Anda di halaman 1dari 5

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah hasil konsepsi yang didefinisikan sebagai pertemuan antara sperma dan
sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang
meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan
gamet dan implantasi embrio dalam uterus (Suryati, 2011). Pemeriksaan antenatal care
merupakan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil, umumnya pada trimester I, II, dan III.
Antenatal merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonito, mendukung
kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah (Rukiyah,2009).
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
Sumber Daya Manusia. Anemia pada kehamilan disebut potential danger to mother and child
(berpotensi membahayakan ibu dan anak), akibat fungsi dari hemoglobin untuk membawa
oksigen ke seluruh tubuh beralan dengan baik, sebagai akibatnya oksigen untuk anak pun
berkurang. Hal ini tak hanya mengancam pertumbuhan janin, tapi juga merupakan penyebab
utama kematian ibu saat melahirkan, yang biasanya terjadi akibat pendarahan. (Manuaba,
2007).
Menurut WHO (2009), menerangkan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil berkisar
antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Pada umumnya,
anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi secara teratur dan peningkatan asupan gizi
sehari-hari.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPM Ny. Eny Juliastuti Amd. Keb pada tanggal 30
Agustus 2015, pada bulan Januari sampai dengan Juli 2015 terdapat 130 ibu hamil dengan
anemia, yaitu ibu hamil dengan anemia ringan berjumlah 86 orang (66,2%), ibu hamil dengan
anemia sedang berjumlah 41 orang (31,5%) dan ibu hamil dengan anemia berat berjumlah 3
orang (2,3%).
Departemen kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada tahun 2010 sekitar 226
orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang pertahun. Berdasarkan survei terakhir tahun
2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor langsung penyebab
tingginya Aki adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan postpartum. Selain itu adalah
keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama/macet (7%).
Memperhatikan angka kematian ibu dan perinatal dapat diperkirakan bahwa sekitar 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angkan kematian
tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jumlah tenaga medis
dan non paramedis diperbanyak sehingga pelayanan kesehatan umumnya dan pelayanan
kebidanan khususnya mutu dan jangkauannya, secara bertahap di tingkatkan (Rustam
Mochtar, 2002).

Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2010 adalah
meningkatkan kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu. Keberhasilan
upaya tersebut dapat dilihat dari penurunan angka kematian ibu, karena upaya penurunan
angka kematian ibu serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama
dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia sehat 2010 (Depkes RI,2001).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab
langsung kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor
keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. Ada tiga risiko
keterlambatan, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat
mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat
dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan. Sedangkan pada
bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28 hari pertama kehidupan).
Penyebabnya terbanyak adalah bayi berat lahir rendah dan prematuritas, asfiksia (kegagalan
bernapas spontan) dan infeksi.
Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru
lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga
dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan
fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas
perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah
sakit.
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko bagi ibu hamil
apabila mengalami komplikasi yang dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan kematian
bayi (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan menunjukkan kecendrungan peningkatan, yaitu dari 77,95% pada tahun 2003
meningkat menjadi 88,78% pada tahun 2012, angka ini juga belum mampu mencapai target
SPM bidang kesehatan yaitu 90% pada tahun 2015.
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah
persalian dan 50% kematian terjadi pada masa nifas 24 jam pertama (Wilandari, 2011).
Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan
masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu upaya untuk mencegah
terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Untuk itu diperlukan suatu peran serta dari
masyarakat terutama ibu nifas. Selain itu juga di perlukan peran serta dari tenaga kesehatan
dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan
kunjungan rumah yaitu KN 1 dan KN 2 sesuai standart pelayanan. Dari upaya tersebut

diharapkan dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya nifas, sehingga
bila ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi. (Prawirohardjo, 2005).
Keberhasilan program keluarga berencana (KB) diukur dengan beberapa indikator,
diantaranya proporsi peserta KB Baru menurut metode kontrasepsi, persentase KB Aktif
terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS) dan persentase baru metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP). Sampai tahun 2012, berdasarkan data pada profil kesehatan kab/kota ,
jumlah peserta KB baru adalah sebesar 19,44% mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2011 yaitu 14,08%, tahun 2010 yaitu 17,05% dan tahun 2009 yaitu 14,58%.
selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai
dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan
memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana. Disamping
itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni kepada kelompok remaja dan
dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan Bagaimana
asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. A dengan anemia di bpm Ny. Eny Juliastuti
Amd.Keb kabupaten jember dengan menggunakan teori Varney?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif sesuai dengan
teori Varney pada Ny. A dari masa hamil hingga nifas dan KB
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan saat kehamilan pada Ny. A bpm
Ny. Eny Juliastuti Amd.Keb kabupaten Jember
a) Mengggali data asuhan kebidanan pada NyA
b) Mengkaji data asuhan kebidanan pada NyA
c) Menentukam diagnosa kebidanan pada NyA
d) Mengidentifikasi diagnose masalah pada NyA
e) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada NyA
f) Melakukan intervensi data pada NyA
g) Melakukan implementasi pada NyA
h) Melakukan evaluasi pada NyA
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan saat persalinan pada Ny. A bpm
Ny. Eny Juliastuti Amd.Keb kabupaten Jember
a) Mengggali data asuhan kebidanan pada NyA
b) Mengkaji data asuhan kebidanan pada dari NyA
c) Menentukam diagnosa kebidanan pada NyA
d) Mengidentifikasi diagnose masalah pada NyA
e) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada NyA

f) Melakukan intervensi data pada NyA


g) Melakukan implementasi pada NyA
h) Melakukan evaluasi pada NyA
3. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. A bpm
Ny. Eny Juliastuti Amd.Keb kabupaten Jember
a) Mengggali data asuhan kebidanan pada bayi baru lahir NyA
b) Mengkaji data asuhan kebidanan pada bayi baru lahir NyA
c) Menentukam diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir NyA
d) Mengidentifikasi diagnose masalah pada bayi baru lahir NyA
e) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi baru lahir NyA
f) Melakukan intervensi data pada bayi baru lahir NyA
g) Melakukan implementasi pada bayi baru lahir NyA
h) Melakukan evaluasi pada bayi baru lahir NyA
4. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan saat nifas pada Ny. A bpm Ny. Eny
Juliastuti Amd.Keb kabupaten Jember
a) Mengggali data asuhan kebidanan pada NyA
b) Mengkaji data asuhan kebidanan pada NyA
c) Menentukam diagnosa kebidanan pada NyA
d) Mengidentifikasi diagnose masalah pada NyA
e) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada NyA
f) Melakukan intervensi pada NyA
g) Melakukan implementasi pada NyA
h) Melakukan evaluasi pada NyA
5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan KB pada Ny. A di bpm Ny. Eny
Juliastuti Amd.Keb kabupaten Jember
a) Mengggali data asuhan kebidanan pada NyA
b) Mengkaji data asuhan kebidanan pada NyA
c) Menentukam diagnosa kebidanan pada NyA
d) Mengidentifikasi diagnose pada NyA
e) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada NyA
f) Melakukan intervensi pada NyA
g) Melakukan implementasi pada NyA
h) Melakukan evaluasi pada NyA
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan mahasiswi dalam memberikan
asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
1.4.2 Bagi Klinik
Sebagai bahan masukan/informasi mengenai pengetahuan tentang asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan
keluarga berencana.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya


Untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian serta dapat
memahami tentang asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai