = energi radiasi yang utama (antara
100 1000 keV),
I = intensitas radiasi , T1/2 = waktu paruh.
b). [*] : Http://www.nndc.bnl.gov/nudat2/indx_sigma.jsp, (17 September 2008).
Http://www.nndc.bnl.gov/nudat2/sigma_searchi.jsp (17 September 2008).
[**] : Chu, et al, dalam Http : //nucleardata.nuclear.lu.se/nucleardata/toi/ (10 September 2008)

Reaksi inti pembentukan dan peluruhan radioisotop

115m/115

Cd untuk menghasilkan radioisotop

indium ditunjukkan pada Gambar 1 (Ebihara, 1984). Terlihat bahwa kedua radioisotop 115m/115Cd
meluruh dengan peluruhan , tetapi hanya
sedangkan

115m

Cd menghasilkan radioisotop

115

Cd yang menghasilkan radioisotop

In,

115

In walaupun konversi internal tingkat energi

isomerik dengan intensitas yang sangat rendah juga menghasilkan

ISBN : 978-979-1165-74-7

115m

115m

In (dari 1,29 keV ke

III-46

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

0,335 keV). Selanjutnya

115m

In meluruh dengan memancarkan radiasi menghasilkan

115

In

(lebih dari 95 %) dan melalui pemancaran radiasi menjadi 115Sn yang stabil (kurang dari 5 %).
Teknik pemisahan secara kromatografi kolom yang diadopsi dari teknologi yang dilaporkan
oleh Ehrhardt dan kelompok kerjanya (Ehrhardt, 1983) merupakan teknik pemisahan berbasis
penukaran anionik. Spesi kadmium dalam tingkat oksidasi +2 dikondisikan untuk menjadi spesi
anion sedangkan spesi indium tetap dipertahankan sebagai spesi kation dengan tingkat oksidasi
+3.

115Sn

(stabil)

Gambar 1. Reaksi inti pembentukan dan peluruhan 115/115mCd menghasilkan radioindium.


[Cd/Cd*]2+(aq)

+ 4 KI (aq) [Cd/Cd*]I42(aq) + 4K+(aq)

2 [Resin AG 1X8]Cl (p) + [Cd/Cd*]I42(aq) [Resin AG 1X8]2[Cd/Cd*]I4 (p) + 2Cl(aq


Selanjutnya Cd* (=

115

Cd) meluruh menghasilkan radioisotop

115m

In dalam bentuk tingkat

oksidasi +3 yang tidak terikat pada struktur resin dan terelusi keluar dari kolom kromatografi.
Pemeriksaan kualitatif yang paling sederhana untuk keberadaan radioisotop

115

Cd dan

115m

In,

maupun pengotoran radioisotopik lainnya bila memang terjadi, dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan spektrum radiasi fraksi-fraksi pemisahan yang dihasilkan. .Contoh
pola spektrum radiasi yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 2. Daerah energi di atas 633
keV dan di bawah 220 keV tidak ditampilkan karena tidak didapati adanya puncak spektrum
yang berarti.

ISBN : 978-979-1165-74-7

III-47

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

231,5 keV
261 keV

[A]. Larutan I
(larutan matrik
sebelum
dimasukkan ke
dalam kolom
kromatografi).

528 keV

336 keV

492 keV

[A]

[B]. Eluat I (hasil


elusi segera
setelah larutan
matrik
dimasukkan ke
dalam kolom
kromatografi).

[B]

336 keV
492 keV 528 keV

231,5
k V 261 keV

[C]. Eluat II (hasil


elusi setelah
matrik dibiarkan
di dalam kolom
selama kira-kira
30 jam sejak
elusi larutan
[B]).

336

Gambar 2. Spektrum radiasi larutan matrik kadmium pasca iradiasi pada rentang energi
221 633 keV.
Gambar 2.A adalah spektrum radiasi dari larutan sasaran pasca iradiasi (Larutan I)
sebelum dimasukkan ke dalam kolom kromatografi. Tidak terlihat adanya puncak radiasi yang
berasal dari radioisotop Cd selain

115

Cd. Radioisotop

115

Cd teridentifikasi secara jelas berturut-

turut pada energi 528 keV, 492 keV, 261 keV dan 231,5 keV, bersesuaian dengan data pada
Tabel 1. Apabila data ini dihubungkan dengan Gambar 1, maka diperoleh kesesuaian dengan
energi radiasi dari konversi internal tingkat energi 0,86 MeV ke 0,335 MeV, dari 0,83 MeV
ke 0,335 MeV, dari 0,597 MeV ke 0,335 MeV, dan dari 0,83 MeV ke 0,597 MeV. Konversi
internal yang disebutkan terakhir mempunyai intensitas yang kecil (0,74 %).
Puncak spektrum pada 336 keV terlihat secara jelas, dan ini sesuai dengan radiasi dari
radioisotop

115m

In yang merupakan anak luruh dari radioisotop

terlihat pada spektrum matrik yang mengandung radioisotop

115

Cd sehingga akan selalu

115

Cd. Pada Gambar 2.B terlihat

bahwa pola spektrum radiasi masih sangat mirip dengan pola spektrum 2.A

Hal ini

menunjukkan masih ada sebagian fraksi Cd yang tidak membentuk komplek anion
tetraiodokadmium-(II), CdI42, melainkan tetap berada dalam bentuk Cd2+, sehingga tidak terikat
pada resin dan terelusi keluar dari kolom seperti halnya spesi radioindium yang berada dalam
bentuk kimiawi In3+.
ISBN : 978-979-1165-74-7

III-48

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Puncak radioisotop

115

Cd tidak terlihat pada spektrum Gambar 2.C. Satu-satunya puncak

spektrum adalah pada energi 336 keV yang sesuai dengan energi radiasi dari radioisotop
115m

In. Fakta ini menunjukkan bahwa fraksi radioindium yang dihasilkan mempunyai kemurnian

radionuklida yang tinggi sebagai

115m

In. Hal tersebut dikukuhkan lagi dengan hasil penentuan

waktu paruh fraksi radioindium seperti ditunjukkan pada Gambar 3.


Tidak terlihat perbedaan signifikan antara kurva peluruhan berdasarkan perhitungan
teoritis dengan hasil percobaan. Kurva hasil perhitungan teoritis dan kurva hasil percobaan
hampir berimpit, mengindikasikan bahwa fraksi radioindium yang dihasilkan mempunyai waktu
paruh kurang lebih 4,486 jam, bersesuaian dengan data dari acuan (Chu, et al, 2008). Dengan
kesesuaian besaran energi radiasi dan harga waktu paruh, maka dapat dipastikan bahwa fraksi
hasil akhir pemisahan adalah benar radioisotop 115mIn.

Keradioaktivan (%) .

120
100
80
60
40
20
0
0

10

12

Waktu peluruhan (jam) .


Has il perhitungan teoritis

Has il percobaan

Gambar 3. Kurva peluruhan fraksi radioisotop 115mIn.


Pada percobaan ini tidak dipertimbangkan perhitungan kuantitatif untuk produk
radioisotop

115m

In karena berbagai faktor proses yang mempengaruhi keradioaktivan fraksi

115m

In yang dihasilkan bersifat sangat variatif. Faktor-faktor tersebut antara lain fraksi mol

komplek CdI42 yang terbentuk, selang waktu proses dari akhir iradiasi sampai akhir elusi
pertama serta selang waktu antara akhir elusi pertama sampai akhir elusi kedua. Berkaitan
dengan faktor yang pertama, diperlukan pengkondisian yang memungkinkan pembentukan
komplek anion CdI42 secara maksimal. Variabel pH pembentukan komplek dan perbandingan
mol KI terhadap mol Cd2+ merupakan variabel yang berpengaruh pada faktor pertama ini.
Berkaitan dengan faktor yang kedua, diperlukan selang waktu sejak akhir iradiasi (EOI = end of
irradiation) sampai akhir elusi pertama yang cepat agar fraksi 115mIn3+ yang terelusi pada proses
elusi pertama menjadi seminimal mungkin, tetapi selang waktu ini sering kali berbeda pada
ISBN : 978-979-1165-74-7

III-49

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

setiap percobaan. Faktor yang tersebut terakhir sangat berkaitan dengan waktu pencapaian
kesetimbangan transien radioisotop induk dan radioisotop anak di dalam kolom resin.
115m

In

Karena pengukuran kuantitatif produk akhir pemisahan, yaitu fraksi radioisotop


belum menjadi pertimbangan, maka aspek kuantitatif ditinjau terhadap fraksi radioisotop

115

Cd .

Hasil dari 3 kali proses percobaan ditunjukkan pada Tabel 2.


Tabel 2. Keradioaktivan fraksi radiokadmium-115Cd yang dihasilkan.
BESARAN VARIABEL

PROSES - 1

PROSES - 2

PROSES - 3

Berat sasaran CdO (g)

0,200

0,075

0,100

Kandungan Cd alam (g)

0,1758

0,0657

0,0875

198

256

104

0,1703

0,0849

0,0733

0,851

1,132

0,733

0,2517

0,0982

0,1005

67,7

85,8

73,0

Waktu iradiasi (jam)a)


115

Keradioaktivan total Cd hasil percobaan pada


EOI (Ci)b)
Aktivitas jenis 115Cd (Ci/g)
Keradioaktivan total

115

Cd secara teoritis (Ci)

c)

Rendemen keradioaktivan 115Cd (%)


CATATAN :

a). Terhitung sejak target dikirim ke fasilitas iradiasi sampai akhir iradiasi.
b). Keradioaktivan terukur yang terkoreksi terhadap waktu peluruhan dari EOI sampai saat
pengukuran.
c). Keradioaktivan teoritis pada EOI dihitung berdasarkan program pertumbuhan keradioaktivan
yang dikembangkan di lingkungan internal (Maskur, 2007).

Pada Tabel 2 terlihat bahwa rendemen proses (67,7 sampai 85,8 %) masih mempunyai
fluktuasi yang cukup besar. Akan tetapi hal ini secara teknis masih dapat dimengerti karena
beberapa variabel iradiasi memang tidak dapat dipertahankan pada ketepatan dan kestabilan
yang tinggi, yaitu waktu dan kesinambungan iradiasi (tidak terganggu dengan terjadinya
gangguan fungsi operasi reaktor), perubahan daya reaktor sepanjang waktu proses iradiasi serta
ketidakstabilan dan ketidaktepatan besaran fluks neutron termal yang untuk perhitungan teoritis
diasumsikan sebesar 1,26 1014 n.cm-2. det-1 (Soenarjo, et al, 2003). Di sisi lain, harga rerata
fluks netron termal pada satu posisi iradiasi yang tertentu juga dipengaruhi oleh beban sasaran
pada posisi iradiasi lainnya, yang sangat mungkin bervariasi antara satu proses iradiasi dengan
proses iradiasi lainnya (Sembiring, et al, 2008).

4. KESIMPULAN
Hasil iradiasi CdO alam dengan neutron termal dapat menghasilkan fraksi radioisotop
115

Cd yang tidak mengandung pengotoran radioisotopik dari radioisotop kadmium lainnya.

Fraksi radioindium-(115mIn) sebagai radionuklida anak dari

115

Cd dalam bentuk

115m

In3+ dapat

dipisahkan dari matrik sasaran pasca iradiasi dengan cara kromatografi kolom berbasis

ISBN : 978-979-1165-74-7

III-50

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

penukaran anionik melalui pembentukan anion komplek CdI42-, menggunakan fase diam kolom
resin AG1X8 (Cl, 100 200 mesh) dan fase gerak larutan HCl 0,05 M.
Pemeriksaan secara spektrometri menunjukkan bahwa fraksi radioindium yang
dihasilkan mempunyai puncak tunggal spektrum radiasi pada energi 336 keV dan waktu paruh
kira-kira 4,486 jam. Karakteristika energi radiasi dan waktu paruh ini sesuai dengan
karakteristika keradioaktivan dari radioisotop 115mIn sehingga penggunaan target kadmium alam
berpotensi menghasilkan radioisotop

115m

In dengan kriteria memenuhi spesifikasi produk yang

ditentukan.
Dari 3 kali pengulangan proses, dihasilkan rendemen keradioaktivan untuk fraksi
radioisotop 115Cd sebesar 67,7 sampai 85,8 %. Fluktuasi rendemen ini disebabkan oleh berbagai
variabel teknis selama iradiasi, antara lain ketidaktepatan waktu iradiasi, perubahan daya reaktor
dan fluks neutron termal selama proses iradiasi serta pengaruh variabel beban sasaran antar
posisi iradiasi yang berbeda antara satu proses iradiasi dengan proses iradiasi lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Para penulis sangat berterimakasih kepada Sdr. Abidin (Pranata Nuklir Pelaksana
Lanjutan) atas bantuannya dalam penyiapan proses iradiasi sasaran dan Sdri. Herlina atas
bantuannya dalam pelaksanaan pencacahan.

DAFTAR PUSTAKA
Bartos, B., Bilewicz, A. 1995. Separation of In3+ from Cd2+ on Crystalline Antimonic Acid.
115
Cd-115mIn Generator. J. Radioanal. Nucl. Chem., Letters, 201[20], 89 96.
Bhattacharyya, D.K., Basu, S. 1979. Separation of Carrier-free 115mIn from 115Cd and
132
Te over the Zirconium Oxide Column. J. Radioanal. Chem., 52 , 267-273.

132

I from

Bhattacharyya, D.K., Basu, S. 1978. Use of Zirconium Phosphate as Ion Exchanger in Some
Parent-Daughter Radioisotope Separations. J. Radioanal. Chem., 47, 105-114.
Chu, S.Y.F., Ekstrom, L.P., Firestone, R.B. 2008. The Lund/LBNL Nuclear Data Search
Version 2.0, February 1999. Periodic Chart Interface to the Nuclides, Http :
//nucleardata. nuclear.lu.se/nucleardata/toi/. (Diakses tanggal 10 September 2008).
Ebihara, K. (Ed.). 1984. Handbook of Radioisotopes (dalam bahasa Jepang), edisi 3, Maruzen,
Tokyo.
Ehrhardt, G.J., Volkert, W., Goeckeler, W.F., Kapsch, D.N. 1983. A New Cd-115 In-115m
Radionuclide Generator, J. NucI. Med., 24[4], 349 352.
Http://www.nndc.bnl.gov/nudat2/indx_sigma.jsp, Nuclear Wallet Card Search. (Diakses tanggal
17 September 2008).
Http://www.nndc.bnl.gov/nudat2/sigma_searchi.jsp (Diakses tanggal 17 September 2008).
Lawson, K.L., Kahn, M. 1957. Adsorption and Solvent Extraction Procedures for the Separation
of Carrier-free Indium from Cadmium. J. Inorg. Nucl. Chem., 5, 87-92.
ISBN : 978-979-1165-74-7

III-51

Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

MacDonald, N.S., Nelly, R.H., Wood, R.A., et al. 1975. Methods for Compact Cyclotron
Production of Indium-111 for Medical Use. Int. J. of Appl. Rad. And Isot., 26, 631-633.
Maskur. 2007. Sistem Aplikasi Perhitungan Produksi Radioisotop Menggunakan Microsoft
Access. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Fungsional Teknis Non-Peneliti,
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN, 17 Juli, 101 114.
Maskur, Rustandi, C.T. 2008. Sistem Informasi Tabel Peluruhan Radioisotop Menggunakan
Bahasa Turbo Pascal Windows. Lokakarya Komputasi Sains dan Teknologi Nuklir,
Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, BATAN, Serpong.
Mushtaq, A., Karim, H.M.A. 1983. Ion Exchange Behaviour of Cadmium and Indium on
Organic Anion and Cation Exchangers : A 115Cd / 115mIn Generator. Radiochimica Acta,
60 ,189 191
Sembiring, T.M., Tarigan, A., Isnaini, M.D. 2008. Maksimalisasi Iradiasi Target Radioisotop di
Reaktor RSG-GAS, Dokumen internal RSG. No. KK.04.04.65.08, Rev. 0, PRSG,
BATAN.
Soenarjo, S. 2002. Evolusi Prosedur Radiokimia dan Aplikasinya dalam Teknologi Proses
Radioisotop. Pidato Pengukuhan Ahli Peneliti Utama bidang Kimia, Pusat
Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN, Serpong .
Soenarjo, S., Tamat, S.R., Suparman, I., Purwadi, B. 2003. RSG-GAS Based Radioisotopes and
Sharing Program for Regional Back Up Supply. Regional Workshop in Production and
Supply of Radioisotopes, IAEA-RAS 04/022, BATAN, Serpong, October 6 10 .Yagi,
M., Amano, R., Izawa, G. 1982. 115Cd Photonuclear Production for 115Cd-115mIn
Generator, J. Radioanal. Chem., 68[1-2], 261 267.
Suparman, I., Soenarjo, S., Rahman, W.Y. 2008, Komputasi Kalibrasi Efisiensi, Control Chart
dan Pengukuran Radionuklida pada Spektrometri Gama, Lokakarya Komputasi Sains
dan Teknologi Nuklir, Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, BATAN, Serpong .
Varma, K.R., Shah, K.B., Mani, R.S. Studies on the Separation of Carrier-free Indium from
Cadmium and Copper. Radiochem. Radioanal. Letters, 43[4], 255-264.

ISBN : 978-979-1165-74-7

III-52

Anda mungkin juga menyukai