PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia yang cukup pesat mengharuskan perguruan
tinggi sebagai sebuah lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas dari
lulusannya. Sehingga dapat dihasilkan sumber daya manusia (SDM) dengan
kualitas dan kemampuan intelektual yang baik serta mampu mengelola industri
menjadi lebih baik lagi. Untuk menunjang hal tersebut, maka untuk mahasiswa S1
Jurusan Fisika Universitas Negeri Surabaya wajib menempuh mata kuliah
praktek kerja lapangan (PKL) sebagai salah satu syarat kelulusan. Dengan diadakan
praktek kerja lapangan (PKL) diharapkan mahasiswa mampu menerapkan teoriteori yang diperoleh selama dibangku perkuliahan ke dalam dunia kerja yang
sebenarnya. Selain itu kegiatan praktek kerja lapangan ini merupakan sarana bagi
mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu sebanyak mungkin yang
sesuai dengan bidang keahlian yang sedang ditekuni.
Dalam perkuliahan sebelumnya telah dipelajari materi mengenai paduan
nonferrous serta teknik fabrikasi logam dimana teknik pembuatan paduan logam ini
dimulai dari proses pembentukan ulang (refining), pemaduan (alloying) dan
kemudian proses perlakuan panas (heat-treating). Oleh karena itu, Penulis sebagai
mahasiswa program studi S-1 Fisika FMIPA UNESA memilih melakukan kegiatan
PKL di P.T. H.P. Metals Indonesia blok K1-K2, sehingga Penulis dapat melihat
secara langsung teknik fabrikasi logam didunia industri.
P.T. H.P. Metals Indonesia merupakan salah satu produsen alumunium
terkemuka di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1995. P.T. H.P. Metals
Indonesia memiliki beberapa cabang yang tersebar di beberapa daerah seperti
Mojokerto, Jakarta, dan Pasuruan. P.T. H.P. Metals Indonesia yang berada di
kawasan Ngoro Industri Persada, Mojokerto memiliki beberapa divisi yang tersebar
di beberapa tempat seperti blok K1-K2, L2, dan M1. Untuk blok K1-K2 ini
merupakan divisi yang memproduksi billet dan alumunium ingots. Dalam proses
pembuatan billet alumunium yang dilakukan di P.T. H.P. Metals Indonesia ini
menggunakan prinsip pengecoran logam yaitu pembuatan alumunium dengan
logam cair. Dalam proses produksi billet, untuk menghasilkan billet dengan
beberapa tipe tertentu seperti 6063 ataupun 6005 dilakukan paduan dengan
PT H.P. Metals Indonesia | Laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
ambient.
Paduan
alumunium
yang
ada
dipasaran
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Tentang Perusahaan
PT. H.P. Metals Indonesia merupakan salah satu perusahaan alumunium
terkemuka di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1995. Memiliki pabrik
seluas hampir empat acre di Ngoro Industri Persada K1 K2, Ngoro, Mojokerto,
Jawa Timur. Perusahaan yang didukung oleh 600 lebih karyawan dan tenaga ahli
dari China dan Taiwan. Kapasitas produksi dari PT. H.P. Metals Indonesia ini
mencapai 36.000 MT.
Untuk PT. H.P. Metals Indonesia divisi alumunium billet dan ingot ini
memproduksi produk billet alumunium yang berkualitas tinggi dengan harga yang
kompetitif. Dengan didukung oleh beberapa mesin dan peralatan canggih, ketelitian
produksi serta kontrol kualitas yang ketat, PT. H.P. Metals Indonesia mampu
menghasilkan billet dengan komposisi yang sesuai dengan permintaan konsumen.
Keunggulan lain dari PT. H.P. Metals Indonesia adalah komitmennya dalam proses
packaging dan pengiriman yang selalu aman dan tepat waktu. dengan keunggulan
inilah yang menjadikan PT. H.P. Metals Indonesia berintegrasi dengan berbagai
bidang industri terkemuka di kota-kota besar di Indonesia serta dunia, seperti
arsitektur dan konstruksi bangunan, elektronika dan kelistrikan, industry meubel,
industry otomobil, profile standard dan industri lainnya.
PT. H.P. Metals Indonesia selalu mengembangkan kapasitasnya untuk memenuhi
kebutuhan billet alumunium baik domestik maupun internasional. Dengan tujuan
menjadi perusahaan peleburan alumunium kelas dunia, PT. H.P. Metals Indonesia
bertekad untuk terus meningkatkan kualitas produk maupun pelayanan pelanggan
serta menjalin kerja sama yang baik dalam proyek dan pengembangan produk.
2.2 Lokasi Perusahaan
Lokasi Perusahaan PT. H.P. Metals Indonesia :
Ngoro Industri Persada K1 K2, Ngoro, Mojokerto
Jawa Timur, Indonesia
Telp. (0321) 6818899 (Hunting)
Fax. (0321) 6818900, 6819086
Visi
Menjadi perusahaaan peleburan alumunium yang memiliki reputasi dan terandal
di Indonesia
Misi
Menghasilkan produk alumunium ingot dan billet yang bermutu secara
berkesinambungan, untuk memberikan kepuasan tertinggi terhadap semua
pelanggan melalui proses produksi yang efisien dan efektif.
Batangan Al Si
Batangan Rotary
Billet Alumunium
Gambar 2.3. Hasil Produksi dari PT. H.P. Metals Indonesia
PT H.P. Metals Indonesia | Laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
Sumber : Dokumentasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Alumunium
Alumunium yang memiliki lambang Al merupakan unsur kimia
dengan nomor atom 13. Alumunium tidak termasuk kedalam jenis
logam berat, namun merupakan elemen logam paling berlimpah
yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi. Alumunium
merupakan konduktor listrik dan panas yang baik, ringan serta
kuat. Pembuatan alumunium dapat ditempa menjadi lembaran
yang ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan
dengan bermacam-macam penampang. Sifat yang diunggulkan
dari alumunium ini adalah tahan terhadap korosi diberbagai
kondisi lingkungan termasuk suasana ambient. Alumunium ini
dapat digunakan dalam berbagai hal, kebanyakan dipergunakan
sebagai kabel bertegangan tinggi karena sifat konduktornya yang
baik. Dalam bidang meubel, alumunium banyak dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan bingkai jendela dan beberapa
peralatan rumah tangga lainnya. Untuk bidang transportasi,
alumunium banyak dimanfaatkan sebagai pembuatan badan
pesawat terbang karena sifatnya yang ringan dibandingkan besi,
baja dan logam lainnya.
Tabel 3.1. Sifat-sifat alumunium
Sifat Alumunium
Struktur kristal
Face-centered cubic
Sifat magnetic
Paramagnetic
Hambatan listrik
Konduktivitas
termal
Ekspansi termal
Kecepatan suara
(batang ringan)
237 W.m-1.K-1
23,1 m.m-1.K-1 pada suhu 25C
5000 m.s-1 (rolled) pada suhu kamar
Modulus young
70 GPa
Modulud shear
26 GPa
Bulk modulus
76 GPa
Rasio poisson
0,35
Kekerasan mohs
2,75
Kekerasan viker
167 MPa
Kekerasan brinell
245 MPa
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium
Perancis
(1808-1873)
pernah
melayani
tamunya
yang
10
sehingga
diperoleh
aluminium
oksida
murni
(Al2O3)
2Al(OH)3(s) Al2O3 (s) + 3H2O (g)
2. Proses Hall-Heroult
Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium
oksida untuk menghasilkan aluminium murni. Proses peleburan
ini dilakukan dengan cara reduksi melalui proses elektrolisis.
Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida dilarutkan dalam
lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit yang
sekaligus berfungsi sebagai katode. Selanjutnya elektrolisis
dilakukan pada suhu 950 C. Sebagai anode digunakan batang
grafit.
Setelah diperoleh Al2O3 murni, maka proses selanjutnya
adalah elektrolisis leburan Al2O3. Pada elektrolisis ini Al2O3
dicampur dengan CaF2 dan 2 8% kriolit (Na3AlF6) yang
PT H.P. Metals Indonesia | Laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
11
12
13
14
15
sehingga
ada
beberapa
hal
yang
harus
diperhatikan, diantaranya :
Temperatur penuangan
Apabila temperatur saat penuangan terlalu rendah maka
16
menimbulkan turbulensi.
Turbulensi
o Mempercepat
terbentuknya
oksida
logam
dan
erosi
cetakan
(mold
erosion)
sehingga
17
Cold shut : Terjadi jika dua aliran logam lebur bertemu tetapi kurang terjadi fusi
Hot tearing/hot cracking; retaknya logam pada titik yang mengalami tegangan
(tensile stress) yang tinggi akibat dari ketidakmampuan logam untuk menyusut
secara natural.
18
BAB IV
PROSES PRODUKSI BILLET DAN BATANGAN ALUMUNIUM
4.1 Bahan Baku Pembuatan Alumunium Billet 6005, 6063
dan ADC-12
4.1.1. Bahan Baku Pembuatan Alumunium Billet 6005
Batangan alumunium murni (import)
Sisa bahan cetak sebelumnya dengan persentase
alumunium 98%
Sisa potongan billet
Afkiran (Sisa barang jadi yang tidak bisa dipakai lagi)
Batangan Al-Si
Batangan Mg (Magnesium)
Batangan Rotary
NB : Yang dimaksud alumunium lembek disini adalah
yang bahan yang memiliki persentase alumunium >90%
Silikon
19
pengadukannya
dilakukan
secara
manual
tidak
20
sebagai
tambahan
untuk
mengahasilkan
spek
batangan
alumunium
silikon
(Al
Si),
batangan
dalam
oven
dengan
menggunakan
pengaduk
forklift,
21
Setelah
dilakukan
pengadukan,
pada
temperatur
700C
dengan
menembakkan
gas
N2
dan
flux
kedalam
22
Pipa
stainless
Sumber : Dokumentasi
23
alumunium
telah
siap
cetak.
Proses
pencetakan
24
Untuk padatan sisa yang memiliki berat jenis yang lebih rendah
akan diproses kembali dalam mesin rotary pendingin. Hasilnya
kemudian di olah kembali dalam mesin oven rotary seperti proses
yang sebelumnya sampai menghasilkan padatan yang tidak dapat
diolah kembali. Padatan tersebut selanjutnya dihisap dengan
menggunakan dust collector untuk di recycle ulang.
25
BAB V
UJI KOMPOSISI
Uji
komposisi
alumunium
dalam
berfungsi
proses
untuk
produksi
billet
menentukan
dan
batangan
unsur-unsur
yang
Si
0,54-0,66
0,54-0,66
0,54-0,66
0,54-0,66
Fe
0,35
0,35
0,35
0,35
Cu
0,2-0.3
0,2-0.3
0,2-0.3
0,2-0.3
Mn
0,05
0,05
0,05
0,05
Mg
0,83-0,97
0,83-0,97
0,83-0,97
0,83-0,97
Cr
0,06-0,1
0,06-0,1
0,06-0,1
0,06-0,1
Zn
0,05
0,05
0,05
0,05
5.2.
Nilai
komposisi
billet
Cu
0,01 MAX
0,01 MAX
Mn
murni
sesuai
standard
internasional
Ukuran
3,5
5
Si
0,25 MAX
0,25 MAX
Fe
0,35 MAX
0,35 MAX
Mg
0,25 MAX
0,25 MAX
Cr
Zn
0,1 MAX
0,1 MAX
26
dilakukan
perhitungan
dengan
menggunakan
beberapa
persamaan berikut :
27
Fetambah=
Komposisi Fe
x isi pertama( kg)
100
Fetotal
x 100
total isi
Mgtotal =
komposisi Mg
x isi pertama (kg)
100
standard Mg
x total isi(kg)
100
28
selisih Mg
persentase Mg
Si
0,40-0,45
0,40-0,45
0,40-0,45
0,40-0,45
Fe
0,36-0,40
0,36-0,40
0,36-0,40
0,36-0,40
Cu
0,15 MAX
0,15 MAX
0,15 MAX
0,15 MAX
Mn
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
Mg
0,55-0.60
0,62-0,65
0,62-0,65
0,62-0,65
Cr
Zn
0,15 MAX
0,15 MAX
0,15 MAX
0,15 MAX
Si
0,317
Fe
0,365
Cu
0,0590
Mn
0,0422
Mg
0,226
Cr
0,0082
Zn
0,0775
yang
tinggi.
Agar
ketika
bahan-bahan
tersebut
29
Si
0,431
Fe
0,396
Cu
0,0626
Mn
0,0443
Mg
0,582
Cr
0,0126
Zn
0,0763
30
Si
0,60-0,90
0,60-0,90
0,60-0,90
0,60-0,90
Fe
0,35 MAX
0,35 MAX
0,35 MAX
0,35 MAX
Cu
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
Mn
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
Mg
0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
0,40-0,60
Cr
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
Zn
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
0,1 MAX
Mg
0,607
Cr
0,0121
Zn
0,0460
Si
0,677
Fe
0,345
Cu
0,0475
Mn
0,0328
Fe
Cu
Mg
Zn
Pb
Ca
10,16-10,69
0,94-0,97
1,70-2,00
0,23-0,28
0,90-0,97
0,13 MAX
0,0040 MAX
Fe
1,245
Cu
0,929
Mg
0,1649
Zn
0,670
Pb
0,0718
Ca
<0,0010
31
komposisi Si dapat dilakukan dengan menambahkan batangan AlSi, untuk menurunkan komposisi Fe dapat dilakukan dengan
menambahkan alumunium lembek yang memiliki komposisi Fe
sebesar 0,2%. Sedangkan untuk meningkatkan komposisi dari Cu
dapat dilakukan dengan menambahkan tembaga didalam paduan.
Dan
untuk
meningkatkan
komposisi
Mg
dilakukan
dengan
Fe
0,946
Cu
1,803
Mg
0,2449
Zn
0,939
Pb
0,0626
Ca
0,0022
32
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT H.P.
yang
namun
terdapat
perbedaan,
yaitu
jika
batangan
dari
paduan
Saran
Dari
kerja
praktek
yang
telah
dilakukan,
penulis
pasar
33
3.7
34