Anda di halaman 1dari 24

A.

Temuan Penelitian
1. Penyelenggaraan Program Kelas Akselerasi di MTsN Kota Madiun

Program akselerasi merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam


program pendidikan yang tujuannya adalah memberikan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Dengan adanya
program akselerasi, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia akan
menjadi lebih baik.
Dalam melakukan kegiatannya, suatu lembaga perlu melakukan
koordinasi baik dengan anggota, pengurus maupun pihak-pihak lain yang
berkaitan dengan keorganisasian. Setiap lembaga memiliki pola-pola tertentu
dalam struktur organisasinya begitu juga dengan program akselerasi di
SMAN 1 Karanganyar. Pembahasan mengenai pola pengorganisasian
program akselerasi di SMAN 1 Karanganyar diperoleh melalui wawancara
dan observasi yang dilakukan oleh peneliti.
Penyelenggaraan program akselerasi di SMAN 1 Karanganyar
bertujuan untuk mewadahi peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat
istimewa yang sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah No. 425.4/24027 tanggal 18 Juni 2007
tentang penetapan Sekolah Menengah Atas (SMA) Penyelenggara Kelas
Akselerasi. Seperti menurut penuturan informan berinisial PJ yang
merupakan manager akselerasi bahwa:
akselerasi dimaksudkan untuk memberikan pendidikan sesuai dengan
kemampuan siswa yang memiliki cerdas istimewa, sedangkan untuk
konsep berbakat istimewa itu diberikan kepada pemerintah untuk siswa
yang memang memiliki bakat istimewa, misalnya sekolah SMK yang
memang pada dasarnya kan untuk mencetak lulusan yang siap untuk
dunia kerja. (W/PJ/11/02/2013).
Dengan berdasar pada landasan yuridis yakni Keputusan Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah No. 425.4/24027 seperti
tersebut di atas, sudah seharusnya program ini memang diberikan kepada
peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan yang
lain. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ED yang merupakan guru
Bahasa Inggris kelas akselerasi di SMA N 1 Karanganyar bahwa:
ya kalau akselerasi ya untuk mereka yang benar-benar memiliki
kecerdasan dan tanggungjawab yang besar ya mbak, untuk masuk saja
kan mereka pakai tes kan mbak, pakai tes Bahasa Inggris, dan lain-lain
gitu kan mbak. (W/ED/25/03/2013).

Selain pendapat informan di atas, penulis kajian pendidikan yang aktif


menulis dalam media cetak bernama Tryas Nugroho mengungkapkan
bahwa:
program akselerasi dilihat dari katanya kan percepatan belajar, jadi
dapat dikatakan kalau program akselerasi adalah program yang
diberikan pemerintah tentunya kepada siswa yang memiliki kecepatan
belajar yang lebih jika dibandingkan dengan yang lain.(W/Pak
Tryas/23/04/2013).
Selain pertimbangan pemberian pendidikan bagi siswa yang memiliki
bakat dan kecerdasan istimewa, penyelenggaraan program akselerasi juga
didukung dengan kemampuan sekolah yang masuk dalam faktor eksternal
dan faktor internal sekolah itu sendiri. Faktor eksternal dan internal dalam
peneyelenggaraan program akselerasi di SMAN 1 Karanganyar berdasarkan
hasil observasi yakni kemampuan sekolah dalam pemenuhan sarana dan
prasaranna yang memadai untuk digunakan dalam program akselerasi. Selain
itu, jika diihat lagi keberadaan akselerasi di SMAN 1 Karanganyar sendiri
didukung dengan kemampuan para orang tua dari calon peserta didik untuk
memenuhi kebutuhan sekolah dalam hal materil. Faktor eksternal dan faktor
internal ini tentu memiliki kontribusi yang penting bagi berjalannya suatu
program. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu PJ:
akselerasi sendiri di buka di SMA N 1 Karanganyar dengan alasan
adanya kesempatan bagi sekolah untuk memberikan pendidikan yang
berkualitas sesuai IQ nya mbak, kemudian sekolah ini selain sudah
RSBI yang fasilitasnya mendukung untuk membuka program
akselerasi, gedung, srana dan prasarana yang bisa dilihat sendiri, ya
jadi tahun 2007 itu dibuka kelas akselerasi dengan SK yang sudah
ada. (W/PJ/11/02/2013).

Penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi tiga


tahap, adapun tahap-tahap dalam penyelenggaraan program akselerasi yaitu:
persiapan, proses, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program akslerasi.
1) Tahap Persiapan
Penerapan suatu program baru membutuhkan berbagai persiapan.
Persiapan merupakan tahap awal sebelum program akselerasi ini
dilaksanakan. Persiapan-persiapan yang dilakukan di SMA Negeri 3
Surakarta meliputi, seleksi siswa, seleksi guru, penyediaan sarana
prasarana, dan sosialisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa persiapan yang
dilakukan pihak sekolah dalam penyelenggaraan program akselerasi
diawali dengan identifikasi siswa, perekrutan guru, melengkapi sarana
prasarana, sosialisasi.
Hal tersebut juga diperkuat informan 2 yang mengatakan bahwa
pertama-tama kita mengidentifikasi jumlah siswa yang mempunyai bakat
dan cerdas istimewa itu, rekruitmen guru, menyediakan fasilitas, dan
media pembelajaran, sosialisasi ke sekolah-sekolah,.. .(wawancara,7 april
2009).

Berdasarkan beberapa informasi tersebut di atas maka bisa


disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan pihak sekolah dalam
melaksanakan program akselerasi meliputi identifikasi siswa, perekrutan
guru, melengkapi sarana prasarana, dan sosialisasi. Persiapan-persiapan
lxi
tersebut dilakukan agar pelaksanaan program akselerasi dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
a. Identifikasi/Seleksi Siswa
Penyeleksian siswa dilakukan untuk mengidentifikasi anak yang berbakat,
karena yang dapat masuk ke program akselerasi ini adalah mereka yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Identifikasi anak berbakat
dapat dilakukan melalui tahap pengetesan maupun tahap studi kasus, tahap
pengetesan dapat berupa tes IQ di mana mereka yang dapat masuk di kelas
akselerasi ini adalah mereka yang ber IQ 130 ke atas, sedangkan studi kasus
dapat berupa wawancara untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin
tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang berbeda, misalnya
dari orang tua, teman atau dari calon siswa itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 1 yang
menyatakan bahwa :
Sekarang seleksinya mengikuti aturan main dari Direktorat PSLB. Itu
dengan kriteria, nilai akademik. Itu terdiri dari 3 komponen, yaitu rata-rata
rapor, tes akademik, kemudian nilai ujian nasional. Itu tadi menjadi 1
komponen akademik, kemudian yang ke dua tes psikologi, tes psicologi nya
itu ada tiga, kita mengacu pada sistem task comitment, kemudian IQ, CQ.
Jadi intelejensi, kreativitas, task comitment, yaitu keterikatan pada
komitmen. Nah persyaratan akademik itu harus rata-rata delapan, batas
minimal. Kemudian intelejensi awal dari buku petunjuknya itu 120,
sekarang sudah 130. Jadi 120,125,130. dan tampak nya sekarang anak-anak
dengan intelejensi sekian itu sudah tidak masalah, karena mungkin anakanak
gizinya juga lebih bagus.(Wawancara, tanggal 6 April 2009)
Seleksi administrasi meliputi hasil ujian nasional dan sekolah sebelumnya
dengan nilai rata-rata minimal delapan, dan tes kemampuan akademik, dengan
nilai rata-rata minimal delapan. Dalam tahap tes psikologi dapat berupa tes IQ
dimana mereka yang dapat masuk di kelas akselerasi ini adalah mereka yang
mempunyai IQ 130 ke atas, tes kreativitas, digunakan tes kreativitas figural
dan tes kreativitas figural, keterikatan dengan Tugas (Task Commitment),
selain itu juga ada tes yang berupa wawancara untuk memperoleh informasi
sebanyak mungkin tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang
berbeda, misalnya dari orang tua, teman, atau dari siswa itu sendiri. Hal
lxii
senada juga diungkapkan oleh informan 4 bahwa hari pertama itu itu tes IQ
itu dua hari, tes psikologi, trus tes akademik, trus yang terakhir itu wawancara
pakai bahasa inggris,.. itu yang bikin pusing itu mbak.(wawancara, 7 April
2009)
Prosedur identifikasi diawali dengan mengadakan pendaftaran pada bulan
maret. Siswa diseleksi berdasarkan nilai rapornya, kemudian siswa yang
nilainya memenuhi syarat bisa mengikuti tes selanjutnya. Setelah seleksi
melalui nilai rapor, maka prosedur identifikasi selanjutnya adalah melalui tes
selama lima hari, hari pertama tes kemampuan akademik yaitu tes
Matematika, IPA, Bahasa Inggris, hari kedua dan ketiga proses seleksi
dilanjutkan dengan tes psikologi, hari keempat tes minat dan kepribadian, dan
hari terakhir atau hari kelima adalah tes wawancara dengan bahasa inggris.
(Leaflet pengumuman pendafaran siswa baru program Akselerasi, Maret
2009)
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang dapat masuk pada program
akselerasi adalah yang memiliki IQ 130 ke atas, nilai rapor dari SMP rata-rata

minimal 8,0 tes akademik minimal 8, dan wawancara dengan calon siswa
dengan Bahasa Inggris juga dipertimbangkan.
b. Perekrutan atau Seleksi Guru
Guru merupakan salah satu pihak yang sangat menentukan keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Dalam program akselerasi di mana siswa
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa serta memiliki ciri yang khas,
maka guru yang digunakan dalam program akselerasi adalah guru yang benarbenar
memiliki kompetensi keguruan. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh informan 2 bahwa ya anak aksel itu kan kecerdasannya
diatas rata-rata, jadi kita harus carikan guru yang bisa mengimbangi
kemampuan mereka, kalau ndak ya nantinya bisa menghambat proses
pembelajaran... ..(Wawancara, tanggal 7 April 2009)
Senada dengan hal di atas, informan 1 menyatakan bahwa Kalau syarat
khususnya tidak ada, intinya ya mbak, task commitment nya harus ada, tingkat
lxiii
kemampuan akademiknya cukup baik, lulusan S1, kemudian rata-rata
pengalaman mengajar 5 tahun.
Senada dengan hal di atas informan 2 juga menambahkan bahwa:
rekruitment untuk tenaga guru dipilih guru-guru SMA 3 yang baik, punya
kompetensi tinggi, harus bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, masalahnya
waktu kan tinggal 2/3. jadi harus bisa menyajikan materi secara jelas, cepat,
dengan prinsip Pakemin (pembelajaran aktif, kreatif, menyenangkan,
inovatif). (Wawancara, tanggal 7 April 2009)
Hal tersebut juga sesuai dengan informasi hasil wawancara dengan
informan 3. Salah satu informasi dari informan 3 menyataka bahwa yang
jelas harus punya komitmen tinggi, harus lebih keras dari yang lainya kan?,
dan harus punya kompetensi yang cukup..(Wawancara, tanggal 7 April
2009)
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah
mereka yang mempunyai task commitment, bertanggung jawab, mempunyai
kemampuan akademik yang baik, pendidikan minimal S1, pengalaman
mengajar minimal 5 tahun, yang bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, dan
yang mengajar dengan prinsip PAKEMIN.
c. Persiapan Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar dalam suatu program pendidikan untuk mencapai
tujuan pada satuan pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan nasional.
Kurikulum antara program akselerasi dan reguler tidak jauh berbeda,
perbedaannya hanya terletak pada alokasi waktu yang lebih singkat untuk
program akselerasi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 1 yang menyatakan bahwa
sama, kurikulumnya itu begini mbak, sebetulnya kurikulumnya itu biasa,
hanya saja standar isinya dinaikkan apa itu namanya eskalasi.. (Wawancara,
tanggal 6 April 2009)
lxiv
Guru mempunyai kewajiban untuk membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setiap kompetensi dasar dimana guru harus dapat
menyesuaikan materi pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia dengan
sebaik mungkin untuk dapat menyesuiakan materi pelajaran yang ada.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh informan 2 bahwa sama, sama
dengan yang reguler, hanya saja waktunya lebih singkat, kalau yang regular
tiga tahun, ini cuma dua tahun, kalau yang reguler satu tahun dua semester,
yang ini satu tahun tiga semester.. (Wawancara, tanggal 7 April 2009).
Kurikulum yang digunakan untuk kelas akselerasi untuk tahun ajaran
2008/2009 sama dengan yang digunakan untuk kelas reguler yaitu KTSP,

yang alokasi waktunya dipersingkat dan standar isinya dinaikkan. Hal tersebut
juga diperkuat oleh pernyataan dari informan 5 yang mengatakan bahwa
kurikulum yang digunakan pada program akselerasi adalah kurikulum KTSP
yang alokasi waktu nya dipercepat dan juga di tambah dengan pendalaman
materi (pengayaan).
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di kelas akselerasi
adalah KTSP sama seperti kurikulum kelas reguler, hanya saja guru yang
mengajar di kelas akselerasi harus membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam setipa kompentensi dasar yang disesuaikan dengan
alokasi waktunya.
d. Persiapan Sarana Prasarana
Sarana prasarana sangat mendukung dalam mencapai keberhasilan dalam
suatu pendidikan. Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu sarana prasarana edukatif dan sarana prasarana non edukatif.
Seperti yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa sarana dan prasarana yang
disediakan untuk anak akelerasi lebih bagus dibanding dengan kelas reguler
karena mereka kan berlajar nya lebih keras dibanding dengan yang reguler.
(wawancara,7 April 2009)
Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu
sarana prasarana edukatif yang merupakan segala sesuatu yang bersifat fisik
lxv
yang diperlukan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar, misalnya
ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang BP, papan tulis,
spidol, dan lain-lain, dan sarana prasarana non edukatif merupakan segala
sesuatu yang menunjang pelaksanaan kegiatan di sekolah, misalnya kantin
sekolah, ruang koperasi, mushola.
Sarana prasarana untuk kelas akselerasi seharusnya dibedakan dengan
kelas reguler, karena sarana prasarana siswa harus disesuaikan dengan sifat
khas siswa yang memang tingkat kecerdasannya tinggi. Di SMA Negeri 3
Surakarta, siswa kelas akselerasi berada di tempat yang terpisah dengan siswa
kelas reguler. Kelas akselerasi berada di warung miri, sedangkan siswa kelas
reguler berada di Kerkop.
Perhatian sekolah dalam penyediaan ruang kelas cukup baik, seperti yang
diungkapkan oleh informan 1 oo ya sudah ada. Jadi tiap-tiap kelas itu sudah
ada LCD, komputer,TV, VCD, AC, ada tape nya, jadi nanti kalau mau
listening itu sudah ada tape nya di tiap-tiap kelas.(Wawancara, 6April 2009)
Di setiap ruang kelas terdapat sarana prasarana belajar yang sangat
memadai. Di setiap kelas telah dilengkapi dengan whiteboard, spidol, AC,
LCD, VCD/DVD Player, komputer, printer, dispenser, tape. Hal tersebut
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa Trus mestinya
kita menyediakan fasilitas, media pembelajaran, komputernya nyambung
internet, trus sumber bacaan, buku, internet, video. (Wawancara, 7April
2009)
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh beberapa informan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana prasarana yang tersedia untuk
siswa akselerasi sudah memadai, dan lebih baik dibandingkan dengan siswa
kelas reguler.
e. Sosialisasi
Setiap program pendidikan hendaknya disosialisakan kepada stake holder
pendidikan, dalam artian diberitahukan kepada pihak internal maupun pihak
eksternal sekolah agar diketahui keberadaannya. Informan 2 mengungkapkan
bahwa selama ini kegiatan sosialisasi dilakukan dengan pengiriman leaflet
lxvi
atau surat khusus yang ditujukan kepada SMP se-Surakarta dan sekitarnya
kepada siswa kelas IX sebagai sasarannya.
Hal tersebut juga diperkuat oleh informan 1 yang mengungkapkan bahwa:

biasanya itu, yang angkatan pertama itu, dulu kita undang, ya anak-anak
SMP itu kita undang, kita beri penjelasan tentang aksel, nah itu tadi yang
angkatan pertama, kemudian setelah itu mulai angkatan 2, 3 dan seterusnya
mereka sudah tahu dengan sendirinya. Jadi alumni-alumni anak-anak SMP
mereka itu saya suruh kembali ke sekolah-sekolah mereka untuk
memberikan sosialisasi ke adik-adik kelas, karena yang tahu persis keadaan
disini kan mereka.
Jadi misalkan saya sosialisasi, kan saya mesti ngomong nya nggak relistis,
saya mesti memberikan yang manis-manis, jadi yang pernah duduk di sini
yang merasakan jadi saya suruh kembali katakanlah untuk memberi
penjelasan.(Wawancara, 7April 2009)
Informan 1 memambahkan bahwa sosialisasi juga lakukan dengan
mengadakan iklan di media elektronik yaitu melalui radio PTPN FM. Selain
itu Informan 2 menambahkan bahwa, jadi pakai brosur, leaflet, ngirim surat
dulu ke SMP yang mau dituju, kalau boleh ya sosialisasi, kalau ndak ya
tempel leaflet, brosur aja, sehingga smua tau bahwa aksel itu butuhnya anak
yang nilainya brapa..(Wawancara, 7April 2009). Informan 2 juga
memambahkan bahwa dulunya sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak
yaitu koran Solopos.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
program akselerasi memiliki sasaran khusus yaitu siswa kelas IX di Surakarta
dan sekitarnya. Banyak cara yang ditempuh untuk sosialisasi tersebut baik
melalui media cetak seperti koran (Solopos), maupun media elektronik yaitu
radio (PTPN FM), pembuatan leafleat, brosur untuk dikirim ke sekolahsekolah
dan juga presentasi di sekolah-sekolah di Surakarta dan sekitarnya.
2) Tahap proses penyelenggaraan program akslerasi.
Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi. Bentuk
penyelenggaraan program akselerasi dapat dibedakan menjadi 3 model, yaitu,
Pelayanan khusus, model kelas khusus, dan model sekolah khusus. Siswa
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas
khusus, sedangkan pada model sekolah khusus semua siswa yang belajar di
lxvii
sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Sedangkan penyelenggaraan program akselerasi yang ada di SMA
Negeri 3 menurut informan 1 bahwa, kita pakai nya yang kelas khusus, saat
ini masih kelas khusus, nanti suatu saat bisa juga jadi sekolah khusus.
(wawancara, 6 April 2009).
Hal ini juga didasarkan pada kebutuhan belajar siswa tersebut, mereka
memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga mereka harus
mendapat layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila
mereka tidak diberi layanan khusus misalnya dicampur dengan siswa reguler,
mereka cenderung akan mengalami underachiever. Jadi penyelenggaraan
program akselerasi di SMA Negeri 3 menggunakan model kelas khusus, yang
mana setiap tahun ajaran nya terdiri dari dua kelas, dan tiap kelasnya terdiri
dari 20 siswa.
Pemilihan bentuk model kelas khusus didasarkan pada kebutuhan belajar
dari siswa tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa
sehingga mereka harus mendapat pelayanan khusus dalam memenuhi
kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak diberikan layanan khusus
misalnya dicampur dengan siswa kelas reguler, maka cenderung akan
underachiever yaitu berprestasi jauh dibawah kemampuan aslinya.
Dalam proses penyelenggaraan program akselerasi ini salah satunya
adalah kegiatan belajar mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan
kegiatan terencana untuk mencapai tujuan instruksional. Proses tersebut akan
berdaya guna dan berhasil guna bila dilaksanakan secara seksama, berencana,
dan sistematik. Dengan seksama artinya dilaksanakan dengan penuh
pertimbangan dan perhatian, berencana mengandung makna ada tujuan yang

jelas dan disertai langkah-langkah dan teknik yang jelas untuk mencapai
tujuan tersebut, sedangkan sistematik berarti komponen-komponen dalam
proses belajar-mengajar (tujuan, materi, metode, media, guru, siswa, sarana
prasarana, dan evaluasi) tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu
kesatuan yang terpadu. Hal ini dimaksud agar tujuan program akselerasi yaitu
untuk memberikan pelayanan khusus bagi siswa yang mempunyai
lxviii
kemampuan dan kecerdasan luar biasa agar mereka mendapat kesempatan
untuk menyelesaikan belajarnya lebih singkat daripada siswa normal lainnya.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari kegiatan evaluasi hasil
belajar. Di sini guru wajib melaksanakan evaluasi setiap akan mengakhiri
proses belajar mengajar. Secara periodik evaluasi dilakukan berdasarkan
program tertentu, misalnya ulangan harian, caturwulan, dan semesteran. Pada
program akselersi, siswa SMA yang seharusnya menyelesaikan belajar selama
3 tahun dapat menyelesaikan belajarnya hanya dalam waktu 2 tahun. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh informan 1 bahwa:
bedanya kita dengan kelas reguler itu ya pada waktu yang lebih cepat
mbak, sistem evaluasi yang kita lakukan juga sama saja koq, kita juga
mengadakan ulangan harian, mid semester, ujian semester, cuma
waktunya saja yang beda, di aksel itu satu semester itu cuma 4 bulan, mid
nya tiap 2 bulan sekali, tiap 8 bulan sekali kenaikan kelas. (Wawancara,
7April 2009)
Waktu 2 tahun ini digunakan untuk 3 tingkatan, sehingga setiap tingkatan
nya hanya membutuhkan waktu 8 bulan. Untuk itu guru harus dapat
merencanakan, membuat alat tes dan melaksanakan evaluasi sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Sebagaimana yang disamapaikan oleh informan 2
bahwa guru harus bisa mengajar dengan jelas dan cepat agar materi pelajaran
yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 3 tahun bisa diselesaikan dalam
waktu 2 tahun. Mereka juga diwajibkan untuk mengadakan evaluasi setelah
satu kompetensi dasar dalam suatu bidang studi. Sehingga mereka bisa
menilai apakah siswa tersebut telah menguasai materi yang diajarkan atau
belum. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 1 dan
informan 4 mengatakan bahwa setiap semester hanya membutuhkan waktu 4
bulan, kenaikan kelas dilakukan setiap 8 bulan sekali. Sistem evaluasi yang
dilakukan di kelas akselerasi sama dengan sistem evaluasi yang dilakukan di
kelas reguler, yaitu ulangan harian, mid semester setiap 2 bulan sekali, ujian
semester setiap 4 bulan sekali dan kenaikan kelas setiap 8 bulan sekali.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3
lxix
Surakarta adalah model kelas khusus, dimana siswa dikelompokkan dalam
satu kelas khusus. Tujuan dari penyelenggaraan program akselerasi adalah
memberi layanan khusus bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan
kecerdasan luar biasa agar dapat menyelesaikan belajarnya lebih awal, tujuan
tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidaka didukung oleh komponenkomponen
dalam proses belajar mengajar. Evaluasi belajar yang dilakukan di
kelas akselerasi tidak jauh berbeda dengan kelas reguler, bedanya hanya
terletak pada waktu pelaksanaan dan target yang harus dicapai.
3) Tahap Evaluasi
Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak berbakat
adalah evaluasi program. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
program yang telah dijalankan berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu,
evaluasi dilakukan secara berkesinambungan baik bagi siswa maupun bagi
program itu sendiri. Komponen-komponen yang perlu dievaluasi yaitu:
sasaran belajar, prosedur identifikasi, kurikulum, sarana prasarana, tenaga
pendidikan/ guru, biaya, evaluasi.
Penyelenggaraan program akselerasi merupakan layanan yang diberikan

kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa. Sasaran


program belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam
penyelenggaraan program akselerasi untuk bisa memperoleh input atau
masukan berupa siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar
biasa, maka dilakukan prosedur identifikasi bagi siswa yang akan masuk di
kelas akselersi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan 1:
nah persyaratannya akademik itu harus rata-rata 8, batas minimalnya,
kemudian intelejensi awal itu dari buku petunjuknya 120, sekarang sudah
130, dan nampaknya sekarang anak-anak dengan itelejensi sekian itu
sudah tidak masalah, karena mungkin anak-anak sekarang gizinya juga
lebih bagus. (Wawancara, 7April 2009)
Jadi dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang masuk pada kelas
akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta telah sesuai dengan standar yang di
tetapkan, yaitu IQ nya minimal 130.
lxx
Penggunaan kurikulum di SMA Negeri 3 Surakarta, sudah sesuai dengan
kebutuhan siswa akselerasi, karena kurikulum yang digunakan merupakan
kurikulum yang sama dengan kurikulum kelas reguler (KTSP) namun standar
isi nya dinaikkan (eskalasi) selain itu siswa juga mendapat pengayaan
(enrichment).
Pemberian fasilitas atau sarana prasarana untuk kelas akselerasi SMA
Negeri 3, sudah cukup memadai. SMA Negeri 3 Surakarta ini sarana dan
prasarana yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
sebagaiamana yang disampaikan oleh informan 1:
fasilitas yang diberikan untuk anak aksel itu banyak sekali, pembelajaran,
perpustakaan, ruang audio visual, bahkan dulu saya buatkan ruang khusus
yang disitu isinya 10 komputer yang disitu mereka bisa eksplor,dia bisa
mengembangkan apa saja, kalau ada tugas dia bisa nyari referensi dari
internet, bahkan buat refreshing, nge-game. (Wawancara, 6April 2009)
Tenaga pendidikan yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah
cukup baik dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka mempunyai
tanggungjawab, komitmen, pengalaman mengajar, dan kemampuan akademik
yang lebih dibandingkan dengan guru lain, hal ini sesuai dengan syarat-syarat
guru yang dapat mengajar di kelas akselerasi. Mereka sangat bersemangat
untuk mengajar, karena mereka melihat semangat yang tinggi pada diri peserta
didiknya.
Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, untuk
masalah biaya, mereka menyatakan tidak terlalu menghadapi kesulitan. Biaya
untuk program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta memang diperoleh dari
orang tua siswa dan juga dari pemerintah (block grant). Sebagaimana yang
disampaikan oleh informan 3, untuk masalah dana saya pikir ndak ada, kalau
untuk program akselerasi dan SBI itukan kita diperbolehkan untuk mengambil
dana dari masyarakat, dari orang tua murid, kalau reguler kan ndak boleh.
(Wawancara, 7April 2009),
Evaluasi belajar di kelas akselerasi baik itu jadwal pelaksanaan evaluasi
maupun hasil belajar siswa sudah cukup baik, hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh informan 3 bahwa evaluasi sudah baik karena dalam
lxxi
pelaksanaannya guru berpedoman pada jadwal yang sudah ada. Evaluasi
belajar dilaksanakan secara sistematis, teratur, dan berkelanjutan, baik itu
mulai dari ulangan harian, mid semester, dan semesteran. Evaluasi
dilaksanakan guna mengetahui kemampuan siswa. Hal tersebut juga diperkuat
pernyataan informan 4 yang menyatakan bahwa kalau SMA biasa itu satu
tahun untuk 2 semester, kalau aksel 3 semester, jadi kita tiap 8 bulan kenaikan
kelas, jadi dipercepat mbak (wawancara, 7 April 2009)
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen-komponen penyelenggaraan

akselerasi yang perlu di evaluasi yaitu sasaran belajar, prosedur identifikasi


siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik/guru, dana, dan evaluasi
pembelajaran.
Perihal penyelenggaraan kelas akselerasi di SMAN 1 Karanganyar
tentu membutuhkan susunan keanggotaan sebagai suatu sistem yang saling berhubungan satu
sama lain. Bekerjanya suatu sistem secara berkesinambungan tentu dapat menunjang
keberhasilan suatu program,
termasuk program akselerasi di SMA N1 Karanganyar. Untuk lebih jelasnya
struktur organisasi dalam penyelenggaraan program akselerasi dapat dilihat
pada gambar 4.1

Pada Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa dalam pengelolaan program


akselerasi, dikendalikan oleh seorang penanggung jawab yang menjabat
sebagai Kepala Sekolah, dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh manager
akselerasi yang memiliki peran sebagai pengelola program dalam hal
administrasi, misalnya membuat program tahunan kelas akselerasi berupa
kalender pendidikan, mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan
pengembangan siswa cerdas istimewa. Kemudian dalam struktur organisasi
terdapat wali kelas yang memiliki peran sebagai penanggung jawab untuk
memegang kendali dalam masing-masing kelas akselerasi dan bekerjasama
dengan guru mata pelajaran sebagai pihak yang mengetahui keadaan kelas
sehari-hari dalam proses pembelajaran.
Untuk susunan organisasi seperti gambar 4.1, di SMAN 1
Karanganyar sendiri tugas dan wewenang dalam kelas akselerasi seperti
halnya tugas dan wewenang keanggotaan dalam program kelas reguler,
karena diantara keduanya tidak ada perbedaan seperti yang diungkapkan
oleh informan:
kalau struktur pengurusnya sama halnya dengan program RSBI, sama
saja, dan mengikuti sturktur organisasi SMAN 1 Karanganyar secara
keseluruhan. Hanya saja, dalam program askelerasi penanggung jawab
program itu disebut sebagai manager aksel. (W/PJ/11/02/2013).
Hal ini dipertegas dengan ungkapkan informan Ibu PJ bahwa:
tugas dan wewenangnya sama halnya dengan penanggung jawab
program RSBI mbak, ya menangani semua yang berkaitan dengan
kegiatan program akselerasi, misale diklat untuk penyususnan silabus
aksel, mengikuti diklat, pelatihan untuk sekolah siswa cerdas istimewa
dari PLB. (W/PJ/11/02/2013).
Jika dalam kelas akselerasi penanggung jawab program disebut
manager aksel, dapat dikatakan bahwa tugas manager itu sendiri adalah

menangani segala sesuatu yang berhubungan dengan program yang sedang


dibawahinya, yang tidak terbatas pada urusan administratif akan tetapi
segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan yang tujuannya adalah
untuk peningkatan kualitas program itu sendiri. Seperti yang diungkapkan
oleh informan Ibu PJ sebagai manager aksel bahwa:
selama menjadi manager aksel pekerjaannya dalam hal selain tugas
administratif sebagai guru di kelas reguler dan kelas akselerasi ya
membuat kalender pendidikan, mengikuti pelatihan dan berbagai
workshop untuk pengembangan mutu pendidikan khususnya untuk
program pendidikan anak berkecerdasan istimewa.
(W/PJ/11/02/2013).
Berkaitan dengan pengelolaan organisasi dalam kelas akselerasi
sendiri berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa sebenarnya organisasi
dalam program akselerasi sama halnya dengan organisasi dalam kelas RSBI
yang saat ini sudah ditutup. Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti,
berjalannya tugas dan wewenang dalam organisasi dalam program akselerasi
tidak ada kerjasama yang baik sesama anggota serta bekerja yang tidak
sesuai tugas dan wewenang. Misalnya saja, untuk membuat kalender
pendidikan masih dipegang oleh manager akselerasi tahun ajaran yang lalu,
yakni Ibu PJ, sedangkan untuk sekretaris sendiri tidak mengetahui tentang
hal ini, begitu pula hal lain, seperti pengelolaan keuangan yang tidak
transparan antara anggota satu dengan yang lain. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh informan berinisial Pak SH yang merupakan guru Fisika
dalam kelas akselerasi bahwa:
pembiayaan program akselerasi adalah swadana dari siswa sendiri
mbak. Kalau dulu sebelum kepala sekolah yang menjabat sekarang itu
ya dana kita kelola bersama-sama, akan tetapi sekarang pengelolaan
ada di tangan kepala sekolah sendiri. Hanya saja, setiap kita meminta
dana untuk kegiatan menyangkut program akselerasi, misalnya
mengikuti olimpiade, dan sebagainya dana itu selalu ada, akan tetapi
ya ada juga dana yang belum turun. (W/SH/27/03/2013).
Dengan keadaan demikian dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan
program akselerasi tidak ada pengelolaan yang baik serta koordinasi yang
baik antar anggota di dalamnya.
Seperti halnya program pendidikan, program akselerasi juga memiliki
beberapa komponen untuk dapat dilihat bagaimana komponen itu saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan dalam memberikan pendidikan bagi
siswa yang memiliki kecerdasan istimewa. Komponen-komponen itu antara
lain penerimaan peserta didik siswa cerdas istimewa, perencanaan
pembelajaran bagi siswa cerdas istimewa, proses pembelajaran siswa cerdas
istimewa, dan evaluasi hasil belajar bagi siswa cerdas istimewa.

Komponen dalam kelas akselerasi di SMAN 1 Karanganyar yang


dapat di lihat adalah yang pertama mengenai penerimaaan peserta didik
untuk kelas akselerasi. Berdasarkan dokumen yang didapat oleh peneliti,
untuk penerimaan peserta didik dalam kelas akselerasi adalah sama dengan
penerimaan peserta didik untuk kelas reguler. Untuk prasyarat pendaftaran
dalam kelas akselerasi sendiri lebih pada kelengkapan yang harus dilengkapi
oleh peserta didik dalam hal administrasi. Misalnya saja surat keterangan
dari Kepala Sekolah bahwa calon siswa duduk di kelas IX Sekolah
Menengah Pertama/MTs, mengisi formulir yang telah disediakan panitia
penerimaan peserta didik, menyerahkan foto copy rapor semester satu
sampai dengan lima yang telah dilegalisir dengan nilai rata-rata secara
kumulatif adalah minimal 75, menyerahkan photo, dan yang terakhir adalah
membayar biaya seleksi sebesar Rp 150.000,00.
Selain prasyarat yang harus dilengkapi dalam hal administrasi seperti
tersebut di atas, calon peserta didik juga wajib untuk mengikuti seleksi
sebagai persyaratan pendaftaran. Bagi calon peserta didik diwajibkan untuk
mengikuti beberapa tes seleksi, misalnya saja Tes Tertulis Potensi Akademik
(Matematika, TIK, Bahasa Inggris, bahasa Indonesia, IPA dan IPS), Tes
Psikologi, Tes Wawancara Bahasa Inggris, Tes Praktik TIK, kemudian yang
terakhir adalah penyerahan nilai UAN dan daftar ulang bagi siswa yang
sudah diterima.
Untuk mekanisme penerimaan peserta didik baru dalam kelas program
akselerasi sendiri SMAN 1 Karanganyar selain syarat yang harus dipenuhi
bagi calon peserta didik, sekolah sendiri memiliki ketetapan tentang kategori
anak untuk layak mendapatkan pendidikan dalam program percepatan
belajar atau akselerasi seperti yang sama dengan tersebut di atas juga seperti
yang diungkapkan Bu PJ:
pertama yang harus dipenuhi ya kemampuan intelegensi atau IQ nya
ya mbak, dan tes-tes lain yang sama yang diikuti siswa RSBI waktu
mendaftar. (W/PJ/11/02/2013).
Untuk menyelenggarakan perekrutan bagi siswa untuk kelas
akselerasi, masing-masing sekolah tentu memiliki kriteria dalam penerimaan
siswa, seperti yang diungkapkan oleh Pak Tryas sebagai penulis yang aktif
dalam mengamati perkembangan pendidikan bahwa:
untuk menjalankan atau menyelenggarakan program akselerasi,
sekolah biasanya memiliki kebijakan sendiri-sendiri, tergantung pada
sekolah penyelenggara kelas akselerasi, tesnya bagaimana, kemudian
apa saja yang perlu dites, itu bergantung pada sekolah. Akan tetapi,
dasar dalam identifikasi anak cerdas istimewa tetap bergantung pada
ketetapan bahwa anak yang cerdas memiliki kemampuan intelektual

yang tinggi, dan sebagainya. (W/Pak Tryas/23/04/2013).


Meskipun sekolah sudah memiliki rambu-rambu dalam penerimaan
peserta didik bagi kelas akselerasi, akan tetapi perihal proses penerimaan
peserta didik sendiri, di SMAN 1 Karanganyar belum merealisasikan standar
yang baku bagaimana anak atau calon peserta didik yang layak untuk masuk
dalam kelas akselerasi, dan sebaliknya. Rambu-rambu hanya dijadikan
sebuah formalitas untuk melaksanakan program akselerasi di sekolah. Dapat
dikatakan demikian, berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa setelah
siswa selesai mengikuti tes untuk masuk kelas akselerasi, bagi calon peserta
didik yang diterima dapat langsung mengikuti kelas akselerasi dengan hasil
tes yang tidak dipublikasikan. Akan tetapi, bagi calon peserta didik yang
tidak diterima, pihak sekolah dengan pihak orang tua melakukan negosiasi
agar anaknya diterima dalam program akselerasi dengan catatan kemampuan
orang tua dalam pendanaan biaya pendidikan yang sudah dinegosiasikan.
Hal ini seperti yang diungkapakan oleh AC yang merupakan siswa akselerasi
SMAN 1 Karanganyar bahwa:
kal aku mempunyai teman mbak, dan mempunyai kakak yang dahulu
mendaftar di akselerasi SMAN 1 Karanganyar. Akan tetapi kakaknya
temanku itu tidak diterima mbak, dan melakukan negosiasi dengan
pihak sekolah dengan syarat jika ingin diterima di kelas akselerasi,
maka harus ada kesanggupan orang tua dalam hal biaya. Biaya masuk
dahulu masih sekitar lima juta. (W/AC/14/04/2013).
Hal di atas juga sama yang diungkapkan oleh informan berinisial IV
yang merupakan alumni kelas akselerasi di SMAN 1 Karanganyar berikut
ini:
kalau dahulu penerimaan peserta didik untuk siswa aksel menurut aku
kurang transparan mbak. Dalam penerimaan peserta didiknya ada
unsur subyektifitas mbak. (W/IV/05/04/2013).
Pendapat IV yang merupakan alumni kelas akselerasi SMAN 1
Karanganyar juga seperti yang diungkapkan oleh AC yang merupakan siswa
akselerasi yang saat ini masih duduk di kelas XI akselerasi 1 SMAN 1
Karanganyar, informan mengatakan bahwa:
ya dulu tesnya itu ya sama mbak, sama kelas reguler. Nah kalau dulu
itu aku kan gak ketrima to mbak, nah terus ayah ku ditawari mbak,
karena untuk pembangunan gedung, dan sekolah juga membutuhkan
dana untuk gedung jadi aku ditawari untuk masuk kelas akselerasi,
gitu. (W/AC/14/04/2013).
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa perihal
penerimaan peserta didik untuk program akselerasi di SMAN 1 Karanganyar
belum memenuhi kriteria dalam penerimaan peserta didik. Dapat dikatakan
demikian karena dalam penerimaan siswa sendiri pihak sekolah kurang

transparan dalam hasil tes siswa, seolah-olah untuk masuk dalam kelas
akselerasi adalah dapat dengan mudah diperoleh bagi mereka yang anak
orang kaya.
Meskipun di SMAN 1 Karanganyar memiliki kriteria bagi penerimaan
siswa dalam program akselerasi yang kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa berjalannya program akselerasi tidak dijalankan sesuai persyaratan,
banyak guru yang belum benar-benar mengerti karakteristik yang dimiliki
anak yang memang layak untuk mendapatkan pelayanan dalam kelas
akselerasi dan sebaliknya, padahal sebagai seorang guru adalah penting
untuk mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik dalam kelas untuk
mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan
informan berinisial SH yang merupakan guru Fisika kelas akselerasi dan
juga kelas reguler bahwa:
ya saya kurang tau detailnya mbak kalau perihal syarat siswa
akselerasi sendiri, tapi sekolah ini kan sudah ada rambu-rambunya
mbak, Pak Brata yang punya, sudah ada itu, mulai dari IQ nya harus
130 atau lebih, dan sebagainya. (W/SH/27/03/2013).
Selain penerimaan siswa, untuk tenaga pendidik di program akselerasi
sendiri memang semestinya harus melalui seleksi pula, idealnya harus
memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan, misalnya IQ tinggi. Seperti yang
diungkapkan oleh Bu ED yang merupakan guru kelas akselerasi bahwa:
ya kalau guru di akselerasi sendiri dipilih dengan berdasarkan
pengalaman mengajar sesuai dengan bidangnya mbak, keterikatan
pada kewajiban mengajar yang tinggi, kemudian benar-benar
menguasai ilmu dalam bidangnya mbak. (W/ED/26/03/2013).
Selain pengalaman mengajar yang sesuai dengan bidangnya, hal lain
yang menjadi pertimbangan dalam memilih guru untuk kelas akselerasi
adalah memiliki dedikasi tinggi yang tidak hanya membutuhkan pengalaman
dan kecerdasan yang tinggi dalam mengajar siswa kelas akselerasi. Hal ini
dipertegas dengan penuturan Bu ED bahwa:
ya kalau guru di akselerasi sendiri dipilih dengan berdasarkan
pengalaman mengajar sesuai dengan bidangnya mbak, keterikatan
pada kewajiban mengajar yang tinggi, kemudian benar-benar
menguasai ilmu dalam bidangnya mbak. (W/ED/26/03/2013).
Akan tetapi, pendapat informan di atas bertentangan dengan informan
lain, yakni Pak SH yang merupakan guru akselerasi yang menyatakan bahwa
guru akselerasi di SMAN 1 Karanganyar memang memiliki pengalaman dan
kemampuan yang kompeten dalam bidangnya. Akan tetapi, sebagai seorang
guru tidak cukup hanya menggunakan kemampuan akademiknya dalam

mengajar kelas akselerasi. Hal yang penting juga adalah bagaimana guru
menjalin ikatan emosional terhadap siswa guna memahami karakteristik
sis itu sendiri. Pemahaman terhadap karakteristik siswa akan
wa

memudahkan guru dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Pak SH bahwa:
ya kalau di sini untuk guru akselerasi itu ya dipilih pertama tentu
harus memiliki pengalaman dibidangnya, alias berpengalaman mbak,
yang kedua memiliki dedikasi yang tinggi, nha kalau disini kan asalasalan mbak, ya ada yang memang benar-benar pantas untuk ngajar
akselerasi ya ada juga yang sak-sak e. Ya pinter tapi kalau seperti tadi
mbak, ngomongi siswa dengan marah-marah gitu kan namanya gak
pinter mbak, perlakuannya yang salah mbak. Selain itu kita juga
dituntut untuk ointer mbak, karena kan kalau kita gak pinter kan kita
sendiri tidak akan bisa menghandle mereka mbak.
(W/SH/27/03/2013).
Hal diatas juga dipertegas oleh Bu PJ yang merupakan manager
akselerasi pada tahun ajaran 2011/2012. Akselerasi di SMAN 1 Karanganyar
dijalankan tidak seperti halnya idealnya kelas akselerasi. Misalnya saja dari
segi tenaga pendidik atau guru dalam kelas akselerasi. Menurut pedoman
penyelenggaran program akselerasi, guru dalam kelas akselerasi adalah
mereka yang memiliki sikap positif terhadap siswa akseleran dan concern
terhadap kematangan sosial emosional siswa, yang dibuktikan dari masukan
orang tua dan psikolog. Guru dalam kelas akselerasi idealnya memiliki
kemampuan yang lebih dan dan memiiki beberapa klasifikasi misalnya
memiiki IQ tinggi, kemudian emosional yang stabil, tidak halnya demikian
yang ada dalam program akselerasi di SMAN 1 Karanganyar. Hal ini seperti
ungkapan Bu PJ bahwa:
sekarang gurunya di kelas aksel tidak seperti dulu mbak. kalau
periode awal kelas aksel dibuka, untuk menjadi guru akselerasi, guru
harus melalui seleksi dan syarat-syarat misalnya seperti gini ya mbak,
IQ tinggi, melakukan tes psikologi dan kemampuan akademik,
sekarang ttidak begitu mbak, aksel ya cuma buat tombok-tombokan
saja. (W/PJ/11/02/2013).
Beberapa pernyataan di atas juga didukung oleh Pak Tryas bahwa
dalam mengajar kelas akselerasi juga dibutuhkan tenaga pendidik atau guru
yang memiliki kemampuan yang tentu saja harus mengimbangi peserta
didik dalam kelas akselerasi, seperti penuturan Pak Tryas bahwa:
ya memang untuk mengajar kelas akselerasi, seorang guru memang
harus benar-benar mampu mengajar dalam bidangnya ya mbak,
meskipun saya akui bahwa sebenarnya penentu keberhasilan dalam
proses pembelajaran itu guru bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan, ini sudah saya buktikan sendiri. Ketika anak itu berada
dalam suatu kelas yang kompetitif, anak akan terdorong untuk belajar
secara kompetitif, karena jika tidak, pasti akan tertinggal dengan
teman-temannya. (W/Pak Tryas/23/04/2013).
Selain persyaratan yang harus dipenuhi siswa dan guru dalam program
akselerasi, hal penting yang tidak dapat diabaikan dalam berjalannya suatu

program yakni adanya sarana dan prasarana yang memadai selain tenaga
pendidik dan guru dalam program akselerasi. Dengan sarana dan prasarana
yang memadai, hal ini akan mendukung keberhasilan suatu proses
pembelajaran dan program pendidikan, karena tanpa adanya sarana dan
prasarana yang memadai, siswa dan guru tidak dapat menjalankan proses
pembelajaran secara maksimal dan kondusif.
Dari hasil observasi yang didapat selama penelitian dapat dikatakan
bahwa di SMAN 1 Karanganyar sendiri fasilitas yang diberikan sudah
memadai untuk dijalankan program akselerasi. Fasilitas berupa ruang kelas,
lapangan olahraga, laboratorium, perpustakaan, serta fasilitas penunjang lain
sudah layak untuk dijadikan tempat pembelajaran bagi siswa dan guru
terlebih dalam program akselerasi, dan segala fasilitas sarana dan prasarana
dengan kelas reguler tidak dibedakan. Yang membedakan hanya pada biaya
yang dihabiskan untuk menempuh pendidikan.
Sarana dan prasarana di SMAN 1 Karanganyar yang ada sudah
mendukung berjalannya program akselerasi. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Pak SH bahwa:
pada dasarnya kan SMA ini sekolah RSBI mbak, meskipun ini kan
katanya RSBI mau dihapus, tapi kan kalau gedung sama fasilitas kan
bisa dilihat saja mbak, misale saja ruang kelasnya yang selalu bersih
sama fasilitas lain seperti whiteboard, komputer lengkap dengan LCD
proyektor, akses internet, AC, dan penerangan yang memadai.
(W/SH/23/01/2013).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bu ED bahwa:
dari sarana dan prasarana misalnya gedung dan fasilitas memang bisa
dikatakan SMAN 1 Karanganayar sudah memadai dalam menjalankan
program akselerasi mbak, dari guru dan siswa sendiri kan untuk
menjadi pengajar dalam kelas akselerasi kan memang dipiih bagi guruguru yang sudah dikatakan berpengalaman dalam hal mengajar,
misalnya sudah lama mengajar di SMA N 1 Karanganyar, dan
tentunya sesuai kualifikasi dalam bidangnya. (W/ED/04/02/2013).
Hal demikian sependapat dengan informan berinisial AM, yang
merupakan siswa akselerasi SMAN 1 Karanganyar dan merupakan siswa
aksel XI 2. Informan menyatakan bahwa di SMAN 1 Karanganyar sendiri
ruangan kelas untuk program akselerasi sama halnya dengan ruangan yang
digunakan kelas reguler dalam belajar mengajar. Hanya saja, jika dalam
kelas reguler ruangan kelas siswa berjumlah sekitar kurang lebih tiga puluh
siswa, akan tetapi dalam kelas akselerasi siswa hanya berjumlah dua puluh
empat siswa. Seperti ungkapan informan berikut:
sarana dan prasarana ya sama saja kok mbak, lihat saja mbak,
mbaknya bisa mengetahui sendiri to, fssilitas kelas sama, mulai dari
AC, ruangannya, komputer, dan sebagainya kan sama mbak dengan

kelas reguler. (W/AM/01/01/2013).


Selain keadaan sarana dan prasarana di dalam kelas ternyata pada
dasarnya fasilitas sekolah yang diberikan kepada siswa kelas akselerasi tidak
jauh berbeda dengan siswa reguler, seperti ungkapan informan bahwa:
kalau yang lain misalnya perpustakaan, lab, aula pas pelajaran
menari, semuanya sama lah mbak. (W/AM/01/01/2013).
Ungkapan informan sependapat dengan penuturan informan berinisial
AC bahwa:
kalau fasilitas dalam kelas semua kelas sama kok mbak, gak ada
bedanya dengan kelas reguler, ya ada AC, Komputer lengkap dengan
Sound System, dan LCD Proyektor. Kondisi kelayakan dalam kelas
kan juga bisa dilihat to mbak, semuanya sama gak ada perbedaan, tapi
kan memang kelas akselerasi itu ditempatkan di pojok paling atas, tapi
kan sekarang udah beda mbak, sebelah kelas kita juga sudah ada kelas
dan akan ditempati siswa kelas reguler juga. (W/AC/01/01/2013).
Mengenai fasilitas lain yang diberikan kepada kelas akselerasi juga
tidak jauh berbeda dengan fasilitas yang diberikan pada kelas reguler jika
dilihat secara langsung kasap mata. Hal ini juga sama yang diungkapkan
oleh informan AC bahwa:
kalau fasilitas lain misalnya lab, perpustakaan, buku pelajaran, tempat
parkir, kantin, ya sama aj mbak dengan kelas reguler, sama kok...
(W/AC/01/01/2013).
Dari tenaga pendidik dan siswa sendiri memiliki pendapat dan
penilaian yang sama tentang sarana dan prasarana yang mendukung
berjalannya program akselerasi di SMA N 1 Karanganyar. Ada beberapa
perbedaan, namun hal demikian tidak terlalu signifikan karena hanya terletak
pada jumlah siswa dalam kelas akselerasi yang lebih sedikit jika dibanding
dengan kelas reguler. Hal ini juga didukung dengan pendapat dari alumni
kelas akselerasi di SMA N 1 Karanganyar yang juga menyatakan bahwa
untuk sarana dan prasarana di SMA N 1 Karanganyar secara keseluruhan
memadai untuk digunakan proses belajar, seperti ungkapan informan IV
yang merupakan alumni akselerasi berikut:
ya kalau masalah sarana dan prasarana di SMA 1 Karanganyar sih
gak usah ditanyain ya mbak, ya alhamdulillah lah mbak memadai, ya
kan mbak aja tau kan kelasnya gimana, sama kampus kita aj udah beda
jauh to mbak. Kalau guru sendiri sih kalau menurutku ya mereka itu
udah kompeten, pinter, ngerti, baik, deket sama kita mbak.
(W/IV/05/04/2013).
Selain informan diatas, alumni akselerasi SMA N 1 Karanganyar yang
berinisial KU juga sependapat bahwa:
dari sarana dan prasarana ya memadai dan memenuhi sih mbak kalau
buat aku, ya kalau masalah gedung kalau dibandingkan dengan kuliah

sekarang ya beda jauh mbak. Dulu kelasnya mbak kan tau sendiri, tapi
kalau dikuliah sekarang kan pengap mbak. Angkatanku aj ada 248
siswa mbak, dan dibagi jadi dua kelas, jadi bisa dibayangin kan mbak
betapa pengapnya, ya jauh lah mbak kalau dibandingin kelas akselerasi
SMA 1. Kalau dulu aku ruangan kelasnya gak seperti sekarang mbak,
kalau dulu aku kan di kelas yang sekarang dijadiin lab komputer itu
mbak, dan kal dulu itu ya sepi itu mbak, karna kelas kan belum
dibagun rapi seperti sekarang, jadi ya kita ya sepi lah mbak, gak kyak
sekarang. (W/KU/05/04/2013).
Selain fasilitas sarana dan prasarana dalam lingkup gedung dan media,
sarana dan prasarana secara teknis misalnya metode dan materi pelajaran,
antara kelas reguler dan kelas akselerasi tidak memiliki perbedaan yang jauh,
yang membedakan hanya kecepatan dalam proses pembelajaran mengenai
penyampaian materi dan metode yang digunakan masing-masing guru,
seperti yang diungkapkan oleh pak SH bahwa:
ya kalau materi sih sama saja mbak, semuanya sama, cuma kan kita
ngoyak waktu kan mbak, jadi bener-bener cepet memang materi
dikasih ke siswa itu, slide satu ok, ganti ke slide berikutnya, terus tak
tanya mengerti gak, kalau iya ya sudah lanjut mbak. Kalau dalam kelas
reguler kan harus rekoso mbak, jelasin satu demi satu. Tapi ya tetep aj
mbak, dalam kelas ya ada yang kemampuannya relatif, tapi kan
serelatif-relatifnya kan kalau masalah tanggungjawab jelas di
akselerasi itu lebih gampang diarahkan mbak, ibaratnya disetir, kalau
dalam reguler wah jangan ditanya mbak, ramenya itu lho, gak digagas
mau guru bilang apa. (W/SH/23/01/2013).
Dalam hal materi pelajaran, antara kelas akselerasi dengan kelas
reguler sebenarnya tidak ada perbedaan. Hanya saja, yang membandingkan
kelas akselerasi dengan kelas reguler adalah terletak pada waktu yang
diperlukan dalam penyampaian materi. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Pak SH bahwa:
dalam kelas akselerasi, materi disamakan dengan kelas reguler, akan
tetapi penyampaiannya dipadatkan, sehingga dalam penyampaiannya
membutuhkan waktu yang singkat dan pemilahan materi secara tepat.
(W/SH/23/01/2013).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berinisial KU yang
merupakan alumni akselerasi di SMA N 1 Karanganyar bahwa:
kalau soal guru ya begitu mbak, kalau soal materi pelajaran sendiri,
ya sebenernya sama kok mbak, tapi kan yang bikin beda kita itu kan
cepatnya itu lho mbak, waktunya belajar yang beda.
(W/KU/05/04/2013).
Selain materi dalam proses pembelajaran, metode juga tidak kalah
pentingnya dengan materi, karena dengan metode yang tepat maka siswa
akan lebih mudah memahami isi materi dalam suatu pelajaran. Hal ini tentu
sangat berguna bagi seorang guru terlebih guru kelas akselerasi yang dalam

penyampaian materinya selalu dikejar-kejar dengan waktu. Metode yang


digunakan guru dalam kelas akselerasi dengan kelas reguler di SMA N 1
Karanganyar adalah sama dan tidak ada perbedaan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Bu ED bahwa:
kalau saya biasanya metodenya sama dengan metode yang saya
gunakan dalam kelas reguler ya mbak, ya presentasi dengan dibagi
beberapa kelompok biasanya. (W/ED/04/02/2013).
Selain materi dan metode yang termasuk komponen pembelajaran
dalam kelas akselerasi, hal yang tidak kalah penting adalah terpenuhinya
sarana dan prasarana secara teknis bagi siswa akselerasi. Sarana dan
prasarana teknis itu antara lain mencakup siswa, guru, materi pembelajaran,
metode dan evaluasi. Ditinjau dari siswa, guru, materi, dan metode
pembelajaran di SMA N 1 Karanganyar antara kelas akselerasi dengan kelas
reguler tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini terlihat dari persamaan
antara ketiganya seperti yang diungkapkan beberapa informan di atas. Untuk
kurikulum sendiri, akselerasi di SMA N 1 Karanganyar menggunakan
kurikulum KTSP yang sama haknya dengan kelas reguler. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Bu ED bahwa:
kurikulumnya sama mbak, silabus dan sebagainya semua saja, hanya
saja, kita kan ngoyak waktu mbak, jadi yasudah mbak disesuaikan,
kemudian silabus yang digunakan juga sama berpatok pada silabus
pada umunya yang digunakan dalam kelas reguler, hanya saja untuk
kelas akselerasi masing-masing guru perlu menata kembali materimateri yang akan diberikan dalam kelas akselerasi, karena materi yang
akan diajarkan dalam kelas akselerasi adalah materi yang dipadatkan
sedemikian rupa sehingga guru sebelum memberikan materi
pembelajaran harus memilah-milah mana materi yang perlu dan tidak,
seperti itu mbak. Dalam hal materi, sebenarnya bukan masalah perlu
atau tidak, akan tetapi materi mana yang perlu diberikan penekanan
dan materi mana yang tidak membutuhkan penekanan.
(W/ED/04/02/2013).
Sehubungan dengan kurikulum, sudah seharusnya guru mengetahui
dan memahami bagaimana silabus, SK dan KD sebagai pedoman yang
digunakan dalam pembelajaran dalam kelas akselerasi. Dari materi, antara
kelas reguler dengan kelas akselerasi adalah tidak jauh berbeda. Oleh karena
itu di SMA N 1 Karanganyar juga tidak membedakan silabus, SK dan juga
KD yang digunakan dalam kelas akselerasi. Hanya saja, karena waktu
belajar antara kelas akselerasi dengan kelas reguler berbeda, yang dalam hal
ini kelas akselerasi membutuhkan waktu yang lebih cepat jika dibanding
dengan kelas reguler, silabus, SK, dan KD membutuhkan modifikasi untuk
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran dalam kelas akselerasi yang
mempertimbangkan kecepatan belajar siswa. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Bu ED:


perihal silabus, SK, dan KD sendiri mengacu pada yang sudah
ditetapkan oleh sekolah, sama saja mbak, yang tau itu ya Bu Puji itu
mbak, tapi silabus seperti halnya yang berlaku untuk siswa reguler
mbak, hanya saja kita cuma menskip skip materi sesuai dengan waktu.
Kalau untuk SK, KD kita sendiri guru akselerasi tidak pernah sedetail
itu untuk merumuskannya, kan kita sendiri dari guru ngoyak waktu
kan mbak. (W/ED/26/03/2013).
Kemudian, untuk mengetahui kompetensi-kompetensi yang sudah
ditetapkan, Bu ED juga menuturkan bahwa:
pada dasarnya kan kita semua guru kalau yang sudah terbiasa
mengajar di kelas akselerasi dan di kelas reguler kan dah tau petanya
mbak, kalau saya kan dah lama mengajar di akselerasi, biasanya materi
ini bisa diberikan berapa minggu, yang ini berapa minggu gitu, jadi
dah tau mbak peta waktu kapan nantinya selesai. Jadi kalau masalah
silabus, SK, dan KD sama mbak, cuma ya itu kita memperkirakan
waktu mbak, kan kita juga kan ngoyak waktu
mbak.

(W/ED/26/03/2013).
ya kal silabus, SK, dan KD kita kalau guru
akselerasi itu ya tinggal
menjalankan saja mbak dari atas, atau yang
sudah ditentukan manager
aksel atau penanggung jawab program
akselerasi, nha dari silabus yang
berlaku secara nasional yang sama dengan
kelas reguler, itu diatur
sedemikian rupa berdasarkan waktu belajar
siswa akselerasi yang lebih
padat, yaitu empat bulan sekali mbak, sama
sebenarnya, hanya saja
kalau di akselerasi disebut sebagai
kurikulum aksel.
(W/SH/27/03/2013).
Kemudian, untuk evaluasi hasil belajar
yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan siswa sendiri juga tidak
jauh berbeda dengan kelas
reguler. Hanya saja, untuk ujian akhir semester
dalam kelas reguler
dilakukan setiap enam bulan sekali, dalam kelas
akselerasi dilakukan setiap
empat bulan sekali. Selain ujian akhir semester, untuk penilaian hasil belajar
siswa, masing-masing guru dalam kelas
akselerasi menggunakan cara yang
biasanya digunakan dalam kelas reguler pada
umunya, misalnya ulangan
harian, tugas praktikum, termasuk presentasi. Hal
ini seperti yang
diungkapkan oleh Pak SH:
ya sama mbak, ulangan harian, ujian
semester, presentasi, ya sama
mbak. Tapi kan bobot soalnya yang beda
mbak, jelas.
(W/SH/23/01/2013).

Pernyataan informan di atas juga dipertegas


dengan pendapat informan
lain yakni Bu ED bahwa:
kalau saya biasanya metodenya sama
dengan metode yang saya
gunakan dalam kelas reguler ya mbak, ya
presentasi dengan dibagi
beberapa kelompok biasanya.
(W/ED/26/03/2013).
Dalam proses pembelajaran dengan metode
presentasi ini, informan
menuturkan bahwa:
keaktifan, kecepatan menangkap materi
pembelajaran, dan kesolidan
antara teman lebih mbak kalau saya lihat
jika dibandingkan dengan
kelas reguler pada umunya.
(W/ED/26/03/2013).
Informan juga menuturkan bahwa:
untuk menyampaikan materi dalam kelas
reguler dan kelas akselerasi
metode yang digunakan tidak jauh berbeda,
yakni presentasi dengan
memanfaatkan media pembejaran dalam
kelas yang sudah ada,
presentasi dengan menggunakan media
power point misalnya.
(W/ED/26/03/2013).
Hal diatas sependapat dengan pendapat Pak
SH bahwa:
ya jelas beda mbak kalau ngajar dikelas
reguler, ya harus dengan
usaha keras mbak dalam memberikan
materi kepada siswa karena
kecepatan menangkap materi pelajaran jelas
berbeda dengan kelas
akselerasi, tapi meskipun gitu ya saya tidak

mengelak lah mbak kalau


dalam kelas akselerasi juga ada siswa yang
relatif sama dengan siswa
dalam kelas reguler, dalam artian tidak
semua siswa akselerasi
memiliki daya tangkap dalam hal materi
pelajaran secara cepat.
(W/SH/23/01/2013).
Dengan pernyataan informan di atas dapat
dinyatakan bahwa dalam
proses pembelajaran dalam kelas akselerasi,
menurut pendapat informan
ternyata memang ada perbedaan bagaimana
keadaan dalam kelas akselerasi
yang menurut data lapangan memang mudah
menerima pelajaran
dibandingkan dengan kelas reguler. Informan lain
yang merupakan alumni
dari kelas akselerasi di SMAN 1 Karanganyar
menyatakan bahwa dalam
kelas akselerasi tidak dapat dikatakan bahwa
semua siswa dapat menangkap
pelajaran dengan baik, akan tetapi, sebagai siswa
akselerasi, dengan berdasar
pada kecepatan belajar yang lebih dibandingkan
dengan kelas reguler pada
umumnya, siswa akselerasi memang dituntut
untuk dapat mengikuti
pelajaran secara lebih cepar. Hal ini seperti
ungkapan informan IV yang
menyatakan bahwa:
kalau dikelas sendiri kal ditanya apa ya
memang bener aku sama
temen-temenku dulu itu bisa cepet nangkep

pelajaran atau gak sih


gimana ya mbak. Ya kan namanya juga kita
kelas aksel ya mbak, ya
kan kal dilihat aja kan cepet ya mbak
artinya, ya memang kita itu misal
kalau gak punya daya tangkep yang cepet
ya kan mestinya gak bisa
ngikuti ya mbak. Ya memang sih tergantung
sama orangnya, tapi kan
ya emang kita itu dah terbiasa gitu lho
mbak. (W/IV/05/04/2013).
Dari beberapa data yang didapat dari
wawancara dan hasil observasi
serta dokumen yang ada, dapat disimpulkan
bahwa dalam mekanisme
penyelenggaraan program akselerasi di SMA N 1
Karanganyar masih belum
berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
pertama, pengelolaan
organisasi yang tidak sistematis, kedua
penerimaan peserta didik yang
kurang transparan dan ketiga yakni proses
pembelajaran dalam kelas
akselerasi jika dibandingkan dengan kelas reguler
hanya berbeda pada waktu
dan biaya.

2. Konsep Penjaminan Mutu pada Program Kelas Akselerasi di MTsN


Kota Madiun
Evaluasi Konsep Penjaminan Mutu pada Program Kelas Akselerasi di MTsN
Kota Madiun dengan Metode Balanced Scorecard

Anda mungkin juga menyukai